Pengertian Senjata Api PENDAHULUAN
2 Dibatasi hanya untuk 1 senjata api dari berbagi jenis dan kaliber NON STANDAR TNIPOLRI dengan amunisi sebanyak 1
magazine saja. 3 Izin dapat dicabut atau tidak diperbaharui bilamana alasan tersebut
sudah tidak sesuai lagi. b. Kepentingan Olahraga
1 Izin hanya untuk olahraga menembak sasaran target shooting dan atau berburu.
2 Dibatasi hanya untuk senjata api khusus buat olahraga dan bukan berasal dari senjata api lain yang telah dirombak.
3 Olahragawan wajib menjadi anggota Persatuan Olahraga menembak atau berburu yang telah mendapatkan pengesahan
Komite Olahraga Nasional Indonesia KONI. 4 Wajib disertai rekomendasi dari persatuan olahraga.
5 Izin untuk olahragawan menembak sasaran, amunisi dibatasi pada satu senjata api dan semata-mata untuk setiap jenis mata lomba
event. 6 Izin untuk olahragawan berburu, amunisi dibatasi pada satu senjata
api yang khusus digunakan untuk memburu binatang yang diizinkan sesuai dengan akta berburu atau izin berburu.
7 Izin sewaktu-waktu dapat dicabut dan tidak dapat diperbaharui bilaman olahragawan tersebut sudah pensiun dari kegiatannya.
8 Pengurus persatuan olahraga ikut bertanggung jawab atas senjata yang dimiliki anggota persatuan olahraganya.
c. Koleksi 1. Izin dibatasi pada senjata api antik atau senjata api lainnya yang
mempunyai arti khusus bagi si kolektor 2. Senjata api dibuat menjadi tidak berfungsi dengan diambil pasak
dan pegas pemalunya atau peralatan vital lainnya dan wajib diserahkan kepada pihak kepolisian yang memberikan izin
3. Senjata api tidak dapat digunakan untuk tujuan lain kecuali koleksi semata
2. Untuk kepentingan kapal laut indonesia dan asing a. Senjata api yang dapat diimpor adalah senjata api NON STANDAR
TNIPOLRI b. Jumlahnya dibatasi 13 dari kekuatan awak kapal dengan maksimum
10 pucuk dan amunisi sebanyak 3 magazyne untuk setiap senjata api c. Wajib
melampirkan rekomendasi
dari Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut
d. Awak kapal laut asing bukan kapal perang yang berlabuh di Pelabuhan Indonesia, dilarang untuk membawa senjata api dan atau amunisinya
ke darat 3. Senjata api perseorangan untuk membela diri, olahraga dan amunisinya
berdasarkan pertimbangan keamanan dapat dikenakan wajib simpan pada komando-komando kepolisian
4. Menurut Undang-Undang Darurat No.12 Tahun 1951 Pasal 1 ayat 1, Barang siapa tanpa hak memasukkan ke Indonesia atau mengeluarkan dari
Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak,
dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara selama-lamanya 20 tahun.
. 2.3 Pemberian izin Pemilikan Senjata Api oleh Polri
Bardasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran Dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api, POLRI merupakan
satu-satunya instansi yang berwenang mengeluarkan izin pemakaian senjata api. Berkaitan dengan Undang-Undang tersebut, maka POLRI mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan senjata api, salah satunya ialah kebijakan yang memperbolehkan masyarakat sipil untuk
menguasai senjata api. Menurut pengertian dari kebijakan sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka kebijakan dapat dikeluarkan oleh pelaksana
administrasi Negara dalam menjalankan tugas pemerintahan. Pada bidang- bidang yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban masyarakat, kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia Kapolri memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan yang diperlukan. Wewenang ini sesuai dengan tugas
pokok kepolisian Republik Indonesia yang diatur dalam pasal 13 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian.
Berdasarkan pasal ini maka kebijakan yang dikeluarkan oleh Kapolri akan mendukung fungsi dan tujuan POLRI yaitu terselenggaranya keamanan dan
ketertiban masyarakat. Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayan masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya POLRI mengeluarkan kebijakan
yang bersifat publik yang ditunjukan untuk masyarakat dan mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai penjelasan umum Undang-Undang
Kepolisian menyebutkan bahwa tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif dan asas kewajiban umum kepolisian
yaitu, memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Ketika melakukan tindakan pencegahan ini, maka setiap pejabat Kepolisian Negara Republik
Indonesia memiliki kewenangan diskresi yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri.
Kepolisian Republik Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, memiliki tugas pokok yang diatur dalam Pasal 13
yaitu, memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat. Dalam rangka menyelenggarakan tugas tersebut, maka Kepolisian Negara Republik Indonesia juga diberi kewenangan-kewenangan
yang salah satunya ialah untuk memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,dan senjata tajam.
Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kapolri selaku pimpinan tertinggi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia ialah kebijakan mengenai senjata
api yang tertuang dalam Buku Petunjuk Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Non Organik TNIPOLRI melaluai surat keputusan Kapolri No.
Pol.: Skep82II2004. Kebijakan ini merupakan respon dari peraturan perundang-undangan terdahulu yang telah mengatur mengenai senjata api.
Dalam kebijakan initerdapat pula pasal yang membolehkan masyarakat sipil untuk dapat menguasai senjata api
Dikeluarkan kebijakan mengenai senjata api yang memperbolehkan masyarakat sipil untuk senjata api pada dasarnya dapat menimbulkan
persoalan. Personal kebiakan tersebut ialah pertanyaan mengenai bagaimana sesuatu hal yang tadinya dilarang kemudian diperbolehkan kemudian dengan
berbagai pertimbangan, diperbolehkan namun dibatasi. Pembatasan tersebut berupa harus dipenuhinya syarat-syarat tertentu sebelum memiliki senjata api,
dan jenis-jenis senjata api yang boleh dimiliki. Pembatasan ini menurut penulis menunjukan hak diberikan oleh Polri kepada masyarakat sipil untuk
memiliki senjata api tidak diberikan secara penuh.
Pembatasan ini dapat dilihat dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh KAPOLRI. Jenis senjata api yang boleh dikuasai masyaakat sipil hanya
senjata yang bukan merupakan senjata organic TNIPOLRI dan tidak otomatis. Senjata tersebut biasanya memiliki kaliber yang lebih kecil dari
kaliber 32. Senjata api yang diizinkan untuk dimiliki dalam rangka kepentingan bela diri adalah:
1. Senjata Api Genggam: a. Jenis : PistolRevolver
b. Kaliber: 322522 Inc 2. Senjata Api Bahu, Jenis : Shotgun kal 12 GA
Kebijakan ini juga dapat dipandang sebagai salah satu upaya yang bertujuan untuk mengimbangi kekurangan yang mungkin dimiliki POLRI dalam
menjalankan tugasnya, kekurangan ini terutama dalam hal keterbatasan jumlah personel. Dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan rasa aman
bagi masyarakat tidak mungkin dilakukan oleh polisi secara terus-menerus dan secara personal terhadap warga masyarakatnya. Hal yang demikian dapat
menimbulkan pemikiran untuk memberikan alternatif perlindungan diri bagi warga yang menginginkannya. Salah satu sarana perlindungan diri tersebut
ialah dengan memberikan izin bagi warga masyarakat sipil yang memenuhi syarat untuk dapat memiliki senjata api. Alasan lainnya ialah karena ini
merupakan perintah dari peraturan perundang-undangan yang telah ada, sehingga perlu dibuat kebijakan atau peraturan teknis dari instansi yang
berwenang untuk mengatur lebih lanjut mengenai senjata api.