Pola Penyelesaian Masalah Pertanahan Pada Areal Perkebunan Di Sumatera Utara
Pola Penyelesaian Masalah Pertanahan Pada Areal Perkebunan Di Sumatera Utara
(Studi Kasus Pada Areal PT. Perkebunan Nusantara-II)
Abd. Rahim
Program Magister Kenotariatan
Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Secara umum salah satu penyebab masalah pertanahan di Indonesia adalah belum
dilaksanakannya pendaftaran tanah di seluruh Indonesia sehingga belum dapat memberikan
kepastian hukum terhadap pemegang hak atas tanah. Oleh karena belum tercipta kepastian
hukum, maka timbul gejala penguasaan atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum dan
tidak jarang diikuti dengan kepentingan politik. Penyelesaian masalah pertanahan diarahkan
berlandaskan hukum baik dengan melakukan pengaturan pemanfaatan tanah, penyelesaian
melalui musyawah mufakat maupun melalui lembaga peradilan. Masalah pertanahan yang paling
menonjol di Sumatera Utara terdapat pada areal perkebunan, khususnya pada areal HGU PTPN-II
yang ditandai dengan adanya tuntutan/garapan rakyat dan tuntutan pengembalian hak ulayat serta
permohonan tapak perumahan/pondok karyawan. Dengan adanya permasalahan tuntutan/
garapan/permohonan tersebut, perlu diteliti bagaimana pola penyelesaian yang ditempuh oleh
Pemerintah untuk menuntaskan masalah pertanahan pada areal perkebunan tersebut.
Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pola penyelesaian
masalah pertanahan yang terjadi pada areal perkebunan, untuk mengetahui hasil yang diperoleh
dan upaya penyelesaian masalah pertanahan yang dilaksanakan dalam rangka kepastian hukum.
Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan yuridis normatif, menggunakan bahan penelitian
dari data sekunder dan alat penelitian berupa studi dokumen dan wawancara dengan responden
yang ditentukan. Kemudian data dianalisis secara kualitatif dan menghasilkan data deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pola penyelesaian masalah pertanahan pada areal
perkebunan yang ditempuh oleh Pemerintah di Sumatera Utara, dilakukan secara teknisadministratif dengan pengambilan kebijakan berupa pembentukan Tim Khusus Penyelesaian
Masalah Garapan serta adanya keterlibatan instansi pemerintah (Gubsu, DPRD,
Bupati/Inspektorat Daerah, Notaris/PPAT, Pemerintah Pusat, termasuk tindakan politik oleh
LSM). Hasil yang diperoleh dari penyelesaian masalah pertanahan secara teknis-administratif
untuk sementara dapat menciptakan stabilitas, namun tidak dapat menyelesaikan permasalahan
secara tuntas.
Sedangkan penyelesaian melalui lembaga peradilan, hanya sebagian keeil masyarakat
yang menempuh cara ini karena proses perkaranya lama, membutuhkan biaya yang relatif besar
dan lebih mempertimbangkan bukti formal pemilikan tanah sehingga hasilnya belum dapat
memuaskan para pihak yang bersengketa.
Penyelesaian masalah pertanahan harus dilaksanakan berdasarkan hukum dalam rangka
kepastian hukum, yakni dengan melaksanakan peraturan perundangan di bidang pertanahan
seeara konsekwen dan menuntaskan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia, termasuk dengan
memberikan peran kepada instansi pertanahan, jadi tidak perlu dengan penekanan politik yang
menghasilkan kebijakan politik yang pada akhirnya hanya akan melahirkan ketidakpastian hukum
Terhadap masalah yang bersifat struktural yang tidak dapat dituntaskan oleh Badan Pertanahan
Nasional diusulkan dapat dibentuk lembaga Peradilan Khusus Agraria
Kata Kunci : - Penyelesaian masalah pertanahan
- Berdasarkan pada hukum
- Untuk kepastian hukum
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara
(Studi Kasus Pada Areal PT. Perkebunan Nusantara-II)
Abd. Rahim
Program Magister Kenotariatan
Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
Secara umum salah satu penyebab masalah pertanahan di Indonesia adalah belum
dilaksanakannya pendaftaran tanah di seluruh Indonesia sehingga belum dapat memberikan
kepastian hukum terhadap pemegang hak atas tanah. Oleh karena belum tercipta kepastian
hukum, maka timbul gejala penguasaan atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum dan
tidak jarang diikuti dengan kepentingan politik. Penyelesaian masalah pertanahan diarahkan
berlandaskan hukum baik dengan melakukan pengaturan pemanfaatan tanah, penyelesaian
melalui musyawah mufakat maupun melalui lembaga peradilan. Masalah pertanahan yang paling
menonjol di Sumatera Utara terdapat pada areal perkebunan, khususnya pada areal HGU PTPN-II
yang ditandai dengan adanya tuntutan/garapan rakyat dan tuntutan pengembalian hak ulayat serta
permohonan tapak perumahan/pondok karyawan. Dengan adanya permasalahan tuntutan/
garapan/permohonan tersebut, perlu diteliti bagaimana pola penyelesaian yang ditempuh oleh
Pemerintah untuk menuntaskan masalah pertanahan pada areal perkebunan tersebut.
Penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pola penyelesaian
masalah pertanahan yang terjadi pada areal perkebunan, untuk mengetahui hasil yang diperoleh
dan upaya penyelesaian masalah pertanahan yang dilaksanakan dalam rangka kepastian hukum.
Penelitian dilakukan dengan metode pendekatan yuridis normatif, menggunakan bahan penelitian
dari data sekunder dan alat penelitian berupa studi dokumen dan wawancara dengan responden
yang ditentukan. Kemudian data dianalisis secara kualitatif dan menghasilkan data deskriptif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pola penyelesaian masalah pertanahan pada areal
perkebunan yang ditempuh oleh Pemerintah di Sumatera Utara, dilakukan secara teknisadministratif dengan pengambilan kebijakan berupa pembentukan Tim Khusus Penyelesaian
Masalah Garapan serta adanya keterlibatan instansi pemerintah (Gubsu, DPRD,
Bupati/Inspektorat Daerah, Notaris/PPAT, Pemerintah Pusat, termasuk tindakan politik oleh
LSM). Hasil yang diperoleh dari penyelesaian masalah pertanahan secara teknis-administratif
untuk sementara dapat menciptakan stabilitas, namun tidak dapat menyelesaikan permasalahan
secara tuntas.
Sedangkan penyelesaian melalui lembaga peradilan, hanya sebagian keeil masyarakat
yang menempuh cara ini karena proses perkaranya lama, membutuhkan biaya yang relatif besar
dan lebih mempertimbangkan bukti formal pemilikan tanah sehingga hasilnya belum dapat
memuaskan para pihak yang bersengketa.
Penyelesaian masalah pertanahan harus dilaksanakan berdasarkan hukum dalam rangka
kepastian hukum, yakni dengan melaksanakan peraturan perundangan di bidang pertanahan
seeara konsekwen dan menuntaskan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia, termasuk dengan
memberikan peran kepada instansi pertanahan, jadi tidak perlu dengan penekanan politik yang
menghasilkan kebijakan politik yang pada akhirnya hanya akan melahirkan ketidakpastian hukum
Terhadap masalah yang bersifat struktural yang tidak dapat dituntaskan oleh Badan Pertanahan
Nasional diusulkan dapat dibentuk lembaga Peradilan Khusus Agraria
Kata Kunci : - Penyelesaian masalah pertanahan
- Berdasarkan pada hukum
- Untuk kepastian hukum
e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara