Sejarah dan Perkembangan Drum Band di Indonesia

band bila cara memainkannya tidak dibarengi dengan gerakan langkah kaki melangkah maupun berjalan. Dari kelompok drum band dapat berkembang kesatuan yang lebih besar yaitu dengan ditambahkannya beberapa instrumen tiup, color guard mupun pom-pom girl yang merupakan salah satu unsur pendukung yang ikut menentukan penilaian dalam suatu perlombaan dari satuan marching band maupun drum corp.

2.7.2 Sejarah dan Perkembangan Drum Band di Indonesia

Menurut sejarahnya drum band di Indonesia berkembang dikalangan Angkatan Bersenjata atau lebih dikenal SATSIKLAP Satuan Musik Lapangan sebab kepantasan penampilan drum band adalah di lapangan yang bertujuan untuk mengatur dan mengiringi pasukan dalam berbaris dengan memainkan lagu- lagu perjuangan dengan tempo mars, serta menggunakan mars kavaleri, mars infantry dalam mengawali sebuah lagu Banoe: 299 dalam Sinaga, 2000: 1. Di Indonesia, budaya orkes barisan merupakan pengembangan lebih lanjut atas budaya drum band yang sebelumnya berada di bawah naungan organisasi PDBI singkatan dari Persatuan Drum Band Seluruh Indonesia yang dibina oleh Menpora singkatan dari Menteri pemuda dan olahraga. Orkes barisan lahir sebagai kegiatan yang memfokuskan penampilan pada permainan musik dan visual secara berimbang, berbeda dengan drum band yang lebih memfokuskan sebagai kegiatan olahraga. Dalam perkembangannya, orkes barisan di Indonesia banyak mengadaptasikan variasi teknik-teknik permainan yang digunakan oleh grup-grup drum corps di Amerika, khususnya pada instrumen perkusi. Hal ini membuat corak permainan dalam penampilan orkes barisan menjadi lebih mudah dibedakan dari corak penampilan drum band. Sejarah Singkat Persatuan Drum Band Indonesia KONI pusat sebagai pembina band mengungkapkan bahwa drum band di Indonesia sebetulnya sudah banyak sekali penggemarnya, namun dalam sejarah berdirinya PDBI belum lama ada. PDBI terbentuk atas desakan dari Dinas olah raga DKI Jaya dan KONI DKI Jaya. Yayasan Wanodya, sebuah perkumpulan drum band di Jakarta menindak lanjuti dengan mengadakan paertemuan seluruh perkumpulan marching band yang ada di Jakarta pada tanggal 25 September 1997. Selanjutnya diadakan pertemuan yang kedua. Dari kedua pertemuan tersebut, dihasilkan keputusan untuk membentuk kelompok yang terdiri dari lima orang, yaitu: 1 B. Nurdanadharma, 2 Gusanto Mulyodharjo, 3 Drs. Zaidan Heendy, 4 Slamet Nugrahono, 5 E. Sukarno. Kelima orang tersebut bertugas untuk mempersiapkan pembentukan wadah organisasi marching band.Penerintah DKI Jaya mendesak lebih lanjut untuk secepatnya membentuk sebuah organisasi marching band. Pada akhirnya PDBI terbentuk dengan S.K Gubernur KDH DKI Jaya No. 700 yang isinya menentukan bahwa kegiatan marching band di bina oleh Dinas Olahraga dan KONI DKI Jaya dengan beberapa peraturan yang bersifat sementara, termasuk anggaran dasarnya. Pada awal berdirinya PDBI diperkirakan jumlah unit drum band jauh lebih banyak dari unit yang terdaftar sejumlah 84 unit. Setelah diadakan pertemuan dengan semua Bupati maupaun Walikota di seluruh wilayah Indonesia, jumlah anggota PDBI menjadi 400 unit yang tersebar di 25 Propinsi. Dari sekian banyak unit marching band tersebut ternyata secara berkelompok yang melibatkan berbagai peralatan dan gerakannya diikuti musik yang dimainkan. Karena termasuk dalam olah raga berkelompok marching band agak sulit di mainkan. Sri Sultan Hamengku Buwono IX serta kejuaraan nasional. Hingga saat ini belum ada standarisasi tentang peraturan perlombaan. Peraturan kejuaraan drum band saat ini merupakan penerapan beberapa aspek yang terkandung dalam kegiatan drum band seperti: aspek pendidikan, kesehatan, prestatif, dan terakhir Hamkamnas dalam rangka ketahanan nasional.

2.7.3 Instrumentasi Drum Band