Tinjauan Layanan perizinan dan Non perizinan

3.2.2. Tinjauan Layanan perizinan dan Non perizinan

3.2.2.1. Pendirian Layanan Terpadu

Visi yang ditetapkan Kabupaten Sragen pada jangka waktu 2006 s/d 2011 yakni menjadi kabupaten yang cerdas (smart regency).

Misi yang diusung yakni mewujudkan rakyat yang unggul, produktif dan sejahtera. Salah satu penjabarannya ditujukan dalam rangka menciptakan inovasi kepemerintahan enterpreuneur dengan pelayanan publik prima yang diwujudkan melalui sistem pelayanan terpadu online sampai tingkat desa. Parameter keberhasilan diukur dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan pemerintah, program transparansi pelayanan dan pembentukkan iklim investasi yang kondusif. Ketiga hal tersebut dilaksanakan melalui pengembangan optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi, mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat serta pengembangan komunikasi, informasi dan media massa.

Layanan terpadu di Kabupaten Sragen diawali dari bentuk Unit Pelayanan Terpadu (UPT). Dalam perkembangannya UPT mengalami

peningkatan status menjadi Kantor Pelayanan Terpadu dan kemudian berubah dalam bentuk Badan Pelayanan Terpadu. Pembentukkan UPT diawali dengan pola satu atap berdasarkan Keputusan Bupati No. 5 tahun 2000. Pembentukan unit ini tidak terlepas dari himbauan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk mendirikan one stop service (OSS) sebagai pelaksanaan Intruksi Menteri Dalam Negeri No. 25 tahun 1998 tentang Pelayanan Perizinan Satu Atap di Daerah.

Pada tahun 2001 terjadi perubahan kepemimpinan daerah. Kegiatan utama yang ingin segera dilaksanakan dari kepemimpinan

yang baru yaitu melakukan reformasi birokrasi dengan agenda utama pada upaya desentralisasi sampai dengan tingkat kecamatan serta penyederhanan mekanisme layanan perizinan dengan menekankan pada aspek kepuasan masyarakat. Latarbelakang bupati

yang berasal dari kalangan pengusaha menyebabkan yang bersangkutan sangat paham terhadap keruwetan dalam menghadapi birokrasi pemerintahan khususnya berkenaan pada layanan perizinan maupun non perizinan. Disamping itu bupati menyadari bahwa

44 Studi Implementasi Layanan Terpadu di kabupaten/kota 44 Studi Implementasi Layanan Terpadu di kabupaten/kota

daerah salah satu pilihan yang diambil dilakukan dengan memberikan kemudahan bagi investor untuk beraktivitas dengan tetap berpedoman pada kesesuaian peruntukan lahan serta tumbuhkembangnya potensi masyarakat lokal.

Mencermati keberadaan Unit Pelayanan Terpadu yang telah ada, bupati merasakan bahwa keberadaan lembaga tersebut belum

mampu memecahkan permasalahan utama yang dihadapi pemohon berkenaan pada transparansi persyaratan, waktu, biaya, prosedur maupun kecepatan penyelesaian permohonan yang diajukan pemohon. Dari hal ini pada 24 Mei 2002 dikeluarkan Surat Keputusan Bupati No. 17 tahun 2002 perihal Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Terpadu. Hal tersebut sebagai upaya merestrukturisasi fungsi dan tugas kelembagaan layanan terpadu yang telah ada. Dalam surat keputusan, Unit Layanan Terpadu diarahkan sebagai wadah unsur pelaksana pelayanan umum yang dilakukan secara terpadu pada satu tempat dari beberapa instansi pemerintah sesuai

dengan kewenangannya dengan pola layanan satu pintu. Bentuk lembaga yang masih berstatus UPT merupakan cerminan kehati- hatian pemerintah kabupaten atas pengalaman sebelumnya pada

saat kelembagaan berbentuk UPT dengan pola satu atap. Dalam upaya menemukenali sistem yang sesuai untuk diterapkan

di Kabupaten Sragen, pada Juni 2002 bupati membentuk tim kecil beranggotakan sembilan orang (eselon II dan eselon III) guna memberikan rumusan bentuk UPT yang ideal. Untuk memperka- ya pemahaman, tim tersebut melakukan studi banding pada beberapa kabupaten yang dirasakan telah

memiliki layanan ter - padu dengan kondisi yang lebih baik dian - taranya

Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Bulukumba,

Kota Parepare dan Kota Bontang.

Sebagai upaya memperdalam pengetahuan

akan teknis

operasional layanan

terpadu, Pemerintah

Kabu -

paten Sragen men - GAMBAR 3.10 girimkan 15 orang BADAN LAYANAN TERPADU

Studi Implementasi Layanan Terpadu di kabupaten/kota 45 Studi Implementasi Layanan Terpadu di kabupaten/kota 45

saat pengajuan, pemrosesan maupun penandatanganan. Langkah selanjutnya bupati mengkoordinasikan kebijakan tersebut dengan segenap Kepala Dinas yang perizinannya akan dilimpahkan dalam Unit Pelayanan Terpadu. Pada saat koordinasi, disampaikan bahwa target penerimaan pendapatan asli daerah masih menjadi tanggungjawab dinas teknis sedangkan UPT memfokuskan kepada

aspek kualitas layanan. Setelah hal-hal tersebut selesai dibahas, pada 01 Oktober 2002 Unit Pelayanan Terpadu Kabupaten Sragen resmi beroperasi.

Seiring berjalannya waktu, kualitas pelayanan UPT terhadap masyarakat mengalami peningkatan. Dalam upaya menjaga kesinambungan keberadaan lembaga, setelah dikonsultasikan dengan DPRD maka pada 23 Oktober 2003 berdasarkan Perda No.

15 tahun 2003 status kelembagaan UPT ditingkatkan menjadi Kantor Pelayanan Terpadu (KPT). Semakin meningkatnya jenis layanan yang diberikan kepada masyarakat serta dalam rangka meningkatkan peran koordinasi dengan dinas lainnya, pada Juni 2006 berdasarkan Perda No. 4 tahun 2006 status kelembagaan KPT dinaikan menjadi Badan Pelayanan Terpadu (BPT). Dengan perubahan ini fungsi lembaga sebagai koordinator dalam hal pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih mengemuka.

3.2.2.2. Aktivitas Layanan