27 d.
Setelah 24 jam kemudian ekstrak daun potongan daun tersebut disaring dan diekstraksi melalui mesin Rotary Evaporator. Berikut foto proses
penyaringan ekstraksi maserasi pada daun jati serta pemisahan ekstrak dengan pelarut etanol pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Gambar 6. Proses penyaringan ekstraksi maserasi pada daun jati.
Gambar 7. Pemisahan ekstrak dengan pelarut etanol menggunakan Rotary Evaporator.
28 e.
Suhu pada Rotary Evaporator diatur hingga 50 C kemudian lakukan
ekstraksi sampai mendapat hasil ekstrak yang maksimal. Setelah selesai pengekstraksian dilakukan pengenceran dengan menggunakan aquades
hingga konsentrasi yang diinginkan. Berikut foto hasil ekstrak daun akasia setelah diekstraksi serta pengenceran ekstrak akasia dengan menggunakan
aquades pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Gambar 8. Hasil ekstrak daun akasia pada labu ukur 100 ml.
29
Gambar 9. Pengenceran ekstrak akasia dengan menggunakan aquades.
2. Penyemaian benih akasia dan mangium
Benih akasia dan mangium disemai pada bak kecambah yang berbahan plastik dan berukuran 40 cm x 30 cm dengan media semai berupa pasir. Semai akasia
dan mangium ini dipilih yang memiliki sifat fisik yang sama baik dari keseraga- man pertumbuhannya, ukuran, besar batang dan umurnya. Hal ini dikarenakan
untuk lebih memfokuskan dalam penelitian pertumbuhan semai akasia dan mangium yang akan diberi perlakuan. Berikut foto penyemaian mangium Acacia
mangium di bak kecambah pada Gambar 10.
30
Gambar 10. Penyemaian mangium Acacia mangium di bak kecambah.
3. Penyapihan semai akasia dan mangium
Penyapihan dilakukan dengan menyeleksi semai untuk memilih semai yang baik dan seragam tinggi dan jumlah daunnya yang cukup banyak. Kemudian semai
dipindah ke polybag yang telah berisi media tumbuh bibit dan disiram dengan air. Berikut foto semai akasia Acacia auriculiformis yang telah disapih pada Gambar
11.
31
Gambar 11. Semai akasia Acacia auriculiformis yang telah disapih.
4. Penyiapan semai jati
Semai jati dipersiapkan untuk penelitian ini dengan memiliki keseragaman yang baik. Semai jati ini haruslah seragam baik dalam tinggi semai, dan diameter
batangnya serta keseragaman tumbuh yang sama. Berikut foto semai jati Tectona grandis yang telah disapih pada Gambar 12.
32
Gambar 12. Semai jati Tectona grandis yang telah disapih.
5. Pemberian perlakuan zat alelopati
Pemberian perlakuan zat alelopati ini dilakukan pada semai akasia, mangium dan jati. Zat alelopati yang digunakan berasal dari daun pohon akasia, mangium, dan
jati. Pemberian zat alelopati ini diberikan pada saat setelah dilakukan penyemaian, serta sudah diletakkan pada polybag yang digunakan untuk semai akasia,
mangium dan jati. Pemberian zat alelopati ini diberikan selama seminggu pada tiap semai dengan dosis ekstrak zat alelopati yang sama. Berikut foto persiapan
ekstrak salah satu alelopati serta perlakuan pemberian alelopati terhadap semai pada Gambar 13.
33
Gambar 13. Persiapan ekstrak alelopati jati pada tabung ukur kiri dan perlakuan pemberian ekstrak alelopati jati terhadap semai
jati kanan.
E. Pengamatan
Adapun variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah sebagai berikut. a.
Pertambahan tinggi semai Tinggi semai diukur mulai dari kolet sampai dengan buku
–buku batang nodus teratas. Pengukuran tinggi semai dilakukan pada awal dan akhir penelitian,
kemudian dihitung pertambahan tingginya. b.
Pertambahan diameter batang semai Diameter batang semai diukur pada jarak 1 cm dari kolet menggunakan kaliper.
Pengukuran diameter batang semai dilakukan pada awal dan akhir penelitian, kemudian dihitung pertambahan diameter batangnya.
34 c.
Pertambahan jumlah daun Penghitungan jumlah daun dilakukan pada awal dan akhir penelitian, lalu dihitung
pertambahan jumlah daunnya. d.
Persentase hidup semai Persentase hidup semai dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Persentase hidup
∑ ∑
Tabulasi hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan semai mengikuti bentuk
tabulasi Tabel 4 pada lampiran.
F. Analisis Data
1. Homogenitas Ragam
Homogenitas ragam diuji menggunakan uji Bartlett, dan hasil perhitungannya disajikan ke dalam bentuk tabel Gaspersz, 1994.
a. Varians gabungan dari seluruh sampel S
2
S
i 2
P
1
= JKP
1
n – 1
S
2
=
∑ ∑
b. Harga Satuan B
B = ∑
χ
2
= { ∑
} Faktor Koreksi K
K =
1 + {∑
[
∑
]}
χ
2
hitung terkoreksi = χ
2
tabel = χ
2
35 Keterangan:
S
2
= ragam gabungan S
i 2
= ragam masing – masing perlakuan
χ
2
= khi kuadrat ln 10 = 2,3026
t = banyaknya perlakuan
n = banyaknya ulangan
Jika X
2 hitung
X
2 tabel
, maka data yang diperoleh tidak homogen, sehingga perlu dilakukan transformasi data, salah satu transformasi data yang lazim digunakan
yaitu transformasi akar. Nilai ragam data pada hasil penelitian variabel persentase hidup semai ini lebih kecil, maka digunakan transformasi
√ . Pada peneliti- an ini X
2 hitung
X
2 tabel
, maka ragam homogen dan dapat dilanjutkan dengan ana- lisis ragam.
2. Analisis ragam
Analisis ragam dilakukan untuk menguji hipotesis tentang faktor perlakuan terha-
dap keragaman data hasil percobaan atau untuk menyelidiki ada tidaknya penga- ruh perlakuan Sastrosupadi, 2000.
FK = C = Y...
2
r. a.b Jumlah Kuadrat Total =
∑ – FK
Jumlah Kuadrat Total A =
∑
– FK Jumlah Kuadrat Total B =
∑
– FK Jumlah Kuadrat Perlakuan =
∑
– FK JKAB
= JKP – JKA – JKB
Jumlah Kuadrat Galat = JK total – JK perlakuan
Keterangan: FK = faktor koreksi
JKP = jumlah kuadrat perlakuan JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total Y... = total nilai pengamatan variabel pertumbuhan
Y
i
= total nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada perlakuan ke-i
36 Y
ij
= nilai pengamatan variabel pertumbuhan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan
Jika F
hitung
F
tabel
, maka terdapat pengaruh nyata dari perlakuan yang diberikan, sehingga harus dianalisis lebih lanjut dengan uji beda nyata terkecil BNT.
Analisis ragam dilakukan pada taraf nyata 5. Hasil analisis ragam ditabulasi seperti Tabel 5 pada lampiran.
3. Uji Beda Nyata Terkecil BNT
Untuk mengetahui jenis semai yang terpengaruhi pertumbuhannya diakibatkan pemberian zat alelopati terhadap variabel penelitian semai akasia, mangium, dan
jati dilakukan uji perbandingan dengan uji beda nyata terkecil BNT. Semua perhitungan dilakukan pada taraf nyata 5. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut. BNT =
α
Sd SxP = √
Sd S = √
Sd P = √
Keterangan :
α
= nilai baku student pada taraf uji α dan derajat bebas galat v.