Pengembangan Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq ) Di Areal Pt Perkebunan Nusantara Iii, Sumatera Utara

PENGEMBANGAN KRITERIA KESESUAIAN LAHAN UNTUK
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI AREAL
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III, SUMATERA UTARA

PRASETYO MIMBORO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Kriteria
Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Areal
PT. Perkebunan Nusantara III, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015
Prasetyo Mimboro
NRP A151120061

RINGKASAN
PRASETYO MIMBORO. Pengembangan Kriteria Kesesuaian Lahan untuk
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di areal PT. Perkebunan Nusantara-III,
Sumatera Utara. Dibimbing oleh WIDIATMAKA, ATANG SUTANDI dan
ASDAR ISWATI.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), merupakan salah satu penghasil
devisa negara dari sektor perkebunan yang mengalami peningkatan luas areal dari
tahun ke tahun. Pada tahun 1990 luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia hanya
1,12 juta hektar, kemudian pada tahun 2000 meningkat tajam menjadi 4,15 juta
hektar, dan pada tahun 2012 sudah mencapai 9,07 juta hektar. Kelapa sawit
memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak
nabati lainya. Beberapa keunggulan itu antara lain adalah produksi per satuan luas
yang tinggi, umur ekonomis yang panjang dan produknya dapat digunakan dalam
berbagai industri baik pangan maupun non pangan.

Produksi kelapa sawit sangat beragam, yang disebabkan oleh beragamnya
karakteristik tanah dan lahan di areal kelapa sawit. Tingginya keragaman produksi
tersebut, menghendaki adanya informasi yang obyektif tentang sifat-sifat setiap
jenis tanah, agar tindakan manajemen tanah dan upaya yang dilakukan bersifat
spesifik dengan hasil yang maksimal. Produksi kelapa sawit yang maksimal
diperoleh dari bibit tanaman yang unggul, pemilihan lahan yang sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman, manajemen yang tepat serta pengelolaan kebun dilakukan
secara berkelanjutan dan lestari. Untuk memperoleh informasi maksimal
mengenai kondisi lahan yang ditanami kelapa sawit, perlu dilakukan evaluasi
lahan melalui kajian kesesuaian lahan dengan mengetahui hubungan karakteristik
lahan dan produksi kelapa sawit.
Penelitian dilaksanankan dengan metode survei eksplorasi, yang bertujuan
untuk mengembangkan kriteria kesesuaian lahan kelapa sawit khususnya di areal
PT. Perkebunan Nusantara-III Sumatera Utara, berdasarkan pada produksi dengan
karakteristik tanah dan lahannya. Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data produksi tanaman (ton.ha-1), data hasil analisis kesuburan tanah, data
curah hujan tahunan dan data kriteria lahan seperti elevasi, topografi dan
kedalaman efektif.
Sampai saat ini, banyak penelitian dilakukan untuk melihat korelasi antara
pertumbuhan /produksi dengan berbagai faktor, misalnya Model Diagnostik.

Model diagnostik merupakan hubungan yang khas antara satu faktor tumbuh
dengan respon tanaman dapat didefmisikan maka pertumbuhan produksi
maksimum dapat diperoleh dengan mengoptimasikan faktor tumbuh tersebut.
Kelemahan model diagnostik ini adalah, hubungan ditetapkan dibawah kondisi
tertentu (under control), dimana hanya salah satu faktor peubah yang divariasikan
dan faktor lainnya dikondisikan tetap.
Altematifnya adalah membangun model empirik dimana data dikumpulkan
dari lokasi dengan zone tanah iklim yang lebar. Apabila kumpulan data tersebut
diplot dalam suatu hubungan antara salah satu faktor tumbuh dengan produksi
atau kualitas hasil, hasilnya adalah produksi rendah akan berada pada selang
faktor tumbuh yang lebar karena semakin banyak faktor pembatas lain yang
berpengaruh. Semakin tinggi produksi makin mengerucut bentuk sebaran data,

yang menunjukkan semakin sedikit faktor pembatas yang bekerja. Pola sebaran
data dibungkus oleh garis batas (boundary line), yang memisahkan data yang real
dari yang tidak real. Artinya kecil kemungkinan diperolehnya data diluar garis
batas tersebut.
Pengembangan kriteria kesesuaian lahan dihasilkan dengan menggunakan
proyeksi persimpangan antara garis batas dan selang produksi. Pengolahan data
menggunakan metode garis batas (Boundary Line Method) dan interpolasi Inverse

Distance Weighted (IDW) untuk mengetahui sebaran spasial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, karakteristik lahan yang optimal
untuk mendukung produksi tanaman kelapa sawit dijumpai pada tanah dengan
tekstur lempung berpasir, lempung liat berpasir dan lempung, elevasi 3,8 cmol(+).kg-1, pH
antara 4,9 sampai 6,5, C-organik >1,1%, KB >16,3%, kejenuhan Al 0,06%, P-tersedia >16,8 ppm, K-dd >0,1 cmol(+).kg-1 dan lereng 16.3%,
Al-saturation 0.06%, Available-P >16.8 ppm, Exchangable-K
>0.1 cmol (+)kg-1 and Slope 20 tahun) umumnya produksi mulai turun sehingga dianggap tidak ekonomis
untuk terus diusahakan. Berdasarkan hal tersebut maka kelapa sawit akan ditanam
ulang (replanting) setelah tanaman berumur 25 tahun.

7

Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit
Persyaratan tumbuh kelapa sawit secara optimal sangat ditentukan oleh
kedalaman efektif tanah (solum tanah >75 cm) dan berdrainase baik. Kelapa sawit
dapat tumbuh pada lahan dengan tingkat kesuburan tanah yang bervariasi mulai
dari lahan yang subur sampai lahan-lahan marginal. Kelapa sawit dapat tumbuh
pada lahan dengan pH masam sampai netral (>4,2-7,0) dan yang optimum pada
pH 5,0-6,5. Kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, lereng dan bentuk wilayah
berombak dan bergelombang tidak menjadi pembatas utama. Media perakaran

yang optimal adalah lahan yang mempunyai tekstur halus (liat berpasir, liat, liat
berdebu), agak halus (lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat
berdebu) dan sedang (lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu,
debu) serta mempunyai kandungan bahan kasar tidak lebih dari 55% (Djaenudin
et al., 2000).
Lahan yang mempunyai ketinggian tempat 80% dari produksi maksimum dan kelas kesesuaian
S2, mempunyai tingkat produksi baik (60% sampai 80% dari produksi
maksimum). Dalam penelitian ini, kelas S3 dengan tingkat produksi sedang
digunakan selang produksi dari Break Event Point (BEP) yaitu 29,79% sampai
60% dari produksi maksimum, sedangkan untuk kelas N dengan tingkat produksi
buruk yaitu lebih rendah dari (

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Evaluasi Karakter Pertumbuhan Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut

1 56 86

Studi Keanekaragaman Jenis Serangga Di Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Umur Tanaman Di PTPN III Kebun Huta Padang

0 37 81

Studi Sebaran Akar Tanaman Kelapa Sawit(Elaeis guineensis Jacq.) Pada Lahan Gambut Di Perkebunan PT. Hari Sawit Jaya Kabupaten Labuhan Batu

6 87 123

Studi keanekaragaman serangga di Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineenis Jack.) di PTPN III, Huta Padang, Kabupaten Asahan

2 51 76

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quenensis Jacq), Coklat (Theobroma cacao) Dan Karet (Havea brasiliensis) Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

0 26 52

Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT. Perkebunan Nusantara III

6 91 53

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 15 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit Putri Hijau, Besitang Sumatera Utara

5 61 75