,
32
Data yang setelah melalui proses ini kemudian dikumpulkan untuk disusun dalam bentuk pengaturan klasifikasi-klasifikasi atau sejenisnya klasifikasi dibuat sesuai dengan keinginan
peneliti yang mengarah pada analisis data. Klasifikasi dilakukan menurut ciri-ciri data yang telahterkumpul dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
3. Pengolahan data
Setelah semua data terkumpul kemudian diolah sehingga sistematis, jelas dan mudah dipahami.
4. Penafsiran dan penyimpulan data
Setelah ketiga hal diatas dilakukan maka langkah selanjutnya adalah penafsiran penafsiran dilakukan untuk mencari pengertian terhadap hasil pengolahan data,
kemudian setelah itu menarik kesimpulan untuk ditungkan dalam bentuk laporan.
REFERENSI
Husin Sayuti.1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung. Jakarta. Halaman 32 Winarno Surachmad.1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik, ITB. Bandung.
Halaman 111 Joko Subagyo, 1997. Metode Penelitian, Gramedia. Jakarta. Halaman 1
Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer Suatu Pengalaman, Intidaya Press, Jakarta. Halaman 10-11
Suharsini Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Halaman 91
Hadari Nawawi Mimi Martini. 1994. Penelitian Terapan, Gajahmada University Press, Yogyakarta. Halaman 49
Surya, Brata. 2000. Metode Penelitian, Grafindo Persada, Jakarta. Halaman 72 Hadari Nawawi, 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta. Halaman 133 M. Nasi. 1988. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Halaman 97
Suharsini Arikunto. Op Cit. Halaman 188 Mohammad Nasir. Op Cit. Halaman 419
Lexy J. Moleong, 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Halaman 103
Mohammad Ali, 1992. Metode Penelitian. Ghalia. Jakarta. Halaman 171
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :
Selama Orde Baru militer melibatkan diri dalam berbagai macam aktifitas negara yaitu sebagai berikut :
1.
Militer pada jabatan menteri setiap kabinet pembangunan pada masa awal orde baru hanya awalnya saja yaitu pada pembangunan pertama, banyak anggota
militer yang menjabat sebagai pejabat setingkat menteri karena pada kabinet berikutnya jumlah militer semakin menurun. Namun keberadaan militer pada
pejabat non-departemen sangat besar pengaruhnya di bidang birokrasi sebab pada pejabat non-departemen bertanggung jawab langsung kepada presiden.
Selain itu juga kekuasaan militer semakin kuat dalam sebuah Negara karena didukung oleh peranan dwifungsi ABRI yang menjadikan militer semakin
tegak berdiri dalam perpolitikan di Indonesia. Karena dengan dwifungsi yang dimiliki ABRI, maka kekuatan militer mempunyai fungsi sekaligus, yang
berfungsi sebagai militer juga berfungsi sebagai non militer
.
Sehingga pada masa awal Orde Baru peran militer begitu besar dibidang pemerintahan. Maka
sejak saat pengaruh militer mulai dirasakan dimana-mana yaitu dari badan- badan eksekutif dari pusat hingga daerah, badan-badan legeslatif dan yudikatif,
56
serta organisasi-organisasi kemasyarakatan, sosial politik, ekonomi bisnis dan sosial budaya.
2.
Pada masa awal Orde Baru militer dibidang birokrasi dimana terdapat beberapa anggota militer yang memangku jabatan gubernur. Dan terlibatnya militer di
departemen dalam negeri yaitu menjadi gubernur merupakan jabatan yang strategis sebab gubernur memiliki peran besar pada wilayah atau daerahnya
yakni sebagai pengatur dan berhubungan langsung dengan pusat. Sehingga militer pada masa awal Orde Baru memiliki peran besar dalam bidang sosial
polik juga.
Terlibatnya militer pada masa awal Orde Baru mengenai implementasi dari Melibatkan diri pada departemen dan non-departemen pada masa Awal Orde Baru
menunjukkan luasnya peranan militer dibidang non-hankam khususnya di bidang sosial politik. Dimana pada masa awal Orde Baru terlibatnya militer bertujuan
untuk menjaga stabilitas ekonomi, sosial dan politik negara yang kemudian dijadikan alat penyaluran anggota militer diluar hankam.
5.2 Saran
Dalam penelitian skripsi yang berjudul “ Tinjauan Historis Tentang Keterlibatan Militer Dalam pemerintahan Soeharto Pada Masa Awal Orde Baru” penulis
memberikan saran sebagai berikut : 1.
Dengan adanya keterlibatan militer dibidang birokrasi pada awal Orde Baru hendaknya dijadikan suatu pengalaman berharga bagi semua elemen bangsa
57
untuk berusaha membangun dan menjaga keutuhan negara Indonesia dengan turut serta dalam penyukseskan tujuan dan pembangunan nasional.
2. Bagi militer hendaknya dapat menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai
aparatur negara untuk menjaga pertahanan dan keamanan bangsa Indonesia, sehingga militer dapat lebih profesional lagi dibidangnya dalam menjaga
pstabilitas dan keamanan negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fattah. 2005. Demilitarisasi Tentara: Pasang surut politik Militer 1945-
2004, Yogyakarta Ali, Mohammad. 1992. Metode Penelitian. Ghalia. Jakarta.
Amos, Perlmutter. 2000. Militer dan Politik. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Arikunto, Suharsini. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta, Jakarta. Budiarso, Eddy. 2000. Menentang Tirani, Aksi Mahasiswa 7778. Grasindo. Jakarta
Cholisin. 2002. Militer dan Gerakan Prademokrasi. Tirawancana Yogya.
Yogyakarta Crouch, Harold. 1986. Militer dan Politik di Indonesia. Sinar Harapan. Jakarta
Departemen Pertanian. 1994. Presiden Soeharto dan Pembangunan Pertanian. PT. Citra
Media Persada, Jakarta. Finer, S.E. dalam, Indra Samego, et al. 1998. Desakan kuat Reformasi Atas Konsep
ABRI. Mizan. Bandung Hugiono, dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Rineka Cipta. Semarang
Jenderal Soeharto. 1967. Orde Baru Kutipan dari Pidato Pejabat Presiden Soeharto
pada Sidang Paripurna Kabinet Ampera tanggal 19 April 1967. Grip. Surabaya MA, Alex. 2005. Kamus Ilmiah Populer Kontemporer. Karya Harapan. Surabaya
Manuel, Kaisiepo. 1987. Dari Kepolitikan Birokratik ke Korporatisme Negara:
Birokrasi dan Politik Indonesia. Jurnal Umum Politik 2. PT. Gramedia. Jakarta. Mas’oed, Mohtar. 1989. Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971, LP3ES.
Jakarta