: PEMILIHAN DATA (SAMP EL) PENELITIAN TOPIK PEMBAHASAN PEMILIHAN

BAB 6 : PEMILIHAN DATA (SAMP EL) PENELITIAN TOPIK PEMBAHASAN PEMILIHAN

 POPULASI  SAMPEL

DATA (SAMPEL)

 PENELITIAN SAMPEL DAN SENSUS

PENELITIAN

 KRITERIA PEMILIHAN TUJUAN PEMBAHASAN

SAMPEL  PROSEDUR PEMILIHAN

 Mendefinisikan populasi dan

SAMPEL

sampel

 METODE PEMILIHAN

 Menjelaskan alasan penelitian

SAMPEL PROBABILITAS

dengan menggunakan sampel dan  Sampel Random

hubungan antara sampel dengan Sederhana

populasi

 Sampel Sistematis  Menjelaskan tujuan dan tahap-  Sampel Stratifikasi

tahap pemilihan sampel

 Sampel Kluster  Membahas metode pemilihan  Sampel Daerah Multitahap

sampel probabilitas dan

 METODE PEMILIHAN

nonprobabilitas

SAMPEL

 Membahas penentuan ukuran

NONPROBABILITAS

sampel

 Convenience Sampling  Menjelaskan kesalahan pemilihan  Purposive Sampling

sampel dan kesalahan sistematis  Snowball Sampling

(nonsampling)

 PEDOMAN PENENTUAN METODE SAMPLING  PENENTUAN UKURAN SAMPLING  KESALAHAN STATISTIK

 Kesalahan Pemilihan Sampel  Kesalahan Sistematis

POPULASI Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau hal-hal yang menarik untuk diteliti

yang telah dibatasi oleh peneliti itu sendiri. Misalkan sekelompok mahasiswa Indonesia dan sekelompok data mengenai demonstrasi mahasiswa (Zulganef, 2008: 133).

SAMPEL Populasi merupakan keseluruhan obyek yang karakteristiknya hendak kita uji. Adapun

sampel merupakan bagian populasi yang karakteristiknya hendak kita uji. Jika kita meneliti hanya sebagian populasi maka disebut riset sampel, tetapi jika kita meneliti seluruh anggota populasi yang ada maka disebut riset populasi atau sensus (Suliyanto, 2009: 90).

PENELITIAN SAMPEL DAN SENSUS

Alasan Penelitian Sampel

Alasan utama penggunaan sampel adalah (Kuncoro, 2009: 119):

1. Kendala sumber daya Kendala waktu, dana, dan sumber daya lain yang terbatas jumlahnya. Penggunaan sampel akan menghemat sumber daya untuk menghasilkan penelitian yang lebih dapat dipercaya daripada sensus.

2. Ketepatan Melalui pemilihan desain sampel yang baik, peneliti akan memperoleh data yang akurat, dengan tingkat kesalahan yang relatif rendah.

3. Pengukuran Destruktif Kadang-kadang pengukuran yang dilakukan merupakan pengukuran destruktif. Sebagai contoh, apabila perusahaan kita memproduksi ban dan kita harus menguji seberapa kemampuan tiap ban dalam menyimpan udara dengan meniup setiap ban sampai meletus, maka kita tidak memiliki lagi ban yang dijual ke pasar.

Alasan Sensus

Peneliti, meskipun demikian, sebaiknya mempertimbangkan untuk menginvestigasi seluruh elemen populasi, jika elemen-elemen populasi relatif sedikit dan variabilitas setiap elemen relatif tinggi (heterogen). Sensus juga lebih layak dilakukan jika penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik setiap elemen dari suatu populasi, misal: penelitian jumlah dan kondisi sosial ekonomi penduduk yang tidak dapat dilakukan dengan meneliti sampel (Indriantoro dan Supomo, 2002: 116).

Hubungan Sampel dan Populasi

Berdasarkan sebagian dari elemen populasi yang dikumpulkan dan dianalisis, hasilnya diharapkan dapat menjelaskan karakteristik seluruh elemen populasi. Analisis data sampel secara kuantitatif menghasilkan statistik sampel (sample statistics) yang digunakan untuk mengestimasi parameter populasinya (population parameters). Statistik sampel digunakan untuk membuat inferensi mengenai parameter populasinya. Deskripsi sampel dan populasinya secara kuantitatif berupa statistik atau parameter yang umumnya mengukur tendensi sentral (rata-rata, median, modus) dan dispersi (deviasi standar dan varian) (Indriantoro dan Supomo, 2002: 117).

KRITERIA PEMILIHAN S AMPEL Sampel yang baik yang memenuhi dua buah kriteria sebagai berikut ini (Hartono, 2014:

1. Akurat Sampel yang akurat adalah sampel yang tidak bias. Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan akurasi dari sampel sebagai berikut ini.

a. Pemilihan sampel berdasarkan proksi yang tepat Misalnya akan dibuat dua buah grup, yaitu grup pertama adalah grup yang berisi perusahaan-perusahaan yang mengalami financial distress dan grup kedua berisi dengan perusahaan-perusahaan yang tidak mengalaminya. Leverage dipilih sebagai proxy untuk financial distress. Jika leverage tidak dapat membedakan perusahaan distress dan perusahaan yang tidak distress, maka proksi tersebut adalah tidak akurat.

b. Menghindari bias di seleksi sampel Pemilihan sampel yang bias akan membuat sampel tidak akurat. Misalnya menggunakan sampel tidak hanya pada perusahaan-perusahaan besar yang tercatat di NYSE saja, tetapi juga menggunakan perusahaan-perusahaan kecil yang tercatat di NASDAQ untuk menghindari bias tersebut.

c. Menghindari bias hanya di perusahaan-perusahaan yang bertahan Pemilihan sampel yang bias yang berisi dengan perusahaan-perusahaan yang bertahan (supervivorship bias) akan membuat sampel tidak akurat.

2. Presisi Sampel yang mempunyai presisi yang tinggi adalah yang mempunyai kesalahan pengambilan sampel yang rendah. Kesalahan pengambilan sampel adalah seberapa jauh sampel berbeda dari yang dijelaskan oleh populasinya. Presisi diukur dengan standard error of estimate.

PROSEDUR PEMILIHAN SAMPEL Untuk mendapatkan sampel yang baik, diperlukan langkah-langkah yang sistematis.

Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut (Suliyanto, 2009: 95):

1. Identifikasi populasi target Dalam pemilihan populasi, target harus sesuai dengan tujuan riset. Pemilihan populasi target tampaknya merupakan pekerjaan yang relatif mudah. Namun, jika terjadi kesalahan dalam penentuan populasi target maka akan berakibat sangat fatal dalam riset karena hasil yang diperoleh menjadi tidak bermanfaat atau tidak sesuai dengan tujuan riset.

2. Memilih kerangka sampel Kerangka sampel merupakan daftar yang berisi elemen-elemen yang ada dalam populasi. Setiap satuan dalam kerangka sampel diberi nomor urut, dan banyaknya angka dalam nomor-nomor tersebut sama dengan nomor untuk setiap satuan sampling.

3. Menentukan metode pemilihan sampel Metode pemilihan sampel pada dasarnya merupakan cara yang digunakan dalam mengambil sampel, apakah dengan pendekatan probabilitas atau dengan pendekatan nonprobabilitas.

4. Merencanakan prosedur pemilihan unit sampel

Prosedur pemilihan unit sampel merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menentukan anggota populasi yang nantinya dijadikan sampel.

5. Menentukan ukuran sampel Menentukan ukuran sampel adalah menentukan besarnya sampel yang harus diambil agar dapat menggambarkan populasi yang sebenarnya.

6. Menentukan unit sampel Menentukan unit sampel merupakan langkah untuk menentukan siapa saja dari anggota populasi yang harus dijadikan sampel.

Gambar 6.1. Prosedur pemilihan sampel

Identifikasi Populasi target

Memilih Kerangka Sampel

Menentukan Metode Pemilihan Sampel

Merencanakan Prosedur Pemilihan Unit Sampel

Menentukan Ukuran Sampel

Menentukan Unit Sampel

Pelaksanaan Kerja Lapangan

METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILITAS Sampel probabilitas mengandung arti bahwa setiap sampel dipilih berdasarkan

prosedur seleksi dan memiliki peluang yang sama untuk dipilih. Berikut akan diuraikan masing-masing desain sampel probabilitas (Kuncoro, 2009: 127).

1. Sampel Random Sederhana (Simple Random Sampling) Pemilihan sampel random sederhana adalah desain pemilihan sampel yang paling sederhana dan mudah. Setiap elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama 1. Sampel Random Sederhana (Simple Random Sampling) Pemilihan sampel random sederhana adalah desain pemilihan sampel yang paling sederhana dan mudah. Setiap elemen populasi mempunyai kesempatan yang sama

a. Tentukan populasi penelitian dan dapatkan unit pemilihan sampel

b. Tentukan besar sampel yang dikehendaki

c. Ambil sampel secara acak dari unit pemilihan sampel

d. Ulangi proses c sampai dengan jumlah sampel sama dengan besar sampel yang dikehendaki

2. Sampel Sistematis (Systematic Sampling) Pemilihan sampel sistematis merupakan cara pemilihan yang hampir sama dengan pemilihan random sederhana. Cara ini dilakukan dengan menyeleksi sampel dari populasi sejak awal dan mengikuti pemilihan sampel berdasarkan urutan elemen. Dalam pemilihan sistematis, seluruh elemen yang ada pada unit pemilihan sampel diberi nomor urut mulai dari Nomor 1. Kalau N adalah jumlah populasi sedangkan n adalah jumlah sampel, maka peneliti akan memilih setiap elemen yang berbeda nomor

b untuk sampel, dimana b=N/n dan dimulai dari nomor 1 sampai dengan b. Sampel pertama ditentukan secara random; kemudian sampel berikutnya berturut-turut setiap nomor dengan interval 4.

3. Sampel Stratifikasi (Stratified Sampling) Peneliti membagi populasi menjadi beberapa kelompok dan secara random memilih subsampel dari setiap kelompok. Sehubungan dengan proporsi jumlah sampel yang diambil dengan jumlah elemen pada setiap unit sampel, pemilihan random stratifikasi ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu proporsional dan nonproporsional. Dalam pemilihan sampel random stratifikasi proporsional, banyaknya sampel akan proporsional dengan jumlah elemen setiap unit pemilihan sampel. Sedangkan dalam pemilihan sampel random stratifikasi nonproporsional, banyaknya sampel tidak proporsional dengan jumlah elemen setiap unit pemilihan sampel karena beberapa pertimbangan khusus yaitu alokasi optimal dan sampel tak sepadan.

4. Sampel Kluster (Cluster Sampling) Kelompok yang mempunyai sifat heterogen diidentifikasi lebih dahulu lalu dipilih secara random. Semua elemen dari hasil random tersebut diteliti.

5. Sampel Daerah Multitahap (Multistage Area Sampling) Merupakan prosedur pengambilan sampel yang melibatkan penggunaan kombinasi teknik sampel probabilitas. Sebagai contoh, apabila kita ingin melakukan survei nasional mengenai rata-rata tabungan bank per bulan, metode sampel kluster dapat 5. Sampel Daerah Multitahap (Multistage Area Sampling) Merupakan prosedur pengambilan sampel yang melibatkan penggunaan kombinasi teknik sampel probabilitas. Sebagai contoh, apabila kita ingin melakukan survei nasional mengenai rata-rata tabungan bank per bulan, metode sampel kluster dapat

METODE PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILITAS Metode pengambilan sampel secara non probabilitas atau pemilihan nonrandom dapat

berupa convience sampling dan purposive sampling (Hartono, 2014: 98).

1. Convenience Sampling Pengambilan sampel secara nyaman dilakukan dengan memilih sampel bebas sekehendak perisetnya.

2. Purposive Sampling Pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgment) tertentu atau jatah (quota) tertentu. Judgment sampling adalah purposive sampling dengan kriteria berupa suatu pertimbangan tertentu. Misal kriterianya adalah perusahaan-perusahaan yang sudah public. Quota sampling berdalih bahwa sampel harus mempunyai karakteristik yang dimiliki oleh populasinya. Misalnya populasi terdiri dari 70% perusahaan kecil dan 30% perusahaan besar maka sampel juga harus mempunyai kriteria sesuai dengan kriteria tersebut.

3. Snowball Sampling Pengambilan sampel secara bola salju dilakukan dengan mengumpulkan sampel dari responden yang berasal dari referensi suatu jaringan, misalnya lewat newsgroup di internet.

PEDOMAN PENENTUAN METODE SAMPLING Pertimbangan menggunakan desain sampel meliputi biaya, akurasi, waktu, penerimaan

hasil, dan kemampuan generalisasi. Para peneliti dan manajer perlu memberikan perhatian pada kelima jenis pertimbangan ini karena menentukan biaya total dan kualitas hasil penelitian.

Pertimbangan memilih sampel probabilitas atau nonprobabilitas tergantung dari apakah masalah keterwakilan sampel merupakan aspek penting yang dipertimbangkan atau tidak (Kuncoro, 2009: 126).

Gambar 6.2. Skema Pedoman Penentuan Metode Pemilihan Sampel

Apakah keterwakilan sampel merupakan hal penting

dalam penelitian? Ya

Tidak

Pilih Salah

Pilih Salah Satu

Satu Desain

Desain Sampel

Menyama Menilai Mendapatkan ratakan

Mengumpul Mengumpulkan Mendapatkan

Parameter

informasi dari sub

kan

informasi dari

secara cepat

yang relevan

informasi

meskipun

Pilih kumpulan

sub kumpulan

informasinya

dan tersedia

dari area

Sampel populasi

sampel

tidak dapat

dari sumber-

yang khusus

sumber Sederhana

Random yang

dipercaya

berbeda tertentu

Perlu Sampel

Pilih Apakah

Respons Sistema

khusus tis

Subkelompok

Sederhana masi

dari Mempunyai

Harus

dari

kelompok Jumlah

para

Pilih kecil Elemen yang

"ahli"

Sampel Sama? Kluster

Pilih Pilih Judgment Sampel

Ya

Sampling Kuota Pilih Sampel

Tidak

Pilih Sampel

Non Proporsional

PENENTUAN UKURAN SAMPLING Formula menghitung sampel sebagai berikut (Kuncoro, 2009: 125):

Di mana, n = jumlah sampel; Z = nilai yang sudah distandardisasi sesuai derajat keyakinan; S deviasi standar sampel atau estimasi deviasi standar populasi; E = tingkat kesalahan yang ditoleransi, plus minus faktor kesalahan (rentangnya antara setengah dari total derajat keyakinan).

KESALAHAN STATISTIK Jika data sampel yang diteliti menghasilkan nilai statistik yang tidak sesuai dengan nilai

parameter populasinya secara akurat dan presisi, berarti ada kesalahan statistik (satistical error). Ada dua faktor yang menyebabkan kesalahan statistik, yaitu (Indriantoro dan Supomo, 2002: 135):

1. Kesalahan Pemilihan Sampel (Sampling Error) Kesalahan dalam pemilihan sampel dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan pada setiap prosedur dalam pemilihan sampel, antara lain:

a. Kesalahan kerangka sampel (sampling frame error) Disebabkan oleh adanya perbedaan antara elemen-elemen dalam kerangka sampel dengan elemen-elemen populasi target.

b. Kesalahan unit sampel (unit sampling error) Tingkat heterogenitas elemen-elemen populasi dapat menyebabkan timbulnya kesalahan dalam unit sampel yang ditentukan berdasarkan strata atau kelompok tertentu.

c. Kesalahan pemilihan sampel secara acak (random sampling error) Terjadi karena kemungkinan adanya variasi dalam pemilihan subyek sampel secara acak.

2. Kesalahan Sistematis Kesalahan sistematis merupakan kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar proses pemilihan sampel. Ada dua faktor yang mempengaruhi kesalahan sistematis, yaitu:

a. Kesalahan responden (respondent error) Kesalahan responden terdiri atas dua jenis kesalahan sebagai berikut:

 Nonresponse bias (error), adalah kesalahan yang timbul karena subyek sampel yang tidak memberikan respon ternyata lebih representatif

daripada sampel yang memberikan tanggapan.  Response bias (error), merupakan kesalahan yang timbul karena

jawaban reponden yang tidak benar.

b. Kesalahan administratif (administrative error) Merupakan kesalahan yang disebabkan oleh kelemahan administrasi atau pelaksanaan pekerjaan penelitian. Ada tipe-tipe kesalahan administratif, yaitu:

 Kesalahan pemrosesan data (data processing error), kemungkinan terjadi karena kesalahan dalam proses prosedural atau aritmatik melalui komputer.

 Kesalahan pewawancara (interviewer error), adalah tipe kesalahan

administratif yang disebabkan oleh keteledoran pewawancara.  Kecurangan pewawancara (interviewer cheating), kecurangan

pewawancara yang dengan sengaja melompati butir pertanyaan mengenai topik yang sensitif agar wawancara cepat selesai.