PEMBANGUNAN WILAYAH SUMATERA UTARA
PEMBANGUNAN WILAYAH SUMATERA UTARA
Chairul Nazwar*, Sirojuzilam**
*Staf Pengajar Fakultas Ekonomi USU **Ketua Program Studi S2 PWD, S3 Perencanaan Wilayah SPs USU
sirohasyim@gmail.com
Abstract: Development aims to create economic growth and structural change, social change, reduce or eliminate poverty, reduce inequality (disparity), and unemployment (Todaro, 2000). Regional development is an integral part of national development, is essentially the deliberate efforts to increase local capacity in creating a better future for the region. Today many economists back a review of the factors that determine economic growth. This situation motivated by the phenomenon and the development of the theory of externalities include factors such as innovation (inovation), technology (technology), creativity (creativity), networking (networking) and Human Resources(HR) as an engine of economic growth.
Abstrak: Pembangunan bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran (Todaro,2000). Pembangunan daerah yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi daerah tersebut khususnya bagi masyarakat dalam semua lapisan dan bagian wilayah. Dewasa ini banyak ahli ekonomi kembali melakukan kajian terhadap faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena dan perkembangan teori yang memasukkan faktor eksternalitas berupa inovasi (inovation), teknologi (technology), kreativitas (creativity), jejaring (networking) dan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi.
Keywords: Development and Regional Planning.
PENDAHULUAN Upaya pembangunan di Sumatera
Utara selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup berarti dalam skala nasional. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara senantiasa relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Wilayah Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan industri. Laut, danau dan sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan. Sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi enerjik untuk pengembangan industri, perdagangan, parawisata dan lain-lain. Dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, kuolin, diamtome, emas, batu bara, minyak dan gas bumi. Kegiatan perekonomian terpenting di Provinsi
Sumatera Utara adalah pada sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Provinsi Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar, dan industri kecil.
Potensi startegis wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam jalur perdagangan internasional ditunjang oleh adanya pelabuhan laut dan udara yaitu pelabuhan udara Polonia dan ke depan sudah akan digantikan dengan Kuala Namo Internasional Airport (KNIA) yang jauh lebih besar dan moderen, Pingsori, Binaka, Aek Godang, Pelabuhan Laut Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung dan Labuhan
1
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 1, Januari 2013
Bilik. Disamping fasilitas ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya serta komunikasi. Selain itu di Provinsi Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan atau penelitian seperti perguruan tinggi termasuk Politeknik, Balai penelitian dan Balai Pelatihan Kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian bagi pembangunan daerah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembangunan Wilayah
Salah satu permasalahan pokok yang
harus dipikirkan untuk menggerakkan
pertumbuhan wilayah adalah pembenahan
permasaalahan transportasi. Transportasi
merupakan unsur yang penting dan
berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan
perkembangan ekonomi, sosial, politik dan
mobilitas penduduk yang tumbuh
bersamaan dan mengikuti perkembangan
yang terjadi dalam berbagai bidang dan
sektor. Hal demikian selaras dengan kondisi
di Sumatera Utara yang juga menjadi
perhatian utama adalah sarana transportasi
terutama panjang jalan yang ada di setiap
wilayah baik di Wilayah Barat maupun di
Wilayah Timur. Dari total panjang jalan di
Provinsi Sumatera Utara, sekitar 43%
berada di Wilayah Timur sedangan di
Wilayah Barat hanya sepanjang 24,53%
dan sisanya berada di Wilayah Dataran
Tinggi yaitu 32,47%. Karena sebahagian
besar dari panjang jalan yang ada di
berbagai daerah baik di Wilayah Barat
maupun di Wilayah Timur berada dalam
kondisi buruk dan buruk sekali, sehingga
menghambat kelancaran mobilitas baik
barang maupun orang dan kurangnya
peranan jalan dalam menunjang ekonomi
lokal adalah bahwa minimnya aktivitas
ekonomi wilayah dan minimnya peran
sektor industri yang dampak lanjutannya
belum banyak memberikan arti bagi
peningkatan pertumbuhan ekonomi
wilayah.
Di sektor pendidikan merupakan
komponen penting dan vital terhadap
pembangunan
terutama
dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
keduanya merupakan input bagi total
produksi (Todaro, 2003). Pendididkan juga
berfungsi meningkatkan produktivitas.
2
Selain dari itu kemampuan untuk menyerap
teknologi
memerlukan peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Namun
demikian pengalaman di negara maju
dengan menggunakan asumsi yang
digunakan oleh teori tersebut tidak selalu
benar. Studi yang dilakukan oleh Blau dan
Duncan (1967) di Amerika Serikat, Blaug
(1974) di Inggeris dan Cummings (1980) di
Indonesia, menunjukkan bahwa pendidikan
formal memberikan peranan yang relatif
kecil terhadap status pekerjaan dan
penghasilan. Hal ini sejalan pula dengan
asumsi yang harus dipenuhi bahwa
lapangan kerja di sektor moderen masih
sangat terbatas jumlahnya, sehingga jumlah
tenaga kerja terdidik yang relatif besar tidak
dapat tertampung oleh lapangan kerja yang
ada. Kemudian lulusan pendidikan belum
siap bekerja yang sesuai dengan tuntutan
pekerjaan. Dampak dari teori spread effect
dan backwash effect. Artinya ada
pergerakan besar atau keluarnya orang-
orang yang memiliki kualitas baik (brain
drain) dari wilayah yang kurang
berkembang ke wilayah yang lebih maju,
sehingga dengan demikian akan berdampak
buruk terhadap daerah yang ditinggal.
Pertambahan penduduk bukanlah
merupakan suatu masalah, melainkan
sebaliknya justru merupakan unsur penting
yang akan memacu pembangunan ekonomi.
Masalah besar dari kependudukan adalah
kepadatan penduduk dan selalu menjadi
problema tersendiri bagi suatu wilayah
karena akan memunculkan masalah lain
seperti permukiman, penyediaan lapangan
pekerjaan, sarana dan prasarana, dan
masalah sosial lainnya.
Pembangunan wilayah dihasilkan
dari reaksi antara penduduk terhadap
lingkungannya sehingga kekurangan
Sumber Daya Alam ternyata dapat
membawa keberuntungan, apabila
kebudayaan dari masyarakat dapat
memberikan
reaksi
terhadap
lingkungannya.Heterogenitas suku di
Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara
telah berdampak terhadap peningkatan
output dan tingkat persaingan yang semakin
kuat. Mobilitas penduduk yang kemudian
disebut sebagai suku pendatang banyak
memberikan keuntungan tidak saja secara
lokasi tetapi juga kewilayahan (Sirojuzilam,
2007).
Chairul Nazwar, Sirojuzilam: Pembangunan Wilayah…
Aglomerasi Industri Wilayah di Sumatera Utara
Daerah konsentrasi industri tinggi akan mempunyai aglomerasi ekonomi yang lebih besar dibandingkan wilayah atau daerah yang memiliki konsentrasi industri yang lebih rendah atau daerah yang bukan konsentrasi industri. Oleh karena itu wilayah dengan konsentrasi industri yang lebih tinggi intensitasnya akan mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah dengan konsentrasi industri yang lebih rendah.
Pada periode sepuluh tahun terakhir jumlah industri besar dan industri sedang di Sumatera Utara mengalami peningkatan yang berfluktuasi, jumlah industri sedang dan besar di Sumatera Utara mengalami peningkatan yang cukup signifikan 1056 industri (tahun 2008). Disamping itu kontribusi sektor industri terhadap PDRB mencapaiditahun 2010 25,41% dan kemudian menjadi 30% sebagai syarat criteria dasar menjadi wilayah berbasis industri. Konsentrasi industri sedang dan besar secara absolut terbanyak jumlahnya di Wilayah Timur dibandingkan dengan Wilayah Barat. Konsentrasi industri di Wilayah Timur terutama berada di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Asahan. Dari kenyataaan tersebut dapat dinyatakan penyebaran industri di kedua wilayah sangat timpang dan hal tersebut akan berdampak nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di masingmasing wilayah. Hipotesis Kuznet dapat membuktikan kisah perjalanan proses pembangunan di Sumatera Utara dengan mengamati pada periode tertentu dengan merekayasa pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto dengan indeks ketimpangan. Grafik tersebut merupakan hubungan antara pertumbuhan PDRB dengan indeks ketimpangan Theil.
Gambar 1. Kurva U Terbalik
Gambar 1 menunjukkan bentuk U-
terbalik. Hal ini berarti bahwa pada masa
awal-awal
proses
pembangunan
ketimpangan akan memburuk dan pada
tahap-tahap berikutnya ketimpangan akan
menurun, namun pada suatu waktu akan
terjadi peningkatan ketimpangan lagi dan
akhirnya akan menurun sehingga dapat
dikatakan peristiwa tersebut seperti
berulang kembali. Kurva yang berbentuk
U-terbalik ini menunjukkan bahwa
hipotesis Kuznets dapat dikatakan berlaku
di Propinsi Sumatera Utara. Dengan
demikian baik dengan menggunakan indeks
Wiliamson maupun indeks Theil diperoleh
hasil yang sama, artinya pada awal masa
pembangunan di Sumatea Utara sepuluh
tahun terakhir menunjukkan angka
ketimpangan dengantrend yang meningkat,
akan tetapi setelah kurun waktu tertentu
angka ketimpangan menunjukkan trend
menurun dan demikianlah seterusnya.
Sudah demikian penting untuk
dilakukannya kerjasama anggaran (joint
budget) antar pemerintah daerah melalui
koordinasi provinsi, terutama bagi wilayah
yang memiliki program dan aktivitas
pembangunan yang sama dan letaknya
berdekatan. Hal ini dilakukan agar program
pembangunan tersebut dapat dilakukan
dengan berdaya guna dan berhasil guna
mengingat alasan keterbatasan anggaran.
Agar strategi pembangunan daerah
dapat berjalan secara dinamis dan
berkelanjutan (sustainable), maka harus
diperhatikan dan dianalisis secara tepat
lingkungan daerah baik internal maupun
eksternal. Aspek internal meliputi potensi
daerah, keuangan daerah, komoditas
unggulan, aglomerasi industri, pusat
pertumbuhan sedangkan aspek eksternal
meliputi pengaruh wilayah batas (regional
spillover), kerjasama interregional,
perdagangan interregional (perubahan
permintaan dan penawaran), pendapatan
perkapita luar daerah dan lain-lain. Analisis
perubahan (change) global yang penting
untuk diperhatikan meliputi perubahan
teknologi, inovasi, networking (jejaring)
dinamika ekonomi, perkembangan politik,
regulasi, pergesaran sosial budaya dan
perubahan pasar serta membangun regional
branded dan icon-icon baru untuk
memasarkan daerah sekaligus sebagai daya
tarik daerah untuk para investor.
3
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 1, Januari 2013
KESIMPULAN 1. Bahwapertumbuhan ekonomi wilayah
dipengaruhi oleh banyak faktor. Perbedaan dari pertumbuhan ekonomi inilah yang kemudian menciptakan ketimpangan antar daerah atau wilayah dalam proses penbangunannya. 2. Bahwa adanya perbedaan dan ketimpangan di Provinsi Sumatera Utara akibat adanya perbedaan potensi sumber daya wilayah, infrastruktur transportasi, pengeluaran pemerintah, pendidikan, sumber daya manusia, kepadatan penduduk, investasi, heterogenitas etnik (keberagaman suku) dan sumber daya alam.
SARAN
1. Model perencanaan dan kebijakan
regional tidaklah harus sama diantara
berbagai wilayah. Modelperencanaan
berbasis spatial dan aktivitas sangatlah
penting untuk diterapkan mengingat
perencanaan dimensi regional sangat
memperhatikan
potensi
dan
sumberdaya yang dimiliki dan aspek
lokasi dari masing-masing wilayah.
2. Walaupun demikian pendekatan
perencanaan berbasis spatial dan
aktivitas dapat dipadukan dalam
kerangka pendekatan perencanaan
sektoral. Pengalaman menunjukkan
bahwa pendekatan perencanaan
sektoral yang selama ini dijalankan
belum memberikan dampak yang
optimal terhadap pembangunan di
daerah.
3. Pemerintah daerah sangatlah mengerti
dan mengetahui akan daerahnya
sendiri, daerah mempunyai potensi,
kebutuhan dan daya tarik yang
berbeda-beda, sehingga dalam upaya
perencanaan pembangunan wilayah
sangat
penting
diperhatikan
pendayagunaan penggunaan ruang
wilayah dan perencanaan aktivitas
terhadap ruang wilayah.
4. Daerah harus didorong untuk
melakukan cross border spatial
cooperation (kerjasama antar wilayah)
dan menciptakan pusat-pusat
pertumbuhan baru (baca: KEK Sei
Mangkei) dengan memperhatikan efek
dari pengaruh wilayah batas (regional
spillover).
Pilihan
terhadap
4
perencanaan berbasis spatial dan aktivitas cukup tepat dirasakan karena sebagai salah satu alternatif pendekatan perencanaan bagi daerah, sehingga menghasilkan pendekatan perencanaan pembangunan yang terbaik bagi daerah. Dengan demikian daerah dengan berbagai pilihan dari alternatif yang ada dapat mengoptimumkan pengembangan ekonomi lokal (local economic development) sehinggga akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
DAFTAR RUJUKAN Bendavid-Val, Avrom, 1991, Regional and
Local Economic Analysis for Practitioners, 4th Edition, Praeger Publisher, New York. Blair, John P., 1995, Local Economic Development: Analysis and Practice, Sage Publication. USA. Faludi, Andreas, 1978, A Reader in Planning Theory, Pergamon Press, Oxford, New York, Toronto, Paris, Frankfurt. Fujita, Masahita, 2002, Economics of Agglomeration: Cities, Industrial Location and Regional Growth, Cambridge University Press, United Kingdom. Gore, Charles, 1984, Region in Question: Space, Development Theory and Regional Policy,Published in USA by Methuen& Co, Ltd 11 New Fetter Lane, London. Higgins, Benjamin and Donald J, Savoie, 1995, Regional Development: Theories and Their Application, New Brunswick, N.J, Transaction Publischers, USA. Isard, Walter, 1960, Methods of Regional Analysis, MIT Press, United State of Amerika. Nurgoho, Iwan dan Dahuri Rokhmin, 2004, Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, LP3ES, Jakarta. Sirojuzilam, 2005, Beberapa Aspek Pembangunan Regional, ISEI Bandung, Jawa Barat _________, 2006, Teori Lokasi,USU Press, Medan.
Chairul Nazwar*, Sirojuzilam**
*Staf Pengajar Fakultas Ekonomi USU **Ketua Program Studi S2 PWD, S3 Perencanaan Wilayah SPs USU
sirohasyim@gmail.com
Abstract: Development aims to create economic growth and structural change, social change, reduce or eliminate poverty, reduce inequality (disparity), and unemployment (Todaro, 2000). Regional development is an integral part of national development, is essentially the deliberate efforts to increase local capacity in creating a better future for the region. Today many economists back a review of the factors that determine economic growth. This situation motivated by the phenomenon and the development of the theory of externalities include factors such as innovation (inovation), technology (technology), creativity (creativity), networking (networking) and Human Resources(HR) as an engine of economic growth.
Abstrak: Pembangunan bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan (disparity), dan pengangguran (Todaro,2000). Pembangunan daerah yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi daerah tersebut khususnya bagi masyarakat dalam semua lapisan dan bagian wilayah. Dewasa ini banyak ahli ekonomi kembali melakukan kajian terhadap faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena dan perkembangan teori yang memasukkan faktor eksternalitas berupa inovasi (inovation), teknologi (technology), kreativitas (creativity), jejaring (networking) dan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi.
Keywords: Development and Regional Planning.
PENDAHULUAN Upaya pembangunan di Sumatera
Utara selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup berarti dalam skala nasional. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara senantiasa relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Wilayah Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan industri. Laut, danau dan sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan. Sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi enerjik untuk pengembangan industri, perdagangan, parawisata dan lain-lain. Dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, kuolin, diamtome, emas, batu bara, minyak dan gas bumi. Kegiatan perekonomian terpenting di Provinsi
Sumatera Utara adalah pada sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan budidaya ekspor dari perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Provinsi Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor meliputi industri logam dasar, aneka industri kimia dasar, dan industri kecil.
Potensi startegis wilayah Provinsi Sumatera Utara dalam jalur perdagangan internasional ditunjang oleh adanya pelabuhan laut dan udara yaitu pelabuhan udara Polonia dan ke depan sudah akan digantikan dengan Kuala Namo Internasional Airport (KNIA) yang jauh lebih besar dan moderen, Pingsori, Binaka, Aek Godang, Pelabuhan Laut Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung dan Labuhan
1
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 1, Januari 2013
Bilik. Disamping fasilitas ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya serta komunikasi. Selain itu di Provinsi Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan atau penelitian seperti perguruan tinggi termasuk Politeknik, Balai penelitian dan Balai Pelatihan Kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian bagi pembangunan daerah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembangunan Wilayah
Salah satu permasalahan pokok yang
harus dipikirkan untuk menggerakkan
pertumbuhan wilayah adalah pembenahan
permasaalahan transportasi. Transportasi
merupakan unsur yang penting dan
berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan
perkembangan ekonomi, sosial, politik dan
mobilitas penduduk yang tumbuh
bersamaan dan mengikuti perkembangan
yang terjadi dalam berbagai bidang dan
sektor. Hal demikian selaras dengan kondisi
di Sumatera Utara yang juga menjadi
perhatian utama adalah sarana transportasi
terutama panjang jalan yang ada di setiap
wilayah baik di Wilayah Barat maupun di
Wilayah Timur. Dari total panjang jalan di
Provinsi Sumatera Utara, sekitar 43%
berada di Wilayah Timur sedangan di
Wilayah Barat hanya sepanjang 24,53%
dan sisanya berada di Wilayah Dataran
Tinggi yaitu 32,47%. Karena sebahagian
besar dari panjang jalan yang ada di
berbagai daerah baik di Wilayah Barat
maupun di Wilayah Timur berada dalam
kondisi buruk dan buruk sekali, sehingga
menghambat kelancaran mobilitas baik
barang maupun orang dan kurangnya
peranan jalan dalam menunjang ekonomi
lokal adalah bahwa minimnya aktivitas
ekonomi wilayah dan minimnya peran
sektor industri yang dampak lanjutannya
belum banyak memberikan arti bagi
peningkatan pertumbuhan ekonomi
wilayah.
Di sektor pendidikan merupakan
komponen penting dan vital terhadap
pembangunan
terutama
dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang
keduanya merupakan input bagi total
produksi (Todaro, 2003). Pendididkan juga
berfungsi meningkatkan produktivitas.
2
Selain dari itu kemampuan untuk menyerap
teknologi
memerlukan peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Namun
demikian pengalaman di negara maju
dengan menggunakan asumsi yang
digunakan oleh teori tersebut tidak selalu
benar. Studi yang dilakukan oleh Blau dan
Duncan (1967) di Amerika Serikat, Blaug
(1974) di Inggeris dan Cummings (1980) di
Indonesia, menunjukkan bahwa pendidikan
formal memberikan peranan yang relatif
kecil terhadap status pekerjaan dan
penghasilan. Hal ini sejalan pula dengan
asumsi yang harus dipenuhi bahwa
lapangan kerja di sektor moderen masih
sangat terbatas jumlahnya, sehingga jumlah
tenaga kerja terdidik yang relatif besar tidak
dapat tertampung oleh lapangan kerja yang
ada. Kemudian lulusan pendidikan belum
siap bekerja yang sesuai dengan tuntutan
pekerjaan. Dampak dari teori spread effect
dan backwash effect. Artinya ada
pergerakan besar atau keluarnya orang-
orang yang memiliki kualitas baik (brain
drain) dari wilayah yang kurang
berkembang ke wilayah yang lebih maju,
sehingga dengan demikian akan berdampak
buruk terhadap daerah yang ditinggal.
Pertambahan penduduk bukanlah
merupakan suatu masalah, melainkan
sebaliknya justru merupakan unsur penting
yang akan memacu pembangunan ekonomi.
Masalah besar dari kependudukan adalah
kepadatan penduduk dan selalu menjadi
problema tersendiri bagi suatu wilayah
karena akan memunculkan masalah lain
seperti permukiman, penyediaan lapangan
pekerjaan, sarana dan prasarana, dan
masalah sosial lainnya.
Pembangunan wilayah dihasilkan
dari reaksi antara penduduk terhadap
lingkungannya sehingga kekurangan
Sumber Daya Alam ternyata dapat
membawa keberuntungan, apabila
kebudayaan dari masyarakat dapat
memberikan
reaksi
terhadap
lingkungannya.Heterogenitas suku di
Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara
telah berdampak terhadap peningkatan
output dan tingkat persaingan yang semakin
kuat. Mobilitas penduduk yang kemudian
disebut sebagai suku pendatang banyak
memberikan keuntungan tidak saja secara
lokasi tetapi juga kewilayahan (Sirojuzilam,
2007).
Chairul Nazwar, Sirojuzilam: Pembangunan Wilayah…
Aglomerasi Industri Wilayah di Sumatera Utara
Daerah konsentrasi industri tinggi akan mempunyai aglomerasi ekonomi yang lebih besar dibandingkan wilayah atau daerah yang memiliki konsentrasi industri yang lebih rendah atau daerah yang bukan konsentrasi industri. Oleh karena itu wilayah dengan konsentrasi industri yang lebih tinggi intensitasnya akan mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah dengan konsentrasi industri yang lebih rendah.
Pada periode sepuluh tahun terakhir jumlah industri besar dan industri sedang di Sumatera Utara mengalami peningkatan yang berfluktuasi, jumlah industri sedang dan besar di Sumatera Utara mengalami peningkatan yang cukup signifikan 1056 industri (tahun 2008). Disamping itu kontribusi sektor industri terhadap PDRB mencapaiditahun 2010 25,41% dan kemudian menjadi 30% sebagai syarat criteria dasar menjadi wilayah berbasis industri. Konsentrasi industri sedang dan besar secara absolut terbanyak jumlahnya di Wilayah Timur dibandingkan dengan Wilayah Barat. Konsentrasi industri di Wilayah Timur terutama berada di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Asahan. Dari kenyataaan tersebut dapat dinyatakan penyebaran industri di kedua wilayah sangat timpang dan hal tersebut akan berdampak nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di masingmasing wilayah. Hipotesis Kuznet dapat membuktikan kisah perjalanan proses pembangunan di Sumatera Utara dengan mengamati pada periode tertentu dengan merekayasa pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto dengan indeks ketimpangan. Grafik tersebut merupakan hubungan antara pertumbuhan PDRB dengan indeks ketimpangan Theil.
Gambar 1. Kurva U Terbalik
Gambar 1 menunjukkan bentuk U-
terbalik. Hal ini berarti bahwa pada masa
awal-awal
proses
pembangunan
ketimpangan akan memburuk dan pada
tahap-tahap berikutnya ketimpangan akan
menurun, namun pada suatu waktu akan
terjadi peningkatan ketimpangan lagi dan
akhirnya akan menurun sehingga dapat
dikatakan peristiwa tersebut seperti
berulang kembali. Kurva yang berbentuk
U-terbalik ini menunjukkan bahwa
hipotesis Kuznets dapat dikatakan berlaku
di Propinsi Sumatera Utara. Dengan
demikian baik dengan menggunakan indeks
Wiliamson maupun indeks Theil diperoleh
hasil yang sama, artinya pada awal masa
pembangunan di Sumatea Utara sepuluh
tahun terakhir menunjukkan angka
ketimpangan dengantrend yang meningkat,
akan tetapi setelah kurun waktu tertentu
angka ketimpangan menunjukkan trend
menurun dan demikianlah seterusnya.
Sudah demikian penting untuk
dilakukannya kerjasama anggaran (joint
budget) antar pemerintah daerah melalui
koordinasi provinsi, terutama bagi wilayah
yang memiliki program dan aktivitas
pembangunan yang sama dan letaknya
berdekatan. Hal ini dilakukan agar program
pembangunan tersebut dapat dilakukan
dengan berdaya guna dan berhasil guna
mengingat alasan keterbatasan anggaran.
Agar strategi pembangunan daerah
dapat berjalan secara dinamis dan
berkelanjutan (sustainable), maka harus
diperhatikan dan dianalisis secara tepat
lingkungan daerah baik internal maupun
eksternal. Aspek internal meliputi potensi
daerah, keuangan daerah, komoditas
unggulan, aglomerasi industri, pusat
pertumbuhan sedangkan aspek eksternal
meliputi pengaruh wilayah batas (regional
spillover), kerjasama interregional,
perdagangan interregional (perubahan
permintaan dan penawaran), pendapatan
perkapita luar daerah dan lain-lain. Analisis
perubahan (change) global yang penting
untuk diperhatikan meliputi perubahan
teknologi, inovasi, networking (jejaring)
dinamika ekonomi, perkembangan politik,
regulasi, pergesaran sosial budaya dan
perubahan pasar serta membangun regional
branded dan icon-icon baru untuk
memasarkan daerah sekaligus sebagai daya
tarik daerah untuk para investor.
3
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 1, Januari 2013
KESIMPULAN 1. Bahwapertumbuhan ekonomi wilayah
dipengaruhi oleh banyak faktor. Perbedaan dari pertumbuhan ekonomi inilah yang kemudian menciptakan ketimpangan antar daerah atau wilayah dalam proses penbangunannya. 2. Bahwa adanya perbedaan dan ketimpangan di Provinsi Sumatera Utara akibat adanya perbedaan potensi sumber daya wilayah, infrastruktur transportasi, pengeluaran pemerintah, pendidikan, sumber daya manusia, kepadatan penduduk, investasi, heterogenitas etnik (keberagaman suku) dan sumber daya alam.
SARAN
1. Model perencanaan dan kebijakan
regional tidaklah harus sama diantara
berbagai wilayah. Modelperencanaan
berbasis spatial dan aktivitas sangatlah
penting untuk diterapkan mengingat
perencanaan dimensi regional sangat
memperhatikan
potensi
dan
sumberdaya yang dimiliki dan aspek
lokasi dari masing-masing wilayah.
2. Walaupun demikian pendekatan
perencanaan berbasis spatial dan
aktivitas dapat dipadukan dalam
kerangka pendekatan perencanaan
sektoral. Pengalaman menunjukkan
bahwa pendekatan perencanaan
sektoral yang selama ini dijalankan
belum memberikan dampak yang
optimal terhadap pembangunan di
daerah.
3. Pemerintah daerah sangatlah mengerti
dan mengetahui akan daerahnya
sendiri, daerah mempunyai potensi,
kebutuhan dan daya tarik yang
berbeda-beda, sehingga dalam upaya
perencanaan pembangunan wilayah
sangat
penting
diperhatikan
pendayagunaan penggunaan ruang
wilayah dan perencanaan aktivitas
terhadap ruang wilayah.
4. Daerah harus didorong untuk
melakukan cross border spatial
cooperation (kerjasama antar wilayah)
dan menciptakan pusat-pusat
pertumbuhan baru (baca: KEK Sei
Mangkei) dengan memperhatikan efek
dari pengaruh wilayah batas (regional
spillover).
Pilihan
terhadap
4
perencanaan berbasis spatial dan aktivitas cukup tepat dirasakan karena sebagai salah satu alternatif pendekatan perencanaan bagi daerah, sehingga menghasilkan pendekatan perencanaan pembangunan yang terbaik bagi daerah. Dengan demikian daerah dengan berbagai pilihan dari alternatif yang ada dapat mengoptimumkan pengembangan ekonomi lokal (local economic development) sehinggga akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
DAFTAR RUJUKAN Bendavid-Val, Avrom, 1991, Regional and
Local Economic Analysis for Practitioners, 4th Edition, Praeger Publisher, New York. Blair, John P., 1995, Local Economic Development: Analysis and Practice, Sage Publication. USA. Faludi, Andreas, 1978, A Reader in Planning Theory, Pergamon Press, Oxford, New York, Toronto, Paris, Frankfurt. Fujita, Masahita, 2002, Economics of Agglomeration: Cities, Industrial Location and Regional Growth, Cambridge University Press, United Kingdom. Gore, Charles, 1984, Region in Question: Space, Development Theory and Regional Policy,Published in USA by Methuen& Co, Ltd 11 New Fetter Lane, London. Higgins, Benjamin and Donald J, Savoie, 1995, Regional Development: Theories and Their Application, New Brunswick, N.J, Transaction Publischers, USA. Isard, Walter, 1960, Methods of Regional Analysis, MIT Press, United State of Amerika. Nurgoho, Iwan dan Dahuri Rokhmin, 2004, Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial dan Lingkungan, LP3ES, Jakarta. Sirojuzilam, 2005, Beberapa Aspek Pembangunan Regional, ISEI Bandung, Jawa Barat _________, 2006, Teori Lokasi,USU Press, Medan.