PATUNG HALAL
PATUNG HALAL
Setelah rampung menjelaskan persoalan kyai sekarang, beliau menceritakan pengalamannya ketika berceramah di daerah dekat dengan Borobudur. Disitu banyak sekali pemahat yang yang membuat patung. “Saya bilang kepada mereka, anda ini adalah orang hebat, karena anda ini keturunan orang yang membuat Borobudur. Borobudur sudah dibangun ratusan tahun yang lalu, tapi anda masih melanjutkan membuat patung-patung. Maka saya katakan bahwa membuat patung itu halal, asalkan niatnya benar. Niat bagaimana? Jadi niat untuk memberikan nasihat. Memberikan nasihat itu kan bukan hanya dengan lisan, kalau seorang penyair dia memberikan nasihatnya lewat syairnya, pelukis memberikan nasihatnya melalui lukisannya, orang
yang bisa membuat lagu seperti mas Sabarang akan memberikan nasihatnya melalui
H lagunya, sastrawan menasihati melalu karya sastranya, kalau bisa memahat maka
1 sampaikan nasihat dengan cara memahat. Silahkan memahat Semar, memberi tahu
ir pada dunia untuk mencontoh semar, berarti tidak haram bukan. Bahkan kalau perlu
l Akh silahkan memahat patung anjing untuk mengingatkan orang lain untuk berkaca, kita
iu sama anjing lebih baik mana. Karena sekarang orang terkadang kalah dengan anjing,
ab R
lebih baik anjing. Jadi jangan gampang-gampang menghukumi patung anjing itu haram. 5
1 Anjing itu kalau dikasih kebaikan dengan dikasih makan atau diopeni, anjing itu
0 1 berterimakasih dan setia kemudian menjaga tuannya dari bahaya. Anjing itu tau
2 berterimakasih, membalas kebaikan dengan lebih baik. Tapi sekarang banyak manusia
ari ru
yang dikasih kebaikan oleh Tuhan tapi malah menggigit. Jadi perlu supaya nasihat itu disampaikan melalui apa yang kita bisa. Kalau dulu patung termasuk berhala, sekarang
5 Feb sudah bertransformasi menjadi benda yang tidak kelihatan, misal jabatan.” 0 –
an ***
et
g W Kemudian penjelasan Kyai Muzamil ini dijeda dengan penampilan musik dari jamaah dan
an
b mas Sabrang menyanyikan lagu Sebelum Cahaya atas permintaan para jamaah.
mas Sabrang untuk tidak kapok datang ke Bangbang Wetan. Mas Sabrang menanggapi mas Amin, “Sebenarnya tidak masalah. Dulu sekitar empat tahun yang lalu saya pernah membuat diskusi bersama dengan anak-anak muda, yang namanya Diskusi Martabat yang konsepnya saya berceramah. Saya membawa tema yang kemudian saya bercerita dan memaparkan sebuah konsep, ternyata hanya bertahan selama 11 bulan. Saya tidak kuat, saya sakit-sakitan waktu itu. Disana hanya berceramah dan bukan berdiskusi, kemudian saya hentikan kegiatan itu. Dan berlanjut dengan sebuah grup diskusi (FGD) yang berjalan hanya dengan 5-6 orang saja dan kita diskusi intens disitu. Setelah dua setengah tahun FGD, Diskusi Martabat kembali dibuka lagi tiga bulan yang lalu. Dengan konsep kita duduk melingkar tanpa mikrofon agar diskusinya lebih merapat, dan temponya lebih cepat. Kalau jenengan khawatir saya kesal banyak dikasih pertanyaan, ora usah khawatir, wes biasa. Iki ora enake dadi anake Cak Nun ngunu kuwi. Kalau saya ora gelem, nanti dimarahi bapak saya. ‘Tetep surgomu kuwi aku bapake’. Pokoke saya diomong gitu jawaban saya Nggih-nggih mawon. Arep ngomong tak pecat dadi bapak yo ora iso tho. Wong ini sudah nasib, nasibnya nasab, ora iso diapak-apake. Jadi sudah biasa sampai dua hari dua malam itu pernah sampai diiloke mertua saya. Karena waktu itu saya berdiskusi berdua saja dengan Agus kriwil anak Semarang yang sekarang di Ungaran. Waktu itu kita berdiskusi menggali tentang bagaimana tauhid bisa turun di Mesir Kuno, dengan relief baca dan seterusnya. Dengan melihat tanda-tanda itu sehingga kita bisa tahu kenapa Hameng Kubuwono seperti itu fotonya, kenapa dengan ada buahnya, kenapa api lilin sebelah kanan kiri dan seterusnya kita belajar itu. Dua hari dua malam kebetulan pas ada mertua saya, beliau Tanya kepada istri saya.
Kae bojomu nyambut gawe opo tho? Dino-dino ngobral ngobrol, adus yo gak, turu yo ora.
H Kopa kopi, mandhege mung ngoyo karo ngising, mangan dilut terus diteruske.
1 Sampe saya itu sungkan sendiri sama mertua saya. Jadi kalau urusan ketahanan itu
ir santai wae, lanjut-lanjut wae. Aku menyiapkan diriku untuk takdir yang mengerikan.” mas
l Akh Sabrang menanggap mas Amin dengan bercanda dengan keluwesannya yang membuat
iu
ab para jamaah merasa nyaman dan tertawa.