Subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme Un Chef” Dalam Bahasa Indonesia

(1)

170 Kajian Linguistik, Februari 2015, 170-188

Copyright ©2015, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1693-4660

SUBTITLE FILM BERBAHASA PRANCIS “COMME UN CHEF” DALAM BAHASA INDONESIA

Wahyuni Sa’dah wahyunisadah12@yahoo.com

Roswita Silalahi

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Mahriyuni

Universitas Negeri Medan Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang metode dan pergeseran (Shifts) yang terjadi dalam penerjemahan ujaran pada film berbahasa Prancis "Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia dengan sumber data berupa film Prancis "Comme un Chef" yang berdurasi 1 jam 25 menit dengan jumlah 1555 ujaran dan 7387 kata. Seluruh ujaran tersebut dijadikan sebagai data dan diolah dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ke delapan jenis metode penerjemahan yang dikemukakan Newmark, digunakan pada subtitle film tersebut, dengan rincian sebagai berikut, metode penerjemahan harafiah (literal translation) 31,321%, metode penerjemahan bebas (free translation) 16,72%, metode penerjemahan komunikatif (communicative translation) 32,21%, metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) 11,76%, metode penerjemahan penerjemahan semantik (semantic translation) 8,16%, metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation) 2,70%, metode penerjemahan setia (faithful translation) 2,31% dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) 0,06%. Penggunaan metode penerjemahan yang seluruhnya efektif adalah metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation). Pada penerjemahan ujaran pada subtitle film tersebut ditemukan 13 jenis pergeseran kelas kata (category shifts), yang terdiri atas, pergeseran kata kerja menjadi kata benda (KB), pergeseran kata sifat menjadi kata benda (SB), pergeseran kata sifat menjadi kata kerja (SK), pergeseran kata benda menjadi preposisi (BP), pergeseran kata benda menjadi kata keterangan (BKet), pergeseran kata sifat menjadi kata keterangan (SKet), pergeseran kata keterangan menjadi kata kerja (KetK), pergeseran kata keterangan menjadi kata benda (KetB), pergeseran kata penghubung menjadi kata keterangan (CnjKet), pergeseran preposisi menjadi kata benda (PB), pergeseran kata benda menjadi kata kerja (BK), pergeseran kata benda menjadi kata sifat (BS), dan pergeseran kata kerja menjadi kata sifat (KS). Pergeseran tingkatan (level shift) yang terjadi pada film sebanyak 11 jenis yakni, pergeseran kata kerja dari kala kini menjadi akan datang (KN), pergeseran kata benda tunggal menjadi kata benda jamak (TJ), pergesaran kala nanti menjadi kala kini (NK), pergeseran kalimat yang bermodalitas menjadi kalimat tidak modalitas (MN), pergeseran pola kalimat pasif menjadi kalimat aktif (AP), pergeseran kala kini menjadi kala lampau (KL), pergeseran dari kata benda jamak menjadi kata benda tunggal (JT), pergeseran modus kata kerja (M), pergeseran bentuk ujaran (U), pergeseran kala lampau menjadi kala kini (LK), dan pergeseran kalimat aktif menjadi kalimat pasif (PA).

Kata kunci: subtitle, film, metode, pergeseran, dan penerjemahan


(2)

171 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada umumnya, film berperan sebagai acuan atau pedoman gaya hidup masyarakat pada saat sekarang ini. Hoed (2006: 101) menyatakan bahwa: “Film Asing di Indonesia cenderung sering menjadi acuan moderenisasi”. Trianton (2013: ix) menambahkan bahwa: “Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat culture education atau pendidikan budaya”.

Film Prancis merupakan salah satu jenis film yang berpengaruh besar dalam perkembangan perfilman dunia. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui keberhasilan film-film Prancis dan sineas-sineasnya dalam berbagai penghargaan kelas dunia seperti Festival Film de Cannes¸ Oscar Awards, Festival du Film Américains, dsb.

“Comme un Chef" merupakan salah satu film yang sangat populer di Prancis. Film ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa. Pada film ini juga banyak ditemukan pesan pendidikan karakter seperti: kerja keras, idealisme, jujur, bertanggung jawab, cerdas, sabar, dan kesetiakawanan. Namun, ketika peneliti menonton film tersebut dengan subtitle berbahasa Indonesia, peneliti menemukan hal-hal yang ganjil dan tidak sesuai dengan pesan moral yang dikandung oleh film tersebut. Keganjilan tersebut berupa kalimat yang dianggap kurang berterima baik dari aspek budaya atau aspek kebahasaan dalam bahasa sasarannya, yakni bahasa Indonesia.

Misalnya:

Tsu.: Bocuse, je m‟ en tape. Nom pron. verbe

Bocuse, saya ku nya memukul. Tsa.: Bocuse bisa meniup keluar dari pantatnya.

(Comme un Chef: 00:03:26,088 --> 00:03:28,397)

Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa subtitle pada kalimat "Bocuse, je m‟en tape" menjadi "Bocuse bisa meniup keluar dari pantatnya". Penerjemahan ini tampak sukar untuk dipahami, karena orang Indonesia tidak mengenal siapa tokoh Bocuse tersebut. Kemudian kata "pantat" juga terasa tabu dan berbenturan dengan budaya Indonesia. Karena, kata tersebut merupakan ungkapan yang sering disebutkan untuk menghardik atau menghina orang lain.

Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa dalam penerjemahan subtitle "Comme un Chef" tersebut masih terdapat hal yang tidak jelas, tabu, dan dalam bahasa Indonesia. Ketidakberterimaan tersebut pada hakekatnya disebabkan oleh ketidaktepatan metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Machali (2009: 78): “metode penerjemahan berkenaan dengan rencana dalam pelaksanaan penerjemahan yang meliputi 3 tahap yaitu analisis, pengalihan, dan penyerasian dimana ketiga tahapan tersebut harus dilalui oleh seorang penerjemah”. Jika ketiga hal tersebut dilalui dengan baik maka tidak akan muncul terjemahan yang tidak berterima. Puteri juga menambahkan (2013: 78):

"There by, the quality of a text can be assessed by two features: 1) Its inteligibility (the translation is understandable) and 2) its fidelity (the message transmitted by the translation corresponds exactly to the original message)”. Selain contoh di atas, peneliti juga menemukan begitu banyak istilah kulinari dan nama masakan dalam bahasa Prancis yang terkadang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia namun tidak sedikit yang tetap ditulis dalam bahasa Prancis dalam versi terjemahan berbahasa Indonesia dari teks cerita film “Comme un Chef “ tersebut.


(3)

172

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 Misalnya:

Tsu: “La blanquette pour la 11." Art. nom pré. Art. Adj. de quantité. Itu blanquette untuk sebuah 11

Tsa: “Blanquette untuk 11”.

(Comme un Chef: 00: 02: 17,140 --> 00: 02: 18,774)

Pada teks di atas dapat diketahui bahwa metode penerjemahan yang dilakukan adalah metode harafiah (literal traslation) dimana kata "la blanquette" dipadankan dengan "Blanquette" kata "pour" diterjemahkan dengan "untuk" dalam bahasa Indonesia dan "11" dengan "11". Metode Penerjemahan harafiah (literal traslation) juga dibuktikan melalui tata urutan kata yang sama sekali tidak mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Machali (2009: 78) yakni: "Metode penerjemahan harafiah (literal translation) adalah « …jenis ini biasanya Tsa langsung diletakkan di bawah versi Tsu, kata-kata dalam Tsu biasanya diterjemahkan di luar konteks, dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan apa adanya". Jika dianalisis lebih jauh Blanquette adalah salah satu makanan Prancis yang sangat terkenal yakni berupa daging (unggas, sapi muda, atau ikan, domba) yang direbus dengan menggunakan krim putih dan telur. Jenis masakan ini masih dapat dipadankan dengan daging gulai putih (daging gulai kurma), yang memang masih ada dalam jenis masakan indonesia. Hal tersebut dapat dipadankan karena untuk blanquette dan memasak daging dalam tradisi kulinari indonesia tradisional tidak pernah menggunakan krim tetapi pada umumnya menggunakan santan, dalam hal ini santan dapat dipadankan dengan krim.

Seluruh keganjilan dan ketidakkonsistenan penerjemah dalam menerjemahkan dialog film berbahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia tidak akan terjadi jika penerjemahan menggunakan metode penerjemahan dan pergeseran penerjemahan (shifts) yang tepat. Oleh sebab itu, peneliti menganggap bahwa penelitian tentang metode dan pergeseran penerjemahan pada film “Comme un Chef” tersebut penting untuk dilakukan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Metode penerjemahan apa saja yang ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia?

2. Metode penerjemahan apa saja yang efektif pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia?

3. Pergeseran penerjemahan apa saja (shifts) yang terjadi pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia?

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS 1. Teori tentang Metode Penerjemahan

Dalam penelitian ini, teori yang dijadikan alat dalam menganalisis data adalah teori dari pakar penerjemahan terkemuka yaitu Newmark. Menurut Newmark (1988: 41-42), metode penerjemahan terdiri dari 8 jenis. Kedelapan jenis metode tersebut adalah penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation), penerjemahan harafiah (literal translation), penerjemahan setia (faithful translation), penerjemahan semantik (semantic translation), penerjemahan adaptasi (adaptation translation), penerjemahan bebas (free


(4)

173

translation), penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) dan penerjemahan komunikatif (communicative translation).

2. Teori tentang Pergeseran (Shifts) dalam Penerjemahan

Dalam penerjemahan sering ditemukan proses pergeseran (shifts). Proses pergeseran tersebut terjadi pada umumnya dalam aspek kebahasaan dan bukan aspek makna, isi atau pesan yang dikandung teks sumber. Menurut Catford (1965): terdapat dua jenis pergeseran (shifts) dalam penerjemahan. Kedua jenis pergeseran tersebut adalah pergeseran tingkatan yang meliputi aspek tata bahasa (level shifts) dan pergeseran kategori yang meliputi aspek kelas kata (category shift).

Khan (2006: 54) juga berpendapat bahwa pergeseran kelas kata adalah pergeseran yang terjadi pada kelas kata misalnya kata kerja dalam bahasa sasaran dapat berubah menjadi kata benda dalam bahasa sasaran.

3. Jenis-jenis Subtitle

Menurut http://ec.europa.eu/education/policies/lang/doc/multireport dinyatakan bahwa ada 3 buah jenis teksa film (subtitling). Ketiga jenis tersebut adalah:

“'Interlinguistic subtitling’: a film in a foreign language subtitled in the learner's language 'Intralinguistic subtitling': a film subtitled in the same language as the original 'Reverse subtitling': a film in the learner's mother tongue, subtitled in a foreign language”.

Jika teori ini didefenisikan maka akan menjadi: terdapat tiga buah jenis penerjemahan subtitle film yakni: penerjemahan interlinguistik, maksudnya adalah subtitle film yang ditulis dalam bahasa Asing diterjemahkan ke dalam bahasa ibu penonton, penerjemahan intralinguistik penerjemahan subtitle film dalam bahasa yang sama misalnya, subtitle film yang diucapkan dalam bahasa Prancis kemudian dibuatkan subtitle filmnya dalam bentuk tulisan dan tetap dalam bahasa Prancis dan penerjemahan jenis ketiga yaitu penerjemahan berlawanan yakni penerjemahan film dari bahasa ibu ke dalam bahasa Asing.

METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif karena data yang digunakan berupa kata, frasa, klausa atau kalimat yang berasal dari ujaran para tokoh dalam sebuah film Prancis berjudul “Comme un Chef”, dalam bentuk subtitle. Hal tersebut selaras dengan pendapat Miles dan Huberman (1994: 7):

“(overview of qualitative researche)… most analysis is done with words. The words can be assembled, subsclustered, broken into semiotic segments. They may permit the researcher to contrat, compare, analyze, and bestow patterns upon them”.

Metode deskriptif kualitatif ini juga digunakan, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mendeksripsikan metode penerjemahan, pergeseran (shifts) dalam penerjemahan dan metode penerjemahan yang efektif pada film subtitle film “Comme un Chef “ dalam bahasa Indonesia.


(5)

174

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 2. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah seluruh ujaran yang terdapat pada film berbahasa Prancis “Comme un Chef” yang diterjemahkan ke dalam teks tulisan berbahasa Indonesia (subtitle). Subtitle tersebut berupa kata, frasa, klausa maupun kalimat hasil terjemahan dari teks lisan pada dialog film tersebut. Kata, frasa, klausa atau kalimat pada subtitle film tersebut akan dianalisis secara makro guna mengetahui metode penerjemahannya, dan selanjutnya dianalisis secara mikro agar diketahui pergeseran tingkatan atau kelas kata yang terjadi.

Sumber data dalam penelitian ini berupa film Prancis "Comme un Chef". Film ini merupakan buah karya dari Daniel Cohen di bawah rumah produksi film Gaumont tahun 2011. Film tersebut berdurasi 1 jam 25 menit dengan pemutaran perdana pada tanggal 7 Maret 2012. Dalam film tersebut terdapat 1555 ujaran dan 7387 kata.

3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan berpedoman pada teori Miles dan Huberman (1994: 12).

a. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data diambil dari film berbahasa Prancis "Comme un Chef" karya Daniel Cohen. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menyimak setiap ujaran berbahasa Prancis para tokoh yang terdapat dalam film “Comme un Chef”.

2. Mentranskripsikan setiap ujaran berbahasa Prancis para tokoh yang terdapat dalam film “Comme un Chef”.

3. Mengamati subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia.

b. Pencantuman Data

Setelah mengumpulkan seluruh data, maka akan dilakukan pencantuman data penelitian. Langkah-langkah pencantuman data tersebut sebagai berikut:

1. Mencatat kembali setiap kata, frasa, klausa ataupun kalimat yang terdapat dalam subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef".

2. Mencantumkannya dalam tabel analisis agar identifikasi dan analisis metode dan pergeseran (shifts) penerjemahan dapat dilakukan.


(6)

175

3. Memberi nomor pada setiap kata, frasa, klausa atau kalimat yang terdapat pada subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef " dalam bahasa Indonesia. c. Reduksi Data

Reduksi data dalam penelitian ini adalah, pengklasifikasian antara data yang akan digunakan dalam analisis metode penerjemahan, serta data yang akan digunakan dalam analisis pergeseran (shifts) penerjemahan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti sebagai berikut:

1. Membaca dengan teliti transkripsi ujaran berbahasa Prancis "Comme un Chef" beserta subtitlenya dalam bahasa Indonesia.

2. Mengidentifikasi metode penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam setiap kalimat yang terdapat pada subtitle film "Comme un Chef" tersebut.

3. Menganalisis metode penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat teks sumber (dialog dalam film "Comme un Chef" tersebut).

4. Setelah melakukan analisis, maka dapat ditentukan jenis metode penerjemahan yang terdapat pada subtitle film "Comme un Chef" tersebut.

5. Memberikan lambang pada masing-masing metode penerjemahan.

6. Menghitung jumlah penggunaan metode penerjemahan yang terdapat subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan rumus:

Jumlah Penggunaan setiap jenis metode Frekuensi data = x 100

Jumlah total ujaran

7. Menganalisis pergeseran (shitfs) yang terdiri atas: pergeseran tingkatan (level shifts) atau kelas kata (category shifts), yang terjadi pada subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia.

8. Mengklasifikasikan pergeseran (shifts) sesuai dengan kategorinya.

9. Menghitung jumlah setiap pergeseran (shifts) penerjemahan yang terdapat subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia.

d. Penulisan Kesimpulan

Dalam membuat kesimpulan peneliti akan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Pemeriksaan ulang terhadap ketepatan hasil analisis metode penerjemahan. 2. Pemeriksaan ulang terhadap ketepatan hasil analisis pergeseran (shifts)

penerjemahan.

3. Menentukan kefektifan penggunaan metode penerjemahan berdasarkan teori yang dikemukan oleh Newmark. Sebuah metode penerjemahan disebut efektif jika hasil terjemahannya mengandung makna yang sepadan dengan bahasa sumbernya.

4. Menuliskan hasil temuan penelitian. 5. Membuat kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Metode Penerjemahan pada subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia

Dari hasil pengumpulan data ditemukan 1555 ujaran. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 1555 ujaran tersebut, diperoleh data bahwa kedelapan metode


(7)

176

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark, ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” tersebut. Sebaran kedelapan jenis metode penerjemahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan pada Subtitle Film Berbahasa Prancis "Comme Un Chef" Dalam Bahasa Indonesia

No. Metode Frekuensi %

1. Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation)

183 11,76

2. Penerjemahan Harafiah (Literal Translation) 487 31,31 3. Penerjemahan setia (Faithful Translation) 37 2,37 4. Penerjemahan sematik (Semantic Translation) 127 8,16 5. Penerjemahan Adaptasi (Adaptation

Translation) 41 2,63

6. Penerjemahan Bebas (Free Translation) 260 16,72 7. Penerjemahan idiomatik (Idiomatic

Translation)

1 0,06

8. Penerjemahan komunikatif (Communicative Translation)

347 22,31

9. Ujaran yang tidak diterjemahkan 72 4,63

Jumlah Total 1555 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa metode penerjemahan yang dominan ditemukan adalah metode penerjemahan harafiah (literal translation) sebanyak 487 kali pemunculan (31,321%), selanjutnya metode penerjemahan bebas (free translation) dengan frekuensi 260 kali (16,72%), kemudian penerjemahan komunikaitf (communicative translation) yakni dengan frekuensi 347 kali (32,21%), selanjutnya metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) 183 kali (11,76%), metode penerjemahan penerjemahan semantik (semantic translation) sebanyak 127 kali (8,16%), metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation) sebanyak 41 kali (2,63%), metode penerjemahan setia (faithful translation) sebanyak 37 (2,37%) dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) dengan 1 kali pemunculan (0,06%). Selain dari sebaran penggunaan metode penerjemahan yang tertera pada tabel di atas, dapat diketahui juga bahwa terdapat 72 ujaran (4,63%) yang tidak diterjemahkan.

Berdasarkan data yang tertera pada tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa frekuensi dominan metode penerjemahan harafiah (literal translation) menunjukkan bahwa antara bahasa Prancis dan bahasa Indonesia masih memiliki tingkat persamaan yang dikenal dengan istilah bahasa bersifat universal yang bermakna bahwa setiap bahasa di dunia masih memiliki kesamaan dalam hal menyatakan suatu ide, pendapat atau perasaan dengan menggunakan bahasa (Parera, 1991).

2. Metode Penerjemahan yang Efektif pada subtitle Film Berbahasa Prancis Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia

Berdasarkan analisis yang mendalam mengenai efektifitas penggunaan metode penerjemahan berdasarkan makna dan kriteria yang dikandung oleh setiap metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark, dapat diketahui bahwa, metode penerjemahan yang efektif digunakan adalah metode penerjemahan kata- per-kata (word-for-word translation) dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation). Dari


(8)

177

hasil analisis juga dapat diketahui bahwa kefektifan metode penerjemahan ini disebabkan pada konteks penggunaannya. Metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) tersebut efektif digunakan pada penerjemahan, kata, frasa, nama, angka, dan kalimat sederhana yang terdiri atas subjek + prediakat atau subjek + predikat + dan objek saja. Dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) juga efektif digunakan karena idiom yang terdapat pada bahasa Prancis memiliki padanan idiomatik dalam bahasa Indonesia. Sementara metode penerjemahan harafiah (literal translation), metode penerjemahan setia (faithful translation), metode penerjemahan semantik (semantic translation), metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation), metode penerjemahan bebas (free translation), dan metode penerjemahan komunikatif (communicative translation) tidak sepenuhnya digunakan secara efektif. Ketidakefektifan penggunaan metode penerjemahan tersebut disebabkan oleh ketidaktepatan pemahaman penerjemah terhadap makna yang dikandung dalam bahasa sumber sehingga penerjemah menggunakan metode penerjemahan yang tidak efektif. Penjelasan mengenai metode penerjemahan yang tidak efektif tersebut akan disajikan pada subbab pembahasan. Berikut ini akan disajikan metode penerjemahan yang efektif saja karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan metode penerjemahan yang efektif digunakan dalam menerjemahkan ujaran pada film berbahasa Prancis “Comme un Chef” kedalam bahasa Indonesia. Sebaran metode penerjemahan efektif tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan Efektif pada Subtitle Film Berbahasa Prancis Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia

No. Metode Jumlah

Penggunaan Metode

Efektif

Jumlah Total Penggunaan

Metode

%

1. Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation)

183 183 100

2. Penerjemahan Harafiah (Literal Translation)

171 487 35,11

3. Penerjemahan setia (Faithful Translation)

6 37 16,21

4. Penerjemahan sematik (Semantic Translation)

45 148 30,40

5. Penerjemahan Adaptasi (Adaptation Translation)

5 41 12,19

6. Penerjemahan Bebas (Free Translation)

42 260 16,15

7. Penerjemahan idiomatik (Idiomatic Translation)

1 1 100

8. Penerjemahan komunikatif (Communicative Translation)

101 347 29,10

Jumlah 553

Berdasarkan data yang tercantum pada tabel di atas, dideskripsikan bahwa, penggunaan metode penerjemahan yang seluruhnya efektif adalah metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation). Hal tersebut dibuktikan melalui dari 183 kali penggunaan metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation), keseluruhan penggunannya efektif. Begitu juga dengan penggunaan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) walaupun hanya memiliki 1 frekuensi, namun penggunaan metode tersebut efektif digunakan. Sementara itu, pada tabel di atas juga diketahui bahwa, penerjemahan


(9)

178

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 harafiah (literal translation) hanya efektif 35,11 % atau hanya 171 kali dari 487 pemunculan. Kemudian metode penerjemahan semantik (semantic translation) hanya efektif 30,40 % atau 45 kali dari total frekuensi 148 kali, selanjutnya metode penerjemahan komunikatif (communicative translation) memiliki efektifitas sebesar 29,10% atau 101 kali dari 347 pemunculan, metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation) efektif sebesar 12,19% atau 5 kali penggunaan dari 41 kali pemunculan, metode penerjemahan bebas (free translation) efektif sebesar 16,15% atau 42 kali 260 kali total pemunculan, metode penerjemahan setia (faithful translation) efektif sebesar 16,21% atau hanya 6 kali dari 37 total penggunaan, dan penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) efektif sebesar 100 % karena hanya digunakan 1 kali dan penggunaannya efektif.

Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa, jika dijumlahkan penggunaan metode penerjemahan yang efektif hanya berjumlah 553 buah ujaran dari jumlah total 1555 ujaran yang terdapat pada film berbahasa “Comme un Chef” tersebut. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa hanya 35,56% saja metode penerjemahan yang efektif dalam menyampaikan makna yang ingin disampaikan oleh pembuat film tersebut. Oleh karena itu dapat dipastikan bahwa tidak seluruh pesan yang dikandung teks bahasa sumber tersampaikan kepada khalayak penonton film tersebut yang hanya mampu mendengar atau membaca teks dalam bahasa Indonesia.

Berdasarkan data tersebut dapat dinterpretasikan bahwa, kemampuan penerjemah dalam menerjemahkan ujaran para tokoh pada film “Comme un Chef” tersebut hanya didasari oleh kemampuan tatabahasa dan linguistik yang masih sederhana. Hal tersebut tergambar melalui penggunaan dominan metode penerjemahan harafiah (literal translation) yang pada hakekatnya merupakan metode penerjemahan yang berbasis tatabahasa dan aspek linguistik bahasa sumber, dan belum dilakukan proses pemadanan budaya dalam bahasa sasarannya, yang dalam hal ini adalah bahasa Indonesia. Sementara seperti yang dikemukan oleh para ahli penerjemahan penerjemahan yang baik dapat diketahui melalui proses pemadanan aspek linguistik dan budaya antara bahasa sumber dan bahasa sasaran dimana hasil terjemahannya tidak terlihat seperti hasil terjemahan.

Oleh sebab itu penting diketahui bahwa penggunaan metode penerjemahan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan kalimat bahasa sumber yang diselaraskan dengan bahasa sasaran karena setiap metode penerjemahan akan efektif jika digunakan secara tepat guna.

Pergeseran penerjemahan (shifts) yang terjadi pada pada subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia

Proses pergeseran penerjemahan (shifts) dilakukan dengan melalui tahap awal yakni, menghitung jumlah setiap kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata preposisi dan kata penghubung yang terdapat dalam ujaran pemeran pada film tersebut. Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh jumlah kata seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:

Tabel 4.11

Jumlah Kata yang Dijadikan Objek Penelitian pada Ujaran Pemeran Film “Comme un Chef “ Karya Daniel Cohen

No Kelas Kata Jumlah

1. Kata Benda 3269

2. Kata Kerja 2699


(10)

179

4. Kata Sifat 416

5. Preposisi 343

6. Kata Penghubung 187

Jumlah Total 7387

Setelah melakukan penyisiran kelas kata tersebut di atas, selanjutnya peneliti menganalisis pergeseran yang terjadi pada subtitle film tersebut. Berdasarkan hasil analisis pada 7387 kata tersebut, diperoleh data bahwa ditemukan 13 jenis pergeseran kelas kata (category shifts) dan 11 jenis pergeseran tingkatan (level shift).

Pergeseran kelas kata (category shifts) yang ditemukan dalam penerjemahan ujaran para tokoh film berbahasa Prancis Comme un Chef dalam bahasa Indonesia beragam jumlahnya yakni sebanyak 13 jenis pergeseran. Ketiga belas jenis pergeseran tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Khan (2006).

Adapun pergeseran kelas kata yang ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” adalah sebagai berikut, pergeseran kata kerja ke kata benda (KB) sebanyak 17 kali, pergeseran kata sifat ke kata benda (SB) berjumlah 7 kali, pergeseran kata sifat ke kata kerja (SK) 6 kali, pergeseran kata benda ke preposisi (BP) 2 kali, pergeseran kata benda ke kata keterangan (BKet) 5 kali, pergeseran kata sifat ke kata keterangan (SKet), pergeseran kata keterangan ke kata kerja (KetK), pergeseran kata keterangan ke kata benda (KetB), pergeseran kata penghubung ke kata keterangan (CnjKet), pergeseran preposisi ke kata benda (PB) masing- masing 1 kali, pergeseran kata benda ke kata kerja (BK) sebanyak 13 kali, pergeseran kata benda ke kata sifat (BS) 2 kali, dan pergeseran kata kerja ke kata sifat (KS) 12 kali.

Pergeseran tingkatan (level shift) yang terjadi pada film tersebut antara lain: pergeseran kata kerja dari kala kini ke nanti (KN) 8 kali, pergeseran kata benda tunggal menjadi kata benda jamak (TJ) 1 kali, pergesaran kala nanti ke kala kini (NK) 5 kali, pergeseran kalimat yang bermodalitas menjadi kalimat yang mengandung tidak modalitas (MN) 3 kali, pergeseran pola kalimat pasif menjadi kalimat aktif (AP) 9 kali, pergeseran kala kini ke kala lampau (KL) 27 kali, pergeseran dari kata benda jamak ke kata benda tunggal (JT) 19 kali, pergeseran modus kata kerja (M) 26 kali, pergeseran bentuk ujaran (U) 7 kali, pergeseran kala lampau ke kala kini 42 (LK), dan pergeseran kalimat aktif menjadi kalimat pasif (PA) masing-masing 1 kali.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pergeseran kelas kata (categoryshifts) dan pergeseran tingkatan (level shifts) yang terjadi pada penerjemahan ujaran pemeran film “Comme un Chef” tidak banyak jumlahnya. Sedikitnya jumlah dan jenis pergeseran penerjemahan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa penerjemah konsisten menggunakan jenis kata dan pola kalimat yang dikandung oleh bahasa sumbernya, sehingga dalam proses penerjemahan yang dilakukannya tidak banyak proses modifikasi kelas kata atau tatabahasa pada bahasa sasarannya. Hal tersebut juga dibuktikan melalui presentasi dominan metode penerjemahan harafiah (literal translation).

Metode Penerjemahan

Seperti yang telah diutarakan pada bab sebelumnya, bahwa kedelapan metode penerjemahan Newmark ditemukan pada subtitle film Comme un Chef tersebut. Pada bagian ini akan dijelaskan contoh dari masing-maisng metode penerjemahan tersebut.


(11)

180

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 a. Metode Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation)

Berdasarkan hasil analisis, metode penerjemahan kata demi kata (Word-for-word translation) efektif digunakan untuk menerjemahkan kalimat sederhana yang hanya terdiri dari subjek+ predikat atau subjek+predikat+objek.

Contoh:

Tsu. : Oui, je sais. Adv. Pron. Verbe ya, aku tahu Tsa. : Ya, aku tahu.

(Comme Un Chef : 00: 05: 11,670-->00: 05: 13,686)

Pada contoh di atas, dapat diketahui bahwa metode penerjemahan yang digunakan adalah metode penerjemahan kata-per-kata (word-for-word translation). Hal tersebut dibuktikan melalui pemadanan secara langsung setiap kata dari bahasa sumber yang diletakkan secara langsung di bawah bahasa sasaran. Setiap kata pada bahasa sumber diterjemahkan begitu saja dan tidak dilakukan pergeseran, penambahan atau pengurangan kata. Kata dalam bahasa sumber terdiri atas 3 buah kata yaitu, „oui‟ yang dipadankan dengan „ya‟, „je‟ dipadankan dengan „saya‟, dan „sais‟ yang dipadankan dengan „tahu‟. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa metode penerjemahan pada kalimat ini adalah kata demi kata (word-for-word translation).

b. Metode Penerjemahan Harafiah (Literal Translation)

Penggunaan metode penerjemahan ini cukup banyak digunakan pada film tersebut. Dari 487 kali pemunculan hanya 169 ujaran yang efektif diterjemahkan melalui penggunaan metode ini. Berikut ini akan disajikan contoh penggunaan metode penerjemahan harafiah (literal translation) tersebut.

Contoh:

Tsu. : Les gens s'en foutent de la qualité. Art. Nom Verbe Art. Nom Beberapa orang-orang tidak perduli beberapa kualitas Tsa. : Orang tidak peduli dengan kualitas.

(Comme un Chef: 00: 12: 13, 235 --> 00: 12: 15, 092)

Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa penggunaan metode penerjemahan harafiah (literal translation) terasa efektif. Penggunaan metode ini ditandai oleh pemadanan kata dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan masih menggunakan makna kata yang terdapat dalam kamus, namun pada umumnya kata sandang seperti „Les‟ atau „de la‟ sudah tidak diterjemahkan lagi. Hal tersebut karena dalam bahasa Prancis setiap kata benda yang digunakan dalam kalimat tidak dapat berdiri sendiri, artinya harus didampingi oleh kata sandang (article). Kata sandang tersebut juga terdiri atas beberapa jenis yakni article defini, article indefini, article contracté dan article partitif. Pada contoh di atas, terlihat penggunaan article “les” yang merupakan article define. Kata sandang “les” ini digunakan pada kata benda jamak baik kata benda femina maupun kata benda maskula. Kata sandang ini selalu menyertai kata benda yang sudah jelas atau dikenal. Kemudian kata sandang "de la" article partitif. Kata sandang ini digunakan pada kata benda yang


(12)

181

tidak dapat dihitung misalnya kata benda yang berhubungan dengan makanan, astrologi, dan kata benda abstrak. Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa kata benda vanila didahului oleh kata sandang partitif tersebut yang menunjukkan kata tersebut memang tidak dapat dihitung. Jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia, kata sandang- kata sandang tersebut bersifat fakultatif sehingga dapat digunakan atau tidak dan sama sekali tidak akan mempengaruhi makna kata yang dikandungnya. Selain hal tersebut penggunaan metode penerjemahan harafiah juga dapat dibuktikan melalui pemadanan seluruh unsur penyusun kalimat pada ujaran film tersebut tanpa adanya pemadanan budaya karena memang kalimat tersebut tidak mengandung unsur budaya.

c. Metode Penerjemahan Setia (Faithful Translation)

Jumlah penggunaan metode penerjemahan setia (faithful translation) pada film ini tidak banyak hanya 36 kali saja dengan pemunculan metode penerjemahan efektif sebanyak 5 kali. Berikut ini akan disajikan contoh penggunaan metode tersebut.

Contoh:

Tsa. : Vous avez déjà goûté du Cheval Blanc ? Pron. Verbe adv. Verbe Art. Nom Nom Kau mempunyai sudah mencicipi beberapa kuda putih Tsu. : Pernahkah kau mencicipi Cheval Blanc?

(Comme un Chef : 00: 38: 44, 231 --> 00: 38: 46,747)

Penggunaan metode penerjemahan setia pada contoh tersebut ditandai dengan pemadanan kata Cheval Blanc. Cheval Blanc tersebut merupakan merek anggur yang cukup terkenal di Prancis. Penggunaan huruf kapital pada awal kedua kata tersebut tersebut menunjukkan bahwa kata tersebut merupakan nama sesuatu, sehingga penerjemah tetap menggunakan kata tersebut karena memang konteks dimana kalimat tersebut diujarkan adalah pada saat Alexandre menawarkan Jacky yang sedang lara hatinya untuk sejenak bersantai sambil minum anggur miliknya.

d. Metode Penerjemahan Semantik (Semantic translation)

Pada umumnya dapat berupa ekspresi tertentu, idiom atau pribahasa atau klausa dengan makna tertentu. Untuk lebih jelas peneliti akan memberikan beberapa contoh penggunaan penerjemahan semantic tersebut.

Contoh:

Tsu. : Je connais par cœur les recettes des grands chefs. Pron. Verbe pré. Nom Art. Nom Art. Adj. Nom

Aku kenal melalui hati beberapa resep-resep beberapa besar-besar koki-koki Tsa. : Aku tahu semua resep koki-koki besar.

(Comme un Chef: 00: 03: 41,816 --> 00: 03: 44,270)

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa metode penerjemahan semantik digunakan untuk menerjemahkan kata, frasa, kalimat atau ekspresi dengan makna tertentu maka pada contoh di atas dapat diketahui bahwa frasa „connais par cœur‟ tersebut memiliki makna khusus yakni „tahu‟. Penggunaan metode ini juga kerap kali dipengaruhi oleh konteks penggunaannya sehingga pada saat komunikasi berlangsung biasanya makna yang tidak terdapat dalam bahasa sumber muncul dalam bahasa sasaran.


(13)

182

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 Konteks komunikasi kalimat ini diujarkan adalah pada saat Jacky Bonnot sedang melamar pekerjaan sebagai koki pada sebuah retoran sederhana namun untuk meyakinkan pemilik restoran tersebut Jakcy menyebutkan kelebihannya yakni mengetahui semua resep-resep dari koki ternama.

e. Metode Penerjemahan Adaptasi (Adaptation Translation)

Pada umumnya pemadanan ini dapat dilakukan karena terdapatnya kesamaan identik antara bahasa sumber dan bahasa sasarannya. Contoh dari penerapan metode tersebut adalah:

Tsu. : Une entrecôte-frites, un bœuf carottes-frites. Art. Nom Art. Nom Nom

Sebuah steak-kentang goreng sebuah daging Wortel-wortel kentang goreng Tsa. : Steak dan kentang goreng, rebusan daging dan kentang goreng.

Makanan merupakan salah satu istilah budaya yang pada umumnya sulit untuk dipadankan. Pada contoh di atas, semua jenis makanan yang disebutkan, seperti „une entrecôtes-frites‟ dan „carrotes-frites‟ merupakan makanan khas Prancis yang dikenal dengan istilah makanan cepat saji. Namun semua jenis makanan tersebut dapat ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia sehingga istilah dalam bahasa sumbernya tidak perlu digunakan. Menurut para ahli penerjemahan penerjemahan istilah budaya yang dapat dipadankan dengan menggunakan kata yang bermakna sama dengan bahasa sumbernya adalah merupakan ciri metode penerjemahan adaptasi.

f. Metode Penerjemahan Bebas (Free Translation)

Pada penerjemahan bebas (free translation) ini, penerjemah biasanya hanya mementingkan makna yang dikandung oleh bahasa sumber tanpa memperhatikan realisasi bahasa baik bentuk, unsur, dan gaya bahasa sumbernya.

Contoh: Tsu. : Oui. Adv. Ya. Tsa. : Aku mau.

(Comme un Chef: 01: 18: 46, 104 --> 01: 18: 47, 572)

Contoh kalimat di atas merupakan salah satu contoh penerapan metode penerjemahan bebas (free translation). Hal tersebut dapat dilihat melalui pemunculan dua buah kata „aku‟ dan „mau‟ dalam bahasa sasaran yang sudah jelas tidak ditemukan dalam bahasa sumber. Pemunculan dua kata tersebut merupakan wujud penambahan kata yang dilakukan oleh penerjemah. Kalimat „aku mau‟ tersebut merupakan penerjemahan makna kata „oui‟ yang diucapkan oleh Beatrice ketika menerima lamaran dari Jacky. Sehingga penerjemahan kata „aku mau‟ tersebut merupakan wujud penerjemahan makna „aku mau menikah denganmu, yang dalam bahasa sumbernya hanya dinyatakan dengan 1 kata saja.


(14)

183

g. Metode Penerjemahan Idiomatik (idiomatic translation)

Penggunaan metode penerjemahan ini merupakan metode yang paling sedikit ditemukan dalam subtitle film „Comme un Chef‟ tersebut yakni hanya 1 kali pemunculan saja. Penggunaan metode ini terdapat pada ujaran nomor 778.

Contoh:

Tsu.: Bas- droit. Adj. Adj. Bawah kanan Tsa. : Tangan Kanan.

(Comme un Chef: 00: 40: 35,219 --> 00: 40: 35, 331 )

Seperti yang dikemukakan oleh para ahli linguistik, bahwa idiom adalah perpaduan dua kata yang mengandung makna lain atau secara matematis dapat dirumuskan menjadi a+b = c, dan bukan a+b = ab. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di atas yakni idiom yang berupa penggabungan dua kata sifat „bas‟ berarti „bawah‟, dan „droit‟ berarti „kanan‟ yang jika diterjemahkan secara tepat menjadi „tangan kanan‟. Idiom „bas-droit„ dalam bahasa sumber ternyata daat dipadankan juga dengan idiom dalam bahasa sasaran. Penerjemahan ujaran yang berupa idiom dalam bahasa sumber yang diterjemahkan juga ke dalam idiom dalam bahasa sasaran merupakan penanda bahwa metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah adalah metode penerjemahan idiomatik. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di atas, dimana idiom „bas-droit‟ dalam bahasa Prancis juga diterjemahkan dengan idiom „tangan kanan‟ dalam bahasa Indonesia. „Bas-droit‟ dalam bahasa Prancis merupakan idiom yang menggunakan bagian anggota tubuh, sehingga jika frasa tersebut diterjemahkan menjadi „kanan bawah‟ dan bukan „tangan kanan‟ yang bermakna orang kepercayaan, maka akan terjadi salah pengertian.

h. Metode Penerjemahan komunikatif (Communicative translation)

Frekuensi penggunaan metode penerjemahan komunikatif tersebut merupakan metode yang dominan ditemukan pada subtitle film „Comme un Chef‟ tersebut. Namun berdasarkan hasil analisis, hanya ditemukan hanya 101 kali saja metode ini efektif digunakan. Metode ini memiliki persamaan dengan metode penerjemahan bebas. Persamaan tersebut meliputi penambahan atau penghilangan unsur penyusun kalimat guna menjaga keutuhan makna. Sementara perbedaannya adalah, pada metode penerjemahan komunikatif tidak ditemukan penggantian atau perubahan atau penggunaan kata yang sama sekali tidak ada dalam bahasa sumbernya, jadi dengan kata lain, penghilangan atau penambahan kata tersebut masih dalam kisaran medan makna bahasa sumbernya.

Contoh:

Tsu.: Peut-être, mais je veux quand même essayer. Adv. Conj. Pron.Verbe Conj Verbe Mungkin tetapi aku ingin walaupun mencoba Tsa.: Mungkin, Tapi aku ingin mencoba..

(Comme un Chef : 01: 04: 48, 830 --> 01: 04: 50, 890)

Dengan mengamati susunan unsur kata yang terdapat pada bahasa sasaran di atas dapat diketahui bahwa konjungsi „quand même‟ telah dihilangkan. Penghilangan tersebut merupakan salah satu karakter penerjemahan komunikatif. Mengapa penghilangan arti


(15)

184

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 kata „quand même‟ sama sekali tidak mengurangi makna yang dikandung bahasa sumbernya. Diketahui bahwa konjungsi „mais‟ mengandung makna pertentangan begitu juga halnya konjungsi „quand même‟, juga mengandung makna pertentangan, jadi penghilangan kata „quand même‟ pada bahasa sasaran tersebut bertujuan untuk mencegah kalimat tersebut menjadi rancu. Makna pertentangan pada kalimat ini sebenarnya berasal dari situasi komunikasi dimana Stanislas menganggap Jakcy tidak dapat berbuat apa-apa untuk membuat menu baru sebab di dapur tersebut sama sekali tidak ada bahan masakan sedikitpun, sehingga Stanislas menantang Jacky apakah dalam situasi yang sulit dan sempit seperti itu dia masih bisa berpikiran jernih untuk menemukan menu dan mencari alternatif bahan masakan untuk membuat menu tersebut dalam waktu singkat.

1. Pergeseran Penerjemahan pada Subtitle Film Prancis “Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia

a. Pergeseran Kelas Kata (Category Shifts)

Pergeseran kelas kata (category shifts) yang terjadi pada penerjemahan ujaran film “Comme un Chef” terdiri atas 13 jenis. Ketiga belas jenis pergeseran tersebut antara lain: a. Pergeseran kata kerja ke kata benda (KB)

Tsu.: Tu parles. Pron. Verbe Kau berbicara Tsa.: Omong-kosong.

(Comme un Chef: 00: 07: 22, 001 --> 00: 07: 24, 158)

Pada contoh tersebut terjadi pergeseran kata kerja „parles‟ ke kata benda omong -kosong. Pergeseran tersebut merupakan salah satu cara yang ditempuh oleh penerjemah untuk memadankan dan menyampaikan makna yang dikadung oleh kalimat bahasa sumbernya. Jika pergeseran tersebut tidak dilakukan, dengan kata lain, kalimat itu diterjemahkan menjadi „kau berbicara‟, maka makna dan maksud yang dikandung oleh kalimat bahasa sumbernya tidak akan dapat dipahami oleh penerima pesan. Pergeseran kata kerja „parles‟ tersebut memang efektif digunakan karena ketika kalimat tersebut diujarkan, Alexandre sedang mencicipi menu yang baru saja diciptakannya, tetapi ketika dia mencicipi menu tersebut, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkannya, kemudian ketika beliau meminta asistennya untuk mencicipi menu yang tidak enak tersebut, kedua asistennya menyatakan bahwa resepnya sangat enak, karena mengetahui bahwa kedua asistennya tersebut berbohong, maka dia menyatakan kalimat tersebut „tu parles‟ dengan makna, „kau mengatakan hal yang tidak benar‟ atau dengan kata lain „omong-kosong‟. Pergeseran kata kerja ke kata benda tersebut diakibatkan oleh konteks dan maksud yang dikandung oleh bahasa sumbernya.

b. Pergeseran Tingkatan (Level Shifts)

Pergeseran Kata Kerja dari Kala Kini ke Nanti (KN) Contoh:

Tsu.: Je l ' ai dit, je le fais. Pron. Cod Verbe Verbe Pron Cod Verbe saya nya mempunyai berkata saya nya melakukan


(16)

185

Tsa.: Aku mengatakan itu dan aku akan melakukannya.

(Comme un Chef: 00: 07: 46, 223 --> 00: 07: 47, 848)

Pada contoh di atas dapat diketahui bahwa kata kerja „fais‟ yang merupakan kata kerja dalam kala kini, diterjemahkan menjadi „akan melakukannya‟. Pada bahasa sumbernya terdapat penambahan satu unsur leksikal yakni kata keterangan „akan‟. Atas dasar tersebut, dapat dikatakan bahwa pemadanan kata kerja bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia pada umumnya dilakukan dengan penambahan kata.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Setelah melewati tahap pengumpulan, analisis dan pembahasan, akhirnya dapat diperoleh kesimpulan bahwa:

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 1555 ujaran tersebut, diperoleh data bahwa kedelapan metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” tersebut. Dari kedelapan metode penerjemahan tersebut, diperoleh deskripsi bahwa, penggunaan metode penerjemahan yang seluruhnya efektif adalah metode penerjemahan kata-per-kata (word-for-word translation) dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation). Hal tersebut dibuktikan dengan penggunaan 183 kali metode penerjemahan kata-per-kata (word-for-word translation), keseluruhan metode tersebut mengandung makna yang sepadan dengan bahasa sumbernya. Begitu juga dengan penggunaan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) walaupun hanya memiliki 1 frekuensi, namun penggunaan metode tersebut efektif digunakan. Pergeseran penerjemahan (shifts) yang terjadi pada subtitle film tersebut adalah sebagai berikut: berdasarkan hasil analisis pada 7387 kata yang terdapat pada ujaran para tokoh film berbahasa Prancis “Comme un Chef”, diperoleh data bahwa terdapat 13 jenis pergeseran kelas kata (category shifts) dan 11 jenis pergeseran tingkatan (level shift).

2. Saran

Peneliti menyarankan bahwa dalam melakukan penerjemahan ujaran atau dialog yang terdapat dalam sebuah film, seorang penerjemah hendaknya memperhatikan metode dan pergeseran penerjemahan yang dilakukan agar hasil terjemahan tersebut tidak terasa seperti sebuah hasil terjemahan seperti yang dikemukan oleh para ahli terjemahan yang dijadikan sumber rujukan pada penelitian ini.

Keterbatasan peneliti melakukan penelitian ini semata-mata karena keterbatasan waktu, biaya dan pengetahuan penulis. Sehingga jika nantinya dalam penelitian ini terdapat kekurangan mohon kiranya diberi masukan atau saran yang dapat menjadikan peneliti menjadi lebih baik dalam melakukan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Becherelle. (2010). Becherelle Grammaire et Orthographe du Français. Paris: Hachette. Baker, Mona. (1992). In Other Words. A Coursbook on Translation. London: Routledge. Belle, Roger T. (1991). Translation and Translating: Theory and Practice. London:


(17)

186

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 Bled, Édouard. & Odette Bled. (2006). Orthographe, Grammaire, Conjugaison. Paris:

Hachette.

Carroll & Ivarsson. (1998). Code of Good Subtitling. Berlin: European Association for Studies in Screen Translation.

Catford, J. C. (1965). A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press.

Chollet, Isabelle. Michelle Robert, Jean. (2010). Précis Les Expressions Idiomatiques. Paris: Cle International.

Cohen, Daniel. (2011). Comme un Chef. Prancis: Gaumont.

“Conference interpretingas a cognitive Mangement Problem” by D. Gile. Cognitive Processe in Translation and Interpreting. (1997). (eds. Danks et al) Sage Publications Inc: London.

Culler, dalam Baker, Mona. (1992). In Other Words. A Coursbook on Translation. London: Routledge.

Danix. (2012). Subtitle Film Comme Un Chef. (2011). Indonesia. the-chef-comme-un-chef_indonesian-622861.

Delatour, Y. D. Jennepin. (2000). Grammaire Pratique du français. Paris: Hachette. Denyer, Monique., Agustin Garmendia., Corrine Royer., & Marie-Laure Lions-Olivieri.

(2011). Version Original 2. Paris: Edition Maison de Langues.

Dryden dalam Munday. (2001). Introducing Translation Studies Theories and Applications. London: Routledge.

Dolet (dalam Munday). (2001). Introducing Translation Studies Theories and Applications. London: Routledge.

Effendy. (2000). Defenisi Film Menurut Pakar. http://www.bimbingan.org/definisi-film.htm.09 Februari 2014: 18. 05.

Gregoire, Maïa. (2007). Grammaire Progressive du Français. Paris: Hachette.

Harianja, Nurilam. (2010). Medan Makna Aktivitas Memasak dalam Bahasa Prancis. USU Medan. (Tesis)

Hoed, Benny Hoedoro. (2006). Penerjemah dan Kebudayaan. Bandung: Pustaka Jaya. Huysman. (1884). Les Neuf Natures de Mots. Paris: Hachette.

http://2ndefiche_2_classes_gram9naturesdemotsfrancais.com 09 Februari 2014: 17.00

Herdian, Wibisono. (2010). Unsur-Unsur Pokok dalam sebuah Film. Jakarta. http://ratnami2.wordpress.com/unsur-unsur-pokok- 3 Februari 2014: 13.40. Ibrahim, Zubaidah. (2012). Types & Processes of Interpreting. Power Point.

Khan, D. Yahya. (2006). Pedoman Penerjemahan: Praktis dan Komprehensif Bagi Pembelajar Traduktologi. Semarang: Unnes Press.

Le Moullec, Marc & Erytryasilani. (1995). Konjugasi Verba Prancis. Bandung: Centre Culturel Français de Bandung.


(18)

187

Lubis, Nurhanifah. (2012). Penerjemahan Buku “Jhonny Schweight” Karya Benhard Hagenmann dari Bahasa Jerman ke dalam Bahasa Prancis. USU Medan. (Tesis) Machali, Rochayah. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa.

Miquel, Claire Leroy. & Anne Goliot Lété. (1997). Vocabulaire Progressive du Français. Paris: Cle International.

Miles, Mathew B. & A. Michael Huberman. (1994). An Expanded Sourcebook Qualitative Data Analysis. London: Sage Publications. Second Edition.

Molina, Lucía and Amparo Hurtado Albir. (2002). „Translation Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach‟. Meta, XLVII, 4. 498-512.

Monnerie, Annie. (1987). Grammaire au Présent. Paris: Hatier.

Munday, Jeremy. (2001). Introducing Translation Studies Theories and Applications. London: Routledge.

Newmark, Peter. (1988). A Texbook of Translation. London: Prentice-Hall. Newmark, Peter. (1988). Translation and Culture. London: Prentice-Hall.

Nida, E.A & Taber. (1982). The theory and Practice of Translation. Leiden: E.J. Brill. Pantas. (2011). Analisis Teknik Penerjemahan dan Pergeseran (Shifts) pada teks kontrak

AXA-LIFE Indonesia”. USU Medan. (Tesis).

Polili, Andi Wete. (2014). Penerjemahan Idioma Bahasa Prancis ke dalam Bahasa Indonesia. UNIMED Medan.

Puteri. Dian Marisha (2013). How Do We Know the Translation is Good. Medan: USU Press.

Rochard, Michel. Cours d‟introduction à la méthodologie de la traduction Paris: Université de Paris 7.

Silalahi, Roswita. (2012). Terjemahan Teks Medis dalam Bahasa Indonesia Analisis Dampak Kemampuan Penerjemahan Terhadap Kualitas Terjemahannya. Medan: Bartong Jaya.

Silalahi, Roswita. (2009). Dampak, teknik, dan Ideologi Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan Teks-Medical Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia. USU Medan. (Disertasi).

Safar, Hayssam., (Ed). (2011). Study on The Use of Subtitling: “The Potential of Subtitling to Encourage Foreign Language Learning and Improve The Mastery of Foreign Languages”. Paris: Europen Comission.

Sinde. (2012). Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual “Four Funny Animal Stories”. USU Medan. (Tesis). Thrash, Ted J. (1998). Methods of Translation. Kansas: Olathe.

http://www.kc-cofc.org/Articles/Translations.htm

. Juli 15 2014: 09.00.

Trianton, Teguh. (2013). Film sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widodo, dkk. (2006). Defenisi Film Menurut Pakar. http://www.bimbingan.org/definisi-film.htm. 09 Februari 2014: 18.05.


(19)

188

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 1, Februari 2015 SUMBER ELEKTRONIK

film/www.esist.org/ESIST%20Subtitling%20code.../Code%20of%20Good%2. 03 Januari 2014: 19. 47

http://cinema.jeuxactu.com/film-comme-un-chef-44066.htm: 11 Januari 2014: 18.00 http://cinema.jeuxactu.com/film-comme-un-chef-44066.htm. 11 Januari 2014: 18.00 http://ec.europa.eu/education/policies/lang/doc/multireport_en.pdf;. 11 Januari 2013:

19.00

http://www.larousse.fr/dictionnaires/francais/traduction/78911. 11 Januari 2014:23.25 http://ec.europa.eu/education/policies/lang/doc/multireport_en.pdf. 07 Januari 2014: 15:

17

http://bacamoe.com/detail/2012/06/12/2/1570/daging-gulai-putih. 09 Februari 2014: 08.29

lelivreblanca4traduction@a4traduction.com. 12 Desember 2013 16: 32

www.dubois.a4traduction.com./url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0 CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.researchschool.org%2Fintranets%2FLALC20 302week%25204%25201011StudVers.doc&ei=FMrJU9PQBJOcugTO_YHICg&usg=AF QjCNFPAESjkzhf9C0NDrTmqTJPzv9Ig&bvm=bv.71198958,d.c2E 02 Januari 2014: 10:21.


(1)

183

g. Metode Penerjemahan Idiomatik (idiomatic translation)

Penggunaan metode penerjemahan ini merupakan metode yang paling sedikit ditemukan dalam subtitle film „Comme un Chef‟ tersebut yakni hanya 1 kali pemunculan saja. Penggunaan metode ini terdapat pada ujaran nomor 778.

Contoh:

Tsu.: Bas- droit. Adj. Adj. Bawah kanan Tsa. : Tangan Kanan.

(Comme un Chef: 00: 40: 35,219 --> 00: 40: 35, 331 )

Seperti yang dikemukakan oleh para ahli linguistik, bahwa idiom adalah perpaduan dua kata yang mengandung makna lain atau secara matematis dapat dirumuskan menjadi a+b = c, dan bukan a+b = ab. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di atas yakni idiom yang berupa penggabungan dua kata sifat „bas‟ berarti „bawah‟, dan „droit‟ berarti „kanan‟ yang jika diterjemahkan secara tepat menjadi „tangan kanan‟. Idiom „bas-droit„ dalam bahasa sumber ternyata daat dipadankan juga dengan idiom dalam bahasa sasaran. Penerjemahan ujaran yang berupa idiom dalam bahasa sumber yang diterjemahkan juga ke dalam idiom dalam bahasa sasaran merupakan penanda bahwa metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah adalah metode penerjemahan idiomatik. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di atas, dimana idiom „bas-droit‟ dalam bahasa Prancis juga diterjemahkan dengan idiom „tangan kanan‟ dalam bahasa Indonesia. „Bas-droit‟ dalam bahasa Prancis merupakan idiom yang menggunakan bagian anggota tubuh, sehingga jika frasa tersebut diterjemahkan menjadi „kanan bawah‟ dan bukan „tangan kanan‟ yang bermakna orang kepercayaan, maka akan terjadi salah pengertian.

h. Metode Penerjemahan komunikatif (Communicative translation)

Frekuensi penggunaan metode penerjemahan komunikatif tersebut merupakan metode yang dominan ditemukan pada subtitle film „Comme un Chef‟ tersebut. Namun berdasarkan hasil analisis, hanya ditemukan hanya 101 kali saja metode ini efektif digunakan. Metode ini memiliki persamaan dengan metode penerjemahan bebas. Persamaan tersebut meliputi penambahan atau penghilangan unsur penyusun kalimat guna menjaga keutuhan makna. Sementara perbedaannya adalah, pada metode penerjemahan komunikatif tidak ditemukan penggantian atau perubahan atau penggunaan kata yang sama sekali tidak ada dalam bahasa sumbernya, jadi dengan kata lain, penghilangan atau penambahan kata tersebut masih dalam kisaran medan makna bahasa sumbernya.

Contoh:

Tsu.: Peut-être, mais je veux quand même essayer. Adv. Conj. Pron.Verbe Conj Verbe Mungkin tetapi aku ingin walaupun mencoba Tsa.: Mungkin, Tapi aku ingin mencoba..

(Comme un Chef : 01: 04: 48, 830 --> 01: 04: 50, 890)

Dengan mengamati susunan unsur kata yang terdapat pada bahasa sasaran di atas dapat diketahui bahwa konjungsi „quand même‟ telah dihilangkan. Penghilangan tersebut merupakan salah satu karakter penerjemahan komunikatif. Mengapa penghilangan arti


(2)

184

kata „quand même‟ sama sekali tidak mengurangi makna yang dikandung bahasa sumbernya. Diketahui bahwa konjungsi „mais‟ mengandung makna pertentangan begitu juga halnya konjungsi „quand même‟, juga mengandung makna pertentangan, jadi penghilangan kata „quand même‟ pada bahasa sasaran tersebut bertujuan untuk mencegah kalimat tersebut menjadi rancu. Makna pertentangan pada kalimat ini sebenarnya berasal dari situasi komunikasi dimana Stanislas menganggap Jakcy tidak dapat berbuat apa-apa untuk membuat menu baru sebab di dapur tersebut sama sekali tidak ada bahan masakan sedikitpun, sehingga Stanislas menantang Jacky apakah dalam situasi yang sulit dan sempit seperti itu dia masih bisa berpikiran jernih untuk menemukan menu dan mencari alternatif bahan masakan untuk membuat menu tersebut dalam waktu singkat.

1. Pergeseran Penerjemahan pada Subtitle Film Prancis “Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia

a. Pergeseran Kelas Kata (Category Shifts)

Pergeseran kelas kata (category shifts) yang terjadi pada penerjemahan ujaran film “Comme un Chef” terdiri atas 13 jenis. Ketiga belas jenis pergeseran tersebut antara lain: a. Pergeseran kata kerja ke kata benda (KB)

Tsu.: Tu parles. Pron. Verbe Kau berbicara Tsa.: Omong-kosong.

(Comme un Chef: 00: 07: 22, 001 --> 00: 07: 24, 158)

Pada contoh tersebut terjadi pergeseran kata kerja „parles‟ ke kata benda omong -kosong. Pergeseran tersebut merupakan salah satu cara yang ditempuh oleh penerjemah untuk memadankan dan menyampaikan makna yang dikadung oleh kalimat bahasa sumbernya. Jika pergeseran tersebut tidak dilakukan, dengan kata lain, kalimat itu diterjemahkan menjadi „kau berbicara‟, maka makna dan maksud yang dikandung oleh kalimat bahasa sumbernya tidak akan dapat dipahami oleh penerima pesan. Pergeseran kata kerja „parles‟ tersebut memang efektif digunakan karena ketika kalimat tersebut diujarkan, Alexandre sedang mencicipi menu yang baru saja diciptakannya, tetapi ketika dia mencicipi menu tersebut, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkannya, kemudian ketika beliau meminta asistennya untuk mencicipi menu yang tidak enak tersebut, kedua asistennya menyatakan bahwa resepnya sangat enak, karena mengetahui bahwa kedua asistennya tersebut berbohong, maka dia menyatakan kalimat tersebut „tu parles‟ dengan makna, „kau mengatakan hal yang tidak benar‟ atau dengan kata lain „omong-kosong‟. Pergeseran kata kerja ke kata benda tersebut diakibatkan oleh konteks dan maksud yang dikandung oleh bahasa sumbernya.

b. Pergeseran Tingkatan (Level Shifts)

Pergeseran Kata Kerja dari Kala Kini ke Nanti (KN) Contoh:

Tsu.: Je l ' ai dit, je le fais. Pron. Cod Verbe Verbe Pron Cod Verbe saya nya mempunyai berkata saya nya melakukan


(3)

185

Tsa.: Aku mengatakan itu dan aku akan melakukannya.

(Comme un Chef: 00: 07: 46, 223 --> 00: 07: 47, 848)

Pada contoh di atas dapat diketahui bahwa kata kerja „fais‟ yang merupakan kata kerja dalam kala kini, diterjemahkan menjadi „akan melakukannya‟. Pada bahasa sumbernya terdapat penambahan satu unsur leksikal yakni kata keterangan „akan‟. Atas dasar tersebut, dapat dikatakan bahwa pemadanan kata kerja bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia pada umumnya dilakukan dengan penambahan kata.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Setelah melewati tahap pengumpulan, analisis dan pembahasan, akhirnya dapat diperoleh kesimpulan bahwa:

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada 1555 ujaran tersebut, diperoleh data bahwa kedelapan metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” tersebut. Dari kedelapan metode penerjemahan tersebut, diperoleh deskripsi bahwa, penggunaan metode penerjemahan yang seluruhnya efektif adalah metode penerjemahan kata-per-kata (word-for-word translation) dan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation). Hal tersebut dibuktikan dengan penggunaan 183 kali metode penerjemahan kata-per-kata (word-for-word translation), keseluruhan metode tersebut mengandung makna yang sepadan dengan bahasa sumbernya. Begitu juga dengan penggunaan metode penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) walaupun hanya memiliki 1 frekuensi, namun penggunaan metode tersebut efektif digunakan. Pergeseran penerjemahan (shifts) yang terjadi pada subtitle film tersebut adalah sebagai berikut: berdasarkan hasil analisis pada 7387 kata yang terdapat pada ujaran para tokoh film berbahasa Prancis “Comme un Chef”, diperoleh data bahwa terdapat 13 jenis pergeseran kelas kata (category shifts) dan 11 jenis pergeseran tingkatan (level shift).

2. Saran

Peneliti menyarankan bahwa dalam melakukan penerjemahan ujaran atau dialog yang terdapat dalam sebuah film, seorang penerjemah hendaknya memperhatikan metode dan pergeseran penerjemahan yang dilakukan agar hasil terjemahan tersebut tidak terasa seperti sebuah hasil terjemahan seperti yang dikemukan oleh para ahli terjemahan yang dijadikan sumber rujukan pada penelitian ini.

Keterbatasan peneliti melakukan penelitian ini semata-mata karena keterbatasan waktu, biaya dan pengetahuan penulis. Sehingga jika nantinya dalam penelitian ini terdapat kekurangan mohon kiranya diberi masukan atau saran yang dapat menjadikan peneliti menjadi lebih baik dalam melakukan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Becherelle. (2010). Becherelle Grammaire et Orthographe du Français. Paris: Hachette. Baker, Mona. (1992). In Other Words. A Coursbook on Translation. London: Routledge. Belle, Roger T. (1991). Translation and Translating: Theory and Practice. London:


(4)

186

Bled, Édouard. & Odette Bled. (2006). Orthographe, Grammaire, Conjugaison. Paris: Hachette.

Carroll & Ivarsson. (1998). Code of Good Subtitling. Berlin: European Association for Studies in Screen Translation.

Catford, J. C. (1965). A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University Press.

Chollet, Isabelle. Michelle Robert, Jean. (2010). Précis Les Expressions Idiomatiques. Paris: Cle International.

Cohen, Daniel. (2011). Comme un Chef. Prancis: Gaumont.

“Conference interpretingas a cognitive Mangement Problem” by D. Gile. Cognitive Processe in Translation and Interpreting. (1997). (eds. Danks et al) Sage Publications Inc: London.

Culler, dalam Baker, Mona. (1992). In Other Words. A Coursbook on Translation. London: Routledge.

Danix. (2012). Subtitle Film Comme Un Chef. (2011). Indonesia. the-chef-comme-un-chef_indonesian-622861.

Delatour, Y. D. Jennepin. (2000). Grammaire Pratique du français. Paris: Hachette. Denyer, Monique., Agustin Garmendia., Corrine Royer., & Marie-Laure Lions-Olivieri.

(2011). Version Original 2. Paris: Edition Maison de Langues.

Dryden dalam Munday. (2001). Introducing Translation Studies Theories and Applications. London: Routledge.

Dolet (dalam Munday). (2001). Introducing Translation Studies Theories and Applications. London: Routledge.

Effendy. (2000). Defenisi Film Menurut Pakar. http://www.bimbingan.org/definisi-film.htm.09 Februari 2014: 18. 05.

Gregoire, Maïa. (2007). Grammaire Progressive du Français. Paris: Hachette.

Harianja, Nurilam. (2010). Medan Makna Aktivitas Memasak dalam Bahasa Prancis. USU Medan. (Tesis)

Hoed, Benny Hoedoro. (2006). Penerjemah dan Kebudayaan. Bandung: Pustaka Jaya. Huysman. (1884). Les Neuf Natures de Mots. Paris: Hachette.

http://2ndefiche_2_classes_gram9naturesdemotsfrancais.com 09 Februari 2014: 17.00

Herdian, Wibisono. (2010). Unsur-Unsur Pokok dalam sebuah Film. Jakarta. http://ratnami2.wordpress.com/unsur-unsur-pokok- 3 Februari 2014: 13.40. Ibrahim, Zubaidah. (2012). Types & Processes of Interpreting. Power Point.

Khan, D. Yahya. (2006). Pedoman Penerjemahan: Praktis dan Komprehensif Bagi Pembelajar Traduktologi. Semarang: Unnes Press.

Le Moullec, Marc & Erytryasilani. (1995). Konjugasi Verba Prancis. Bandung: Centre Culturel Français de Bandung.


(5)

187

Lubis, Nurhanifah. (2012). Penerjemahan Buku “Jhonny Schweight” Karya Benhard Hagenmann dari Bahasa Jerman ke dalam Bahasa Prancis. USU Medan. (Tesis) Machali, Rochayah. (2009). Pedoman Bagi Penerjemah. Bandung: Kaifa.

Miquel, Claire Leroy. & Anne Goliot Lété. (1997). Vocabulaire Progressive du Français. Paris: Cle International.

Miles, Mathew B. & A. Michael Huberman. (1994). An Expanded Sourcebook Qualitative Data Analysis. London: Sage Publications. Second Edition.

Molina, Lucía and Amparo Hurtado Albir. (2002). „Translation Techniques Revisited: A Dynamic and Functionalist Approach‟. Meta, XLVII, 4. 498-512.

Monnerie, Annie. (1987). Grammaire au Présent. Paris: Hatier.

Munday, Jeremy. (2001). Introducing Translation Studies Theories and Applications. London: Routledge.

Newmark, Peter. (1988). A Texbook of Translation. London: Prentice-Hall. Newmark, Peter. (1988). Translation and Culture. London: Prentice-Hall.

Nida, E.A & Taber. (1982). The theory and Practice of Translation. Leiden: E.J. Brill. Pantas. (2011). Analisis Teknik Penerjemahan dan Pergeseran (Shifts) pada teks kontrak

AXA-LIFE Indonesia”. USU Medan. (Tesis).

Polili, Andi Wete. (2014). Penerjemahan Idioma Bahasa Prancis ke dalam Bahasa Indonesia. UNIMED Medan.

Puteri. Dian Marisha (2013). How Do We Know the Translation is Good. Medan: USU Press.

Rochard, Michel. Cours d‟introduction à la méthodologie de la traduction Paris: Université de Paris 7.

Silalahi, Roswita. (2012). Terjemahan Teks Medis dalam Bahasa Indonesia Analisis Dampak Kemampuan Penerjemahan Terhadap Kualitas Terjemahannya. Medan: Bartong Jaya.

Silalahi, Roswita. (2009). Dampak, teknik, dan Ideologi Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan Teks-Medical Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia. USU Medan. (Disertasi).

Safar, Hayssam., (Ed). (2011). Study on The Use of Subtitling: “The Potential of Subtitling to Encourage Foreign Language Learning and Improve The Mastery of Foreign Languages”. Paris: Europen Comission.

Sinde. (2012). Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Terhadap Buku Cerita Anak Bilingual “Four Funny Animal Stories”. USU Medan. (Tesis). Thrash, Ted J. (1998). Methods of Translation. Kansas: Olathe.

http://www.kc-cofc.org/Articles/Translations.htm

. Juli 15 2014: 09.00.

Trianton, Teguh. (2013). Film sebagai Media Belajar. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widodo, dkk. (2006). Defenisi Film Menurut Pakar. http://www.bimbingan.org/definisi-film.htm. 09 Februari 2014: 18.05.


(6)

188 SUMBER ELEKTRONIK

film/www.esist.org/ESIST%20Subtitling%20code.../Code%20of%20Good%2. 03 Januari 2014: 19. 47

http://cinema.jeuxactu.com/film-comme-un-chef-44066.htm: 11 Januari 2014: 18.00 http://cinema.jeuxactu.com/film-comme-un-chef-44066.htm. 11 Januari 2014: 18.00 http://ec.europa.eu/education/policies/lang/doc/multireport_en.pdf;. 11 Januari 2013:

19.00

http://www.larousse.fr/dictionnaires/francais/traduction/78911. 11 Januari 2014:23.25 http://ec.europa.eu/education/policies/lang/doc/multireport_en.pdf. 07 Januari 2014: 15:

17

http://bacamoe.com/detail/2012/06/12/2/1570/daging-gulai-putih. 09 Februari 2014: 08.29

lelivreblanca4traduction@a4traduction.com. 12 Desember 2013 16: 32

www.dubois.a4traduction.com./url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0 CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.researchschool.org%2Fintranets%2FLALC20 302week%25204%25201011StudVers.doc&ei=FMrJU9PQBJOcugTO_YHICg&usg=AF QjCNFPAESjkzhf9C0NDrTmqTJPzv9Ig&bvm=bv.71198958,d.c2E 02 Januari 2014: 10:21.