Strategi Pengembangan Wilayah Landasan Teori
Kota membentuk sistem perkotaan di dalam wilayah, dengan menempatkanfungsi
kota sesuai
dengan potensikapasitas
pengembangannya, misalnyadengan membentuk hirarki kota. Gambar 2.2
Diagram Sistem Perkotaan
Sumber: Tarigan, 2007
Keterangan gambar: Lingkaran besar di tengah 1 buah merupakan kotapertama, yang berhirarki paling tinggi. Kemudian lingkaran sedang di luar 6 buah adalah
kota berhirarki dibawah kota pertama. Lingkaran kecil diantara lingkaran paling besar dan sedang merupakan kota yang mendapat pengaruh dari kota pertama dan
kedua.
Kota membentuk jaringan pelayanan sosial ekonomi di dalam wilayah, dengan menempatkan fungsi kota sebagai pusat pengembangan dan
pelayanan penduduk. 2. Kota berdasarkan fungsinya dalam pengembangan wilayah.
Pusat Kegiatan Nasional PKN, karena memiliki ruang lingkup pelayanan dan pengembangan nasional. Contoh: Jakarta, Surabaya, Manado, Medan.
Pusat Kegiatan Wilayah PKW, karena memiliki ruang lingkup pelayanan dan pengembangan skala wilayah propinsi dan atau kabupaten seperti
ibukota propinsi, ibukota kabupaten, dll. Contoh: Ungaran. Pusat Kegiatan Lokal PKL, karena memiliki ruang lingkup pelayanan
danpengembangan skala lokal seperti ibukota kecamatan, dll. Contoh: Ambarawa, Suruh, dan Tengaran.
3. Jenis fungsi pelayanan kota. Pelayanan Pengumpul Hasil Pertanian: Sebagai pengumpul hasil produk
pertanian dari wilayah pengembangannya. Kawasan Konsumen: Sebagai lokasi konsumen bagi hasil produk
pertanian dan industri. Pelayanan Sosial: Sebagai penyedia pelayanan sosial, seperti
pemerintahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dll. Pelayanan Ekonomi: Sebagai penyedia pelayanan ekonomi, seperti
pertokoan, penyedia konsumen, dll. Penyedia Lapangan Pekerjaan: Sebagai penyedia berbagai lapangan
pekerjaan yang heterogen. Menurut Richardson 2001, dalam teori tempat pusat dinyatakan bahwa
fungsi pokok suatu pusat kota adalah sebagai pusat pelayanan, penyuplai barang- barang dan jasa sentral seperti jasa eceran, perdagangan, perbankan dan
profesional, fasilitas pendidikan, hiburan, kebudayaan dan jasa-jasa pemerintahan. Selanjutnya menurut Jayadinata 1999, dalam kegiatan sosial ekonomi terdapat
suatu istilah, yaitu ambang
threshold
, yang berarti jumlah minimal penduduk