Lansekap Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II Taman Hutan Raya Bukit Barisan

LANSEKAP POTENSI ALAM HUTAN LINDUNG SIBAYAK II TAHURA BUKIT BARISAN
SKRIPSI Oleh :
GEBY RHEVIA 091201081/MANAJEMEN HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

LANSEKAP POTENSI ALAM HUTAN LINDUNG SIBAYAK II TAHURA BUKIT BARISAN
SKRIPSI Oleh :
GEBY RHEVIA 091201081/MANAJEMEN HUTAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Geby Rhevia: Natural Resources Potency Landscape of Sibayak II Forest Area Taman Hutan Raya Bukit Barisan . Supervised by Oding Affandi and Rahmawaty.
Sibayak II forest area is one of Taman Hutan Raya Bukit Barisan conservation areal which strategic located and surrounded by lot of tourism potency , natural resources potency and hydrological function. The purpose of this research were to know the distribution of natural resources potency, type of land using and analysed the development strategy of Sibayak II forest area management. This research did in April until June 2013 using ground exploration method with GIS (Geographic Information System) application and SWOT matrix to know the development plan strategy of Sibayak II forest area. The Result of this research showed that Sibayak II forest area has natural resources potency like flora, fauna, bamboo and water resources which distributed almost all of forest are. SWOT analyze showed that Sibayak II forest is in third quadran, which means present management is weak but has a lot of opportunity. The strategic recommendation that suggested is by change the old strategic management in case the development of Sibayak II forest area become optimal. Keywords : Tahura Bukit Barisan, Sibayak II forest area, GIS, SWOT analyze
ii
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Geby Rhevia: Lansekap Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Di bawah bimbingan Oding Affandi dan Rahmawaty.
Hutan lindung Sibayak II merupakan kawasan konservasi Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang letaknya strategis dengan dikelilingi oleh banyak objek wisata dan memiliki banyak potensi sumberdaya alam serta fungsi hidrologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran potensi alam, jenis pengunaan lahan yang ada serta analisis rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksplorasi kelapangan dengan mengaplikasikan program SIG (Sistem Informasi Geografis) dan matriks SWOT untuk mengetahui strategi rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hutan lindung Sibayak II memiliki potensi alam berupa flora, fauna, bambu dan sumber mata air yang tersebar hampir diseluruh bagian hutan. Analisis SWOT yang dilakukan menunjukan bahwa pengelolaan hutan lindung Sibayak II berada pada kuadran III, dimana pengelolaan saat ini lemah namun memiliki peluang yang sangat besar. Rekomendasi strategis yang disarankan adalah dengan mengubah strategi pengelolaan agar pengembangan hutan lindung Sibayak II menjadi optimal. Kata kunci : Tahura Bukit Barisan, Hutan Lindung Sibayak II, SIG, Analisis
SWOT
iii
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 4 Maret 1991 dari Bapak Kasmir Koto dan Ibu Yusnawati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pada tahun 2003 Penulis lulus dari SD Negeri 002 Pekanbaru, tahun 2006 lulus dari SMP Negeri 04 Pekanbaru, dan tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 8 Pekanbaru. Pada tahun 2009 Penulis melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan sebagai mahasiswi di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian melalu jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).
Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti kegiatan Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Raya dan Hutan Pendidikan Gunung Barus di Kabupaten Karo pada tahun 2011. Penulis menjadi Asisten praktikum mata kuliah Silvikultur pada tahun 2011 dan 2012 serta Asisten praktikum mata kuliah Pemanenan Hasil Hutan pada tahun 2011. Penulis juga aktif di organisasi keagamaan BKM (Badan Kenaziran Musholla) Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian USU dan organisasi di luar kampus iKAMPUS (Ikatan Mahasiswa Pekanbaru USU) pada tahun 2011 sampai sekarang. Penulis pernah menjadi delegasi USU pada ARM (Asian Regional Meeting) pada tahun 2012 di Yogyakarta yang diadakan oleh IFSA (International Forestry Student Association). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perawang Sukses Perkasa Industri pada tahun 2013.
iv
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Lansekap Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II Tahura Bukit Barisan” berhasil diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan suatu aplikasi ilmu yang didapat dari pembelajaran di ruang perkuliahan dan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut).
Terima kasih disampaikan kepada Oding Affandi, S.Hut.,M.P. dan Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D. selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberi saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga ditujukan kepada BUMN PT. Angkasa Pura II yang telah memberikan bantuan Beasiswa Peduli Pendidikan kepada penulis selama menjalani kuliah dari tahun 2009 hingga tahun 2013. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua, saudara-saudara serta temanteman yang telah mendukung, membantu dan mendoakan penulis dalam skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakannya dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat dan memberi kontribusi yang baru khususnya dalam bidang kehutanan dan bidang pendidikan dalam penelitian-penelitian ilmiah.
Medan, September 2013
Penulis v

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT .....................................................................................................i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA Kawasan konservasi ................................................................................... 4 Taman Hutan Raya Bukit Barisan.............................................................. 5 Potensi Taman Hutan Raya Bukit Barisan ................................................. 7 Masyarakat Sekitar Taman Hutan Raya Bukit Barisan.............................. 9 Bentuk Pemanfaatan Sumber Daya Alam Tahura Bukit Barisan.............. 11 Tutupan Lahan........................................................................................... 11 Sistem Informasi Geografis....................................................................... 12 Analisis SWOT.......................................................................................... 13
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 15 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................... 15 Prosedur Penelitian.................................................................................... 15
Pengumpulan data sebaran potensi alam .............................................. 15 Identifikasi penggunaan lahan .............................................................. 17 Pembuatan peta sebaran potensi alam .................................................. 17 Analisis Rencana Pengembangan Pengelolaan Hutan .............................. 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II..................................... 27 Penggunaan Lahan di Hutan Lindung Sibayak II...................................... 45 Analisis Rencana Pengembangan Pengelolaan Hutan............................... 50 Identifikasi faktor internal dan eksternal............................................... 50 Pendekatan kualitatif matriks SWOT.................................................... 52 Pendekatan kuantitatif matriks SWOT ................................................. 56
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... 61
vi
Universitas Sumatera Utara


Saran ..................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62 LAMPIRAN.................................................................................................. 64
vii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No. Halaman 1. Data Sekunder yang diperlukan dalam penelitian................................... 17 2. Matriks SWOT Kearns............................................................................. 21 3. Skoring dan Pembobotan Faktor Internal ................................................ 23 4. Skoring dan Pembobotan Faktor Eksternal.............................................. 23 5. Matriks Metodologi Penelitian................................................................. 27 6. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur TW Lau Debuk-Debuk .............. 30 7. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Aspal Sibayak II ........................ 32 8. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Deleng Singkut .......................... 36 9. Pemanfaatan lahan oleh Masyarakat........................................................ 41 10. Faktor-faktor internal hutan Sibayak II.................................................... 46 11. Faktor-faktor eksternal hutan Sibayak II.................................................. 47 12. Matriks SWOT......................................................................................... 49 13. Skoring pendapat faktor internal.............................................................. 52 14. Skoring pendapat faktor eksternal............................................................ 53
viii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Halaman 1. Peta lokasi penelitian .............................................................................. 15 2. Alur proses pemetaan.............................................................................. 18 3. Kuadran Analisis SWOT......................................................................... 23 4. Salah satu kolam pemandian air panas di TW Lau Debuk-Debuk .......... 26 5. Bambu yang tumbuh disepanjang pinggiran Hutan Sibayak II ............... 28 6. Tanaman Sintrong .................................................................................... 29 7. Burung Kacer di salah satu rumah warga Desa Doulu ............................ 30 8. Sebaran Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur TW Lau Debuk-Debuk 31 9. Flora yang dijumpai di jalur jalan aspal G. Sibayak ............................... 34 10. Saluran air ................................................................................................ 35 11. Burung di jalur jalan aspal G. Sibayak..................................................... 35 12. Sebaran Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Aspal Sibayak II .......... 36 13. Flora di jalur Deleng Singkut................................................................... 38 14. Kupu-kupu yang ditemui di Hutan Sibayak II Jalur Deleng Singkut ...... 39 15. Salah satu burung kacer yang terdapat di jalur Deleng Singkut .............. 40 16. Spot panorama yang terletak di Deleng Singkut, Hutan Sibayak II ........ 40 17. Sebaran Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Deleng Singkut ............ 44 18. Salah satu budidaya bambu di Hutan Sibayak II ..................................... 42 19. Bambu yang dibuat keranjang oleh warga desa Doulu............................ 42 20. Kebun/ladang miliki warga yang berada dikawasan hutan Sibayak II .... 44 21. Lahan yang dirambah di jalur TW Lau Debuk-Debuk ............................ 45 22. Posisi pengelolaan Hutan Lindung Sibayak II ......................................... 54
ix
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman 1. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Lau Debuk-Debuk .................... 59 2. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Aspal Sibayak II............................... 60 3. Potensi Alam Flora dan Fauna di Jalur Deleng Singkut ......................... 61
x
Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
Geby Rhevia: Natural Resources Potency Landscape of Sibayak II Forest Area Taman Hutan Raya Bukit Barisan . Supervised by Oding Affandi and Rahmawaty.
Sibayak II forest area is one of Taman Hutan Raya Bukit Barisan conservation areal which strategic located and surrounded by lot of tourism potency , natural resources potency and hydrological function. The purpose of this research were to know the distribution of natural resources potency, type of land using and analysed the development strategy of Sibayak II forest area management. This research did in April until June 2013 using ground exploration method with GIS (Geographic Information System) application and SWOT matrix to know the development plan strategy of Sibayak II forest area. The Result of this research showed that Sibayak II forest area has natural resources potency like flora, fauna, bamboo and water resources which distributed almost all of forest are. SWOT analyze showed that Sibayak II forest is in third quadran, which means present management is weak but has a lot of opportunity. The strategic recommendation that suggested is by change the old strategic management in case the development of Sibayak II forest area become optimal. Keywords : Tahura Bukit Barisan, Sibayak II forest area, GIS, SWOT analyze
ii
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Geby Rhevia: Lansekap Potensi Alam Hutan Lindung Sibayak II Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Di bawah bimbingan Oding Affandi dan Rahmawaty.
Hutan lindung Sibayak II merupakan kawasan konservasi Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang letaknya strategis dengan dikelilingi oleh banyak objek wisata dan memiliki banyak potensi sumberdaya alam serta fungsi hidrologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran potensi alam, jenis pengunaan lahan yang ada serta analisis rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksplorasi kelapangan dengan mengaplikasikan program SIG (Sistem Informasi Geografis) dan matriks SWOT untuk mengetahui strategi rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hutan lindung Sibayak II memiliki potensi alam berupa flora, fauna, bambu dan sumber mata air yang tersebar hampir diseluruh bagian hutan. Analisis SWOT yang dilakukan menunjukan bahwa pengelolaan hutan lindung Sibayak II berada pada kuadran III, dimana pengelolaan saat ini lemah namun memiliki peluang yang sangat besar. Rekomendasi strategis yang disarankan adalah dengan mengubah strategi pengelolaan agar pengembangan hutan lindung Sibayak II menjadi optimal. Kata kunci : Tahura Bukit Barisan, Hutan Lindung Sibayak II, SIG, Analisis
SWOT
iii
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di
Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November 1988. Pembangunan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan. Taman Hutan Raya Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas seluruhnya 51.600 Ha (Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan, 2002).
Tahura Bukit Barisan sebagian besarnya merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung. Bagian lain kawasan Tahura ini terdiri dari Cagar Alam (CA)/ Taman Wisata (TW) Sibolangit, Suaka Margasatwa (SM) Langkat Selatan, TW Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2005).
Salah satu bagian dari kawasan Tahura adalah Hutan Lindung Sibayak II. Hutan lindung Sibayak II merupakan hutan pegunungan yang berada didalam pengawasan Tahura Bukit Barisan. Hutan ini lokasinya berdekatan dengan Kantor Balai Tahura, posisinya strategis, sangat menarik minat turis baik lokal maupun luar negeri dan memiliki kelebihan berupa sumber daya alam yang lebih melimpah bila dibandingkan dengan kawasan hutan Tahura lainnya. Hutan Lindung Sibayak II juga merupakan kawasan Tahura yang ramai dikunjungi
1
Universitas Sumatera Utara


2
masyarakat karena memiliki banyak tempat wisata seperti Gunung Sibayak dan Taman Wisata Alam Lau Debuk-Debuk. Apabila Hutan Lindung Sibayak II dikembangkan secara tepat maka pemanfaatan kawasan tersebut dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan fungsi-fungsinya yang telah ditetapkan, sehingga perlu dilakukan analisis terhadap upaya pembangunan Hutan Sibayak II agar perencanaan terhadap pengembangan hutan ini optimal.
Kawasan Hutan Lindung Sibayak sendiri secara umum telah dipetakan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH). Potensi dan kelayakan usaha Tahura secara garis besar juga sudah di bukukan oleh Dinas Kehutanan di tahun 2005. Termasuk didalamnya potensi umum kawasan hutan lindung Sibayak yang telah ada. Namun, pemetaan sebaran potensi alam di hutan lindung Sibayak II belum ada. Padahal potensi wilayah ini sangat baik, dapat dikembangkan menjadi PHBM (Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat) untuk areal pemanfaatan yang bersinggungan dengan desa-desa, pemanfaatan wisata dan rekreasi dan pemanfaatan hasil hutan non kayu. Hal inilah yang mendasari penelitian mengenai bagaimana sebaran potensi alam hutan lindung Sibayak II baik yang sudah ada maupun yang belum teridentifikasi perlu dilakukan, sehingga didapat bagaimana lansekap penggunaan lahan pemanfataan hutan lindung Sibayak II dan dapat dikembangkan rencana pengembangan kawasan tersebut.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Memetakan sebaran potensi alam hutan lindung Sibayak II. 2. Mengidentifikasi penggunaan lahan hutan lindung Sibayak II yang telah ada. 3. Menganalisis rencana pengembangan hutan lindung Sibayak II.
Universitas Sumatera Utara

3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai sebaran potensi alam hutan lindung Sibayak II dan penggunaan lahan yang telah dilakukan masyarakat sekitar hutan lindung Sibayak II. Serta diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak Balai Tahura Bukit Barisan untuk pengembangan kawasan hutan lindung Sibayak II selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Kawasan Konservasi Dari segi fungsi, hutan berfungsi sebagai pelindung (hutan lindung),
konservasi (hutan konservasi), dan fungsi produksi (hutan produksi). Walaupun demikian fungsi hutan tidak lepas sebagai penyelenggara keseimbangan oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2), mempertahankan kesuburan tanah, keseimbang tata air wilayah dan kelestarian daerah dari erosi (Arief,1994).
Kawasan konservasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan suaka alam yaitu cagar alam dan suaka margasatwa, kawasan pelestarian alam yaitu taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya dan taman buru. Selain itu hutan konservasi merupakan hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Zain, 1995).
Adapun kriteria penunjukan dan penetapan suatu daerah sebagai kawasan taman hutan raya adalah : 1. Kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada kawasan yang
ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah. 2. Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam.
4

Universitas Sumatera Utara

5
3. Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli. Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya (Gintera dan Pika, 2009).
Khusus untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, Pemerintah berdasarkan UU Konservasi dapat memberikan hak pengusahaan pada zona kawasan pemanfaatan di Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata dengan mengikutsertakan rakyat. Kegiatan pengusahaan ditujukan bagi peningkatan pendapatan dan devisa negara serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dasar pemberian Izin Pengusahaan di Kawasan Pelestarian Alam diatur di dalam Kepmen Kehutanan RI Nomor 68/Kpts-II/1989 tentang Pengusahaan hutan Wisata, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut.
Taman Hutan Raya Bukit Barisan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 48 Tahun 1988 dengan luas ± 51.600 Ha dan merupakan Tahura ketiga di Indonesia. Tahura Bukit Barisan secara geografis terletak pada 0°01’16"-019’37" Lintang Utara dan 98°12’16"-9841’00" Bujur Timur. Sedangkan secara administratif termasuk Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Tanah Karo, Propinsi Sumatera Utara. Keadaan topografi lapangan Tahura Bukit Barisan sebagian datar, curam dan berbukit-bukit. Di beberapa
Universitas Sumatera Utara

6 tempat terdapat pegunungan dan puncak tertinggi yaitu Gunung Sibayak dengan ketinggian 1.430 sampai 2.200 m dpl.
Areal kawasan Taman Hutan Raya yang hutannya lebat ini meliputi wilayah Pemerintah Kabupaten Karo seluas 19.805 hektar, Deli terdapat 17.150 hektar, Langkat 13.000 hektar dan Simalungun 1045 hektar. Seluruh kawasan ini yang luasnya 51.600 hektar ini berasal dari hutan lindung 38.273 hektar (74,17%), Taman Nasional 13.000 hektar (25,20%), Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit 200 hektar (0,39%), Cagar Alam Sibolangit 120 hektar (0,23%), dan Taman wisata Lau Debuk-debuk 7 hektar (0,01%).
Pembangunan Tahura ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan. Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi dengan luas seluruhnya 51.600 Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung. Bagian lain kawasan Tahura ini terdiri dari CA/TW. Sibolangit, SM. Langkat Selatan TW. Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit.
Keadaan Lapangan Tahura Bukit Barisan ini pada umumnya terjal hingga puncak gunung berapi Sinabung yang tingginya 2.451 meter dan Sibayak setinggi 2.211 meter di Kabupaten Karo, dan sebagian kecil bergelombang dan landai di kaki perbukitan Bukit Barisan. Faktor penunjang utama sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alam yang baik dan pemandangan alam yang
Universitas Sumatera Utara

7 indah, sumber air dan danau Toba serta budaya yang memikat (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2005).
Potensi Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh Hutan Lindung Sibayak merupakan hutan lindung yang berada pada
kawasan Taman Hutan Raya di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan luas 70.030 ha. Termasuk Gunung Sibayak yang merupakan bagian dari Hutan Lindung Sibayak yang memiliki ketinggian 2.094 mdpl. Sebagaimana fungsinya sebagai sistem penyangga Hutan Lindung Sibayak memiliki tingkat biodiversitas yang tinggi karena kondisi ekosistemnya yang masih terjaga mulai dari fauna, tanaman obat, tanaman racun, termasuk tumbuhan bawah. Salah satu potensinya adalah jamur makroskopis. Jumlah spesies jamur beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Sibayak ditemukan 30 jenis spesies jamur. Spesies jamur beracun yang ditemukan pada penelitian ini terbagi ke dalam 2 Divisi, 4 Kelas, 6 Ordo dan 15 Famili. Jamur beracun yang ditemukan terdiri dari divisi Ascomycota dan Basidiomycota (Tambunan, 2013).
Tanaman obat yang paling banyak ditemukan di Tahura Bukit Barisan yaitu tanaman obat yang berasal dari ordo Lamiales dan ordo Asterales. Adapun ciri khas ordo Asterales yaitu memiliki bunga yang berbentuk sekumpulan bunga kecil yang berkarang pada satu bongkol bunga. Ordo Asterales memiliki habitus yang terdiri dari pohon, semak dan herba Tanaman ini tumbuh pesat dan liar di kawasan lereng gunung, lapangan maupun di pinggir jalan yang yang berhawa sejuk. Adapun ciri khas ordo Lamiales yaitu tumbuhan berbunga dikotiledon yang memiliki bunga dengan mahkota yang sederhana. Ordo Lamiales memiliki habitus yang terdiri dari pohon, perdu dan herba (Sembiring, 2012).

Universitas Sumatera Utara

8 Adanya daya tarik yang ditawarkan suatu lokasi merupakan alasan utamapengunjung untuk datang ke lokasi tersebut untuk melakukan kegiatan wisata. Tahura Bukit Barisan memiliki begitu banyak daya tarik yang cukup kuat untuk bisa menarik minat wisatawan. Daya tarik tersebut dapat berupa sumber daya alam yang menonjol misalnya flora ataupun fauna, gejala alam seperti batuan, kegiatan yang dapat dilakukan di lokasi wisata misalnya kegiatan berkemah, olahraga dan lain-lain, daya tarik berupa kebersihan, keamanan dan juga kenyamanan lokasi wisata (Ginting dkk, 2013). Sebagai taman hutan raya, Taman Hutan Raya Bukit Barisan memiliki potensi sebagai berikut: a. Sumber plasma nutfah flora dan fauna. b. Fungsi hutan lindung. h. Area penelitian. i. Area penyuluhan. j. Tempat pendidikan dan pelatihan. k. Pembinaan cinta alam. l. Sarana rekreasi dan wisata alam. Adapun tempat wisata pada Taman Hutan Raya Bukit Barisan yang sudah dapat dipromosikan dan memiliki kelayakan usaha bila dikelola dengan baik adalah sebagai berikut: a. Taman Wisata dan Bumi Perkemahan Sibolangit. b. Danau Lau Kawar. c. Air Terjun Sikulikap. d. Pemandian Air Panas Lau Debuk-debuk.
Universitas Sumatera Utara

9 e. Gunung Sibayak. f. Gunung Sinabung. g. Area Koleksi Satwa di Kaki Gunung Sibayak. h. Kawasan Suaka Margasatwa Langkat Selatan. i. Semangat Gunung/Raja Beureuh. j. Tongkoh.
Wisata sebagian dari kawasan taman hutan raya, terutama sekitar Tongkoh dan Brastagi telah berkembang menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang penting di Sumatera Utara. Faktor penunjang utama sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alam yang baik dan pemandangan alam yang indah, sumber air dan budaya lokal yang memikat.
Untuk sarana penelitian, Taman Hutan Raya Bukit Barisan merupakan tempat bagus untuk meneliti flora dan fauna, hidrologi dan sosial budaya. Sarana akomodasi dan penginapan sudah tersebar disekitar, mulai dari Sibolangit sampai Brastagi baik berupa penginapan sederhana maupun hotel berbintang taraf internasional. Tongkoh merupakan jantung utama Taman Hutan Raya Bukit Barisan (Satrio, 2012).
Masyarakat Sekitar Taman Hutan Raya Bukit Barisan Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan
wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan produk wisata. Pengelolaan lahan pertanian secara tradisional seperti di Bali, upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi wisatawan (Damanik dan Weber, 2006).
Universitas Sumatera Utara

10 Pembangunan kepariwisataan memiliki tiga fungsi, yaitu: menggalakkan kegiatan ekonomi, memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mutu lingkungan hidup, dan memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional (Fandeli, 2001). Keterlibatan masyarakat desa dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan berdasarkan penelitian Damanik (2013), yaitu sebanyak 62 responden bersedia terlibat atau dilibatkan dalam mengelola Tahura Bukit Barisan karena masyarakat tersebut memiliki persepsi bahwa hutan sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan karena menganggap hutan sebagai sumber kehidupan. Namun ada juga 14 responden yang kadang-kadang bersedia dan 14 responden yang tidak bersedia dilibatkan dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain umur yang tidak memungkinkan lagi untuk ikut serta terlibat atau dilibatkan dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan dan adanya aktivitas lain dan pekerjaan yang menyebabkan kurangnya waktu untuk ikut serta dalam mengelola hutan. Sedangkan partisipasi masyarakat dalam tahap kegiatan pelaksanaan dalam pengelolaan hutan yaitu berupa kegiatan penanaman beberapa bibit pohon yaitu ingul (Toona sureni), pinus (Pinus merkusii), rasamala (Altingia excelsa), puspa (Schima wallichii), hapas-hapas (Exbucklandia populnea), sampinur (Dacrydium junghuhnii), bibit MPTS (Multi Purpose Tree Species) yaitu durian (Durio zibethinus), alpokat (Perseae fructus), kemiri (Aleurites moluccana), aren (Arenga pinnata), dan bambu (Bamboo sp.) yang ditanam di sekitar sumber mata air.
Universitas Sumatera Utara

11 Bentuk Pemanfaatan Sumberdaya Alam Kawasan Tahura Bukit Barisan
Bentuk pemanfaatan sumberdaya alam kawasan Tahura Bukit Barisa oleh masyarakat Dusun III Tongkoh yang dikemukakan oleh responden dibagi dalam 3 jenis. Jenis pemanfaatan tersebut meliputi : pemanfaatan lahan, pemanfaatan hasil hutan kayu dan pemanfaatan hasil hutan non-kayu.
Pemanfaatan lahan yang dilakukan oleh masyarakat Dusun III Tongkoh adalah sebagai lahan pertanian. Kawasan Tahura Bukit Barisan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian adalah lahan kosong yang ada di tepi jalan. Pemanfaatan hasil hutan non-kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun III Tongkoh berupa humus, rotan, tanaman obat, kupu-kupu, anggrek dan kawasan wisata. Pemanfaatan hasil hutan kayu yaitu berupa pengambilan ranting-ranting kayu untuk dijadikan kayu bakar.
Masyarakat Dusun III Tongkoh menginginkan kerjasama dengan UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan dalam hal pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian. Pemanfaatan lahan kosong ditepi jalan diharapkan diperbolehkan oleh UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan bila diurus perizinannya. Namun, masyarakat Dusun III Tongkoh tidak boleh menebang pohon untuk membuka lahan baru ( Rahmawaty, dkk, 2006).
Tutupan Lahan Dalam perencanaan dan pegembangan suatu wilayah, diperlukan antara

lain peta tutupan lahan. Dalam pembuatan peta tutupan lahan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, misalnya dengan menganalisa citra satelit Landsat. Dalam melakukan analisa tersebut, diperlukan perangkat lunak pengolah citra (Situmorang, 2010).
Universitas Sumatera Utara

12 Dalam pembangunan, diperlukan data gambaran kawasan suatu wilayah. Gambaran biasanya didapat melalui pemetaan. Kegiatan pemetaan biasanya dimulai dengan menggambarkan lokasi (tempat) secara umum mudah dikenali dan diidentifikasi masyarakat atau tipe lansekap dan wilayah yang penting seperti jalan desa/dusun, sungai, rumah ibadah, sekolah, rumah kepala dusun, hutan dan pegunungan utama, sawah, ladang, dan lain-lain (Djohani, 1996). Tutupan lahan hutan kering primer Kabupaten Karo mengalami perubahan ke lahan belukar/semak sebesar 152.886 Ha. Untuk hutan tanaman mengalami perubahan ke dalam pertanian lahan kering sebesar 137.41 Ha. Pertanian lahan kering mengalami perubahan luas dan fungsi menjadi sawah sebesar 1738.283 Ha, menjadi lahan belukar sebesar 286.142 Ha dan menjadi pemukiman sebesar 368.617 Ha. Tutupan lahan sawah menjadi lahan pertanian lahan kering sebesar 66.707 Ha. Untuk lahan belukar mengalami perubahan ke lahan pertanian lahan kering sebesar 33.038 Ha dan menjadi lahan tanah kosong sebesar 157.607 Ha. Adapun tutupan lahan yang tidak mengalami perubahan luas maupun fungsi dalam periode ini adalah Perkebunan, Pemukiman, Tanah kosong dan Badan air (Ginting dkk, 2012).
Sistem Informasi Geografis GIS (Geographic Information System) merupakan seperangkat sistem/alat
untuk membuat, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menvisualisasikan, menquery, mentransformasi, memanggil kembali, menampilkan dan menganalisis informasi dikaitkan dengan posisi pada permukaan bumi (georeferensi). GIS juga dapat dikatakan sebagai sistem pendukung keputusan (decision support system) yang computerized, yang melibatkan integrasi data spasial dalam memecahkan
Universitas Sumatera Utara

13 masalah lingkungan. GIS juga mempunyai kemampuan untuk melakukan teknik analisis spasial misalnya buffering, overlaying, dan lain-lain.
Aplikasi GIS telah banyak digunakan untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang berbasiskan wilayah geografi. Pada umumnya aplikasi GIS telah banyak digunakan dalam melakukan pengolahan sumberdaya alam, penataan umum tata ruang, perencanaan tata guna lahan, pengaturan infrastruktur dan dalam bidang pariwisata. Allen, et al., menggunakan GIS untuk melakukan integrasi sistem dan tolls analisis guna menilai dan melakukan memprediksi parcel-based land use change, dimana hal ini penting untuk sebagai sumber data alternatif dalam melakukan analisis perubahan, khususnya area tujuan pariwisata. Lebih jauh dikatakan bahwa GIS memliki keunggulan lebih dibandingkan dengan metode konvesional dalam mengintegrasi berbagai data sources, melakukan analisis spatial, pemetaan hasil dalam studi pengembangan pemanfaatan lahan. Berdasarkan pemahaman diatas, maka nampaklah bahwa GIS sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan. GIS memiliki peranan dalam melakukan pemetaan potensi geografi sumber daya pariwisata, terutama dalam melakukan visualisasi potensi pariwisata.
Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasikan strategi yang perlu
dikembangkan dalam rangka pengusahaan ekowisata. Dalam penyusunannya dipertimbangkan berbagai kondisi internal lokasi, yaitu strength dan weakness serta kondisi eksternal, yaitu opportunity dan threat. Analisis SWOT ini dirumuskan berdasarkan hasil studi pustaka, wawancara dan pengamatan langsung
Universitas Sumatera Utara

14 dilapangan. Selanjutnya hasil analisis ini dipakai sebagai dasar untuk menyusun strategi dan operasionalisasi pengusahaan ekowisata.
Dalam mengusahakan ekowisata di suatu tempat perlu dilakukan analisis SWOT. Yang sangat penting dikenali adalah keadaan (keindahan, daya tarik) yang spesifi atau unik dan obyek wisata yang bersangkutan. Selanjutnya prasarana apa yang tersedia ; lancar/tidak lancar, nyaman/,tidak nyaman, sudah lengkap/masih harus diadakan atau dilengkapkan dan sebagainya. Tersedianya sumberdaya manusia yang terlatih maupun yang dapat dilatih, berhubungan dengan tingkat pendidikan dan budaya masyarakatnya (Latifah, 2004).
Strategi pengembangan lokasi wisata TWA Sibolangit yang merupakan salah satu kawasan Tahura Bukit Barisan diperoleh dengan menggunakan Analisis SWOT dimana digunakan untuk mengidentifikasi relasi-relasi sumberdaya ekowisata dengan sumberdaya yang lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumberdaya tersebut perlu ditegaskan sejak awal. Agak berbeda dengan studi kelayakan, analisis sumberdaya ekowisata sudah harus menghasilkan sintesis yang akan dijadikan basis proyek. Bahkan hasil analisis ini merupakan produk akhir untuk menyimpulkan apakah proyek ekowisata dapat dilakukan atau tidak. Oleh karena itu semua pihak, khususnya masyarakat lokal, perlu mengetahui apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan dan objek wisata tersebut .
Dalam analisis SWOT, kawasan TWA Sibolangit berada pada kuadran I yang berarti bahwa kawasan wisata ini berada pada situasi yang menguntungkan dimana TWA Sibolangit memiliki kekuatan dari segi internalnya dan peluang dari segi eksternalnya. Strategi yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan peluang yang ada untuk pengembangannya (Ginting dkk, 2013).
Universitas Sumatera Utara


METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Lindung Sibayak II, Taman Hutan
Raya Bukit Barisan, Sumatera Utara (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 – Juni 2013.
Gambar 1. Peta lokasi penelitian Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah GPS, Laptop, software ArcView 3.3, software DNR Garmin, kamera digital dan alat tulis.
Bahan yang digunakan adalah peta administrasi Kabupaten Karo dan peta penutupan lahan Tahura Bukit Barisan.
15
Universitas Sumatera Utara

16 Prosedur Penelitian Pengumpulan data sebaran potensi alam
Objek penelitian adalah Hutan Lindung Sibayak II Tahura Bukit Barisan dengan luas 6.350 Ha (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2005). Dimana terdapat 5 desa yang bersinggungan dan berinteraksi langsung dengan batas kawasan hutan yaitu Desa Lau Gumba (Kecamatan Berastagi), Desa Raja Berneh dan Desa Jarang Uda (Kecamatan Merdeka), Desa Doulu (Kecamatan Doulu) dan Desa Dolat Rayat (Kecamatan Dolat Rayat). Hal pertama yang dilakukan adalah mendata potensi alam yang ada di kawasan hutan lindung Sibayak II.
Data primer Data primer diperoleh melalui interview guide dengan informan kunci pada masing-masing desa yang bersinggungan dengan hutan lindung Sibayak II dan eksplor singkat ke dalam kawasan hutan lindung yang memungkinkan untuk dijelajah untuk mendapatkan titik koordinat dengan menggunakan GPS dan data potensi alam berupa flora, fauna dan alam. Pengamatan potensi flora, fauna, dan alam dilakukan secara bersamaan pada bagian kiri dan kanan lokasi yang dilalui/ dijelajah. Terdapat 3 jalur yang dieksplor yaitu jalur Taman Wisata Alam (TWA) Lau Debuk-Debuk, Jalur jalan aspal menuju Gunung Sibayak dan jalur Deleng Singkut. Titik koordinat flora yang diambil merupakan jenis flora yang memiliki daya tarik, keunikan ataupun manfaat khusus dibandingkan dengan jenis flora lain pada lokasi yang sama. Titik koordinat fauna yang diambil merupakan titik dimana fauna tersebut dapat dilihat ataupun titik jejak yang ditinggalkan. Potensi flora dan fauna yang ditemukan kemudian ditabulasikan ke dalam tally sheet.
Universitas Sumatera Utara

17 Untuk wilayah yang tidak memungkinkan untuk dijangkau, akan digunakan peta tutupan lahan Tahura Bukit Barisan untuk mengetahui penggunaan lahan dan tutupan lahannya.

Data sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah:


Tabel 1. Data Sekunder yang diperlukan dalam penelitian

No. Data

Sumber

1. Peta Tutupan Lahan Tahura

BPKH

2. Peta Administrasi Kabupaten Karo

BPKH

3. Peta Jalan Kabupaten Karo

BPKH

4. Peta Desa Kabupaten Karo


BPKH

5. Citra landsat Tahura Bukit Barisan

BPKH

6. Dokumen Anggaran Satuan Kerja

Dinas Kehutanan

Tahura

Provinsi Sumatera Utara

7. Permenhut No. P.48/ Menhut II/ 2010

-

8. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun

-

1994

Tahun 2005 2012 2012 2012 2012 2005
2010 1994

Identifikasi penggunaan lahan Upaya mengetahui pemanfaatan lahan apa yang sudah dimanfaatkan
masyarakat desa di sekitar kawasan pemanfaatan hutan lindung Sibayak II, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap pemanfaatan lahan tersebut. Metode yang digunakan adalah melalui interview guide dengan bertanya langsung pada informan kunci di masing-masing desa yang bersinggungan dengan kawasan hutan lindung Sibayak II tentang apa saja jenis pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar kawasan pemanfaatan hutan lindung Sibayak II serta melakukan ground check langsung kelapangan untuk melihat kebenarannya.
Pembuatan Peta Sebaran Potensi Alam Flora dan Fauna yang ditemui kemudian diidentifikasi dengan melakukan
studi literatur dari buku-buku dan informasi dari masyarakat setempat. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara

18 titik koordinat flora, fauna dan potensi wisata yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan software ArcView 3.3. Adapun alur proses pemetaan dapat dilihat pada Gambar 2.
Tracking dan Eksplorasi

Record koordinat Transfer data ke komputer

Edit attribute peta

Hitung Luas wilayah/Jumlah unit

Overlay Peta dan Auto label

Peta Potensi Alam

Keterangan Gambar 2 :

Gambar 2. Alur proses pemetaan

Tracking dan eksplorasi

Sebelum mendapatkan data titik koordinat, awalnya peneliti akan terjun

langsung ke lapangan untuk mendapatkan titik awal/ titik start penelitian dengan

cara mengikuti jalur track untuk wisata dan eksplor singkat ke dalam hutan untuk

mengambil titik koordinat potensi alam.

Universitas Sumatera Utara

Record koordinat

19

Record koordinat atau perekaman titik koordinat baik itu potensi alam dan

wisata maupun posisi hutan menggunakan GPS Garmin. Perekaman akan

menggunakan point bila lokasi hanya membutuhkan titik koordinat dan akan

menggunakan track bila potensi merupakan suatu jalur dan luasan wilayah.

Transfer data ke komputer Transfer atau pemindahan hasil record koordinat dari GPS ke komputer
menggunakan software DNR Garmin. Setelah seluruh data dipindahkan kemudian baru dibuka pada software pengolahan peta arcview 3.3.

Edit attribute dan luas wilayah Selurah record yang ada kemudian diedit dan diolah attribute nya sesuai
dengan keterangan lapangan yang ada. Serta apabila ada kawasan yang memiliki luasan maka dihitung luasan daerah tersebut.

Overlay peta dan auto label Ketika proses editing selesai maka peta akan dioverlay dengan Peta
Tahura Bukit Barisan. Setelah diberi auto label dan dibuat layout sehingga di dapat peta sebaran potensi alam hutan lindung Sibayak II.

Analisis Rencana Pengembangan Pengelolaan Hutan Berdasarkan status kawasan hutan dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan
(BPKH) tahun 2005, hutan lindung Sibayak II dikelola oleh UPT Pengelola Tahura Bukit Barisan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan hutan lindung Sibayak II mengacu pada pengelolaan hutan konservasi. Rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II ini nantinya akan disesuaikan dengan

Universitas Sumatera Utara

20 ketentuan Permenhut No. P.48/ Menhut II/ 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Rencana pengembangan pengelolaan hutan lindung Sibayak II ini dianalisis melalui analisis SWOT. Analisis SWOT menurut Pearce dan Robinson (1991) dalam Rangkuti (1997) didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif memaksimumkan kekuatan dan peluang, dan meminimumkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal dengan faktor internal, yang didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Analisis ini akan memudahkan untuk mengetahui posisi perencanaan mengambil keputusan tentang pengelolaan apa yang cocok untuk dikembangkan di kawasan pemanfaatan hutan lindung Sibayak II. Tahapan analisis SWOT adalah sebagai berikut :
1. Listing Faktor-faktor Internal dan Eksternal Pihak yang terlibat (UPT Pengelola Balai Tahura) diminta untuk
menyampaikan sekitar 5-10 (disesuaikan) hal yang dianggap sebagai unsur Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang) dan Threat (tantangan) dari hutan lindung Sibayak II. Kemudian list tersebut ditabulasikan kedalam tabel.
Universitas Sumatera Utara

2. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

21

Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal selanjutnya dianalisis

kedalam matriks SWOT yang dikembangkan Kearns (1992) dalam Rangkuti

(1997) yang menggambarkan keterkaitan satu sam lain .

Tabel 2. Matriks SWOT Kearns Faktor Eksternal Peluang (O)

Ancaman (T)

Faktor Internal

-

-

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Strategis SO (a) Strategis WO (c)

Strategis ST (b) Strategis WT (d)

-

(Sumber : Rangkuti (1997) Keterangan :
a. Strategi mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang; b. Strategi menggunakan kekuatan untuk mencegah dan mengatasi
ancaman/tantangan; c. Strategi mengurangi kelemahan untuk memanfaatkan peluang; d. Strategi mengurangi kelemahan untuk mencegah/mengatasi
ancaman/tantangan.

Universitas Sumatera Utara

22 3. Pendekatan Kuantitatif analisis SWOT
Data SWOT kualitatif Matriks Kearns di atas dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui perhitungan yang telah dimodifikasi dari Analisis SWOT yang dikembangkan Pearce dan Robinson (1988). Pengembangan ini dimaksudkan agar dapat diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya.
Perhitungan yang dimaksud adalah melalui tiga tahap berikut. (1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) poin faktor serta jumlah total
perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap Faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing poin faktor dilakukan secara saling
bebas. Saling bebas mengandung maksud bahwa penilaian terhadap sebuah poin faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengaruhi penilaian terhadap poin faktor yang lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian. Untuk memudahkan penilaian dan penghitungan, dapat digunakan rentang skor 1 hingga 5 atau 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan nilai 5 atau 10 berarti skor yang paling tinggi.
Sementara, menghitung bobot (b) masing-masing poin faktor dilaksanakan secara saling berketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu poin faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan poin faktor lainnya. Dengan demikian, formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (dengan rentang nilainya maksimal sama dengan banyaknya jumlah poin faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah poin faktor. (2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d = S-W) dan faktor O dengan T (e = O-T) ; Perolehan angka (d = x) selanjutnya
Universitas Sumatera Utara

23

menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y)

selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y.

Tabel 3. Skoring dan Pembobotan Faktor Internal

NO. KEKUATAN (STRENGTH) SKOR (a) BOBOT (b) TOTAL (c)

1.

2. dst.

Total Kekuatan

S

NO. KELEMAHAN (WEAKNESS) SKOR

BOBOT

TOTAL

1.

2. dst.

Total Kelemahan

W

Selisih Total Kekuatan – Total Kelemahan = S - W = x

Tabel 4. Skoring dan Pembobotan Faktor Eksternal

NO. PELUANG (OPPORTUNITY) SKOR

BOBOT

1.

2. Dst.

Total Peluang

NO. TANTANGAN (THREAT)

SKOR

BOBOT

1.

2. Dst.

Total Tantangan

Selisih Total Peluang – Total Tantangan = O – T = y

TOTAL
O TOTAL
T

(3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran

SWOT.

Melalui kuadran SWOT, Pearce dan Robinson (1988) memberikan empat

kemungkinan posisi yang ditempati oleh suatu organisasi.

(-,+ )

Opport unit y
O

(+ ,+ )

Ubah W eakness
W ( - ,- )
St r a t e gi Be r t a han

Kuadran III

Kuadran I

Kuadran IV

O
Kuadran II

St r en g t h
S (+ ,-)

Diversifikasi T

Th r eat Gambar 3. Kuadran Analisis SWOT

Universitas Sumatera Utara

24 Keterangan Gambar 3. Kuadran Analisis SWOT Kuadran I : Menandakan organisasi sebagai kuat dan berpeluang. Rekomendasi
strategis yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Kuadran II : Menandakan organisasi sebagai kuat namun menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategis yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat, sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya. Kuadran III : Menandakan organisasi sebagai lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategis yang diberikan adalah ubah strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, ditengarai dengan strategi lama sangat sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. Kuadran IV :Menandakan