Deskripsi Silase TINJAUAN PUSTAKA

14 Tahapan hilangnya oksigen dari bahan silase yaitu: 1. Respirasi sel tanaman Sel meneruskan respirasi selama masih cukup tersedia karbohidrat dan oksigen. Oksigen dibutuhkan untuk proses respirasi yang menghasilkan energi untuk fungsi sel. Karbohidrat dioksidasi oleh sel tanaman dengan adanya oksigen menjadi karbondioksida CO 2 , air H 2 O dan panas. Pemadatan bahan baku silase terkait dengan ketersediaan oksigen di dalam silo. Semakin padat bahan maka kadar oksigen semakin rendah sehingga proses respirasi semakin pendek. 2. Pengaruh oksigen terhadap fermentasi Oksidasi gula tanaman melalui proses respirasi mempunyai pengaruh negatif terhadap karakteristik fermentasi. Gula tanaman berperan sebagai substrat utama bagi bakteri penghasil asam laktat yang dominan dalam fermentasi silase. Respirasi yang berlebihan atau dalam waktu lama dapat mengurangi ketersediaan substrat dalam produksi asam laktat, sehingga dapat menurunkan potensi proses fermentasi yang baik. 3. Pengaruh oksigen terhadap nilai nutrisi Oksidasi gula tanaman dapat menurunkan energi dan secara tidak langsung dapat meningkatkan komponen serat hijauan. Kondisi anaerob yang lambat tercapai memungkinkan berkembangnya bakteri anaerob yang dapat mendegradasi protein proteolitik menjadi amonia. 15 4. Pengaruh oksigen terhadap kestabilan silase Silase akan tetap stabil untuk waktu yang panjang selama udara tidak dapat masuk ke dalam silo. Apabila oksigen dapat masuk, maka populasi yeast dan jamur akan meningkat sehingga akan terjadi kondisi panas dalam silase akibat proses respirasi. Akibat lain adalah kehilangan bahan kering dan mengurangi nilai nutrisi silase. Menurut Marjuki 2013, peristiwa dan faktor yang dapat mempengaruhi proses fermentasi silase dapat dilihat dalam Gambar 1. berikut. Gambar 1. Peristiwa dan faktor yang mempengaruhi proses fermentasi silase 16 Marjuki 2013 mengatakan produksi asam laktat yang berlanjut akan menurunkan pH yang dapat menghambat semua bakteri dapat dilihat dalam Gambar 2. berikut. Gambar 2. Perubahan selama proses fermentasi Proses pembuatan silase ensilage akan berjalan optimal apabila pada saat proses ensilase diberi penambahan akselerator. Akselerator dapat berupa inokulum bakteri asam laktat ataupun karbohidrat mudah larut. Fungsi dari penambahan akselerator adalah untuk menambahkan bahan kering, untuk mengurangi kadar air silase, membuat suasana asam pada silase, mempercepat proses ensilase, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jamur, merangsang produksi asam laktat dan untuk meningkatkan kandungan nutrien dari silase Schroeder, 2004 di dalam Kurnianingtyas, dkk. 2012. Pemberian pakan pada ternak ruminansia dalam bentuk silase memberikan keuntungan karena asam laktat dikonversi menjadi asam propionat yang merupakan prekursor glukosa Lemosquet. dkk, 2004. 17 Keberhasilan pembuatan silase tergantung pada tiga faktor utama yaitu : 1. Ada tidaknya serta besarnya populasi bakteri asam laktat; 2. Sifat-sifat fisik dan kimiawi bahan hijauan yang digunakan; 3. Keadaan lingkungan. Pembuatan silase selain dapat meningkatkan zat nutrisi hijauan pakan, juga dapat disimpan lebih lama sehingga membantu penyediaan hijauan pakan sepanjang tahun. Penggunaan berbagai aditif sebagai sumber energi mempercepat proses pemecahan komponen serat misalnya dengan campuran enzim pemecah selulosa dan hemiselulosa. Untuk memperoleh hasil silase dengan kualitas yang baik, maka perlu diupayakan agar asam terbentuk dalam waktu yang singkat. Salah satu cara adalah dengan merangsang pertumbuhan bakteri pembentuk asam sebanyak-banyaknya dengan menambahkan bahan-bahan yang kaya karbohidrat sebagai sumber energi bagi bakteri. Ketersediaan bahan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti tepung gaplek akan merangsang berlangsungnya proses fermentasi, dan pada akhirnya bakteri asam laktat dapat berkembang dengan cepat. Tepung gaplek mengandung protein, serat kasar dan lemak yang rendah, tetapi kandungan beta-N cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tepung gaplek dapat digunakan sebagai sumber energi. Dengan adanya penambahan tepung gaplek bahan yang kaya akan beta-N dapat mempercepat penurunan pH silase karena beta-N merupakan energi bagi bakteri asam laktat. 18 Ridwan, dkk. 2005 mengatakan bahwa penambahan dedak padi pada pembuatan silase dapat meningkatkan kemampuan bakteri asam laktat, memanfaatkan karbohidrat terlarut sehingga banyak kadar air yang dilepaskan dari rumput gajah atau dengan adanya perbedaan antara daya adhesi dan kohesi. Penambahan dedak padi 1 -- 5 menghasilkan bahan kering antara 20,04 -- 24,90. Sedangkan bahan organik yang dihasilkan berkisar antara 76,83 -- 78,92. Bahan organik yang terkandung dengan penambahan sumber karbohidrat seharusnya akan semakin meningkat, akan tetapi pada penelitian ini tidak terjadi. Hal ini diduga karena penambahan dedak padi 1 -- 5 masih belum terlalu berpengaruh pada bahan organik. Kurnianingtyas, dkk. 2012 mengatakan bahwa silase rumput kolonjono dengan penambahan 5 tepung gaplek menghasilkan bahan kering dan bahan organik yang tinggi sebesar 27,32 dan 87,48. Penambahan dedak padi menghasilkan bahan kering dan bahan organik sebesar 21,97 dan 84,23, sedangkan penambahan molases menghasilkan bahan kering dan bahan organik sebesar 23,33 dan 84,78. Hal ini diduga karena bahan kering tepung gaplek 87 lebih tinggi dibandingkan dengan dedak padi dan molases 79,7 Lubis, 1992. 19

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada November 2014 -- Januari 2015.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : limbah sayuran berupa sawi, kol, kulit jagung, buncis dan tepung gaplek. Alat yang digunakan yaitu kantong plastik ukuran 2500 gram, timbangan serta peralatan analisis proksimat kadar bahan kering dan kadar bahan organik.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap. Data statistik yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menghitung sidik ragam ANOVA pada taraf nyata 1. Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilakukan uji beda nyata terkecil dengan taraf 1. 20

D. Prosedur Penelitian

1. menyediakan limbah sayuran berupa sawi, kol, klobot jagung, buncis dengan proporsi pada Tabel 2. Kriteria dari masing-masing limbah adalah sayuran yang belum membusuk. Tabel 2. Formulasi Limbah Sayuran Jenis Limbah Sayuran Formulasi Sawi 25 Kol 25 Klobot Jagung 25 Buncis 25 Jumlah 100 2. menyiapkan masing-masing sampel limbah sayuran. Kemudian limbah sayuran dicacah dengan ukuran 2 -- 3 cm dan dilakukan pelayuan menggunakan oven hingga kadar air bahan tersisa 65 --75 ; 3. membuat silase dengan cara mencampur semua limbah sayuran yang telah dilayukan hingga homogen. Limbah sayuran kemudian dibagi menjadi 5 bagian dengan 3 kali ulangan, sehingga diperoleh 1 kg bahan dalam setiap perlakuan. Setiap 1 kg limbah sayuran ditambahkan tepung gaplek sebanyak 0, 5, 10, 15, dan 20. Bahan-bahan yang sudah tercampur kemudian dihomogenkan; 4. masing-masing bahan dimasukkan ke dalam kantung plastik berkapasitas 2500 gram. Bahan silase dipadatkan, kemudian ditutup rapat. Kantung plastik berisi silase disimpan pada suhu ruang dan fermentasi dilakukan selama 21 hari. 21 5. setelah 21 hari, silase dibuka dan dilakukan pengujian kadar bahan kering, dan kadar bahan organik dengan cara mengambil 500 gram sampel masing masing perlakuan lalu dikeringkan dan digiling. Analisis yang digunakan dengan metode analisis proksimat.

E. Rancangan Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 5 macam perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan. Adapun tata letak percobaan dapat dilihat dalam Gambar 3. berikut. R1U2 R3U3 R1U1 R4U3 R0U1 R3U1 R4U2 R0U2 R2U1 R0U3 R4U1 R2U2 R1U3 R2U3 R3U2 Gambar 3. Tata letak percobaan Rancangan perlakuan terdiri dari : R0 = limbah sayuran tanpa suplementasi; R1 = limbah sayuran + 5 tepung gaplek; R2 = limbah sayuran + 10 tepung gaplek; R3 = limbah sayuran + 15 tepung gaplek; dan R4 = limbah sayuran + 20 tepung gaplek.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI LEGUMINOSA SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT TERHADAP KADAR BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PAKAN KAMBING PERAH (PE) BERBASIS SILASE

1 13 20

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN KECERNAAN BAHAN ORGANIK KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

1 54 34

PENGARUH PENAMBAHAN TINGKAT TEPUNG GAPLEK PADA PEMBUATAN SILASE LIMBAH SAYURAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN SIFAT KIMIAWI SILASE

1 23 42

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI STARTER PADA SILASE RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PROTEIN KASAR, BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN KADAR ABU

0 9 51

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI JENIS SUMBER KARBOHIDRAT PADA SILASE LIMBAH SAYURAN TERHADAP KADAR LEMAK KASAR, SERAT KASAR, PROTEIN KASAR DAN BAHAN EKSTRAK TANPA NITROGEN

3 45 44

Pengaruh Penambahan Berbagai Starter Pada Pembuatan Silase Ransum Terhadap Kadar Serat Kasar, Lemak Kasar, Kadar Air, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen Silase

0 2 53

Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik dari Ransum Berbahan Dasar Jerami Padi dengan Kadar Monensin yang Berbeda pada Kerbau Lumpur (Bubalus Bubalis)

0 3 71

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA.

0 0 6

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA.

0 1 6

PENGARUH TINGKAT PENAMBAHAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KADAR BAHAN KERING DAN PERSENTASE KEBERHASILAN SILASE RUMPUT Panicum sarmentosum Robx | Saloko | AGRISAINS 6092 20235 1 PB

0 0 5