Pengertian Pemeriksa Pajak Kajian Pustaka

a. Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan Pemeriksa di tempatlokasi Wajib Pajak untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya guna mengetahui dan mendapatkan fakta-fakta yang berkaitan dengan kegiatan usaha Wajib Pajak, mengetahui dan menilai Sistem Pengendalian Intern, serta untuk meyakinkan kebenaran atau keberadaan fisik aktiva tetap yang dilaporkan dan kepemilikannya dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b. Melakukan Penilaian Atas Sistem Pengendalian Intern SPI Sistem ini terdiri dari kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa tujuan dan sasaran satuan usaha dapai dicapai.Kebijakan dan prosedur ini seringkali disebut pengendalian, dan secara bersama-sama membentuk struktur pengendalian intern suatu bentuk usaha. Untuk mengetahui lemahkuatnya Sistem Pengendalian Intern SPI sebagai dasar untuk menentukan luasnya cakupan pemeriksaan dan dalamnya pengujian-pengujian yang akanharus dilakukan. c. Melakukan Pemeriksaan Buku, Catatan, dan Dokumen Pemeriksaan buku, catatan, dan dokumen merupakan jantung dari tahap pelaksaan pemeriksaan. Seluruh rangkaian persiapan pemeriksaan sampai dengan langkah penilaian SPI tidak akan berarti apa-apa jika tidak disertai dengan langkah pemeriksaan buku-buku, catatan dan dokumen Wajib Pajak. Temuan atau koreksi bukanlah suatu sulap yang bias hadir begitu saja hanya dengan menjentikan jari.Langkah pemeriksaan buku, catatan dan dokumen dilakukan dengan berpedoman pada program pemeriksaan yang telah disusun dan dimutakhirkan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan suatu teknik dan metode-metode tertentu. d. Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak 1. Memberitahukan secara tertulis koreksi fiskal dan perhitungan pajak terutang kepada Wajib Pajak. 2. Melakukan pembahasan atas temuan dan koreksi fiskal serta perhitungan pajak terutang dengan Wajib Pajak. 3. Memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk menyampaikan pendapat, sanggahan, persetujuan atau meminta penjelasan lebih lanjut mengenai temuan dan koreksi fiskal yang telah dilakukan. e. Melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan Tujuan melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah sebagai upaya memperoleh pendapat yang sama dengan Wajib Pajak atas temuan pemeriksaan dan koreksi fiscal terhadap seluruh jenis pajak yang diperiksa. Hasil pembahasan tersebut dituangkan dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan yang harus ditandatangai oleh Wajib Pajak dan pemeriksa disertai lampiran yang menyebutkan jumlah koreksi dan jumlah pajak terutang yang disetujui oleh Wajib Pajak dan Pemeriksa. 2.1.2 Komitmen Organisasi 2.1.2.1 Pengertian Komitmen Organisasi Menurut Mahis dan Jackson 2000 dalam Sopiah 2008: 155 memberikan definisi, “Organizational Commitment is the degree to which employees believe in and acceptorganizational goals and desire to remain with the organization ”. Komitmenorganisasional adalah derajat yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan tujuanorganisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi. Menurut Lincoln 1994 dalam Sopiah, 2008: 155, komitmen organisasionalmencakup kebanggaan anggota, kesetiaan anggota, dan kemauan anggota padaorganisasi. Blau dan Boal 1995 dalam Sopiah, 2008: 155 komitmen organisasionaldidefinisikan sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka darikaryawan terhadap organisasi. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasiadalah suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi yang ditandai dengan adanya: 1. Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan nilai-nilai dariorganisasi. 2. Sebuah kemauan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh gunakepentingan organisasi. 3. Sebuah keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi.

2.1.2.2 Bentuk Komitmen Organisasi

Kanter 1986 dalam Sopiah 2008: 158, mengemukakan adanya tiga bentukkomitmen organisasional, yaitu: 1. Komitmen berkesinambungan continuance commitment, yaitu komitmen yangberhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan kehidupan organisasidan menghasilkan orang yang mau berkorban dan berinvestasi pada organisasi; 2. Komitmen terpadu cohesion commitment, yaitu komitmen anggota terhadaporganisasi akibat adanya hubungan sosial dengan anggota lain di dalam organisasi. Initerjadi karena karyawan percaya bahwa norma-norma yang dianut organisasimerupakan norma-norma yang bermanfaat; 3. Komitmen terkontrol control commitment, yaitu komitmen anggota pada normaanggota organisasi yang memberikan perilaku yang diinginkannya. Norma yang dimilikiorganisasi mampu memberikan sumbangan terhadap perilaku yang diinginkannya. Menurut Meyer, Allen, dan Smith 1998 dalam Sopiah, 2008: 157 ada tigakomponen komitmen organisasional, yaitu: 1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasikarena adanya ikatan emosional; 2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatuorganisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan lain, atau karena tidakmenemukan pekerjaan lain;