THE EFFECT OF SHADE INTENSITY AND LEAF FERTILIZER CONCENTRATION ON THE GROWTH AND YIELD OF PORANG

C. Luas daun

Daun menjadi daerah pembagian asimilat, sehingga dimanfaatkan untuk mendukung pertumbuhan, khususnya peningkatan luas daun. Pertumbuhan tanaman berhubungan langsung dengan rerata luas daun. Peningkatan hasil variabel luas daun akan meningkatkan pula hasil yang diperoleh (Ohno 1976).

Luas daun merupakan salah satu variabel pengamatan yang penting untuk diketahui, karena luas daun menandakan bahwa tanaman mengalami pertumbuhan. Selain itu, peningkatan luas daun mempermudah dalam menganalisis pertumbuhan karena berhubungan erat dengan penentuan indeks luas daun dan laju asimilasi bersih tanaman.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa intensitas naungan berpengaruh nyata, sedangkan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata dan tidak terdapat interaksi antara intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap luas daun porang (Lampiran 5; Tabel 15). Hasil rata-rata luas daun akibat intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun disajikan pada Tabel 4.

commit to user

rata luas daun tanaman porang pada umur 12 MST

Tingkat naungan (N)

Pupuk daun (mS)

Rerata (cm 2 0 ) 1 2,5 3,5 75% 65% 25%

2221,41 a 1760,71 a

962,16 b

Rerata (cm 2 )

1372,40 p 1605,70 p 2024,75 p 1589,52 p (-) Keterangan:

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5% (-) = Tidak terdapat interaksi

Intensitas naungan 75%, 65%, dan 25% berbeda nyata terhadap luas daun. Pada kontrol atau tanpa pupuk tidak berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman, konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman. Tidak terdapat interaksi antara intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun.

Berdasarkan Tabel 4, hasil rata-rata tertinggi luas daun ditunjukkan pada intensitas naungan 75% sebesar 2221,4 cm 2 , sedangkan hasil rata-rata luas daun intensitas naungan 65% sebesar 1760,71cm 2 . Rata-rata luas daun terendah ditunjukkan pada intensitas naungan 25% sebesar 962,14 cm 2 . Hal ini disebabkan

intensitas cahaya yang tinggi pada naungan 25% cenderung menunjukkan peningkatan laju fotosintesis mengakibatkan cadangan makanan dihabiskan lebih cepat daripada yang disimpan. Intensitas cahaya yang diterima mempengaruhi proses membuka dan menutupnya stomata. Terganggunya mekanisme membuka dan menutupnya stomata berdampak pada peningkatan laju respirasi yang memiliki kecenderungan menurunkan kualitas hasil fotosintesis. Intensitas naungan 75% menunjukkan hasil rata-rata tertinggi, sebab dipengaruhi jumlah daun. Semakin banyak jumlah daun, semakin banyak hasil asimilasi yang diproduksi, selanjutnya dibagikan pada organ-organ tanaman, seperti akar dan daun, sehingga mendukung pertambahan luas daun porang. Produktivitas tanaman meningkat seiring dengan meningkatnya luas daun, karena lebih banyak cahaya yang ditangkap. Luas daun yang tertinggi adalah tanaman yang berada pada

commit to user

dibagikan pada akar dan daun. Daun yang menjadi daerah pembagian asimilat dimanfaatkan untuk membantu pertumbuhan, sehingga luas daun tanaman meningkat.

Chabot dan Hicks (1992) memperkuat dugaan, dengan menyatakan bahwa pada intensitas cahaya rendah menyebabkan ukuran daun menjadi lebih kecil, tipis, jumlah daun lebih banyak dengan stomata lebih besar, sedangkan pada intensitas cahaya yang tinggi, jumlah daun lebih sedikit dengan stomata lebih kecil dan tekstur daun lebih keras dan tebal.

Peningkatan luas daun, pada dasarnya suatu bentuk kemampuan adaptasi tanaman dalam mengatasi cekaman naungan. Peningkatan luas daun merupakan upaya tanaman porang dalam mengefisienkan penangkapan energi cahaya yang digunakan untuk fotosintesis secara normal pada kondisi intensitas cahaya terlalu tinggi atau rendah sekalipun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widiastuti 2004 bahwa intensitas cahaya tinggi pada naungan 25% menghasilkan daun lebih tebal dengan tekstur keras, lapisan epidermis dan ruang antar sel lebih sempit, sebaliknya tanaman yang menerima intensitas cahaya rendah menghasilkan daun lebih luas dan lebih kompak lapisan kutikula dengan dinding sel lebih tipis dan tekstur daun lebih halus.

Luas daun berbanding positif dengan jumlah daun sehingga besarnya luas daun dipengaruhi oleh jumlah daun tiap tanaman. Hasil pengamatan secara visual di lapang, diketahui bahwa naungan 75% memiliki luas daun lebih besar dibanding luas daun 65% dan 25%. Semakin besar persentase intensitas naungan, semakin besar luas daun sebagai bentuk mekanisme adaptasi tanaman porang terhadap cekaman naungan.

Tabel 4 menunjukkan luas daun tanpa pemberian pupuk daun memiliki hasil rata-rata terendah sebesar 1372,40 cm 2 . Pada konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman menghasilkan rata-rata luas daun sebesar 1605,70 cm 2 , sedangkan

hasil rata-rata tertinggi ditunjukkan pada konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman

sebesar 2024,75 cm 2 . Konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman memiliki hasil rata-rata sebesar 1589,52 cm 2 . Hal ini dipengaruhi konsentrasi dan kepekatan

commit to user

tanaman porang. Konsentrasi pupuk daun yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah menyebabkan kondisi jenuh tanaman. Pada perkembangan awal vegetatif pupuk daun dengan konsentrasi tinggi berpengaruh terhadap pertambahan luas daun. Golsworthy dan Fisher (1996) menambahkan bahwa tanaman yang mengalami cekaman (jenuh) disebabkan kepekatan sedang sampai berat seringkali akan mengurangi luas daun melalui penggulungan daun, penghilangan atau bahkan kerusakan daun, pengurangan ukuran daun baru yang dihasilkan. Selama mengalami kondisi jenuh, penurunan luas daun dimaksudkan untuk mengurangi transpirasi berlebih oleh pupuk daun sehingga tidak cepat menguap, tetapi di sisi lain merugikan karena proses fotosintesis kurang optimal.

Penurunan luas daun bersifat merugikan, karena proses penyerapan cahaya matahari secara kualitatif kurang optimal. Konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman menunjukkan semakin efisien konsentrasi pupuk daun, kepekatan larutan sesuai dan berpengaruh positif terhadap pembentukan daun pada tanaman.

Hasil rata-rata terendah ditunjukkan pada tanaman tanpa pupuk daun dengan luas daun 674,38 cm 2 . Hal ini disebabkan tidak adanya tambahan unsur hara yang

diterima melalui pupuk daun. Kebutuhan hara tanaman tidak terpenuhi, menyebabkan laju pertumbuhan terhambat. Jika hal ini dibiarkan, dikhawatirkan terjadi defisiensi hara tanaman yang berpengaruh langsung terhadap fisiologis porang.

Dasar pertimbangan yang dipakai dalam konsentrasi pupuk daun terutama adalah sifat unsur, apabila berada pada kondisi aerob atau oksidatif akan teroksidasi menjadi nitrat berupa anion bermuatan negatif. Apabila bermuatan negatif, anion tersebut tidak dapat tinggal lama pada daun (Riyo 2008).

commit to user

Proses fotosintesis melibatkan metabolisme dalam tanaman untuk membentuk karbohidrat yang menggunakan karbondioksida (CO 2 ) dari udara dan

air dari dalam tanah dengan bantuan sinar matahari dan klorofil. Fotosintesis berlangsung dalam kloroplas yang berisi klorofil (Schiefelbein and Benfey 1991). Klorofil berfungsi sebagai penangkap energi matahari. Tujuan utama mengetahui kandungan klorofil pada tanaman porang adalah memperoleh hasil reaksi sintesis molekul klorofil maksimal pada tanaman tersebut.

Sinar matahari dan klorofil melakukan proses pengadaan energi yang digunakan untuk sintesa makromolekuler di dalam sel, misalnya karbohidrat dengan mereduksi karbondioksida, proses ini berlangsung di dalam sel. Hasil reaksi samping yang terjadi berupa molekul oksigen dan merupakan sumber oksigen di udara.

Kandungan klorofil dipengaruhi dua faktor mendasar yakni, faktor dalam (genetik) dan faktor luar (lingkungan). Faktor luar terbagi menjadi cahaya, temperatur, curah hujan. Faktor genetik tanaman meliputi sifat karakter spesies tanaman mendasari kandungan klorofil masing-masing tanaman, dan semuanya berbeda sesuai sifat tanaman. Perbedaan gen cukup mempengaruhi, misalnya perbedaan morfologi, penyimpanan biokimia, sehingga dapat dipastikan menyebabkan perubahan yakni tinggi atau rendahnya jumlah kandungan klorofil dan tipe dari konstituen kimia yang dihasilkan (Jumin 1989).

Berdasarkan hasil analisis ragam, intensitas naungan berpengaruh nyata sedangkan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata, dan tidak terdapat interaksi antara intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap kandungan klorofil (Lampiran 5, Tabel 17).

Berdasarkan hasil analisis lanjut, intensitas naungan 75%, intensitas naungan 65%, dan intensitas naungan 25% berbeda nyata. Naungan 75% berbeda nyata dengan naungan 65% dan 25%. Tanpa penggunaan pupuk, konsentrasi pupuk daun lengkap 1 mS/tanaman, 2,5 mS/tanaman dan 3,5 mS/tanaman menunjukkan tidak berbeda nyata.

commit to user

rata kandungan klorofil tanaman porang pada umur 6-15 MST

Tingkat naungan (N)

Pupuk daun (mS)

34,56 a 48,42 b 44,21 c

Rerata 43,78 p 42,64 p 42,06 p 42,20 p (-) Keterangan:

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5% (-) = Tidak terdapat interaksi

Pada Tabel 5, rata-rata kandungan klorofil tertinggi dihasilkan pada intensitas naungan 65% yaitu sebesar 48,42, sedangkan intensitas naungan 25% memiliki rata-rata sebesar 44,21, dan intensitas naungan 75% memiliki rata-rata terendah sebesar 34,56. Tingginya hasil rata-rata kandungan klorofil pada intensitas naungan 65%, berkaitan dengan proses reaksi sintesis molekul klorofil yang optimal dengan diimbangi kualitas cahaya, lama penyinaran dan fluktuasi penutupan awan yang sesuai. Dasar tersebut berpengaruh terhadap proses evapotranspirasi tanaman, sehingga dihasilkan fotosintesis optimal.

Intensitas cahaya tinggi pada naungan 25 % atau rendah pada naungan 75% akan menghambat laju fotosintesis, menurunkan aliran hasil fotosintesis, sehingga tidak sampai ke perakaran. Pada intensitas naungan 25% memiliki hasil rata-rata terendah disebabkan terjadi proses fotooksidasi, dilanjutkan koagulasi protein rendah sehingga keseimbangan metabolit terganggu.

Kondisi pada intensitas cahaya rendah pada naungan 75%, intensitas cahaya terlalu rendah menghambat perkembangan klorofil, sehingga menurunkan aliran hasil fotosintesis. Intensitas naungan 75% kurang mendukung reaksi sintesis molekul klorofil pada tanaman porang. Kondisi cekaman naungan, terlalu tinggi atau terlalu rendah intensitas naungan, mengakibatkan kecenderungan terjadinya klorosis tanaman, kemudian mati jika menerima cahaya langsung serta terjadi penghambatan fotosintesis yang diikuti penguraian pigmen kloroplas. Pada dasarnya pigmen yang dihasilkan pada daun merupakan bentuk adaptasi daun agar dapat menyerap cahaya lebih efektif (Lakitan 1993). Daun pada intensitas

commit to user

dan mungkin lebih sedikit pula protein pengangkut elektron pada tilakoid. Secara otomatis pigmen yang dihasilkan sedikit dan penyerapan cahaya kurang efektif.

Sinar matahari yang ditangkap klorofil meningkatkan energi elektron- elektron yang dihasilkan dari oksidasi air dalam proses fotosintesis. Elektron yang telah mempunyai tingkat energi tinggi yakni pada intensitas naungan 25%, setelah kembali ke tingkat energi semula akan menghasilkan energi kembali. Energi yang dihasilkan tersebut digunakan untuk keperluan biologis atau dapat dimanfaatkan dalam sintesa makromolekul dalam sel.

Hasil rata-rata tertinggi ditunjukkan pada tanaman tanpa pemberian pupuk, hal ini berhubungan dengan status hara tanaman yang telah memiliki kecukupan unsur hara yang diperoleh dari tanah maupun udara, sehingga pemberian pupuk daun tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan sel tanaman yang terdiri atas dinding sel dan kloroplas. Afandie (2002) menyatakan, kecepatan penyerapan unsur hara dipengaruhi status hara dalam tanaman. Bila kadar hara dalam tanaman rendah maka penyerapan unsur hara lewat daun lebih cepat, namun sebaliknya jika status hara tanaman tercukupi tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

Kandungan klorofil pada kontrol (0 mS/tanaman) dan konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman tidak menunjukkan hasil berbeda. Hal ini menunjukkan unsur hara dalam tanah telah mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga tidak diperlukan penambahan pupuk daun.

commit to user

Gambar 2. Kandungan klorofil tanaman porang pada umur 6-15 MST Kandungan klorofil tanaman porang diukur pada saat tanaman telah

memiliki daun dengan bukaan sempurna yaitu pada umur 6 Minggu Setelah Tanam (MST). Pengukuran dilakukan tiap minggu dengan menggunakan klorofilmeter. Kandungan klorofil tanaman porang mulai 6 MST sampai dengan

15 MST disajikan dalam Gambar 2.

E. Berat Umbi

Tjasyono (2004) menyatakan bahwa hasil fotosintesis pada tanaman berhijau daun, menjadi penentu dalam pertumbuhan dan produksi tanaman. Selain meningkatkan laju fotosintesis, peningkatan cahaya matahari mampu mempercepat pembungaan dan pembuahan.

Pengamatan berat umbi bertujuan mengetahui kandungan sintesis oksalat pada umbi, sehingga mempermudah identifikasi pertumbuhan porang yang kurang optimal. Syarat utama tanaman porang telah tumbuh optimal ditunjukkan dengan morfologi tanaman porang yang lebih besar sehingga kandungan asam oksalat dalam umbi tinggi, sehingga proses metabolisme seperti pengaturan keseimbangan muatan elektrolit dan aktivitas enzim yang membutuhkan unsur esensial dapat berlangsung optimal.

Berdasarkan hasil analisis ragam intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun berpengaruh nyata terhadap berat umbi. Tidak terdapat interaksi antara

commit to user

Tabel 20). Tabel 6. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-

rata berat umbi porang (gram)

Tingkat naungan (N)

Pupuk daun (mS)

0 Rerata(g) 1 2,5 3,5 75%

330,00 a 470,92 b 516,92 b

Rerata (g)

454,11 p 337,22 q 490,00 p

475,78 p (-) Keterangan:

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5% (-) = Tidak terdapat interaksi

Berdasarkan hasil analisis lanjutan, intensitas naungan 75% tidak berbeda nyata dengan intensitas naungan 65%. Intensitas naungan 75% dan intensitas naungan 65% berbeda nyata dengan naungan 25% terhadap berat umbi. Tanpa penggunaan pupuk tidak berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman. Namun tanpa pupuk daun, konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman berbeda nyata dengan konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman.

Berdasarkan Tabel 6, hasil rata-rata tertinggi intensitas naungan ditunjukkan pada intensitas naungan 25% sebesar 516,92 gram, sedangkan intensitas naungan 65% diperoleh hasil rata-rata sebesar 470,92. Untuk hasil rata-rata terendah terdapat pada intensitas naungan 75% sebesar 330,00 gram.

Berat umbi awal sebelum tanam memiliki berat seragam dengan rata-rata 150 gram, dan terjadi kenaikan berat umbi saat panen. Hal ini dipengaruhi faktor lingkungan khususnya cahaya yang berpengaruh langsung terhadap hasil fotosintesis. Hasil rata-rata tertinggi berat umbi ditunjukkan pada intensitas naungan 25% sebesar 516,92 gram, hal ini menunjukkan berat umbi mengalami pertambahan, dan intensitas naungan 25% mendukung pertumbuhan maupun hasil tanaman porang.

commit to user

pula hasil produksi tanaman dalam bentuk umbi yang diperoleh. Peningkatan hasil produksi berupa umbi merupakan resultan dari fotosintesis. Wijayanto dan Emma (2011) menyatakan bahwa fotosintesis lebih maksimal terjadi pada tanaman porang yang berada di tegakan dengan intensitas naungan 30% dibandingkan porang pada tegakan sengon dengan intensitas naungan 80%, karena intensitas cahaya yang lebih besar, menyebabkan pertumbuhan umbi pada tegakan berintensitas naungan 30% lebih cepat dibandingkan pertumbuhan umbi pada tegakan berintensitas naungan 80%.

Tanaman yang tumbuh di bawah naungan dengan intensitas 25% memiliki rata-rata tertinggi terhadap berat segar umbi. Hal ini menunjukkan energi yang diperoleh dan digunakan dalam fotosintesis maupun penyerapan nutrisi dari bagian bawah tanaman telah memenuhi cadangan makanan yang tersimpan di dalam umbi dan akar. Selain itu, semakin optimal pula karbohidrat yang dimiliki bahkan dimanfaatkan sebagai cadangan makanan.

Pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya penyinaran Connor dan Loomis (1992). Pengaruh cahaya dalam intensitas naungan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan vegetatif maupun generatif tanaman porang. Hal tersebut berhubungan dengan optimalnya cahaya yang diabsorpsi. Kualitas hasil fotosintesis mempengaruhi metabolisme dalam

tanaman untuk membentuk karbohidrat yang menggunakan karbondioksida (CO 2 )

dari udara dan air dalam tanah dengan bantuan sinar matahari dan klorofil.

Pemberian pupuk daun dengan konsentrasi 2,5 mS/tanaman (P2) menunjukkan ketersediaan nutrisi yang cukup dan terserap secara optimal oleh akar, menyebabkan tanaman porang dapat tumbuh lebih baik dibandingkan konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman maupun konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman.

commit to user

Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral, dan bahan-bahan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh udara, air dan kondisi mineral rizosfer (lingkungan perakaran) relatif mudah diubah melalui praktek pertanian, temperatur tanah, kelembaban yang dipengaruhi oleh irigasi, dan status nutrisi yang dipengaruhi oleh pemupukan. Pertumbuhan akar yang kuat diperlukan untuk kekuatan dan pertumbuhan pucuk.

Dwijoseputro (1980) menyatakan dengan terbentuknya akar, kegiatan fisiologis tanaman dalam menyerap air untuk fotosintesis sehingga dapat berlangsung dengan baik. Pertumbuhan akar yang cepat mempengaruhi penyerapan unsur hara dan air dalam fotosintesis. Hasil asimilasi digunakan optimal untuk laju perkembangan tanaman.

Kesuburan tanah diartikan sebagai kesanggupan tanah untuk menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman dapat menghasilkan secara maksimal bila tanaman itu tumbuh dalam keadaan subur dan faktor-faktor di luar kesuburan sekitar tanaman tersebut menunjang pertumbuhan akar secara optimal (Jumin 1989). Tabel 7. Pengaruh intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun terhadap rata-

rata berat akar tanaman porang

Tingkat naungan (N)

Pupuk daun (mS)

0 Rerata (g) 1 2,5 3,5 75%

31,69 a 66,48 b

127,98 c Rerata (g)

80,72 p 69,04 p 79,04 p

72,94 p (-) Keterangan:

Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada uji DMRT (Duncan) taraf 5% (-) = Tidak terdapat interaksi

Hasil analisis ragam menunjukkan intensitas naungan berpengaruh nyata terhadap berat akar, sedangkan konsentrasi pupuk daun tidak berpengaruh nyata, dan tidak ada interaksi antara intensitas naungan dengan konsentrasi pupuk daun terhadap berat akar tanaman porang (Lampiran 5).

commit to user

25% berbeda nyata terhadap berat akar. Pada tanaman tanpa pupuk daun, konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman, konsentrasi pupuk daun 2,5 mS/tanaman, dan konsentrasi pupuk daun 3,5 mS/tanaman menunjukkan hasil tidak berbeda nyata.

Berdasarkan Tabel 7, hasil rata-rata berat akar ditunjukkan pada intensitas naungan 25% sebesar 127,98 gram, untuk berat akar intensitas naungan 65% sebesar 66,64 gram dan rata-rata berat akar terendah pada intensitas naungan 75% yaitu sebesar 31,69 gram. Hal ini disebabkan pengaruh lingkungan seperti cahaya, tanah, kelembaban, temperatur, kandungan nutrisi tanah. Selain itu dipengaruhi pula faktor internal berupa genetik tanaman. Pertambahan berat akar optimal yang ditunjukkan pada hasil rata-rata intensitas naungan 25% dipengaruhi komposisi udara dalam tanah yang tergantung pada rongga tanah, reaksi metabolisme mikroba tanah dan pertukaran gas. Tanaman yang tumbuh di bawah intensitas cahaya penuh sampai tinggi pada intensitas naungan 25% akan menghasilkan akar lebih besar, sebab kondisi intensitas cahaya tinggi dengan suhu meningkat menyebabkan tanaman porang lebih banyak membutuhkan air tanah sehingga mekanisme hidrasi dan penyerapan air lebih besar pada intensitas naungan 25 %, dibandingkan intensitas naungan 65%, 75%.

Faktor tanah berpengaruh terhadap pemupukan antara lain kesuburan baik fisik, kimia dan, biologi, tekstur, struktur, dan kapasitas memegang air. Kandungan air tanah mempengaruhi transpor hara dari larutan tanah ke akar tanaman dengan cara mempengaruhi laju difusi dan aliran masa air. Laju perbesaran dan pemanjangan akar sangat tergantung pada ketersediaan air tanah, karena pertumbuhan akar adalah proses hidrasi (Jumin 1998).

Ditinjau dari perbedaan morfologi sistem perakaran intensitas naungan 25% yang lebih panjang dan kurus memiliki luas permukaan lebih besar dibandingkan intensitas naungan 75% yang memiliki akar tebal dan pendek, hal ini berpengaruh besar terhadap penyerapan hara dari tanah. Jumin (1989) menyatakan bahwa tanaman akan mengubah atau menyesuaikan bentuk organ-organ seperti akar untuk memperoleh radiasi matahari maupun air. Tanaman beradaptasi fisiologis

commit to user

ini berupa ketahanan terhadap kekeringan, absorpsi hara, pembatasan respirasi, ketahanan terhadap ketersediaan hara yang minim dan efisiensi asimilasi serta aktivitas enzim. Adaptasi morfologis adalah perubahan bentuk luar tanaman secara perlahan-lahan ke arah sesuai lingkungan, berupa perubahan bentuk kanopi (tajuk), perubahan jumlah pembuluh, dan susunan jaringan.

Berdasarkan faktor biologi, konsentrasi oksigen dan karbondioksida yang terlalu rendah pada intensitas naungan 75% dalam tanah menghambat reaksi biokimia. Penurunan oksigen dalam tanah dapat dipastikan menghambat pertumbuhan akar. Intensitas cahaya rendah pada naungan 75% mengakibatkan

stomata tidak terbuka secara sempurna, sehingga difusi gas CO 2 dari udara terhambat. Akibatnya fotosintesis terganggu. Selain unsur iklim dan komponen tanah, kesanggupan tanah menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman juga memegang peranan penting. Hal itu dapat terlihat dari respon tanaman terhadap pemupukan. Setiap tanaman berbeda responnya terhadap pemupukan, hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh faktor tanah dan tanaman itu sendiri. Pada konsentrasi pemupukan yang sama, dengan intensitas cahaya dan suhu yang berbeda serta pada jenis tanah yang sama yaitu latosol, akan memperlihatkan pertambahan berat segar tanaman yang berbeda.

Pada tanaman kontrol atau tanpa pemberian pupuk daun menunjukkan hasil terbesar dibandingkan pada konsentrasi pupuk daun 1 mS/tanaman, 2,5 mS/tanaman, dan 3,5 mS/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa kesuburan tanah telah memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman porang sehingga pemberian pupuk daun pada berbagai konsentrasi tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Tanah latosol pada penelitian memiliki karakter tanah bertekstur halus, sehingga difusi lebih cepat. Penyerapan hara dapat terjadi dengan perpanjangan akar ke tempat baru yang masih kaya hara. Untuk kelangsungan metabolismenya, tanaman berusaha mengubah organ-organnya ke arah menguntungkan.

Tanah dinyatakan subur bila dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah cukup dan seimbang serta memiliki aerasi optimum. Tingkat kesuburan kimiawi tanah terhadap kandungan unsur hara utama (NPK), kemasaman (pH), kapasitas

commit to user

petunjuk untuk menduga respon tanaman terhadap pemberian pupuk pada tanah. Demikian pula unsur-unsur yang bersifat meracuni akar dalam tanah akan menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan akar (Jumin 1989).

Jumlah bahan organik, tipe tanah latosol dan jumlah mineral liat menentukan kapasitas tukar kation pada kompleks absorbsi dan akan mempengaruhi pergerakan hara dari tanah ke akar tanaman. Semakin tinggi kapasitas tukar kation semakin tinggi kemampuan kompleks absorbsi tanah untuk mengikat kation-kation. Kemampuan nilai tukar kation yang tinggi mencerminkan nilai kesuburan tanah.

Berdasarkan analisis kimia tanah pada tanah latosol desa Klangon, Nganjuk, Kabupaten Madiun, sebagai media tanam penelitian menunjukkan bahwa tanah tersebut berbahan organik tinggi, sebesar 3,53%. Hal ini sesuai harkat kimia tanah yang menunjukkan tanah berbahan organik >2% dikategorikan tinggi. C/N ratio yang terkandung menunjukkan 13,67, dapat diartikan masih bisa terurai. Berdasarkan harkat kimia tanah bahwa C/N ratio >12 menunjukkan mineralisasi yang lebih besar dibandingkan imobilisasi sehingga dapat dikategorikan tanah termasuk ber C/N ratio tinggi.

Kebutuhan konsentrasi pupuk daun disesuaikan dengan karakter dan status hara tanaman, sehingga diperoleh pertumbuhan tanaman secara optimal. Harjadi (1991) menyatakan bahwa membesarnya sel tanaman akan membentuk vakuola sel yang besar sehingga mampu menyerap unsur hara yang diaplikasikan melalui penyemprotan pupuk daun (cair) dalam jumlah banyak. Selain itu, pembentukan protoplasma tanaman akan bertambah sehingga dapat menyebabkan peningkatan berat segar tanaman.

commit to user

A. Kesimpulan

1. Pemberian naungan dengan intensitas 25%, 65%, 75% dan pupuk daun lengkap dengan konsentrasi 0, 1, 2,5, dan 3,5 mS/tanaman secara bersamaan belum mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman porang.

2. Intensitas naungan 75% dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun tanaman porang. Intensitas naungan 65% meningkatkan kandungan klorofil tanaman porang, sedangkan intensitas naungan 25% meningkatkan berat umbi dan berat akar.

3. Pupuk daun lengkap dengan konsentrasi 2,5 mS/tanaman mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun tanaman porang

B. Saran

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai besarnya intensitas naungan dan konsentrasi pupuk daun sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil porang

36