3. Lack of Follow-Through Dalam Lack of Follow-Through setiap keputusan diambil secara sepihak oleh
ketua umum tanpa adanya koordinasi dengan para anggotanya, hal ini menunjukan dengan adanya ketidakpercayaan anggota untuk menjalankan
program-program kerja yang ada. Hal tersebut berbeda dengan BPC HIPMI Kota Bandar Lampung karena dengan penyusunan program kerja dilakukan secara
bersama-sama dan disepakati lewat forum yaitu lokakarya.
4. Garis wewenang dan tanggung jawab kurang jelas Pada BPC HIPMI Kota Bandar Lampung garis wewenang dan tanggung jawab
sudah jelas, seperti yang diatur dalam pedoman organisasi yang dimiliki oleh BPC HIPMI Kota Bandar Lampung.
5. Kesalahan dalam Penggunaan Data Setiap akhir kegiatan atau program yang berjalan pada BPC HIPMI Kota Bandar
Lampung harus dilaporkan secara tepat waktu, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan yang ada.
Sedangkan, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Akuntabilitas Menurut Adisasmita 2011: 87 adalah Kepemimpinan yang berkemampuan,
Debat publik, Koordinasi, Otonomi, Dapat diterima oleh semua pihak, Negoisasi, Perlu pemahaman masyarakat, Adaptasi secara terus menurus. keberhasilan
Akuntabilitas Kinerja Organisasi Sipil yang terjadi pada BPC HIPMI Kota Bandar Lampung adalah dapat diterimanya standar dan aturan yang telah ditetapkan
seperti visi misi dan program kerja oleh semua pihak. Pihak-pihak tersebut juga
hadir dalam penyampaian laporan pertanggung jawaban dalam musyawarah cabang BPC HIPMI Kota Bandar Lampung.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan bahwa Akuntabilitas Kinerja Organisasi Masyarakat Sipil Dalam Kewirausahaan yang
dilaksanakan pada BPC HIPMI Kota Bandar Lampung, belum berjalan baik khususnya dalam akuntabilitas profesional dan akuntabilitas legal. Hal tersebut
peneliti jabarkan sebagai berikut : 1.
Pada akuntabilitas demokrasi telah berjalan. Hal tersebut dapat diamati dari adanya :
a. Pertanggung jawaban BPC HIPMI Kota Bandar Lampung kepada
Musyawarah Cabang dan dijelaskan bahwa musyawarah cabang merupakan badan kekuasaan tertinggi organisasi tingkat cabang
HIPMI. b.
Akuntabilitas demokrasi yang dilaksanakan oleh para anggota BPC HIPMI Kota Bandar Lampung kepada para pimpinan pengurus.
2. Pada akuntabilitas profesional tidak berjalan. Hal tersebut dapat diamati
dengan tidak berjalannya pelaksanaan pedoman organisasi dan kode etik organisasi yang telah terdapat di dalam ART HIPMI dan digunakan
sebagai norma-norma dan standar kerja BPC HIPMI Kota Bandar Lampung.
3. Pada akuntabilitas legal tidak berjalan, hal tersebut dikarenakan walaupun
BPC HIPMI Kota Bandar Lampung melaporkan aktivitasnya kepada KNPI sebagai induk OKP di Kota Bandar Lampung tetapi dalam
pengembangan kewirausahaan tidak berjalan baik.
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti sampaikan dalam penelitian mengenai Akuntabilitas Kinerja Organisasi Masyarakat Sipil Dalam Kewirausahaan yang
dilaksanakan pada BPC HIPMI Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut : 1.
Hendaknya para pemimpin BPC HIPMI Kota Bandar Lampung memiliki komitmen untuk membangun suatu lingkungan yang memiliki stabilitas
yang baik. 2.
BPC HIPMI Kota Bandar Lampung hendaknya melakukan proses pengembangan kapasitas terhadap para anggota.
3. BPC HIPMI Kota Bandar Lampung hendaknya mengoptimalkan terkait
media sosialisasi organisasi. Dalam hal ini berbentuk Website, Jurnal, Jejaring Sosial, dan lain-lain.
4. BPC HIPMI Kota Bandar Lampung hendaknya melakukan rapat
konsolidasi pengurus dan anggota yang rutin dalam jangka waktu yang lebih intens.
5. BPC HIPMI Kota Bandar Lampung hendaknya melakukan konsolidasi
dengan lembaga eksternal Pemerintah, OKP, dan lembaga profesi lainnya.