27 Hasan Al-Banna ingin membagi visi islam reformisnya dengan masyarakat
islamiyah. Banna tak mau terlibat dalam berbagai terlibat dalam faksi keagamaan lokal. Karena itu dia tidak sering berbicara di mesjid. Dia hanya berbicara di kedai
kopi utama di kota ini. Dia rutin ke kedai kopi ini untuk memberikan ceramah agama singkat. Dalam riwayat hidupnya dia mencatat bahwa pada mulanya orang
terkejut menyambut ceramahnya. Namun pada akhirnya mereka jadi terbiasa dengan banna. Dia cepat beradaptasi dan mempunyai pendengar tetap. Beberapa
pengikutnya meminta dia mengisi diskusi kelompok agar lebih mendalam.
35
2.1.3 Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin
Pada tahun 1928 pada saat berusia 22 tahun, beliau mendirikan Jama’ah Ikhwanul Muslimun. Tokoh-tokoh yang bergabung di jama’ah ini di antaranya
Syaikh Muhibbuddin Al-Khatib, ulamahadits; Syaikh Dr. Musthafa As-Siba’i, ahli hukum; Syaikh Amin Al-Husaini, mufti Palestina. Dan sekarang dakwah
yang dirintisnya sudah masuk ke lebih dari 70 negara. Hampir tidak ada gerakan reformasi di dunia Islam yang tidak terpengaruh oleh pemikiran Jama’ah
Ikhwanul Muslimun. Kelebihan Imam Hasan Al-Banna bukan pada kemampuannya ta’liful kutub mengarang buku, tetapi pada ta’liful qulub
menyatukan hati dan ta’lifur rijal mencetak generasi muslim. Tidak aneh jika pengikutnya hampir ada di seluruh penjuru dunia. Penamaan Jama’ah Ikhwanul
Muslimun juga tidak lain dari keinginan beliau untuk menyatukan umat Islam dan mengembalikan mereka dalam kejayaan Islam.
36
35. Hasan Al-Banna, Memori Hasan Al-Banna terj : Nandang Burhanudin, Bandung : harakatuna, 2007, hlm 127-129.
36. Ibid, hlm 161.
Universitas Sumatera Utara
28 Berkata ulama India Abul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadawi tentang
imam Hasan Al Banna, ”Kehadirannya cukup mengejutkan Mesir, dunia Arab dan dunia Islam secara keseluruhan. Semua terkejut oleh dakwah, tarbiyah, jihad dan
kekuatannya yang unik. Allah telah mengumpulkan pada dirinya berbagai kemampuan yang kadang-kadang tampak kontradiktif di mata psikolog,
sejarawan, dan kritikal, yaitu pemikiran yang briliant, pemahaman yang cemerlang, wawasan yang luas, perasaan yang kuat, hati yang penuh berkah,
semangat yang membara, lisan yang fasih, zuhud dan qanaah –tanpa menyiksa diri– dalam kehidupan pribadinya. Cita-cita dan keprihatinan yang tinggi dalam
menyebarkan da’wah.” Perhatian Hasan Al Banna terhadap Islam dan umat Islam sangat besar termasuk umat Islam yang jauh dari Mesir, seperti Indonesia. Hal ini
yang menjadikan beliau memimpin sendiri Komite Solidaritas bagi Kemerdekaan Indonesia. Dan utusan Indonesia yang berkunjung ke Mesir saat itu, yaitu H. Agus
Salim, Dr. H.M. Rasyidi, M. Zein Hasan dan lain-lain, mengucapkan terima kasih kepada Hasan Al-Banna atas dukungan untuk kemerdekaan Indonesia.
37
Bersama Banna, pusat ikhwan al-muslimun pindah ke kairo, dan dari sini menyebar ke seluruh mesir. Organisasi ini bertambah besar, dan mengembangkan
struktur administrasi yang memungkinkan. Banna memegang kendali kuat. Selama sepuluh tahun berikutnya, ikhwan al-muslimun menerbitkan persnya
sendiri dan program budayanya sendiri.
38
37. Ibid, hlm 69. 38. Richard P. Mitchell, The Society of the muslim brother. London : oxford university Press hal :
13-34.
Universitas Sumatera Utara
29
2.1.4 Perkawinan Hasan Al-banna dan Anak-anaknya