Aspek Pengembangan SDM

d. Aspek Pengembangan SDM

Tersedia dokumen rencana strategis sistem pembinaan dan pengembang- an pegawai Memiliki SOP Rekrutmen Direksi dan Karyawan Mulai menerapkan sistem penilaian prestasi kerja berdasarkan hasil

Kesimpulan

Untuk mewujudkan perspektif PDAM masa depan yang mandiri, pro- fesional, transparan dan akuntabel dibutuhkan upaya strategis yang meli- batkan unsur pemerintah, masyarakat dan jajaran PDAM sendiri, dengan dilandasi kesamaan persepsi, tindakan dan ditindaklanjuti dengan komitmen yang kongkrit. Model pendekatan kom- prehensif "capacity building" meru- pakan rencana tindakan yang strategis untuk mengembangkan PDAM yang semakin profesional dalam menja- lankan visi dan misi yang lebih realistis dengan tuntutan lingkungan dan kebu- tuhan stakeholder. „

*) Tim Leader Studi Pemberdayaan PDAM Berbasis Penguatan Stakeholder dan Tim Benchmarking PERPAMSI

Percik 38 „ April 2006 „

Model pendekatan komprehensif "capacity building"

merupakan rencana tindakan

yang strategis untuk mengembangkan PDAM yang

semakin profesional dalam menjalankan visi dan misi yang lebih realistis dengan tuntutan

lingkungan dan kebutuhan stakeholder.

FOTO: MUJIYANTO

K asus penolakan masyara-

kat atas pengoperasian TPST (Tempat Pengolah-

an Sampah Terpadu) Bojong, Kab. Bogor, Jawa Barat, serta peristiwa long- sornya IPS (Instalasi Pengolahan Sam- pah) Leuwigajah di Bandung, meru- pakan suatu bukti lemahnya sistem penanganan sampah di Indonesia. Di berbagai kota besar di Indonesia, sam- pah menumpuk di mana-mana, waktu pengumpulan sampah oleh gerobak sampah dan pengangkutan sampah oleh truk sampah tidak teratur, ceceran air sampah menetes di jalan-jalan yang dilalui truk sampah, hingga pengolahan sampah yang tidak dioperasikan dengan benar, merupakan sebagian potret buram buruknya penanganan sampah di negeri ini.

Itu sebenarnya bisa diatasi bila ada sistem penanganan sampah yang baik. Sistem ini akan menguntungkan ma- syarakat selaku produsen sampah se- cara berantai. Selain kualitas lingkung- an yang tetap terjaga karena tingkat kebersihan yang tinggi, kualitas hidup masyarakat juga akan semakin ter- dorong lebih tinggi, ternyata terdapat suatu faktor yang mungkin sangat jarang untuk diangkat ke permukaan, yaitu masalah pembukaan lapangan kerja. Dengan adanya sistem pena- nganan sampah yang baik, sejumlah tenaga kerja akan terserap untuk peng- adaan gerobak sampah, petugas ge- robak dan truk sampah, serta meng- operasikan IPS. Belum lagi dampak dari pemanfaatan produk olahan sampah, berupa kompos yang dapat menjadi pupuk organik, gas bio yang dapat dimanfaatkan kandungan kalornya, serta abu insinerasi yang dapat diman- faatkan sebagai agregat batako, maka

secara langsung dan tidak langsung, akan membuka sejumlah peluang usaha baru bagi masyarakat.

Sistem pengumpulan sampah dide- finisikan sebagai sistem pemindahan sampah dari sumber sampah (kawasan permukiman, kawasan perdagangan, kawasan industri, dan lain-lain), menu- ju ke TPS (Tempat Pembuangan Semen- tara) sampah. Di Indonesia hal ini umumnya dilakukan dengan menggu- nakan gerobak sampah.

Penggunaan gerobak sampah, baik yang terbuat dari kayu maupun baja, secara langsung akan meningkatkan penyerapan lapangan kerja dalam bidang manufaktur gerobak tersebut dan berbagai produk industri pen- dukungnya. Setiap gerobak sampah mampu mengumpulkan sampah untuk 100 rumah setiap harinya. Waktu yang

dibutuhkan untuk itu berkisar 3-4 jam/hari. Durasi waktu ini se- sungguhnya masih berada di bawah standar jam kerja mini-

mum, yaitu 8 jam/hari. Rendahnya efisiensi sistem pengumpulan sampah ini, menyebabkan sampah yang dapat dikumpulkan tidak dapat mencapai 200 rumah/hari. Hal ini akhirnya dikom- pensasikan dengan penyediaan inves- tasi gerobak sampah tambahan, dengan asumsi bahwa gerobak sampah hanya akan mengumpulkan sampah sebanyak

1 ritasi/hari.

Dari tinjauan ekonomi, hal ini meru- pakan suatu pemborosan, mengingat petugas gerobak sampah digaji untuk waktu kerja 8 jam/hari. Sementara per- mintaan untuk keterkumpulan sampah hingga 100 persen setiap harinya, mengakibatkan diharuskannya pembe- rian investasi gerobak tambahan yang jumlahnya menjadi dua kali dari jumlah gerobak sampah yang seharusnya dibu- tuhkan. Lagi-lagi karena adanya inves-

Percik „ April 2006 „

39