PEMBANGUNAN WILAYAH SUMATERA UTARA

PEMBANGUNAN WILAYAH SUMATERA UTARA

Chairul Nazwar*, Sirojuzilam**
*Staf Pengajar Fakultas Ekonomi USU **Ketua Program Studi S2 PWD, S3 Perencanaan Wilayah SPs USU
sirohasyim@gmail.com

Abstract: Development aims to create economic growth and structural change, social change, reduce or eliminate poverty, reduce inequality (disparity), and unemployment (Todaro, 2000). Regional development is an integral part of national development, is essentially the deliberate efforts to increase local capacity in creating a better future for the region. Today many economists back a review of the factors that determine economic growth. This situation motivated by the phenomenon and the development of the theory of externalities include factors such as innovation (inovation), technology (technology), creativity (creativity), networking (networking) and Human Resources(HR) as an engine of economic growth.

Abstrak: Pembangunan bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran (Todaro,2000). Pembangunan daerah yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi daerah tersebut khususnya bagi masyarakat dalam semua lapisan dan bagian wilayah. Dewasa ini banyak ahli ekonomi kembali melakukan kajian terhadap faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena dan perkembangan teori yang memasukkan faktor eksternalitas berupa inovasi (inovation), teknologi (technology), kreativitas (creativity), jejaring (networking) dan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi.

Keywords: Development and Regional Planning.

PENDAHULUAN Upaya pembangunan di Sumatera
Utara selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup berarti dalam skala nasional. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara senantiasa relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Wilayah Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan industri. Laut, danau dan sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan. Sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi enerjik untuk pengembangan industri, perdagangan, parawisata dan lain-lain. Dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, kuolin, diamtome, emas, batu bara, minyak dan gas bumi. Kegiatan perekonomian terpenting di Provinsi

Sumatera Utara adalah pada sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Provinsi Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar, dan industri kecil.
Potensi startegis wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam jalur perdagangan internasional ditunjang oleh adanya pelabuhan laut dan udara yaitu pelabuhan udara Polonia dan ke depan sudah akan digantikan dengan Kuala Namo Internasional Airport (KNIA) yang jauh lebih besar dan moderen, Pingsori, Binaka, Aek Godang, Pelabuhan Laut Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung dan Labuhan

1

Jurnal Ekonom, Vol 16, No 1, Januari 2013


Bilik. Disamping fasilitas ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya serta komunikasi. Selain itu di Provinsi Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan atau penelitian seperti perguruan tinggi termasuk Politeknik, Balai penelitian dan Balai Pelatihan Kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian bagi pembangunan daerah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembangunan Wilayah

Salah satu permasalahan pokok yang

harus dipikirkan untuk menggerakkan

pertumbuhan wilayah adalah pembenahan

permasaalahan transportasi. Transportasi

merupakan unsur yang penting dan

berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan

perkembangan ekonomi, sosial, politik dan


mobilitas penduduk yang tumbuh

bersamaan dan mengikuti perkembangan

yang terjadi dalam berbagai bidang dan

sektor. Hal demikian selaras dengan kondisi

di Sumatera Utara yang juga menjadi

perhatian utama adalah sarana transportasi

terutama panjang jalan yang ada di setiap

wilayah baik di Wilayah Barat maupun di

Wilayah Timur. Dari total panjang jalan di

Provinsi Sumatera Utara, sekitar 43%


berada di Wilayah Timur sedangan di

Wilayah Barat hanya sepanjang 24,53%

dan sisanya berada di Wilayah Dataran

Tinggi yaitu 32,47%. Karena sebahagian

besar dari panjang jalan yang ada di

berbagai daerah baik di Wilayah Barat

maupun di Wilayah Timur berada dalam

kondisi buruk dan buruk sekali, sehingga

menghambat kelancaran mobilitas baik

barang maupun orang dan kurangnya


peranan jalan dalam menunjang ekonomi

lokal adalah bahwa minimnya aktivitas

ekonomi wilayah dan minimnya peran

sektor industri yang dampak lanjutannya

belum banyak memberikan arti bagi

peningkatan pertumbuhan ekonomi

wilayah.

Di sektor pendidikan merupakan

komponen penting dan vital terhadap

pembangunan


terutama

dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

keduanya merupakan input bagi total

produksi (Todaro, 2003). Pendididkan juga

berfungsi meningkatkan produktivitas.

2

Selain dari itu kemampuan untuk menyerap

teknologi

memerlukan peningkatan


kualitas sumber daya manusia. Namun

demikian pengalaman di negara maju

dengan menggunakan asumsi yang

digunakan oleh teori tersebut tidak selalu

benar. Studi yang dilakukan oleh Blau dan

Duncan (1967) di Amerika Serikat, Blaug

(1974) di Inggeris dan Cummings (1980) di

Indonesia, menunjukkan bahwa pendidikan

formal memberikan peranan yang relatif

kecil terhadap status pekerjaan dan


penghasilan. Hal ini sejalan pula dengan

asumsi yang harus dipenuhi bahwa

lapangan kerja di sektor moderen masih

sangat terbatas jumlahnya, sehingga jumlah

tenaga kerja terdidik yang relatif besar tidak

dapat tertampung oleh lapangan kerja yang

ada. Kemudian lulusan pendidikan belum

siap bekerja yang sesuai dengan tuntutan

pekerjaan. Dampak dari teori spread effect

dan backwash effect. Artinya ada


pergerakan besar atau keluarnya orang-

orang yang memiliki kualitas baik (brain

drain) dari wilayah yang kurang

berkembang ke wilayah yang lebih maju,

sehingga dengan demikian akan berdampak

buruk terhadap daerah yang ditinggal.

Pertambahan penduduk bukanlah

merupakan suatu masalah, melainkan

sebaliknya justru merupakan unsur penting

yang akan memacu pembangunan ekonomi.


Masalah besar dari kependudukan adalah

kepadatan penduduk dan selalu menjadi

problema tersendiri bagi suatu wilayah

karena akan memunculkan masalah lain

seperti permukiman, penyediaan lapangan

pekerjaan, sarana dan prasarana, dan

masalah sosial lainnya.

Pembangunan wilayah dihasilkan

dari reaksi antara penduduk terhadap

lingkungannya sehingga kekurangan


Sumber Daya Alam ternyata dapat

membawa keberuntungan, apabila

kebudayaan dari masyarakat dapat

memberikan

reaksi

terhadap

lingkungannya.Heterogenitas suku di

Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara

telah berdampak terhadap peningkatan

output dan tingkat persaingan yang semakin


kuat. Mobilitas penduduk yang kemudian

disebut sebagai suku pendatang banyak

memberikan keuntungan tidak saja secara

lokasi tetapi juga kewilayahan (Sirojuzilam,

2007).

Chairul Nazwar, Sirojuzilam: Pembangunan Wilayah…

Aglomerasi Industri Wilayah di Sumatera Utara
Daerah konsentrasi industri tinggi akan mempunyai aglomerasi ekonomi yang lebih besar dibandingkan wilayah atau daerah yang memiliki konsentrasi industri yang lebih rendah atau daerah yang bukan konsentrasi industri. Oleh karena itu wilayah dengan konsentrasi industri yang lebih tinggi intensitasnya akan mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah dengan konsentrasi industri yang lebih rendah.
Pada periode sepuluh tahun terakhir jumlah industri besar dan industri sedang di Sumatera Utara mengalami peningkatan yang berfluktuasi, jumlah industri sedang dan besar di Sumatera Utara mengalami peningkatan yang cukup signifikan 1056 industri (tahun 2008). Disamping itu kontribusi sektor industri terhadap PDRB mencapaiditahun 2010 25,41% dan kemudian menjadi 30% sebagai syarat criteria dasar menjadi wilayah berbasis industri. Konsentrasi industri sedang dan besar secara absolut terbanyak jumlahnya di Wilayah Timur dibandingkan dengan Wilayah Barat. Konsentrasi industri di Wilayah Timur terutama berada di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Asahan. Dari kenyataaan tersebut dapat dinyatakan penyebaran industri di kedua wilayah sangat timpang dan hal tersebut akan berdampak nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di masingmasing wilayah. Hipotesis Kuznet dapat membuktikan kisah perjalanan proses pembangunan di Sumatera Utara dengan mengamati pada periode tertentu dengan merekayasa pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto dengan indeks ketimpangan. Grafik tersebut merupakan hubungan antara pertumbuhan PDRB dengan indeks ketimpangan Theil.
Gambar 1. Kurva U Terbalik

Gambar 1 menunjukkan bentuk U-

terbalik. Hal ini berarti bahwa pada masa

awal-awal

proses

pembangunan

ketimpangan akan memburuk dan pada

tahap-tahap berikutnya ketimpangan akan

menurun, namun pada suatu waktu akan

terjadi peningkatan ketimpangan lagi dan

akhirnya akan menurun sehingga dapat

dikatakan peristiwa tersebut seperti

berulang kembali. Kurva yang berbentuk

U-terbalik ini menunjukkan bahwa

hipotesis Kuznets dapat dikatakan berlaku

di Propinsi Sumatera Utara. Dengan

demikian baik dengan menggunakan indeks

Wiliamson maupun indeks Theil diperoleh

hasil yang sama, artinya pada awal masa

pembangunan di Sumatea Utara sepuluh

tahun terakhir menunjukkan angka

ketimpangan dengantrend yang meningkat,

akan tetapi setelah kurun waktu tertentu

angka ketimpangan menunjukkan trend

menurun dan demikianlah seterusnya.

Sudah demikian penting untuk

dilakukannya kerjasama anggaran (joint

budget) antar pemerintah daerah melalui

koordinasi provinsi, terutama bagi wilayah

yang memiliki program dan aktivitas

pembangunan yang sama dan letaknya

berdekatan. Hal ini dilakukan agar program

pembangunan tersebut dapat dilakukan

dengan berdaya guna dan berhasil guna

mengingat alasan keterbatasan anggaran.

Agar strategi pembangunan daerah

dapat berjalan secara dinamis dan

berkelanjutan (sustainable), maka harus

diperhatikan dan dianalisis secara tepat

lingkungan daerah baik internal maupun

eksternal. Aspek internal meliputi potensi

daerah, keuangan daerah, komoditas

unggulan, aglomerasi industri, pusat

pertumbuhan sedangkan aspek eksternal

meliputi pengaruh wilayah batas (regional

spillover), kerjasama interregional,

perdagangan interregional (perubahan

permintaan dan penawaran), pendapatan

perkapita luar daerah dan lain-lain. Analisis

perubahan (change) global yang penting

untuk diperhatikan meliputi perubahan

teknologi, inovasi, networking (jejaring)

dinamika ekonomi, perkembangan politik,

regulasi, pergesaran sosial budaya dan

perubahan pasar serta membangun regional

branded dan icon-icon baru untuk

memasarkan daerah sekaligus sebagai daya

tarik daerah untuk para investor.

3

Jurnal Ekonom, Vol 16, No 1, Januari 2013

KESIMPULAN 1. Bahwapertumbuhan ekonomi wilayah
dipengaruhi oleh banyak faktor. Perbedaan dari pertumbuhan ekonomi inilah yang kemudian menciptakan ketimpangan antar daerah atau wilayah dalam proses penbangunannya. 2. Bahwa adanya perbedaan dan ketimpangan di Provinsi Sumatera Utara akibat adanya perbedaan potensi sumber daya wilayah, infrastruktur transportasi, pengeluaran pemerintah, pendidikan, sumber daya manusia, kepadatan penduduk, investasi, heterogenitas etnik (keberagaman suku) dan sumber daya alam.

SARAN

1. Model perencanaan dan kebijakan

regional tidaklah harus sama diantara

berbagai wilayah. Modelperencanaan

berbasis spatial dan aktivitas sangatlah

penting untuk diterapkan mengingat

perencanaan dimensi regional sangat

memperhatikan

potensi

dan

sumberdaya yang dimiliki dan aspek

lokasi dari masing-masing wilayah.

2. Walaupun demikian pendekatan

perencanaan berbasis spatial dan

aktivitas dapat dipadukan dalam

kerangka pendekatan perencanaan

sektoral. Pengalaman menunjukkan

bahwa pendekatan perencanaan

sektoral yang selama ini dijalankan

belum memberikan dampak yang

optimal terhadap pembangunan di

daerah.

3. Pemerintah daerah sangatlah mengerti

dan mengetahui akan daerahnya

sendiri, daerah mempunyai potensi,

kebutuhan dan daya tarik yang

berbeda-beda, sehingga dalam upaya

perencanaan pembangunan wilayah

sangat

penting

diperhatikan

pendayagunaan penggunaan ruang

wilayah dan perencanaan aktivitas

terhadap ruang wilayah.

4. Daerah harus didorong untuk

melakukan cross border spatial

cooperation (kerjasama antar wilayah)

dan menciptakan pusat-pusat

pertumbuhan baru (baca: KEK Sei

Mangkei) dengan memperhatikan efek

dari pengaruh wilayah batas (regional

spillover).

Pilihan

terhadap

4

perencanaan berbasis spatial dan aktivitas cukup tepat dirasakan karena sebagai salah satu alternatif pendekatan perencanaan bagi daerah, sehingga menghasilkan pendekatan perencanaan pembangunan yang terbaik bagi daerah. Dengan demikian daerah dengan berbagai pilihan dari alternatif yang ada dapat mengoptimumkan pengembangan ekonomi lokal (local economic development) sehinggga akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
DAFTAR RUJUKAN Bendavid-Val, Avrom, 1991, Regional and
Local Economic Analysis for Practitioners, 4th Edition, Praeger Publisher, New York. Blair, John P., 1995, Local Economic Development: Analysis and Practice, Sage Publication. USA. Faludi, Andreas, 1978, A Reader in Planning Theory, Pergamon Press, Oxford, New York, Toronto, Paris, Frankfurt. Fujita, Masahita, 2002, Economics of Agglomeration: Cities, Industrial Location and Regional Growth, Cambridge University Press, United Kingdom. Gore, Charles, 1984, Region in Question: Space, Development Theory and Regional Policy,Published in USA by Methuen& Co, Ltd 11 New Fetter Lane, London. Higgins, Benjamin and Donald J, Savoie, 1995, Regional Development: Theories and Their Application, New Brunswick, N.J, Transaction Publischers, USA. Isard, Walter, 1960, Methods of Regional Analysis, MIT Press, United State of Amerika. Nurgoho, Iwan dan Dahuri Rokhmin, 2004, Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, LP3ES, Jakarta. Sirojuzilam, 2005, Beberapa Aspek Pembangunan Regional, ISEI Bandung, Jawa Barat _________, 2006, Teori Lokasi,USU Press, Medan.