Subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme Un Chef “ Dalam Bahasa Indonesia

(1)

SUBTITLE FILM BERBAHASA PRANCIS

“COMME UN CHEF “ DALAM BAHASA INDONESIA

TESIS

Oleh:

WAHYUNI SA’DAH

127009021

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

SUBTITLE FILM BERBAHASA PRANCIS

“COMME UN CHEF “ DALAM BAHASA INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Linguistik Pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

OLEH

WAHYUNI SA’DAH

127009021

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul Tesis : SUBTITLE FILM BERBAHASA PRANCIS “COMME UN CHEF”DALAM BAHASA INDONESIA

Nama Mahasiswa : Wahyuni Sa’dah Nomor Pokok : 127009021 Program Studi : Ilmu Linguistik

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Roswita Silalahi, M. Hum.) (Dr. Mahriyuni. M. Hum. Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph. D) (Dr. Syahron Lubis, M. A.)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 21 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Roswita Silalahi, M. Hum. Anggota : 1. Dr. Mahriyuni, M. Hum.

2. Dr. Syahron Lubis, M. A. 3. Dr. Nurlela, M. Hum. 4. Dr. Evi Eviyanti, M. Pd.


(5)

PERNYATAAN Judul Tesis

SUBTITLE FILM BERBAHASA PRANCIS “COMME UN CHEF DALAM BAHASA INDONESIA

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Linguistik pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2014

Penulis,


(6)

SUBTITLE FILM BERBAHASA PRANCIS “COMME UN CHEF” DALAM BAHASA INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang metode dan pergeseran (Shifts) yang terjadi dalam penerjemahan ujaran pada film berbahasa Prancis

"Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia dengan sumber data berupa film

Prancis "Comme un Chef" yang berdurasi 1 jam 25 menit dengan jumlah 1555 ujaran dan 7387 kata. Seluruh ujaran tersebut dijadikan sebagai data dan diolah dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ke delapan jenis metode penerjemahan yang dikemukakan Newmark, digunakan pada subtitle film tersebut, dengan rincian sebagai berikut, metode penerjemahan

harafiah (literal translation) sebanyak 487 kali pemunculan (31,321%),

selanjutnya metode penerjemahan bebas (free translation) dengan frekuensi 260 kali (16,72%), kemudian penerjemahan komunikaitf (communicative translation) yakni dengan frekuensi 347 kali (32,21%), kemudian metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) 183 kali (11,76%), metode penerjemahan penerjemahan semantik (semantic translation) sebanyak 127 kali (8,16%), metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation) sebanyak 41 kali (2,63%), metode

penerjemahan setia (faithful translation) sebanyak 37 (2,37%) dan metode

penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) dengan 1 kali pemunculan

(0,06%), dapat diketahui juga bahwa terdapat 72 ujaran (4,63%) yang tidak diterjemahkan. Penggunaan metode penerjemahan yang seluruhnya efektif adalah

metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) dan metode

penerjemahan idiomatik (idiomatic translation). Pada penerjemahan ujaran pada subtitle film tersebut ditemukan 13 jenis pergeseran kelas kata (category shifts), yang terdiri dari, pergeseran kata kerja menjadi kata benda (KB) sebanyak 17 kali, pergeseran kata sifat menjadi kata benda (SB) berjumlah 7 kali, pergeseran kata sifat menjadi kata kerja (SK) 6 kali, pergeseran kata benda menjadi preposisi (BP) 2 kali, pergeseran kata benda menjadi kata keterangan (BKet) 5 kali, pergeseran kata sifat menjadi kata keterangan (SKet), pergeseran kata keterangan menjadi kata kerja (KetK), pergeseran kata keterangan menjadi kata benda (KetB), pergeseran kata penghubung menjadi kata keterangan (CnjKet), pergeseran preposisi menjadi kata benda (PB) masing- masing 1 kali, pergeseran kata benda menjadi kata kerja (BK) sebanyak 13 kali, pergeseran kata benda menjadi kata sifat (BS) 2 kali, dan pergeseran kata kerja menjadi kata sifat (KS) 12 kali. Pergeseran tingkatan (level shift) yang terjadi pada film sebanyak 11 jenis yakni, pergeseran kata kerja dari kala kini menjadi akan datang (KN) 8 kali, pergeseran kata benda tunggal menjadi kata benda jamak (TJ) 1 kali, pergesaran kala nanti menjadi kala kini (NK) 5 kali, pergeseran kalimat yang bermodalitas menjadi kalimat tidak modalitas (MN) 3 kali, pergeseran pola kalimat pasif menjadi kalimat aktif (AP) 9 kali, pergeseran kala kini menjadi kala lampau (KL) 1 kali, pergeseran dari kata benda jamak menjadi kata benda tunggal (JT) 19 kali, pergeseran modus kata kerja (M) 26 kali, pergeseran bentuk ujaran (U) 6 kali, pergeseran kala lampau menjadi kala kini (LK) sebanyak 43 kali, dan pergeseran kalimat aktif menjadi kalimat pasif (PA) 1 kali.


(7)

FRENCH FILM SUBTITLE “COMME UN CHEF” IN INDONESIAN ABSTRACT

This study aims to assess and to explain the methods and the shifts in translation that occur in French film subtitle "Comme un Chef". The source of data is the French film "Comme un Chef" which lasted for 1 hour and 25 minutes with 1555 utterances. Entire utterance is used as the data. Data were processed by using the descriptive methods.

Based on the analysis, it is concluded that eight translation methods proposed by Newmark were found in French film subtitle "Comme un Chef". The distribution of the eight translation methods types is: the literal translation with 487 times appearances (31.321%), the free translation with 260 times (16.72%), the communicative translation with 347 times (32.21%), then the word-for-word translation with 183 times (11.76%), the semantic translation with 127 times (8.16%), the adaptation translation with 41 times (2.63%), the faithful translation with 3 times (2.37%) and the idiomatic translation with 1 time (0.06%). The effective translation methods are the word-for-word translation and the idiomatic translation. Based on the analysis, the researcher found 13 category shifts and 11 level shifts. The category shifts are: the Shifting of the verb to the noun (KB) 17 times, the shifting of the adjective to the noun (SB) 7 times, the shifting of the adjective to the verb (SK) 6 times, the shifting of the noun to the preposition (BP) 2 times, the shifting of the nouns to the adverbs (BKet) 5 times, the shifting of the adjectives to the adverbs (sketch), the shifting of the adverb to the verb (KetK), the shifting of the noun to the adverb (KetB), the shifting of the conjunctive to the adverb (CnjKet), the shifting of the preposition to the noun (PB) with 1 times, the shifting of the noun to the verb (LB) 13 times, the shifting of noun to the adjective (BS) 2 times, and the

Keywords: subtitle, film, methods, effective, shifts, and translation.

shifting of verb to the adjective (KS) 12 times. The level shifts are: the shifting the verb in present tense to the future tense (KN) 8 times, the shifting of the singular noun to the plural noun (TJ) 1 time, the shifting of the future tense the present tense (NK ) 5 times, the shifting of the modality sentences to a non-modality sentence (MN) 3 times, the shifting of the passive voice to active voice (AP) 9 times, the shifting of the present tense to the past tense (KL) 27 times, the shifting of the plural nouns to the singular noun (JT) 19 times, the shifting of the verbal mode (M) 26 times, the shifting of speech function (U) 7 times, the shifting of the past tense to present tense (LK)43 times, and the shifting of the active to the passive voice (PA) with 1 times.


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis Mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-NYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama menulis tesis ini, penulis banyak memperolah bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Syahron Lubis, M. A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara dan Dosen Penguji.

4. Ibu Prof. Dr. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi

Linguistik Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Nurlela,M. Hum., selaku Sekretaris Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara dan Penguji.

6. Ibu Dra. Hayati Chalil, M. Hum. Selaku Koordinator Konsentrasi Terjemahan

Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara.

7. Ibu Dr. Roswita Silalahi, M. Hum., selaku Ketua Komisi Pembimbingan.

8. Ibu Dr. Mahriyuni, M. Hum., selaku Anggota Komisi Pembimbing.

9. Ibu Dr. Evi Eviyanti, M. Pd. selaku Penguji.

10.Seluruh dosen yang mengajar di Program Studi Linguistik Sekolah

Pascasarjana Univesitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Meskipun demikian, harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah memberkahi. Amin.

Medan, Agustus 2014

Wahyuni Sa’dah 127009021


(9)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Wahyuni Sa’dah

DATA PRIBADI

2. Umur : 29 Tahun

3. Agama : Islam

4. Kewarganegaraan : Indonesia

5. KTP Nomor : 1271186812843334

6. Alamat : Jl. Gurilla Gang Pairan No. 2 B Medan

7. Kelurahan : Sei Kera Hilir I

8. Kecamatan : Medan Perjuangan

1. Tamatan : SD 1996 IJAZAH TAHUN 1996

PENDIDIKAN FORMAL

2. Tamatan : SMP 1999 IJAZAH TAHUN 1999

3. Tamatan : SMA 2002 IJAZAH TAHUN 2002

4. Tamatan : S1 2007 IJAZAH TAHUN 2007

5. Tamatan : S2 2012 IJAZAH TAHUN …….

PENGALAMAN BEKERJA

Dari Tahun : 2007 s/d Sekarang di UNIMED

Dari Tahun : 2007 s/d Sekarang di SMK CIPTA KARYA


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

DAFTAR SIMBOL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 12

1.4.2 Manfaat Praktis ... 12

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

1.6 Klarifikasi Makna Istilah ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS ... 16

2.1 Tinjauan Pustaka ... 16

2.2 Teori tentang Penerjemahan ... 16

2.2.1 Penerjemahan ... 17

2.2.2 Jenis-jenis Penerjemahan ... 19

2.2.3 Prasyarat seorang Penerjemah ... 21

2.2.4 Budaya dan Penerjemahan ... 22

2.3 Teori tentang Metode Penerjemahan ... 24

2.3.1 Penerjemahan Kata demi Kata (Word-for-wordTranslation) .. 26

2.3.2 Penerjemahan Harafiah (LiteralTranslation) ... 27

2.3.3 Penerjemahan Setia (Faithful Translation) ... 28

2.3.4 Penerjemahan Semantik (Semantic Translation) ... 29

2.3.5 Penerjemahan Adaptasi (Adaptation Translation) ... 30

2.3.6 Penerjemahan Bebas (Free Translation) ... 32

2.3.7 Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation) ... 32

2.3.8 Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation) ... 33

2.4 Teori tentang Metode Penerjemahan Efektif ... 35

2.5 Teori tentang Pergeseran (Shifts) dalam penerjemahan ... 36

2.5.1 Pergeseran Kategori (Category Shifts) ... 41

2.5.2 Pergeseran Tingkatan (Levels Shifts) ... 38

2.5.2.1 Pergeseran Modus Verba (Modes Verbaux) ... 39

2.5.2.2.Pergeseran Jenis dan Jumlah Nomina (Genre et Nombre de Nom) ... 41


(11)

2.6 Teori tentang Film ... 42

2.6.1 Film ... 42

2.6.2 Film “Comme un Chef” ... 43

2.7 Teori tentang Subtitle ... 44

2.7.1 Jenis-jenis Subtitle ... 46

2.7.2 Aturan-aturan dalam Membuat Subtitle sebuah Film ... 47

2.8 Kerangka Berpikir ... 48

2.9 Kajian Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54

3.1 Metode Penelitian ... 54

3.2 Data dan Sumber Data ... 55

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 56

3.3.1 Pengumpulan Data ... 57

3.3.2 Pencantuman Data ... 57

3.3.3 Reduksi Data ... 58

3.3.4 Penulisan Kesimpulan ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 62

4.1 Hasil Penelitian ... 62

4.2 Metode-metode Penerjemahan yang Efektif pada Subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia... 64

4.3 Pergeseran Penerjemahan (Shifts) yang terdapat pada Subtitle Film Prancis “Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia ... 124

BAB V PEMBAHASAN ... 148

5.1 Metode Penerjemahan yang ditemukan pada Subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia .. 148

5.2 Pergeseran Kata yang terjadi pada pada Subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia .. 163

5.2.1 Pergeseran Kelas Kata (Class Shifts) ... 163

5.2.2 Pergeseran Tingkatan (Level Shifts) ... 175

5.3 Temuan Penelitian ... 190

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 204

6.1 Kesimpulan ... 204

6.2 Saran ... 207

DAFTAR PUSTAKA ... 208

SUMBER ELEKTRONIK ... 211 LAMPIRAN ...


(12)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal. 3.1 Analisis Metode dan Pergeseran Penerjemahan pada Subtitle

Film Berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia ... 57 4.1 Sebaran penggunaan Metode Penerjemahan pada Subtitle Film Prancis

“Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia ... 62 4.2 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan yang Efektif pada Subtitle Film Prancis “Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia ... 65

4.3 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan Kata demi Kata (word-for

Word Translation) yang Efektif dalam Subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia ... 68 4.4 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan Harafiah (Literal

Translation) yang Efektif dalam Subtitle Film Berbahasa Prancis

Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia ... 82 4.5 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan Setia (Faithful

Translation) yang Efektif dalam Subtitle Film Berbahasa Prancis

Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia ... 92

4.6 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan Semantik (Semantic

Translation) yang Efektif dalam Subtitle Film Berbahasa Prancis

Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia ... 99

4.7 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan Adaptasi (Adaptation

Translation) yang Efektif dalam Subtitle Film Berbahasa Prancis

Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia ... 104

4.8 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan Bebas (Free

Translation) yang Efektif dalam Subtitle Film Berbahasa Prancis

Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia ... 106 4.9 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic

Translation) yang Efektif dalam Subtitle Film Berbahasa Prancis

Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia ... 112

4.10 Sebaran Penggunaan Metode Penerjemahan Komunikatif (Communicative

Translation) yang Efektif dalam Subtitle Film Berbahasa Prancis

Comme un Chef” dalam Bahasa Indonesia ... 113 4.11 Jumlah Kata yang Dijadikan Objek Kajian Penelitian pada Ujaran

Pemeran Film Prancis “Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia ... 124 4.4 Sebaran Pergeseran Kelas Kata (ClassShifts) pada Subtitle Film

Berbahasa Prancis “Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia ... 125 4.5 Sebaran Pergeseran Kata Benda pada Subtitle Film

Berbahasa Prancis “Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia ... 127 4.6 Sebaran Pergeseran Kata Kerja pada Subtitle Film

Berbahasa Prancis “Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia ... 130 4.7 Sebaran Pergeseran Kata Keterangan pada Subtitle Film

Berbahasa Prancis “Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia ... 133 4.8 Sebaran Pergeseran Kata Sifat pada Subtitle Film


(13)

4.9 Sebaran Pergeseran Preposisi pada Subtitle Film

Berbahasa Prancis “Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia ... 135 4.10 Sebaran Pergeseran Kata Penghubung pada Subtitle Film

Berbahasa Prancis “Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia ... 136 4.11 Sebaran Pergeseran Tingkatan (LevelShifts) pada Subtitle Film

Berbahasa Prancis “Comme un Chef dalam Bahasa Indonesia ... 137 5.1 Sebaran Pendidikan Karakter yang terdapat pada Ujaran Film


(14)

DAFTAR SINGKATAN

Adj. : Adjectif (Adjektiva) Adv. : Adverbe (Adverbia) Art. : Article (Kata sandang) Cnj. : Conjonction (Konjungsi)

COD. : Complément d’Objet Indirect (Pronomina) Nom : Nom (Kata Benda)


(15)

DAFTAR SIMBOL

BK : Pergeseran kata benda ke kata kerja. KB : Pergeseran kata kerja ke kata benda. SB : Pergeseran kata sifat ke kata benda. BS : Pergeseran kata benda ke kata sifat. SK : Pergeseran kata sifat ke kata kerja. KS : Pergeseran kata kerja ke kata sifat. KKet : Pergeseran kata kerja ke kata keterangan. KetK : Pergeseran kata keterangan ke kata kerja.

TJ : Pergeseran kata benda tunggal ke kata benda jamak. LK : Pergeseran kala verba dari waktu lampau ke kini. KL : Pergeseran kala verba dari waktu kini ke lampau.

M : Pergeseran modus verba.

KketB : Pergeseram Kata keterangan ke kata benda. PA : Pergeseran kalimat pasif ke kalimat aktif AP : Pergeseran kalimat aktif ke kalimat pasif

U : Fungsi Ujar


(16)

DAFTAR BAGAN

No. Judul Hal 2.1 Kerangka Berpikir dalam Analisis Metode Penerjemahan 49 2.2 Kerangka Berpikir dalam Analisis Pergeseran Penerjemahan 49 3.1 Komponen Analisis Data 56


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal 1. Sinopsis film "Comme un Chef" dalam bahasa Prancis 1 2. Sinopsis film "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia 2 3. Contoh tabel analisis metode dan pergeseran penerjemahan 3


(18)

SUBTITLE FILM BERBAHASA PRANCIS “COMME UN CHEF” DALAM BAHASA INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang metode dan pergeseran (Shifts) yang terjadi dalam penerjemahan ujaran pada film berbahasa Prancis

"Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia dengan sumber data berupa film

Prancis "Comme un Chef" yang berdurasi 1 jam 25 menit dengan jumlah 1555 ujaran dan 7387 kata. Seluruh ujaran tersebut dijadikan sebagai data dan diolah dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, ke delapan jenis metode penerjemahan yang dikemukakan Newmark, digunakan pada subtitle film tersebut, dengan rincian sebagai berikut, metode penerjemahan

harafiah (literal translation) sebanyak 487 kali pemunculan (31,321%),

selanjutnya metode penerjemahan bebas (free translation) dengan frekuensi 260 kali (16,72%), kemudian penerjemahan komunikaitf (communicative translation) yakni dengan frekuensi 347 kali (32,21%), kemudian metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) 183 kali (11,76%), metode penerjemahan penerjemahan semantik (semantic translation) sebanyak 127 kali (8,16%), metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation) sebanyak 41 kali (2,63%), metode

penerjemahan setia (faithful translation) sebanyak 37 (2,37%) dan metode

penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) dengan 1 kali pemunculan

(0,06%), dapat diketahui juga bahwa terdapat 72 ujaran (4,63%) yang tidak diterjemahkan. Penggunaan metode penerjemahan yang seluruhnya efektif adalah

metode penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation) dan metode

penerjemahan idiomatik (idiomatic translation). Pada penerjemahan ujaran pada subtitle film tersebut ditemukan 13 jenis pergeseran kelas kata (category shifts), yang terdiri dari, pergeseran kata kerja menjadi kata benda (KB) sebanyak 17 kali, pergeseran kata sifat menjadi kata benda (SB) berjumlah 7 kali, pergeseran kata sifat menjadi kata kerja (SK) 6 kali, pergeseran kata benda menjadi preposisi (BP) 2 kali, pergeseran kata benda menjadi kata keterangan (BKet) 5 kali, pergeseran kata sifat menjadi kata keterangan (SKet), pergeseran kata keterangan menjadi kata kerja (KetK), pergeseran kata keterangan menjadi kata benda (KetB), pergeseran kata penghubung menjadi kata keterangan (CnjKet), pergeseran preposisi menjadi kata benda (PB) masing- masing 1 kali, pergeseran kata benda menjadi kata kerja (BK) sebanyak 13 kali, pergeseran kata benda menjadi kata sifat (BS) 2 kali, dan pergeseran kata kerja menjadi kata sifat (KS) 12 kali. Pergeseran tingkatan (level shift) yang terjadi pada film sebanyak 11 jenis yakni, pergeseran kata kerja dari kala kini menjadi akan datang (KN) 8 kali, pergeseran kata benda tunggal menjadi kata benda jamak (TJ) 1 kali, pergesaran kala nanti menjadi kala kini (NK) 5 kali, pergeseran kalimat yang bermodalitas menjadi kalimat tidak modalitas (MN) 3 kali, pergeseran pola kalimat pasif menjadi kalimat aktif (AP) 9 kali, pergeseran kala kini menjadi kala lampau (KL) 1 kali, pergeseran dari kata benda jamak menjadi kata benda tunggal (JT) 19 kali, pergeseran modus kata kerja (M) 26 kali, pergeseran bentuk ujaran (U) 6 kali, pergeseran kala lampau menjadi kala kini (LK) sebanyak 43 kali, dan pergeseran kalimat aktif menjadi kalimat pasif (PA) 1 kali.


(19)

FRENCH FILM SUBTITLE “COMME UN CHEF” IN INDONESIAN ABSTRACT

This study aims to assess and to explain the methods and the shifts in translation that occur in French film subtitle "Comme un Chef". The source of data is the French film "Comme un Chef" which lasted for 1 hour and 25 minutes with 1555 utterances. Entire utterance is used as the data. Data were processed by using the descriptive methods.

Based on the analysis, it is concluded that eight translation methods proposed by Newmark were found in French film subtitle "Comme un Chef". The distribution of the eight translation methods types is: the literal translation with 487 times appearances (31.321%), the free translation with 260 times (16.72%), the communicative translation with 347 times (32.21%), then the word-for-word translation with 183 times (11.76%), the semantic translation with 127 times (8.16%), the adaptation translation with 41 times (2.63%), the faithful translation with 3 times (2.37%) and the idiomatic translation with 1 time (0.06%). The effective translation methods are the word-for-word translation and the idiomatic translation. Based on the analysis, the researcher found 13 category shifts and 11 level shifts. The category shifts are: the Shifting of the verb to the noun (KB) 17 times, the shifting of the adjective to the noun (SB) 7 times, the shifting of the adjective to the verb (SK) 6 times, the shifting of the noun to the preposition (BP) 2 times, the shifting of the nouns to the adverbs (BKet) 5 times, the shifting of the adjectives to the adverbs (sketch), the shifting of the adverb to the verb (KetK), the shifting of the noun to the adverb (KetB), the shifting of the conjunctive to the adverb (CnjKet), the shifting of the preposition to the noun (PB) with 1 times, the shifting of the noun to the verb (LB) 13 times, the shifting of noun to the adjective (BS) 2 times, and the

Keywords: subtitle, film, methods, effective, shifts, and translation.

shifting of verb to the adjective (KS) 12 times. The level shifts are: the shifting the verb in present tense to the future tense (KN) 8 times, the shifting of the singular noun to the plural noun (TJ) 1 time, the shifting of the future tense the present tense (NK ) 5 times, the shifting of the modality sentences to a non-modality sentence (MN) 3 times, the shifting of the passive voice to active voice (AP) 9 times, the shifting of the present tense to the past tense (KL) 27 times, the shifting of the plural nouns to the singular noun (JT) 19 times, the shifting of the verbal mode (M) 26 times, the shifting of speech function (U) 7 times, the shifting of the past tense to present tense (LK)43 times, and the shifting of the active to the passive voice (PA) with 1 times.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan kehidupan manusia dari waktu ke waktu terjadi berkat adanya penyebaran informasi, dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran informasi tersebut pada umumnya melalui majalah, surat kabar, buku, radio, televisi, internet maupun film.

Film merupakan salah satu media penyebaran informasi yang perkembangannya sulit dihambat. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) film merupakan salah satu bentuk hiburan yang digemari banyak orang, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa; (2) pada film terdapat tokoh-tokoh yang sebagian besar memiliki keunikan tersendiri dengan daya tarik yang berbeda-beda pula; (3) film merupakan sarana hiburan yang mudah sekali diakses tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak, misalnya melalui program unduh gratis di internet, acara-acara film di televisi atau di bioskop maupun dengan pembelian DVD.

Setiap film mengandung suatu cerita. Cerita tersebut pada umumnya berasal dari kisah fiktif, namun tidak sedikit juga yang berdasarkan kisah nyata. Cerita pada film merupakan buah karya seorang sutradara, yang dipresentasikan oleh para tokoh. Tokoh-tokoh tersebut memerankan karakter sesuai dengan alur cerita. Melalui cerita film tersebut, penonton dapat melihat sikap, cara berbicara, cara berbusana, bahasa, dan budaya para tokoh sesuai dengan konteks cerita dan


(21)

budaya yang dimiliki oleh daerah dimana film tersebut diproduksi. Hal tersebut selaras dengan pendapat Hoed (2006:11) yang menyatakan bahwa:

“Di samping dampak visual, film memberikan dampak verbal melalui bahasa yang prosesnya lambat, seperti halnya dampak melalui bacaan. Akan tetapi dampak verbal dari film dapat bertahan lama karena yang ditangkap adalah bahasa dengan konsep-konsep di dalamnya yang dipadu dengan tayangan gambar. Melalui bahasanya penonton dapat lebih mengerti tema film dan moral yang tersimpan dalam film tersebut. Penontonpun dapat melihat tingkah laku tokoh-tokoh dalam film dan pakaian serta adat kebiasaannya.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa, melalui film dapat diperoleh informasi secara kontekstual, nyata dan jelas bagaimana bahasa digunakan dengan oleh penutur aslinya, karena film merupakan refleksi dan representasi dari masyarakat, bahasa dan budaya asli film itu tersebut.

Pada saat sekarang ini, banyak sekali film yang diproduksi oleh satu negara, namun ditayangkan bukan hanya di negara tempat produksinya tetapi juga di negara yang berbeda. Ketika film asing tersebut ditayangkan bukan di negara tempat produksinya, maka naskah cerita film tersebut akan diterjemahkan. Penerjemahan cerita film tersebut, dapat berupa penerjemahan lisan maupun tulisan. Hoed (2006:107-108) menyatakan bahwa: “penerjemahan teks lisan dalam dialog sebuah film terbagi atas dua jenis yakni penerjemahan teks lisan dialog film dalam bentuk sulih suara (dubbing) atau penerjemahan teks lisan film dalam bentuk teks tulisan (subtitling).”

Film merupakan salah satu dokumen audio-visual yang bersifat resmi karena melalui proses sensor yang dilakukan oleh lembaga resmi bernama badan sensor film dan pada umumnya ditujukan bagi khalayak ramai. Seperti yang tercantum dalam UU No. 02 Tahun 2009 dalam Trianton tentang perfilman pasal 1 bahwa: “Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan


(22)

media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.” Film merupakan salah satu media komunikasi yang banyak mempengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat. Film juga dapat menjadi acuan atau pedoman gaya hidup masyarakat pada saat sekarang ini. Hoed (2006:101) menyatakan bahwa: “Film Asing di Indonesia cenderung sering menjadi acuan moderenisasi”. Trianton (2013:ix) menambahkan bahwa: “Film merupakan karya sinematografi yang dapat berfungsi sebagai alat culture education atau pendidikan budaya.”

Berdasarkan pendapat ahli tersebut terlihat jelas bahwa penerjemahan teks lisan film yang dilakukan, khususnya di Indonesia, harus benar-benar memilah unsur budaya yang dapat ditampilkan dan tidak ditampilkan pada subtitle. Hal tersebut karena, ditemukannya perbedaan budaya yang ditampilkan pada sebuah film, dapat menimbulkan efek negatif bagi penonton film dengan budaya yang berbeda pula. Maksudnya adalah, budaya yang tidak tabu dalam budaya bahasa sumber, merupakan hal yang tabu dalam budaya bahasa sasaran. Masalah perbedaan budaya tersebut menjadi penting, karena film pada umumnya menjadi salah satu acuan gaya hidup, dan sarana penyebaran informasi serta budaya.

Contoh nyata pengaruh film sebagai acuan gaya hidup dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia misalnya: pada zaman dahulu sekitar era tahun

60-an dan 70-an para remaja belum mengenal gaya potongan rambut demimor,

namun ketika film berjudul “Ghost” yang diperankan oleh Demi Moore, dimana

potongan rambutnya begitu pendek, banyak orang yang mengganti model rambut mereka menjadi seperti potongan rambut pemeran film perempuan dalam film ghost tersebut, setelah penayangannya di bioskop atau televisi.


(23)

Contoh lain, ketika film berbahasa Prancis Taxi 3 diluncurkan, pada film tersebut penonton dapat melihat begitu banyak mobil-mobil sport atau mewah yang dilengkapi mesin berteknologi canggih. Bagi masyarakat kelas atas, memiliki mobil seperti yang ditampilkan dalam film tersebut memiliki nilai prestise tersendiri. Sehingga banyak masyarakat kelas atas pada saat itu cenderung ingin memiliki dan akhirnya membeli mobil sport dengan harga fantastis.

Film Prancis merupakan salah satu jenis film yang berpengaruh besar dalam perkembangan perfilman dunia. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui keberhasilan film-film Prancis dan sineas-sineasnya dalam berbagai penghargaan kelas dunia seperti Festival Film de Cannes¸ Oscar Awards, Festival du Film Américains, dsb.

Penyebaran film Prancis, sudah sejak lama sampai di Indonesia. Beberapa film Prancis terkenal yang sudah pernah ditayangkan di Indonesia yakni: Taxi 1, 2 dan 3, Plan Parfait, Intouchable, Le guetteur, Mobius, Zarafa, L’amour et Turbulance, L’écume du Jour dan "Comme un Chef".

"Comme un Chef" merupakan salah satu film yang sangat populer di

Prancis. Film ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa. Pada film ini juga

banyak ditemukan pesan pendidikan karakter seperti: kerja keras, idealisme, jujur, bertanggung jawab, cerdas, sabar, dan kesetiakawanan. Namun, ketika peneliti menonton film tersebut dengan subtitle berbahasa Indonesia, peneliti menemukan hal-hal yang ganjil dan tidak sesuai dengan pesan moral yang dikandung oleh film tersebut. Keganjilan tersebut berupa kalimat yang dianggap kurang berterima baik dari aspek budaya atau aspek kebahasaan dalam bahasa sasarannya, yakni bahasa Indonesia.


(24)

Misalnya:

Tsu.: Bocuse, je

Nom pron. verbe m’ en tape. Bocuse, saya ku nya memukul. Tsa. : Bocuse bisa meniup keluar dari pantatnya.

(Comme un Chef : 00:03:26,088 --> 00:03:28,397) Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa subtitle pada kalimat "Bocuse, je m’en tape" menjadi "Bocuse bisa meniup keluar dari pantatnya". Penerjemahan ini tampak sukar untuk dipahami, karena orang Indonesia tidak mengenal siapa tokoh Bocuse tersebut. Kemudian kata "pantat" juga terasa tabu dan berbenturan dengan budaya Indonesia. Karena, kata tersebut merupakan ungkapan yang sering disebutkan untuk menghardik atau menghina orang lain.

Dari terjemahan di atas peneliti menganggap penerjemah subtitle itu

menggunakan metode penerjemahan bebas (free translation) dimana teks dalam

bahasa sumber diterjemahkan secara bebas ‘je m’en tape’ ini pada dasarnya berasal dari subjek ‘Je’ (saya) dan verba ‘s’en taper’ (memukul/ acuh/ mengejek/ tidak tertarik). Dalam penerjemahan tersebut terlihat jelas bahwa tata bahasa Prancis yakni subjek "je" dan verba pronominal (dalam hal ini, verba yang bermakna bahwa pelaku dan objek kata kerjanya adalah sama) "s’en taper" sama sekali tidak tampak dalam teks sasaran yakni menjadi "bisa meniup keluar dari pantatnya". Mengapa kalimat ini diterjemahkan demikian karena pada saat itu pemilik restoran sedang marah terhadap Jacky Bonnot dan menganggap kemampuan Jacky Bonnot tidak sebanding dengan kemampuan Bocuse yang merupakan juru masak yang sangat terkenal dan handal, karena Jacky Bonnot mengatakan bahwa kemampuan memasaknya sama hebatnya dengan kemampuan


(25)

Bocuse. Kemudian Jacky Bonnot juga telah mengecewakan pelanggan restoran tersebut dengan cara mengganti menu yang dipesannya dengan menu yang dipilih oleh sang koki. Penggantian menu tersebut terjadi karena Jakcy Bonnot merasa menu yang dipilih oleh pelanggan tersebut tidak berkualitas dan tidak sesuai dengan jenis anggur yang diminumnya. Dalam budaya Prancis anggur putih diminum jika mengkonsumsi daging yang berwarna putih misalnya daging ikan atau unggas dan anggur merah jika mengkonsumsi daging yang berwarna merah misalnya daging sapi, babi, domba, kambing dsb. Menurut peneliti kalimat

tersebut sebaiknya diterjemahkan menjadi Bocuse, aku tidak perduli, karena

sebenarnya kata kerja s’en taper juga masih memiliki arti lain yakni tidak menarik namun untuk tetap menjaga unsur sintaksis yang terdapat dalam bahasa sasaran maka subjek je yang sepadan dengan kata aku dalam bahasa Indonesia masih dapat dipertahankan.

Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa dalam penerjemahan subtitle "Comme un Chef" tersebut masih terdapat hal yang tidak jelas, kemudian tabu, dan bahkan tidak berterima dalam bahasa Indonesia. Ketidakberterimaan tersebut pada hakekatnya disebabkan oleh ketidaktepatan metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Machali (2009:78): “metode penerjemahan berkenaan dengan rencana dalam pelaksanaan penerjemahan yang meliputi 3 tahap yaitu analisis, pengalihan, dan penyerasian dimana ketiga tahapan tersebut harus dilalui oleh seorang penerjemah”. Jika ketiga hal tersebut dilalui dengan baik maka tidak akan muncul terjemahan yang tidak berterima. Puteri juga menambahkan (2013:78):


(26)

" Thereby, the quality of a text can be assessed by two features: 1) Its inteligibility (the translation is understandable) and 2) its fidelity (the message transmitted by the translation corresponds exactly to the original message).”

Yang artinya adalah kualitas terjemahan dapat dinilai melalui dua hal yaitu mudah dipahami dan pesan yang disampaikan benar sesuai dengan pesan yang terkandung dalam bahasa sumber dengan tetap menghormati budaya sasaran.

Selain contoh di atas, pada subtitle film tersebut juga ditemukan istilah-istilah kulinari dan nama masakan dalam bahasa Prancis yang terkadang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia namun tidak sedikit yang tetap ditulis dalam bahasa Prancis dalam versi terjemahan berbahasa Indonesia dari teks cerita film “Comme un Chef “ tersebut.

Misalnya :

Tsu: “La blanquette pour la 11.

Art. nom pré. Art. Adj. de quantité. " Itu blanquette untuk sebuah 11

Tsa: “Blanquette untuk 11”.

(Comme un Chef: 00:02:17,140 --> 00:02:18,774) Pada teks di atas dapat diketahui bahwa metode penerjemahan yang digunakan adalah metode harafiah (literal traslation) dimana kata "la blanquette" dipadankan dengan "Blanquette" kata "pour" diterjemahkan dengan "untuk" dalam bahasa Indonesia dan "11" dengan "11". Metode Penerjemahan harafiah (literal traslation) juga dibuktikan melalui tata urutan kata yang sama sekali tidak mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Machali (2009:78) yakni: " Metode penerjemahan harafiah (literal translation) adalah « …jenis ini biasanya Tsa langsung diletakkan di bawah versi Tsu, kata-kata dalam Tsu biasanya diterjemahkan di luar konteks, dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan


(27)

apa adanya". Jika dianalisis lebih jauh Blanquette adalah salah satu makanan Prancis yang sangat terkenal yakni berupa daging (unggas, sapi muda, atau ikan, domba) yang direbus dengan menggunakan krim putih dan telur. Jenis masakan ini masih dapat dipadankan dengan daging gulai putih (daging gulai kurma), yang memang masih ada dalam jenis masakan indonesia. Hal tersebut dapat dipadankan karena untuk blanquette dan memasak daging dalam tradisi kulinari indonesia tradisional tidak pernah menggunakan krim tetapi pada umumnya menggunakan santan, dalam hal ini santan dapat dipadankan dengan krim.

Berdasarkan pengalaman pribadi peneliti yang pernah tinggal selama 1 bulan di Prancis dalam rangka mengikuti pelatihan bagi pengajar bahasa Prancis bagi penutur Asing (Fle), peneliti pernah mencicipi hidangan Blanquette tersebut, dan telah membuktikan bahwa cita rasa masakan Blanquette tersebut sama dengan cita rasa hidangan daging gulai putih atau sering disebut dengan daging gulai kurma.

Berdasarkan fakta tersebut belum dapat diketahui mengapa penerjemah teks lisan pada film "Comme un Chef" tersebut masih tetap menggunakan bahasa aslinya, padahal sebenarnya nama jenis masakan tersebut dapat dipadankan dengan salah satu masakan Indonesia. Jika penerjemah tetap menggunakan kata "Blanquette" pada terjemahannya, dapat diketahui bahwa kata "Blanquette" itu akan mengaburkan pemahaman penonton terhadap pesan yang dikandung oleh bahasa sumbernya, karena penonton hanya akan mengetahui bahwa itu nama makanan namun tidak mengetahui makanan apa. Hal ini bertentangan dengan teori yang diutarakan oleh Dolet dalam Munday (2001:26) yakni: "La manière de bien traduire une langue en autre c’est d’avoir bien compris l’intention de


(28)

l’auteur afin d’éviter l’obscurité." Yang artinya penerjemah harus memahami betul makna yang dimaksudkan oleh penulis, dan oleh sebab itu dia harus menghindari kerancuan atau ketidakjelasan dalam terjemahannya. Sementara penggunaan kata "Blanquette" tersebut sama sekali tidak jelas bagi penonton yang dalam hal ini berbahasa Indonesia. Hal tersebut yang menjadi pertanyaan bagi peneliti mengapa metode penerjemahan harafiah (literal translation) digunakan oleh penerjemah, padahal metode tersebut merupakan metode yang berbasis pada teks sumber dan biasanya tidak lazim digunakan.

Dari segi pergeseran (shifts) tidak ditemukan karena seluruh unsur kata dan tata bahasa dalam kalimat ini tidak mengalami pergeseran.

Contoh lain :

Tsu.: "Dans ce cas, on va se replier vers l' entrecôte -frites

Pré. Adj. nom Pron. Verbe verbe pré. Art. Nom compose. ."

Dalam ini hal, kita pergi melipat kearah itu steak -kentang goreng Tsa.: “Dalam hal ini, steak dan kentang goreng akan menjadi lebih baik.”

(Comme un Chef: 00:02:58,530 --> 00:03:02,980)

Metode penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan teks di atas

adalah metode penerjemahan adaptasi (adaptation translation). Penggunaan

metode tersebut dapat dilihat dari penerjemahan yang mengacu pada makna dan budaya yang dimaksudkan oleh teks sumber yang dipadankan ke dalam teks bahasa sasaran dengan mempertimbangkan keberterimaan dan kelaziman dalam teks sasaran. Maksud keberterimaan dan kelaziman dalam hal ini adalah makna kata kerja “va se plier” itu sebenarnya mengandung makna “cocok” atau sesuai karena konteks kalimat pada teks ini adalah pelanggan memadukan menu yang tidak sesuai dengan yang seharusnya sehingga koki Bonnot menggantinya dengan


(29)

menu steak dan kentang goreng. Kemudian proses adaptasi juga terlihat melalui pemadanan frasa “l'entrecôte-frites” dengan steak dan kentang goreng yang memang masih terdapat dalam ranah kulinari Indonesia modern. Kemudian penghilangan kata “vers” dan kata sandang “l’’ juga merupakan bukti penerapan metode adaptasi dalam penerjemahan subtitle film ini.

Dianalisis dari segi pergeseran (shifts), dapat diketahui bahwa pada penerjemahan subtitle film berbahasa Prancis di atas terjadi pergeseran kelas kata yakni kata kerja “va” (future proche) bergeser menjadi “akan” yang merupakan adverbia dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya kata “se plier” diterjemahkan menjadi “lebih baik” yakni merupakan adjektiva dalam bahasa Indonesia.

Seluruh keganjilan dan ketidakkonsistenan penerjemah dalam menerjemahkan dialog film berbahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia tidak akan terjadi jika penerjemahan menggunakan metode penerjemahan dan pergeseran penerjemahan (shifts) yang tepat. Oleh sebab itu, peneliti menganggap bahwa penelitian tentang metode dan pergeseran penerjemahan pada film “Comme Un Chef” tersebut penting untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Pada umumnya penelitian dilakukan karena adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, yang akan ditemukan penyelesaiannya. Masalah tersebut penting untuk dirumuskan agar penelitian yang dilakukan terarah, ilmiah dan sistematis, sehingga dapat diketahui mana masalah yang harus dipecahkan terlebih dahulu dan mana yang akan diselesaikan berikutnya. Oleh sebab itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(30)

1. Metode penerjemahan apa saja yang ditemukan pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia?

2. Metode penerjemahan apa saja yang efektif pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia?

3. Pergeseran penerjemahan apa saja (shifts) yang terjadi pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelesaikan masalah yang telah

dirumuskan dalam sub-bab sebelumnya. Tujuan penelitian ini terdiri atas :

1. Menjelaskan metode penerjemahan yang ditemukan pada subtitle film

berbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia.

2. Menjelaskan metode penerjemahan yang efektif, pada subtitle film

berbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia.

3. Menjelaskan pergeseran (shifts) penerjemahan yang terjadi pada subtitle filmberbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini diselesaikan, maka hasil penelitian tersebut memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis merupakan manfaat yang dapat memperkaya kajian penerjemahan. Sedangkan manfaat praktis adalah manfaat yang dapat disaksikan langsung secara kasat mata karena dapat digunakan secara langsung oleh khalayak pembaca penelitian ini. Adapun manfaat penelitian tersebut dijelaskan pada bagian berikut ini.


(31)

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Sebagai pedoman bagi penerjemah pemula khususnya mengenai

metode dalam penerjemahan ujaran dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia.

2. Sebagai acuan atau pedoman bagi penerjemah pemula khususnya

mengenai pergeseran (shifts) dalam penerjemahan kata, atau frasa dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia.

3. Sebagai pedoman bagi penerjemah khsususnya pada penerjemahan

teks kulinari dalam bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia.

4. Menambah referensi penerjemahan teks kulinari dalam bahasa Prancis

ke dalam bahasa Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sarana promosi kebudayaan Prancis yang tercermin melalui kehidupan

masayarakat Prancis yang ditampilkan dalam bentuk film yang dalam hal ini menyangkut gastronomi/kulinari Prancis.

2. Mempresentasikan metode penerjemahan secara lebih fokus, teknis

dan praktis bagi para pembelajar atau penerjemah pemula, dalam menerjemahkan ujaran berbahasa Prancis ke dalam teks tulis bahasa Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Sebuah penelitian yang baik, harus memiliki ruang lingkup yang jelas. Ruang lingkup merupakan batasan kajian dan objek dari sebuah penelitian. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah subtitle film berbahasa Prancis "Comme un


(32)

Chef" dalam bahasa Indonesia yang terdiri atas 1555 ujaran dengan durasi film selama 1 jam 25 menit karya Daniel Cohen dengan pemutaran perdana pada tanggal 7 Maret 2012. Proses pengumpulan, penganalisisan dan pengolahan data berbasis pada produk terjemahan.

Objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah metode penerjemahan menurut teori Newmark (1988), serta pergeseran (shifts) yang terdapat pada subtitle film berbahasa Prancis "Comme un Chef" dalam bahasa Indonesia berdasarkan teori Catford (1965).

Dari beberapa teori tentang metode penerjemahan, teori yang dikemukakan oleh Newmark, merupakan teori yang dianggap paling lengkap dan dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Untuk mengkaji pergeseran (shifts) dalam penerjemahan, peneliti menggunakan teori Catford, karena teori tersebut mendeskripsikan dengan lugas, lengkap dan luas tentang pergerseran tingkatan maupun kelas kata yang terjadi dalam penerjemahan bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya.

1.6 Klarifikasi Makna Istilah

Setelah menjelaskan ruang lingkup penelitian pada bagian sebelumnya, langkah selanjutnya adalah klarifikasi makna istilah. Hal ini disebabkan karena ragam makna yang dikandung oleh setiap istilah bervariasi. Variasi tersebut menyebabkan terjadinya pemahaman yang beragam pula, walaupun dari satu istilah yang sama. Atas dasar tersebut peneliti mengklarifikasikan setiap istilah dalam penelitian ini, agar setiap istilah yang dimaksudkan menjadi jelas, utuh dan konsekuen maknanya. Klarifikasi makna istilah dalam penelitian ini antara lain:


(33)

1. Subtitle adalah teks yang merupakan hasil terjemahan dialog sebuah film, teks

terjemahan tersebut ditayangkan secara bersamaan sesuai dengan urutan

kejadian dan gambar dalam film, yang lazimnya diletakkan di bagian bawah layar, Hoed (2006:107-108).

2. Film adalah media komunal, perpaduan dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian baik secara rupa, teater, sastra, arsitektur dan musik. Film merupakan perpaduan dari perkemabangan teknologi fotografi dan rekaman suara, Trianton (2013:2)

3. Teks sumber dan teks sasaran; teks sumber adalah teks awal berupa kata, frasa, atau kalimat yang memiliki makna kontekstual yang akan diterjemahkan ke dalam bahasa lain (bahasa sasaran), artinya teks akan diterjemahkan, sementara teks sasaran adalah teks berupa kata, frasa atau kalimat yang memiliki makna kontekstual yang sepadan dan merupakan hasil terjemahan dari bahasa, (Baker: 20-26)

4. Penerjemahan adalah pengkonstruksian ulang kalimat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan menggunakan padanan kata yang dianggap paling lazim dan berterima dengan bahasa sasaran agar penerjemahan sempurna dalam segala aspek baik aspek sintaksis, semantik, gaya bahasa dan pragmatik, Nida &Taber (1982).

5. Metode penerjemahan adalah cara yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan kalimat secara utuh, dan bukan cara yang digunakan penerjemahan dalam menerjemahkan kata atau frasa yang menyusun suatu kalimat, artinya metode itu diterapkan secara makro pada satu kalimat utuh


(34)

dan bukan secara mikro atau pada satuan kata atau frasa yang terdapat dalam satu kalimat, Newmark (1988).

6. Pergeseran (Shifts) dalam hal ini terbagi atas dua jenis yakni, yaitu

pergeseran tingkatan (level shifts) dan pergeseran kelas kata (category shifts), (Catford 1965).

7. Efektif dalam penelitian ini bermakna bahwa metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah tepat guna dalam memadankan makna yang dikandung oleh bahasa sumber dengan bahasa sasaran serta pemahaman yang sama baik pada penonton film dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran.


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Kerangka teoretis merupakan kajian tentang referensi teoritis dan pendapat para ahli yang dijadikan dasar ilmiah dalam sebuah penelitian. Dalam kerangka teoretis juga dibahas tentang teori yang dianut dan dijadikan alat untuk menganalisis data dalam penelitian ini. Oleh sebab itu dalam bab II ini, peneliti akan menyajikan kajian tentang teori-teori para ahli yang digunakan dalam penelitian ini.

2.2 Teori tentang Penerjemahan

Dalam dunia penerjemahan terdapat 3 istilah yang tidak dapat dipisahkan keberadaanya antara satu dengan yang lain. Istilah tersebut adalah, penerjemahan, penerjemah dan terjemahan. Ketiga istilah tersebut akan secara otomatis muncul jika salah satu di antaranya muncul. Hal tersebut selaras dengan pendapat Machali (2009:7): Penerjemahan berasal dari kata terjemah yang jika kata tersebut muncul maka kata penerjemah, terjemahan dan penerjemahan akan secara bersamaan muncul. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut ini akan dijelaskan ketiga istilah tersebut.


(36)

2.2.1 Penerjemahan

Penerjemahan, penerjemah dan terjemahan itu, pada hakekatnya berasal dari satu kata dasar verba yakni “terjemah”. Seperti yang tercantumkan dalam

buku Livre Blanc de la Traduction yang tercantum pada situs :

" Traduction vient du verbe traduire consiste à faire passer un texte ou un discours d'une langue à une autre. Autrement dit, pour traduire un texte, deux éléments sont indispensables : la parfaite compréhension du texte source, et la connaissance de la formulation équivalente dans la langue cible, qui doit être la langue maternelle du traducteur – car la règle d’or en traduction est que l’on ne traduit que vers sa langue maternelle."

Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa, penerjemahan berasal dari kata kerja menerjemahkan, yang terdiri atas kegiatan memadankan suatu teks dari satu bahasa ke dalam bahasa lainnya. Dengan kata lain dalam melakukan penerjemahan setidaknya harus ada dua unsur penting yaitu; kesempurnaan pemahaman isi dari teks sumber, dan pengetahuan tentang reformulasi kalimat yang sepadan baik isi maupun tata bahasa ke dalam bahasa sasaran yang sebaiknya merupakan bahasa ibu penerjemah karena itu akan menjadikan terjemahan lazim, berterima dan akurat.

Hal ini selaras dengan pendapat Larrousse (2014:789):

"Traduction est une action de

langue, une énonciation dans une autre langue (ou langue cible) de ce qui a été énoncé dans une langue (la langue source), en conservant les équivalences sémantiques et stylistiques.

Yang artinya adalah penerjemahan itu adalah suatu aksi dari kata "terjemah", dimana suatu kalimat ditransposisikan ke dalam bahasa lain, yang maksudnya adalah sebuah pernyataan dalam satu bahasa yang disebut bahasa sumber dipandankan ke dalam bahasa lain yang disebut bahasa sasaran dengan tetap


(37)

menjaga bentuk makna dan gaya bahasa sumbernya. Dalam bahasa Prancis teks atau bahasa sumber disebut dengan "la langue source" dan teks atau bahasa sasaran disebut "la langue cible". Rochard (2014 :13) juga menyatakan hal yang hampir sama dengan Larrousse yakni:

"La traduction est donc bien un exercice de compréhension et de

réexpression d’un discours. Cet exercice suppose la mobilisation de connaissances linguistiques et thématiques, mais alors que la compréhension peut être relativement passive, la réexpression nécessite une maîtrise active des discours équivalents (modalités d’expression de la langue d’arrivée, adaptation à la terminologie et à la phraséologie du domaine de travail). C’est la raison pour laquelle on traduit généralement vers sa langue maternelle."

Artinya, penerjemahan adalah kegiatan pemahaman dan penuangan kembali ekspresi dalam bahasa sasaran. Kegiatan tersebut membutuhkan pemahaman yang baik mengenai aspek linguistik dan tema teks yang akan diterjemahkan, namun pemahaman tersebut merupakan hal yang mungkin saja bersifat pasif, tetapi hal yang terpenting adalah ketika menuangkan kembali makna yang dikandung bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran penerjemah harus memiliki kemampuan aktif untuk dapat diaplikasikan dalam menemukan dan melakukan pemadanan antara kedua bahasa tersebut (penggunaan modalitas, adaptasi yang tepat pada penggunaan istilah dan perumusan kata dalam kalimat). Hal inilah yang menyebabkan bahwa seorang penerjemah harus melakukan penerjemahan ke dalam bahasa ibunya.

Pendapat berikutnya, dinyatakan oleh ahli penerjemah yang sangat populer

yakni Newmark (1988:30) menyatakan bahwa: “Translation is rendering the

meaning of the text into another language in the way that the author intended the text.” Penerjemahan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan maksud pengarang.


(38)

Berkaitan dengan hal ini Nida & Taber (1982:17) juga menyatakan bahwa: “Penerjemahan merupakan penuangan kembali makna kalimat ke dalam bahasa sasaran dengan menggunakan padanan kata yang dirasakan paling berterima dan lazim dengan bahasa sumber agar hasil terjemahan tersebut sempurna, baik dari aspek sintaksis, semantik, gaya bahasa dan pragmatik.”

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas dapat diketahui bahwa penerjemahan adalah proses pemadanan makna kata, frasa, klausa atau kalimat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan menggunakan gaya bahasa, unsur sintaksis, dan pragmatik yang disampaikan secara natural, baik, benar dan berterima dalam bahasa sasaran.

2.2.2 Jenis-jenis penerjemahan

Jenis-jenis penerjemahan yang dikemukakan oleh Jakobson dalam Munday (2001:5): Penerjemahan terdiri atas 3 kategori yaitu: penerjemahan intralingual, interlingual, dan intersemiotika. Penerjemahan intralingual adalah penerjemahan bahasa verbal yang diterjemahkan dengan bahasa verbal dalam bahasa yang sama. Misalnya kata “observer” (mengamati) dalam bahasa Prancis kemudian diterjemahkan menjadi “regarder avec l’intention” masih dalam bahasa yang sama yakni bahasa Prancis yang artinya menjadi melihat sesuatu dengan perhatian penuh. Penerjemahan jenis yang kedua yaitu penerjemahan interlingual yang merupakan penerjemahan satu kata, frasa, kalimat atau teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yakni antara dua atau lebih bahasa yang berbeda misalnya kalimat:


(39)

Tsu. : "Tu fais pas chier à la décoration Pron. Verbe Adv. Verbe Inf. Pré Art. Nom ." Tsa1. : "Lupakan dekorasi."

Tsa2. : “Forget the decoration.”

(Comme un Chef: 00:02:24,429 --> 00:02:27,922 ) Pada contoh di atas, teks sumbernya adalah bahasa Prancis yang kemudian diterjemahkan ke dalam dua bahasa sasaran yang berbeda yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Contoh penerjemahan yang dicantumkan pada contoh di atas, merupakan jenis penerjemahan interlingual, yakni, teks yang berasal dari satu bahasa sumber diterjemahkan ke dalam bahasa lain yang merupakan bahasa dari negara yang berbeda dengan negara asal bahasa sumbernya yang dalam hal ini adalah negara Indonesia dan Inggris.

Selanjutnya penerjemahan jenis yang ketiga adalah penerjemahan intersemiotika yaitu penerjemahan yang berasal dari bahasa non-verbal seperti, warna, gambar, simbol, suara yang bukan berasal dari manusia, atau mimik dan sebagainya. Misalnya: bunga mawar merah biasanya melambang tanda cinta, bendera merah, kuning atau putih biasanya melambangkan kematian. Suara burung gagak biasanya melambangkan akan adanya berita kemalangan dsb.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa jenis penerjemahan itu muncul karena tahapan bagaimana perwujudan proses penerjemahan itu direalisasikan, dan bukan hanya pada bahasa verbal saja tetapi juga pada bahasa non-verbal. Hal ini karena pada hakekatnya bahasa itu bukan hanya yang diucapkan atau yang dituliskan tetapi juga yang disimbolkan melalui gerak-gerik, bentuk, suara dan sebagainya.


(40)

Hal ini selaras dengan pendapat Delatour et Jennepin (2000) : “La langue se divise en 4 grandes parties, la langue orale, langue écrite, langue gestuelle et langue symbolique." Yang maksudnya adalah bahasa itu dibagi dalam 4 kategori yaitu bahasa lisan, tulisan bahasa tubuh dan bahasa simbol.

2.2.3 Prasyarat seorang Penerjemah

Seorang penerjemah sebaiknya merupakan sosok yang memiliki pengetahuan linguistik, dan budaya yang hampir sempurna dalam dua bahasa yang diterjemahkannya, dan syarat berikutnya adalah penerjemah merupakan sosok yang berwawasan luas dan mengetahui kaedah-kaedah penulisan dalam bahasa yang digelutinya. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Dubois dalam www.a4traduction.com (2014 :1):

“Les traducteurs sont des professionnels diplômés, spécialisés dans une ou plusieurs disciplines d’un domaine (par exemple, un traducteur médical peut être uniquement spécialisé en cardiologie).

Yang artinya adalah penerjemah adalah merupakan seorang yang profesional, ahli dalam sebuah atau beberapa bidang ilmu misalnya penerjemah dalam bidang kesehatan bahkan sebaiknya juga mengambil spesialis misalnya khusus penerjemah teks kesehatan yang berhubungan dengan jantung misalnya. Ibrahim dalam kuliah umum tentang Types & Processes of Interpreting menyatakan

bahwa (2012:4): “Translators need to be familiar with the rules of written

language and be competent writers in the target language”. Artinya adalah seorang penerjemah harus memahami dengan baik tatacara dan sistematika penulisan serta menulis teks dalam bahasa sasaran dengan sangat baik.


(41)

Dari uraian di atas, dapat diperoleh intisari bahwa prasyarat seorang penerjemah itu terdiri atas tiga aspek utama yakni seorang ahli yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang mendalam baik pada bidang kebahasaan, budaya, dan keterampilan dalam menulis dalam bahasa yang diterjemahkannya.

2.2.4 Budaya dan Penerjemahan

Menurut Bell (2012:4): ”Translation is a multilevel; linguistic, cognitive, social and cultural.” Maksudnya adalah penerjemahan itu meliputi segala aspek kebahasaan, kognitif, kehidupan sosial dan kultural. Hal tersebut disampaikan oleh Bell pada saat kuliah umum di Pascasarjana Program Studi Linguistik tanggal 5 oktober 2012 dalam bentuk power point. Jika pendapat ini dijabarkan maka dapat dijelaskan bahwa dalam penerjemahan, keempat aspek tersebut saling terikat antara yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan bahwa penerjemahan itu melibatkan unsur yang disebut bahasa dan bahasa berkembang sesuai dengan kehidupan dan perkembangan budaya dimana bahasa itu berada.

Menurut Newmark (1988:95): penerjemahan yang menyangkut gejala kebudayaan dapat dikategorikan berdasarkan hal-hal berikut ini:

a. Ekologi misalnya: ‘causse’ yang berarti dataran tinggi batu kapur di selatan Prancis.

b. Benda-benda budaya:

- Makanan : ‘kolak’, ‘rendang’, ‘blanquette’ (makanan

khas Prancis sejenis makanan daging yang sangat populer), ‘fois gras’ (hati angsa) dsb.


(42)

- Pakaian : ‘gerita’, ‘blangkon’ ‘saroel’ (celana khas

Prancis)…

- Transportasi : ‘rakit’, ‘getek’, ‘sado’, dan ‘becak’

c. Sosial budaya : Mémé (nenek), opung boru, ‘meresek’,

intox’ (April mop), dsb.

Lebih lanjut akan diberikan contoh ilustrasi berikut ini. Misalnya, untuk mengatakan “topi, pada masyarakat Eropa khususnya memiliki beberapa kata untuk menyebutkan jenis-jenis “topi”. Prancis yang merupakan salah satu negara di benua Eropa yang mengenal 4 musim. Pada umumnya di setiap musim tersebut terdapat perbedaan cuaca yang sangat ekstrim, sehingga, untuk mengatakan topi saja dikenal beberapa istilah yakni: “une toque”, “un bonnet”, un “chapeau”, “une casquette”. Keempat jenis topi ini digunakan dalam suasana yang berbeda. Contoh lain yaitu, untuk mengatakan baju hangat, dalam bahasa Prancis baju hangat diucapkan dengan beberapa istilah, misalnya: “un pull", "un blouson”, "un impermeable", dan "un anorak", dan yang lebih kompleksnya lagi, untuk “un pull” masih dapat dibagi ke dalam beberapa jenis yaitu "un pull over en V", "un pull ras du coup", et "un pull col rolé". Perbedaan jenis pakaian yang hanya dipadankan dengan satu kata dalam bahasa Indonesia ini, dikarenakan perbedaan musim antara Indonesia dan Prancis. "Un bonnet" atau "un toque", serta "un anorak" dan "un pull" biasanya hanya dikenakan pada musim dingin (salju). Sementara dalam budaya Indonesia tidak terdapat musim salju sehingga untuk

mengatakan “une toque”, “un bonnet”, “un chapeau”, “une casquette”, cukup

dengan satu kata saja yaitu topi, dan begitu juga dengan baju hangat tadi. Jika diambil contoh kekayaan budaya Indonesia dapat diperoleh juga contoh yang


(43)

sama yakni misalnya untuk mengatakan kata "saya" dapat diungkapkan dengan "aku", "hamba", dan "daku" sementara dalam bahasa Prancis kata tersebut hanya dinyatakan dengan satu kata yaitu "Je". Hal ini disebabkan oleh keberadaan bahasa daerah yang memang cukup variatif dan kaya di Indonesia namun dalam bahasa Prancis tidak demikian adanya (Gregoire:1998).

2.3 Teori tentang Metode Penerjemahan

Terdapat beberapa pendapat ahli tentang metode penerjemahan. Menurut Dryden (2001:25) dalam Munday metode penerjemahan dibagi dalam tiga kategori yaitu:

“He reduces all translation to three categories:

1. ‘Metaphrase’: word-by-word and line by line translation, which corresponds to literal translation;

2. Paraphrase, translation with latituted, where the author is kept in view by the translator, so as never to be lost, but his words are not so strictly followed as his sense; this involves changing whole phrases and more or less corresponds to faithful or senes-for-sense translation. 3. ‘Imitation’: ‘Forsaking’ both words and sense; this corresponds to

Cowley’s very free translation and is more or less adaptation.”

Maksud dari teori tersebut adalah pengklasifikasian seluruh metode penerjemahan dibagi ke dalam 3 kategori yaitu: ‘metafrasa’ yakni penerjemahan kata-demi-kata, baris per baris yang menyerupai penerjemahan harafiah yang dalam hal ini kata, atau kalimat dalam bahasa sasaran yang diterjemahkan hanya dengan memindahkan kata tersebut ke dalam bahasa sasaran. Kemudian penerjemahan metode yang kedua yakni parafrasa penerjemahan yang bebas, dimana maksud penulis dalam bahasa sumber tetap dipegang teguh oleh penerjemah, reformulasi kalimatnya tidak persis sama atau dapat berubah bentuk namun makna yang dikandung oleh formulasi kalimat dalam bahasa sasaran tersebut tetap sepadan


(44)

dengan bahasa sumber. Dan metode yang ketiga yakni penerjemahan imitasi proses penerjemahan dengan adaptasi artinya teks dalam bahasa sumber diterjemahkan sedemikian rupa ke dalam bahasa sasaran. Penerjemahan jenis tersebut hampir menyerupai penerjemahan adaptasi.

Selanjutnya adalah metode penerjemahan menurut Thrasher (1998:3). Thrasher menyatakan bahwa ada 4 jenis metode penerjemahan. Keempat metode penerjemahan tersebut adalah penerjemahan harafiah atau sangat harafiah (literal or highly literal translation), pemadanan bentuk, orientasi bentuk dan modifikasi harafiah (

Dalam penelitian ini, teori yang dijadikan alat untuk menganalisis data adalah teori dari pakar penerjemahan terkemuka yaitu Newmark. Teori metode penerjemahan menurut Newmark merupakan hal yang tidak asing bagi pembelajar bidang penerjemahan, namun berdasarkan hasil pencarian data dan kajian pustaka Formal Equivalence, Form-Oriented or Modified Literal), pemadanan fungsi kata, orientasi konteks, idiomatik atau pemadanan dinamis (Functional Equivalence, Context-Oriented, Idiomatic or Dynamic Equivalence) serta jenis

keempat adalah (paraphrase or unduly Free). Dari keempat jenis metode

penerjemahan yang diutarakan oleh Thrasher tersebut, dapat diketahui bahwa ahli tersebut mencampur baur beberapa jenis metode penerjemahan ke dalam satu jenis metode penerjemahan. Proses pemahaman terhadap teori tersebut sudah dilakukan namun peneliti menganggap bahwa keempat jenis metode penerjemahan tersebut sulit untuk dipahami apa lagi untuk diaplikasikan dalam analisis serta tidak representatif, sehingga tidak dapat menjawab seluruh permasalahan metode penerjemahan yang dikemukakan pada latar belakang penelitian ini.


(45)

yang dilakukan peneliti sampai tanggal 14 Januari 2014 belum ada penelitian yang mengaplikasikan metode tersebut khususnya dalam penelitian subtitle film berbahasa Prancis dalam bahasa Indonesia. Teori Newmark tersebut dianggap paling lengkap, praktis dan dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu dalam penelitian ini, digunakan teori Peter Newmark karena dianggap paling representatif, sesuai dan tepat untuk menganalisis data dalam yang terdapat pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia. Menurut Newmark (1988:41-42), metode penerjemahan terdiri dari 8 jenis. Kedelapan jenis metode tersebut adalah penerjemahan kata demi kata (word-for-word translation), penerjemahan harafiah (literal translation), penerjemahan setia (faithful translation), penerjemahan semantik (semantic translation), penerjemahan adaptasi (adaptation translation), penerjemahan bebas (free translation), penerjemahan idiomatik (idiomatic translation) dan penerjemahan komunikatif (communicative translation).

2.3.1 Penerjemahan Kata demi Kata (Word-for-word Translation)

Penerjemahan kata demi kata (Word-for-word translation), yakni

penerjemahan yang dilakukan dengan cara menerjemahkan setiap kata yang terdapat dalam teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Unsur linguistik seperti tata bahasa, makna kata masih diterjemahkan apa adanya. Pada penerjemahan jenis tersebut belum terdapat pemadanan budaya. (Machali, 2009:76)


(46)

Contoh:

Tsu.: Bientôt, bientôt tu Adverbe Adverbe Pron.Sujet verbe

verras. Segera, segera kau akan lihat

Tsa.: Segera, segera kau akan lihat.

(Comme un Chef : 00:04:34,728 --> 00:04:49,401) Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa teks sumber diterjemahkan apa adanya sesuai dengan aspek bahasa dan urutan kata dalam teks sumbernya. Pada penerjemahan tersebut tidak ditemukan adanya perubahan sintaksis atau kultural. Teks bahasa sumber benar-benar hanya melalui proses pemadanan kata saja. (Hoed, 2006:56).

2.3.2 Penerjemahan Harafiah (Literal Translation)

Penerjemahan harafiah yakni: penerjemahan yang dilakukan dengan tahapan menerjemahkan setiap kata dalam teks sumber ke dalam teks sasaran namun sudah dilakukan perubahan pada struktur tata bahasanya. Dalam metode ini penerjemahan kata-kata dalam bahasa sumber diganti secara langsung ke dalam bahasa sasaran dan sudah mengikuti tata bahasa dalam bahasa sasaran. (Machali, 2009:78)

Contoh:

Tsu.: Je me sens aucune

Sujet Pron Verbe dét Nom émotion Saya ku merasa tidak ada emosi Tsa. : Saya merasa tidak ada emosi.


(47)

Pada teks bahasa sumber ditemukan metode penerjemahan harafiah karena seluruh kata yang terdapat pada teks sumber hanya dialihkan begitu saja ke dalam bahasa sasaran tanpa adanya penyelarasan konteks di mana teks itu terjadi. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa penerjemahan ini adalah penerjemahan harafiah dimana pemdanan kata secara leksikal dan gramatikal benar-benar hanya mengalihkan setiap kata yang terdapat pada bahasa sumber ke dalam bahasa sasarannya.

2.3.3 Penerjemahan Setia (Faithful Translation)

Penerjemahan setia (faithful translation), dalam metode ini, penerjemahan benar-benar mengacu pada bentuk dan isi teks sumber, setiap kata dan stuktur kalimat yang menyusun teks sumber tetap dipertahankan, namun penerjemahan katanya sudah mempertimbangkan aspek makna. Penerjemahan ini pada umumnya terdapat dalam penerjemahan teks puisi, hukum atau ilmiah yakni dengan cara tetap mempertahankan istilah atau bentuk dalam teks sumbernya. (Hoed, 2006:57)

Contoh:

Tsu.: Donne- moi de la vanille Verbe Pron.Ton Art. Part. Nom . Berikan aku beberapa vanila Tsa. : Berikan aku vanilanya.

(Comme un Chef : 00.07.021- 00.07.044) Pada bagian ini diceritakan bahwa chef Alexandre sedang dalam proses penemuan resep terbaiknya. Kemudian dia meminta pada asistennya untuk memberikannya vanila. Jika dianalisis dapat diketahui bahwa tata bahasa sumber


(48)

yakni kata "donne" yang merupakan mode imperatif. Dalam bahasa Prancis mode impératif adalah salah satu modus verba yang digunakan untuk menyatakan perintah atau larangan. Modus verba tersebut ternyata dipadankan juga dengan kalimat perintah dalam bahasa sasarannya, selain itu, susunan kata dan bentuknya juga tetap mengikuti bentuk dan susunan dari bahasa sumber, sehingga dapat

dipastikan bahwa metode penerjemahan pada subtitle tersebut adalah metode

penerjemahan setia (faithful translation).

2.3.4 Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)

Penerjemahan Semantik (semantic translation) adalah metode penerjemahan pada umumnya dapat ditandai melalui pemadanan kata-kata kunci dan makna penting yang dikandung oleh teks sumber yang diterjemahkan ke dalam teks sasaran. Pada penerjemahan ini tata bahasa sumber sudah disesuaikan dengan tata bahasa sasaran sehingga bahasanya terasa alamiah dalam bahasa sasaran karena tidak ada lagi penggunaan kata-kata yang tidak lazim atau ganjil, namun unsur budaya belum betul-betul diperhatikan dalam penerjemahan jenis ini. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Machali, 2009 :79: bahwa biasanya jenis penerjemahan ini dapat ditemukan pada penerjemahan idiom dalam bahasa sumber namun menjadi kalimat yang bukan idiom dalam bahasa sasaran.

Contoh:

Tsu.: Les auditeurs baîllent comme une

Art. Nom Verbe adverbe Art. Nom carpe. Itu pendengar menguap seperti sebuah ikan kerapu. Tsa. : Pendengar bosan dan mengantuk.


(49)

Pada teks sumber, terdapat idiom yang berkaitan dengan perasaan, yang dalam hal ini adalah rasa bosan yang akhirnya menyebabkan seseorang mengantuk, yang dalam bahasa Prancis dinyatakan dengan idiom "Baîller comme une carpe". Namun padanan idiom tersebut tidak dapat ditemukan dalam bahasa Indonesia karena idiom yang berkaitan dengan rasa kantuk dan bosan tidak ada dalam khasanah bahasa Indonesia. Oleh sebab itu teks sumber tersebut hanya diterjemahkan secara makna saja menjadi “pendengar bosan dan mengantuk”. Oleh sebab itu, metode penerjemahan yang terdapat pada kalimat sasaran di atas

adalah metode penerjemahan semantik (semantic translation) di mana idiom

dalam teks sumber diterjemahkan menjadi kalimat yang bukan idiom dalam bahasa sasaran. Hal ini selaras dengan pendapat Polili (2014:9) yang diadaptasi dari buku précis d’expressions idiomatiques karya Michel Robert dan Chollet menyatakan bahwa :

"Penerjemahan idiom merupakan hal yang dianggap selalu berkaitan dengan pemadanan budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran. Hal tersebut disebabkan oleh adanya asumsi bahwa idiom dalam suatu bahasa belum tentu sepadanan dengan idiom dalam bahasa sasaran. Atas dasar tersebut penulis ingin membahasa tentang penerjemahan idion bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia.”

2.3.5 Penerjemahan Adaptasi (Adaptation Translation)

Penerjemahan adaptasi (adaptation translation) adalah, penerjemahan yang berorientasi penuh pada teks sasaran artinya penerjemah hanya menerjemahkan makna utama yang dikandung oleh bahasa sumber kemudian dipadankan ke dalam teks sasaran dengan betul-betul memperhatikan tata bahasa, dan budaya bahasa sasaran, (Machali, 2009 :78).


(1)

Lampiran 1

Sinopsis Film ‘‘Comme un Chef‘‘ Karya Daniel Cohen dalam Bahasa Indonesia Film ini berkisah tentang seorang pria bernama Jacky Bonnot yang sangat berbakat dalam hal memasak. Dia mengetahui dengan detil semua resep dan sejarah makanan Prancis mulai dari abad pertengahan sampai makanan Prancis modern. Namun sayang, restoran tempatnya bekerja selalu tidak sesuai dengan keahlian luar biasa yang dimilikinya. Karena sebagian besar pemilik restoran tempatnya bekerja sebenarnya tidak membutuhkan hal tersebut dengan kata lain mereka hanya membutuhkan koki yang biasa saja yaitu koki yang bisa memasak dan bukan koki yang selalu memberikan resep-resep dan hidangan dengan hiasan bintang lima. Jacky Bonnot selalu menyajikan hidangan yang menurut para pakar ahli harus disajikan secara berurutan, berpasangan dan dihias sedemikian rupa. Sehingga jika pelanggan meminta suatu makanan yang sesuai dengan selera pelanggan tersebut maka Jacky Bonnot akan mengubahnya dan memberikan hidangan yang sebagaimana seharusnya. Idealisme yang dimiliki oleh Jacky Bonnot ini selalu membuatnya kehilangan pekerjaannya. Hingga suatu saat ia bertemu dengan seorang koki profesional bernama Legrand Vauclaire yang sedang bingung karena akan dikeluarkan oleh pemilik restoran besar tempat ia bekerja karena alasan biaya produksi resepnya yang cukup mahal sehingga tidak begitu menguntungkan restoran tempat dia bekerja dan kisah menarikpun terjadi…


(2)

Lampiran 2

Synopsis du Film “Comme un Chef“

Ce film parle d’un homme, nommé Jacky Bonnot, qui est particulièrement doué pour la cuisine. Il connait par coeur toutes les recettes des grands chefs, du Moyen Âge à aujourd‘hui. Malheureusement, le propriétaire du restaurant dans lequel il travaille ne valorise pas son extraordinaire talent. Dans les restaurants où il a travaillé, ses employeurs n’avaient besoin que d’un simple cuisinier, quelqu’un qui cuisine rapidement et non qui passe des heures à perfectionner sa cuisine. Jacky Bonnot prépare toujours des plats 5 étoiles même s’il travaille dans un petit restaurant. C’est pour cela qu’il change les menus commandés par les clients, qui, selon lui, ne combine pas bien leurs plats: si le client choisit un vin blanc pour accompagner sa blanquette de veau, il l’échangera pour un rouge. Son perfectionnisme l’empêche d’exercer, jusqu’au jour où, par chance, il rencontre un grand chef du nom de Legrand Vauclaire. Ce dernier est très affecté par la récente annonce de son licenciement. (Selon celui-ci,) il coûte apparemment trop cher à son employeur dont le restaurant est déficitaire. C’est ainsi que l’entraide entre un cuisinier talentueux mais inconnu et un chef reconnu mais en difficultés commence…


(3)

Lampiran 3

Contoh Tabel Analisis Metode, Pergeseran (Shifts) Penerjemahan pada Subtitle Film Berbahasa Prancis “Comme un Chef” Karya Daniel Cohen

No. Dialog

Waktu Teks Sumber Subtitle Metode Pergeseran

1. 00:02:14,704 --> 00:02:16,565

La sole meunière pour

Sole Meunière,

la 2. meja

T (E) 2.

PB

2. 00:02:17,140 --> 00:02:18,774

La blanquette pour la 11.

Blanquette untuk 11 L (E) -

3. 00:02:19,358 --> 00:02:20,631

Steak tartare. Steak tartare. T -

4. 00:02:21,156 --> 00:02:23,283

Une entrecôte, château Briand, une portion de frites.

Entrecôte, château Briand, dan kentang goreng.

T (E) -

5. 00:02:24,429 --> 00:02:27,922

Te fais pas chier à faire de la

décoration, le client a 20 minutes pour manger.

Lupakan dekorasi. Pria itu hanya punya 20 menit untuk makan.

C (E) -

6. 00:02:28,575 --> 00:02:31,102

On mange pas en 20 Itu

min.

tidak cukup F (E) BD

7. 00:02:23,528

--> 00:02:24,847 Un faugères pour la 8.. Faugeres untuk meja 8.. L (E) - 8. 00:02:31,795

--> 00:02:34,250 La 8, c'est pas lui qui a demandé la blanquette de veau?

Bukankah mereka

punya daging sapi? F -

9. 00:02:31,795

--> 00:02:34,262 Si.? Ya.? W (E) -

10. 00:02:37,551 --> 00:02:40,050

Bonjour. C’est vous qui avez commandé un faugères ?

Kau memesan

Faugeres ? A -

11. 00:02:40,551

--> 00:02:40,056 Oui. Ya. W (E) -

12. 00:02:40,633

-->00:02:42,450 On peut savoir pourquoi ?

Dapatkah aku


(4)

No. Dialog

Waktu Teks Sumber Subtitle Metode Pergeseran

13.

00:02:42,450-->00:02:43,470 Mais parceque c’est votre serveur qui me l’a proposé .

Pelayannya menyarankan itu.

C (E) -

14. 00:02:44,197 --> 00:02:45,687

Un conseil d'ivrogne.

Boozehound sialan F -

15. 00:02:46,230

--> 00:02:49,324 Avec de la blanquette, on prend un blanc sec.

Dengan daging sapi blanquette, coba yang putih kering.

C (E) -

16. 00:02:51,776 --> 00:02:52,370 Comme, par exemple, un muscadet 2003. Misalnya, Muscadet 2003.

L (E) -

17. 00:02:52,375 -> 00:02:55,380

Non, mais non, on préfère le rouge.

Kami lebih memilih merah.

L -

18. 00:02:55,975 --> 00:02:58,237

Vous préférez le rouge ? Pas de problème.

Kau lebih memilih merah. Tidak masalah

L -

19. 00:02:58,530 --> 00:03:02,980

Dans ce cas, on va se replier vers l'entrecôte-frites. Bon appétit.

Dalam hal ini, steak dan kentang goreng akan menjadi lebih baik.

A -

20. 00:03:03,677

--> 00:03:05,405 Ma blanquette! Blanquetteku! W (E) - 21. 00:03:08,750

--> 00:03:10,966 Vous voulez pas me laisser une chance ?

Tidak dapatkah aku memiliki satu kesempatan lagi?

C -

22. 00:03:11,594

--> 00:03:13,160 Une semaine ? Hanya seminggu? L (E) - 23. 00:03:13,161

->00:03:13,175 Non. Tidak W (E) -

24. 00:03:13,929 --> 00:03:16,881

Non. Tu te rends compte, t'as agressé 6 clients pour une histoire de cuisson de viande.

Apa kau tidak sadar? Kau dikritik 6 orang !

F (E) -

25. 00:03:17,375 --> 00:03:18,030

Ils voulaient leurs

côtelettes à point.

Mereka ingin daging domba 1/2


(5)

matang 26. 00:03:18,031

--> 00:03:20,031 Ah oui, Et alors ? memangnya knapa!? C - 27. 00:03:20,580

--> 00:03:23,993

T'as failli taper un mec qui a mis de la moutarde sur sa sole.

Kau hampir memukul seorang pria yang meletakan mustard di sepatuya.

C (E) M

28. 00:03:24,375 --> 00:03:25,772

Paul Bocuse dit toujours...

Apa yang dikatakan Bocuse?

C (E) AP

29. 00:03:26,419

--> 00:03:28,650 Bocuse, je m'en tape. Bocuse bisa meniup keluar dari pantatnya.

F -

30. 00:03:29,141 --> 00:03:30,643

C'est une brasserie

de quartier ici

Kita tidak

melakukan makan malam

.

yang bagus

F .

BK, BS

31. 00:03:31,207 --> 00:03:33,869

1er poulet

basquaise à 4 ans, 1er soufflé à 5.

Basque chiken pertama di meja 4, soufflé pertama di meja 5.

F -

32. 00:03:34,464

--> 00:03:36,797 On m'appelle le Mozart du piano de cuisine.

Mereka bilang aku

Mozart di areanya. S -

33. 00:03:37,382

--> 00:03:38,729 Le Mozart de quoi ? Mozart dari apa? L - 34. 00:03:39,395

--> 00:03:40,969 Le piano de cuisine..

Kisaran dapur.. F (E) -

35. 00:03:41,816 --> 00:03:44,270

Je connais par cœur les recettes des grands chefs.

Aku tahu semua resep koki-koki besar.

S (E) -

36. 00:03:44,959

--> 00:03:46,480 Je suis sans limites. Aku seorang jagoan kuliner. S - 37. 00:03:47,199

--> 00:03:48,905

Bonjour, messieurs. Halo, Tuan-tuan. W -

38. 00:03:49,510 --> 00:03:50,400

T'es nouveau toi? Je t’ai jamais vu ?

Kau baru di sini ? F (E) -

39. 00:03:50,425 --> 00:03:51,423


(6)

No. Dialog

Waktu Teks Sumber Subtitle Metode Pergeseran

40. 00:03:51,916

--> 00:03:54,434 Une entrecôte-frites. Un bœuf carottes-frites.

Steak dan kentang goreng, rebusan daging dan kentang goreng.

A (E) -

41. 00:03:54,982 --> 00:03:57,469

Je veux un hareng avec des frites.

Aku minta haring dan beberapa kentang goreng.

W -

42. 00:03:58,158 --> 00:04:00,295

Soyons sérieux. Messieurs, s'il vous plaît.

Ayolah lebih serius, tolonglah.

C -

43. 00:04:00,891

--> 00:04:04,301 Aujourd’hui, Je vous propose une mousse de courges butternut

Hari ini, aku sarankan "Mousse Butternut Squash"

A -

44. 00:04:05,011 --> 00:04:09,533

aux dominos en gelée de châtaignes, avec des ravioles de tomates posées sur une feuille de chêne.

Dengan "Chestnut Domino" dan "Ravioli Tomat" di "Oak Leaf Lettuce".

A -

45. 00:04:11,776

--> 00:04:13,255 C'est servi avec des frites ?

Dibarengi dengan kentang goreng?

S -

46. 00:04:14,088

--> 00:04:17,293 Non. C'est accompagné de betteraves rouges au paprika.

Di dampingi dengan buah beat "a La Papprika"

T -