BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan hidup di dunia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang memberikan pengertian bahwa manusia memiliki kebutuhan dan
kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain.
1
Walaupun manusia sebenarnya dilahirkan seorang diri tetapi dalam kehidupan, manusia tidak bisa terlepas dari manusia lain.
Bermula dari konsep manusia sebagai makhluk sosial maka terjadilah hubungan antar negara. Tidak ada satu negara di dunia ini yang dapat membebaskan
diri dari keterlibatannya dengan negara lain. Karena suatu negara memiliki kepentingan di wilayah negara lain maka diciptakanlah suatu hubungan. Dalam
rangka menjalin hubungan antar bangsa untuk merintis kerjasama dan persahabatan perlu dilakukan pertukaran missi diplomatik.
Hampir semua negara pada saat ini diwakili di wilayah negara-negara asing oleh perutusan-perutusan diplomatik dan stafnya. Missi-missi diplomatik tersebut
sifatnya permanen, meskipun dalam kenyataan pejabat-pejabat yang berdinas dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi
1
Galang Dea Alfarisi,
Manusia Sebagai Makhluk Sosial,
Sumber : http:galangalfaris22.blogspot.com201311manusia-sebagai-makhluk-sosial.html , diakses: 25
Januari 2015.
Universitas Sumatera Utara
selama ratusan tahun, lembaga perwakilan diplomatik telah menjadi sarana utama dengan mana melakukan hubungan antar negara-negara.
2
Perwakilan diplomatik merupakan wakil resmi untuk mewakili negara asalnya dalam melaksanakan hubungan diplomatik dengan negara penerima atau suatu
organisasi internasional. Perwakilan diplomatik di suatu negara ini di kepalai oleh seorang duta dari suatu negara yang diangkat melalui surat pengangkatan atau surat
kepercayaan letter of credentials. Dimulai sejak abad ke-16 dan 17 dimana negara- negara di Eropa sudah mulai melakukan pertukaran duta-duta besarnya secara
permanen dan hal ini sudah dianggap umum pada saat itu, hal mengenai kekebalan dan keistimewaan diplomatik sudah dapat diterima dalam praktik negara-negara. Dan
pada abad ke-17 sudah dianggap sebagai suatu kebiasan internasional. Selanjutnya pada pertengahan abad ke-18 aturan-aturan kebiasaan hukum internasional mengenai
kekebalan dan keistimewaan diplomatik telah mulai ditetapkan termasuk harta milik, gedung perwakilan, dan komunikasi diplomat.
3
Tugas perwakilan diplomatik secara umum adalah untuk mewakili kepentingan negara pengirim di negara penerima dan menjadi penghubung antar
pemerintahan kedua negara. Berdasarkan pada Pasal 3 Konvensi Wina 1961, tugas seorang perwakilan diplomatik meliputi:
4
2
J.G Starke,
Pengantar Hukum Internasional,
Penerbit Sinar Grafika Jakarta, 2000, Halaman : 563
3
Febi Hidayat,
Pertanggungjawa ban Negara Atas Pelanggatan Hak Kekebalan Diplomatik Ditinjau Dari Aspek Hukum Internasional Studi Kasus Penyadapan KBRI di Myanmar Tahun 2004,
Skripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas 2011, Halaman: 5
4
Roy Sanjaya,
Tugas Perwa kilan Diplomatik,
sumber : http:roysanjaya.blogspot.com200902tugas-perwakilan-diplomatik.html , diakses : 25 Januari 2015.
Universitas Sumatera Utara
1. Mewakili negara pengirim dinegara penerima representasi.
2. Melindungi kepentingan negara pengirim dan kepentingan warga negaranya
di negara penerima dalam batas-batas yang diperkenankakn oleh hokum internasional proteksi.
3. Melakukan perudingan dengan pemerintah negara penerima negoisasi.
4. Memperoleh kepastian dengan semua cara yang sah tentang keadaan dan
perkembangan negara penerima dan melaporkannya kepada negara pengirim. 5.
Meningkatkan hubungan persahabatan antara dua negara serta mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, perwakilan diplomatik memerlukan hak kekebalan dan keistimewaan demi kelancaran sang diplomat melaksanakan
tugasnya di negara penerima. Pada mulanya pelaksanaan pemberian kekebalan diplomatik bagi para
diplomat pada hakekatnya merupakan hasil sejarah diplomasi yang sudah lama sekali dimana pemberian semacam itu dianggap sebagai kebiasaan internasionanl. Sesuai
dengan aturan-aturan kebiasaan dalam hukum internasional, para diplomat yang mewakili negara-negara sering memilliki kekebalan yang kuat dari yurisdiksi negara
pengirim. Kekebalan-kekeban ini sering diberikan secara jelas dalam undang-undang maupun peraturan negara pengirim, dan kadang-kadang diberikan juga lebih banyak
dari yang sudah ditentukan dalam hukum internasional.
5
5
Edi Suryono,
Perkembangan Hukum Diplomatik,
Penerbit Mandar Jaya Solo ,1992. Halaman : 20.
Universitas Sumatera Utara
Alasan-alasan untuk memberikan hak-hak istimewa dan kekebalan kepada para diplomat di negara penerima adalah:
6
1. Para diplomat adalah wakil-wakil negara;
2. Mereka tidak dapat menjalankan tugas secara bebas kecuali mereka diberikan
kekebalan-kekebalan tertentu. Jelas bahwa jika mereka tetap bergantung kepada
good-will pemerintah
mereka mungkin
terpengaruholeh pertimbangan-pertimbangan keselamatan perorangam;
3. Jelaslah pula bahwa jika terjadi gangguan pada komunikasi mereka dengan
negaranya, tugas mereka tidak dapat berhasil. Kekebalan dibedakan dengan keistimewaan. Disatu pihak kekebalan yang
diberikan baik kepada gedung perwakilan Diplomatik maupun para pejabat diplomatik beserta keluarganya membuat mereka tidak bisa diganggu gugat oleh
aparat keamanan negara penerima serta harus dilindungi dan dicegah dari semua ganguan. Lain pihak keistimewaan yang juga dinikmati oleh perwakilan diplomatik
dan para diplomat dan keluarganya tersebut menyangkut pembebasan mereka dari semua beaya masuk, pungutan dan pajak-pajak baik untuk barang bergerak maupun
barang tidak bergerak, biaya-biaya lainnya, termasuk bea masuk untuk pembelian barang-barang yang diimport.
7
6
Sumaryo Suryokusumo,
Hukum Diplomatik Teori dan Kasus,
Penerbit Alumni Bandung, 2005, Halaman 56.
7
Konvensi Wina 1961
pasal 34 dan 36.
Universitas Sumatera Utara
Kekebalan diplomatik yang melekat pada pejabat diplomatik berdasarkan pada Konvensi Wina Tahun 1961 secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 5
kelompok yaitu: 1.
Kekebalan terhadap yurisdiksi pidana; 2.
Kekebalan terhadap yurisdiksi perdata; 3.
Kekebalan terhadap perintah pengadilan setempat; 4.
Kekebalan dalam mengadakan komunikasi; 5.
Kekebalan gedung dan tempat kediaman perwakilan diplomatik. Seiring daengan perkembangannya di dalam dinamika hubungan diplomatik
kejadian yang tidak dapat dihindari yaitu pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum internasional, terutama yang berkaitan dengan
perlindungan pejabat diplomatik.
8
Salah satu pelanggaran yang tidak jarang terjadi berkaitan dengan kekebalan diplomatik adakah perlakuan atau kegiatan yang tidak
menyenangkan dari pihak negara penerima dimana perwakilan diplomatik tersebut ditempatkan.
9
Meningkatnya sejumlah kejahatan serius yang dilakukan terhadap perutusan dan misi-misi diplomatik seperti pembunuhan dan penculikan para perutusan serta
serangan-serangan yang diajukan terhadap gedung-gedung kedutaan, menyebabkan dilakukkannya pengesahan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada
8
Mohammad Firdaus kurnia,
Tanggung Jawab Pemerintah Libya Terhadap Seranngan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Benghazi Libya Tahun 2012,
Skripsi Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, 2013, Halaman : 9
9
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
tanggal 14 Desember 1973, atas Konvensi tentang pencegahan dan penghukuman atas kejahatan-kejahatan terhadap orang-orang yang dilindungi secara Internasional,
termasuk wakil-wakil Diplomatik Convention on the Prevention and Punishment of Crimes a ga inst Interna tiona lly Protected Persons, including Diploma tik Agents.
Meskipun telah ada konvensi tersebut, serangan-serangan terhadap gedung-gedung kedutaan dan kejahatan-kejahatan kekerasan dan lain-lain yang dilakukan terhadap
personil diplomatik masih terus terjadi sampai saat ini, masih banyak pula tindakan- tindakan kekerasan yang mengancam keselamatan para diplomat didalam
menjalankan tugas diplomatiknya. walaupun memang agak berkurang.
10
Banyak kasus mengenai pelanggaran terhadap kekebalan diplomatik oleh negara penerima.
Salah satunya yaitu dilakukannya penangkapan oleh kepolisian Amerika Serikat terhadap diplomat India Devyani Khobragade. Kasus ini bermulai dari Khobragade
melakukan pemalsuan infomasi pengajuan izin tinggal visa pembantunya yaitu Sangeeta Richard. Khobragade dituduh telah memperkerjakan Sangeeta Richard dan
membayar upah dibawah upah minimal yang ditetapkan oleh hukum Amerika Serikat. Upah minimal yang telah ditetapkan oleh Amerika Serikat sebesar US 9,75
per jamnya sementara Khobragade memasukkan angka manipulasi ke dalam visa sebesar US 10 per jam agar Sangeeta menmperoleh visa A-3. Atas hal tersebutlah
pada tanggal 11 Desember 2013 Khobragade didakwa dengan penipuan visa. Pada tanggal 12 Desember 2013 Devyani Khobragade ditangkap oleh US Marshall
10
J.G Starke,
Pengantar Hukum Internasional,
Penerbit Sinar Grafika Jakarta, 2000, Halaman : 569
Universitas Sumatera Utara
Amerika Serikat, Khobragade ditangkap setelah mengantar anaknya di sekolah. Perlakuan polisi federal saat penangkapan itu memicu kemarahan di India.
Khobragade mengaku ia mendapat perlakuan seperti penjahat brutal meski sudah berulang kali menyatakan bahwa dirinya adalah diplomat yang dilindungi kekebalan
diplomatik.
11
B. Rumusan Masalah