Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

3

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan pemerintah di kota Bandar Lampung salah satunya adalah mengenai sampah. Pasar merupakan penyumbang sampah terbesar sampai terjadinya penumpukan. Sampah yang dihasilkan setiap harinya didominasi oleh sampah organik yaitu berupa limbah sayuran. Limbah sayuran yang diproduksi setiap hari umumnya akan terurai dengan sendirinya di TPA Tempat Pembuangan Akhir. Selain itu, tidak jarang pula dimanfaatkan sebagai pupuk kompos. Walaupun pemanfaatan ini telah dilakukan, penumpukan limbah sayuran ini masih tetap terjadi. Alternatif lain yang dapat mengurangi jumlah limbah sayuran adalah dengan menjadikannya pakan. Kelemahan dari limbah sayuran adalah kandungan kadar air yang tinggi yang dapat menghambat penyimpanan dalam jangka waktu lama. Untuk itu, perlu dilakukan upaya pengawetan berupa silase. Perlu dilakukan pengolahan untuk memperpanjang masa simpan serta untuk menekan efek anti nutrisi yang umumnya berupa alkaloid pada limbah sayuran. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan kualitas nutrisi silase rendah. Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kualitas silase yaitu dengan penambahan tepung gaplek yang berfungsi menyediakan sumber energi yang cepat tersedia pada bakteri Sumarsih, dkk. 2009. 4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1 mengetahui pengaruh penambahan tepung gaplek dengan level yang berbeda terhadap kadar bahan kering dan bahan organik silase limbah sayuran; 2 mengetahui penambahan tepung gaplek yang terbaik terhadap kadar bahan kering dan bahan organik silase limbah sayuran.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah mengurangi jumlah limbah pasar dan dapat memberikan informasi kepada peternak mengenai kualitas nutrisi silase limbah sayuran yang disuplementasi dengan tepung gaplek sehingga peternak dapat memiliki cadangan pakan saat kondisi sulit mendapatkan pakan hijauan.

E. Kerangka Pemikiran

Banyaknya limbah yang dihasilkan pasar setiap harinya merupakan salah satu faktor permasalahan pemerintah. Limbah organik berupa sayuran yang dihasilkan pasar dapat dimanfaatkan menjadi pakan, akan tetapi kelemahan dari limbah sayuran adalah kandungan kadar air yang cukup tinggi. Hal ini akan menyebabkan pakan tidak bertahan lama dan dapat menyebabkan kembung pada ternak bila dikonsumsi secara langsung. Limbah sayuran mengandung anti nutrisi berupa alkaloid dan rentan oleh pembusukan, sehingga perlu dilakukan pengolahan dalam bentuk lain agar dapat dimanfaatkan secara optimal dalam 5 susunan ransum ternak Puslitbangnak, 2013. Limbah sayuran dapat diolah dengan menggunakan teknologi pakan menjadi bahan pakan dalam bentuk seperti tepung dan silase yang dapat digunakan sebagai pakan. Silase adalah fermentasi hijauan oleh bakteri yang banyak menghasilkan asam laktat. Bakteri asam laktat memfermentasi karbohidrat tersedia menjadi asam laktat dan sebagian kecil menjadi asam asetat. Proses silase dapat meningkatkan kualitas nutrisi limbah sayuran. Selain itu, dapat disimpan dalam jangka waktu lama dan digunakan sebagai cadangan pakan saat kondisi sulit mendapatkan pakan hijauan. Untuk meningkatkan kualitas nutrisi silase limbah sayuran, maka solusi yang dapat dilakukan adalah menggunakan karbohidrat terlarut berupa tepung gaplek. Proses pembuatan silase limbah sayuran adalah dengan menjemur masing-masing limbah sayuran di bawah sinar matahari. Hal ini bertujuan mengurangi 91,56 kadar air awal hingga kondisi kadar air hanya 65 sampai 70, yang merupakan syarat pembuatan silase. Proses ini berfungsi meningkatkan bahan kering limbah sayur sehingga hasilnya bisa disimpan tanpa merusak nutrisi di dalamnya. Pembuatan silase limbah sayuran diperlukan akselerator yang berfungsi untuk menambahkan bahan kering sehingga diharapkan dapat mengurangi kadar air pada silase, membuat suasana asam pada silase, mempercepat proses ensilase, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jamur, merangsang produksi asam laktat dan untuk meningkatkan kandungan nutrien dari silase Komar, 1984.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT TERHADAP KADAR BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PAKAN KAMBING PERAH (PE) BERBASIS SILASE

1 13 20

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

1 54 34

PENGARUH PENAMBAHAN TINGKAT TEPUNG GAPLEK PADA PEMBUATAN SILASE LIMBAH SAYURAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN SIFAT KIMIAWI SILASE

1 23 42

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI STARTER PADA SILASE RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PROTEIN KASAR, BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN KADAR ABU

0 9 51

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUMBER KARBOHIDRAT PADA SILASE LIMBAH SAYURAN TERHADAP KADAR LEMAK KASAR, SERAT KASAR, PROTEIN KASAR DAN BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN

3 45 44

Pengaruh Penambahan Berbagai Starter Pada Pembuatan Silase Ransum Terhadap Kadar Serat Kasar, Lemak Kasar, Kadar Air, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Silase

0 2 53

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik dari Ransum Berbahan Dasar Jerami Padi dengan Kadar Monensin yang Berbeda pada Kerbau Lumpur (Bubalus Bubalis)

0 3 71

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA.

0 0 6

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA.

0 1 6

PENGARUH TINGKAT PENAMBAHAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KADAR BAHAN KERING DAN PERSENTASE KEBERHASILAN SILASE RUMPUT Panicum sarmentosum Robx | Saloko | AGRISAINS 6092 20235 1 PB

0 0 5