METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan secara terperinci terhadap gejala sosial seperti yang dimaksudkan dalam permasalahan yang diteliti, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong : 2002), metodologi kualitatif diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dipahami. Penelitian deskriptif kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan.

Penelitian ini bermaksud untuk membahas dan menggambarkan masalah secara rinci mengenai pemberdayaan industri kecil dan menengah yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo. Pemilihan lokasi dikarenakan Disperindagkop Kabupaten Purworejo merupakan instansi yang berwenang terhadap Penelitian dilaksanakan di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo. Pemilihan lokasi dikarenakan Disperindagkop Kabupaten Purworejo merupakan instansi yang berwenang terhadap

Penelitian juga dilakukan di beberapa unit industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo yang merupakan objek pemberdayaan oleh Disperindagkop Kabupaten Purworejo.

C. Sumber Data

Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Sedangkan sumber data yaitu subyek darimana data diperoleh (Arikunto : 2006). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Narasumber (informan).

Narasumber (informan) adalah jenis sumber data yang berupa manusia. Sumber data manusia berperan sebagai individu yang memiliki informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan (Sutopo, 2002 : 50). Dalam menentukan narasumber (informan), peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2002 : 56). Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data atau informasi secara Narasumber (informan) adalah jenis sumber data yang berupa manusia. Sumber data manusia berperan sebagai individu yang memiliki informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan (Sutopo, 2002 : 50). Dalam menentukan narasumber (informan), peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2002 : 56). Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data atau informasi secara

1. Kepala seksi pemberdayaan industri kecil dan menengah Disperindagkop Kabupaten Purworejo.

2. Staff pelaksana pemberdayaan industri kecil dan menengah Disperindagkop Kabupaten Purworejo.

3. Beberapa pelaku industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo.

2. Peristiwa atau aktivitas yang diamati.

Peristiwa atau aktivitas adalah berbagai perilaku berbagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitian (Sutopo, 2002: 51). Penulis mengamati peristiwa atau aktivitas yang terjadi di lingkungan Dinas Industri Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo, serta aktivitas yang terjadi di industri kecil dan menengah di lingkungan sekitar tempat tinggal penulis.

3. Dokumen dan arsip.

Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu, berupa rekaman tertulis tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu (Sutopo, 2002 :54). Dalam hal ini, data diperoleh dari literatur, arsip-arsip, dokumen dan buku-buku, undang- undang yang berhubungan dengan penulisan ini. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dari :

1. Undang undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil.

3. Rencana Strategis tahun 2011-2015 Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.

4. Buku-buku dan catatan yang berkaitan dengan penulisan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Wawancara.

Wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Maksudnya ialah proses memperoleh data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara dengan responden (informan). Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dilakukan dalam bentuk wawancara untuk menggali pandangan subyek tentang berbagai hal sebagai dasar bagi penggalian informasi yang lebih jauh dan mendalam (Sutopo : 2002). Dalam melakukan wawancara, peneliti memiliki pedoman wawancara yang berisi pokok-pokok pertanyaan.

2. Observasi.

Merupakan pengamatan yang dilaksanakan secara langsung untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya dari obyek penulisan serta Merupakan pengamatan yang dilaksanakan secara langsung untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan sebenarnya dari obyek penulisan serta

3. Pengkajian dokumen.

Merupakan teknik pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen dan arsip yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Pengkajian dokumen dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari dokumen yang ada berupa catatan, arsip, literature, laporan – laporan lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian sehingga didapat analisis pembahasan yang mendalam atas masalah yang diteliti.

E. Validitas Data

Validitas data dimaksudkan untuk menguji kebenaran dan kesahihan data penelitian, sehingga dapat menjamin kesimpulan hasil penelitian. Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (Sutopo, 2002 : 78). Validitas data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006: 330).

Trianggulasi data dilakukan dengan menggali data dari berberapa sumber dan sudut pandang. Dengan demikian, peneliti dapat menarik simpulan Trianggulasi data dilakukan dengan menggali data dari berberapa sumber dan sudut pandang. Dengan demikian, peneliti dapat menarik simpulan

F. Teknik Analisis Data

Dalam proses analisis data, terdapat 3 komponen utama yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan dengan verifikasinya. Ketiga proses komponen tersebut saling berinteraki dan berkaitan dalam menentukan hasi analisis.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi dari fieldnote (Sutopo : 2002). Proses reduksi data berlangsung terus-menerus selama pelaksanaan penulisan, yang dimulai dari sebelum pengumpulan data dilakukan hingga penulisan selesai.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu rakitan organisai informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami ( Sutopo : 2002 ).

3. Penarikan simpulan

Peneliti melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab-akibat, dan berbagai proposisi. Dari hasil catatan tersebut, kemudian dianalisis dan ditarik suatu simpulan. Penarikan simpulan dilakukan setelah proses Peneliti melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab-akibat, dan berbagai proposisi. Dari hasil catatan tersebut, kemudian dianalisis dan ditarik suatu simpulan. Penarikan simpulan dilakukan setelah proses

Gambar 3.1 Model Analisis Data Interaktif

Sumber : HB Sutopo 2002 : 9

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan

Reduksi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi

1. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.

a. Dasar Hukum Berdirinya Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo

Disperindagkop Kabupaten Purworejo merupakan instansi yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan tugas di bidang perindustrian, perdagangan dan koperasi yang meliputi perindustrian, perdagangan dan koperasi dan UMKM serta pengelolaan pasar. Landasan hukum yang mendasari pembentukan Dinas Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi Kabupaten Purworejo adalah :

1. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437).

2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara No. 4438).

3. Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengawasan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022).

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

5. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 26 Tahun 2000 tentang Kewenangan Daerah Kabupaten Purworejo (Lembaran Daerah Kabupaten Purworejo Tahun 2000).

6. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Purworejo.

7. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( RPJPD ) Kabupaten Purworejo tahun 2005 – 2025.

8. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD) Kabupaten Purworejo tahun 2011-2015.

9. Peraturan Bupati Purworejo Nomor 30.K Tahun 2008 tanggal

3 Nopember 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.

b. Tugas Pokok dan Fungsi

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kewenangan daerah dalam bidang perindustrian perdagangan koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah serta pengelolaan pasar.

Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Disperindagkop mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Perindustrian, Pertambangan dan Energi Perdagangan dan Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang meliputi Perindustrian, Pertambangan dan Energi, Perdagangan, Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta Pengelolaan Pasar;

2. Penyusunan perencanaan teknis dan program kerja Bidang Perindustrian, Pertambangan Energi, Perdagangan, serta Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang meliputi Perindustrian, Pertambangan dan Energi, Perdagangan, Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta Pengelolaan Pasar;

3. Pembinaan dan Pengendalian teknis Bidang Perindustrian, Pertambangan dan Energi, Perdagangan serta Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang meliputi Perindustrian, Pertambangan dan Energi, Perdagangan, Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta Pengelolaan Pasar;

4. Penyelenggaraan Perijinan dan pelayanan umum bidang Perindustrian, Pertambangan dan Energi Perdagangan, serta Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang meliputi Perindustrian, Pertambangan dan Energi, Perdagangan,

Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta Pengelolaan Pasar;

5. Pelaksanaan koordinasi kegiatan dan kerjasama teknis dengan pihak lain yang berhubungan dengan Perindustrian, Pertambangan dan Energi Perdagangan, serta Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang meliputi Perindustrian, Pertambangan dan Energi, Perdagangan, Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta Pengelolaan Pasar;

6. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan tugas-tugas Perindustrian, Pertambangan dan Energi Perdagangan, serta Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang meliputi Perindustrian, Pertambangan dan Energi, Perdagangan, Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta Pengelolaan Pasar;

7. Pengelolaan Sekretariat Dinas Perindustrian Perdagangan dan

Koperasi;

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya.

c. Visi dan Misi

Visi Dinas Perindustrian perdagangan dan koperasi kabupaten purworejo adalah : “Memberdayakan Sektor Industri, Energi Sumber Daya Mineral,

Perdagangan, Koperasi Dan Umkm Menuju Masyarakat Purworejo Sejahtera”

Dalam rangka mendukung atau mewujudkan visi tersebut Disperindagkop Kabupaten Purworejo mempunyai misi :

1. Meningkatkan, mengendalikan dan menfasilitasi pembangunan di bidang Industri dan Energi Sumber Daya Mineral.

pembangunan di bidang Perdagangan.

3. Meningkatkan, mengendalikan dan menfasilitasi pembangunan

di bidang Pengelolaan Pasar.

4. Meningkatkan, mengendalikan dan menfasilitasi pembangunan

di bidang Koperasi dan UMKM.

d. Tujuan dan Sasaran

Secara terperinci Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat industri.

b. Memberdayakan pengusaha untuk meningkatkan daya saing, pemasaran dan kemitraan serta mewujudkan tertib niaga dan perlindungan konsumen.

c. Mengembangkan dan memanfaatkan usaha sumber daya

pertambangan dan energi.

d. Meningkatkan sumber daya manusia pasar dan pedagang, pelayanan, penyediaan fasilitas pasar daerah, keamanan, ketertiban, dan kebersihan pasar dan pendapatan dari sektor retribusi pasar.

e. Pengembangan koperasi usaha mikro kecil menengah yang meliputi bimbingan usaha, penyehatan koperasi dan bantuan permodalan koperasi.

Sedangkan sasaran yang direncanakan untuk dicapai dalam tahun 2010-2011 adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat industri di bidang industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo.

b. Meningkatnya pemberdayaan pengusaha untuk meningkatkan daya saing pemasaran dan kemitraan serta mewujudkan tertib niaga dan perlindungan konsumen.

c. Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan usaha sumber

daya pertambangan dan energi.

d. Meningkatnya sumber daya manusia pasar dan pedagang pasar, pelayanan, penyediaan fasilitas pasar daerah K3, penataan pedagang dan pendapatan dari sektor retribusi pasar.

e. Meningkatnya kualitas kelembagaan dan kegiatan/usaha koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

f. Meningkatnya struktur permodalan koperasi dan usaha mikro

kecil dan menengah (UMKM).

g. Pemberdayaan potensi wirausaha baru.

e. Kebijakan dan Program

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo telah menetapkan kebijakan dan program kegiatan sebagai berikut : Kebijakan :

1) Menciptakan struktur ekonomi yang seimbang antara sektor primer dan sekunder melalui pengembangan industri yang berbasis sumber daya lokal dengan memanfaatkan teknologi tepat guna.

2) Meningkatkan pemasaran hasil produksi usaha kecil dan menengah dan memperluas jaringan kemitraan.

3) Meningkatkan pengawasan dan pembinaan usaha untuk mewujudkan tertib niaga dan perlindungan konsumen.

4) Meningkatkan akses investasi dan pengembangan koperasi

sesuai dengan ekonomi kerakyatan.

5) Meningkatkan pengetahuan usaha pertambangan dan memanfaatkan potensi pertambangan dan energi.

6) Membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengembangkan koperasi dan usaha kecil dan menengah.

manusia pasar,

pengembangan/pemeliharaan

sarana

dan prasarana

perdagangan.

Program :

1) Pelatihan dan bantuan alat proses produksi mebel bambu.

2) Pelatihan dan bantuan alat proses produksi pengolahan

makanan.

3) Pelatihan peningkatan mutu dan diversifikasi produk pande

besi.

4) Pelatihan peningkatan mutu dan diversifikasi produk gula

kelapa.

5) Pelatihan peningkatan mutu dan diversifikasi produk mebel.

6) Pelatihan dan studi banding industri bordir.

7) Pelatihan dan studi banding industri batik.

8) Penertiban usaha-usaha industri.

9) Fasilitasi website bidang industri.

10) Menciptakan agroindustri dan agrobisnis baru di pedesaan.

11) Monitoring dan pengendalian usaha pertambangan dan

energi.

12) Bimbingan dan penyuluhan bidang pertambangan dan

industri.

13) Penyusunan basis data pertambangan dan energi.

14) Pengembangan listrik pedusunan.

15) Pengembangan pasar lelang agro.

16) Pameran produksi potensi daerah.

17) Koordinasi/konsultasi dan temu usaha pedagang (PDN/PLN).

18) Penyelenggaraan pasar murah dan operasi pasar.

19) Peningkatan pengawasan barang beredar dan jasa.

20) Pengawasan distribusi pupuk bersubsidi.

21) Monitoring harga sembako.

22) Monitoring penyaluran BBM, BBG, dan BBMT.

23) Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana

persampahan.

24) Operasional pengelolaan pasar.

25) Rehabilitasi pasar daerah.

26) Pembangunan alat timbang ternak di pasar hewan.

27) Pelatihan motivasi berprestasi.

28) Pembinaan, monitoring, dan evaluasi dana bergulir.

29) Bantuan permodalan koperasi.

30) Bantuan permodalan usaha bagi UMKM.

31) Penilaian kesehatan KSP/USP.

32) Pendataan sentra UMKM.

f. Struktur Organisasi

Susunan organisasi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo terdiri dari :

1) Kepala Dinas

2) Sekretariat, yang terdiri dari :

a) Sub Bagian Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan.

b) Sub Bagian Keuangan.

c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

3) Bidang perindustrian, pertambangan, dan energi yang terdiri

dari : dari :

b) Seksi industri logam, mesin, elektronik, dan aneka.

c) Seksi pertambangan dan energi.

4) Bidang Perdagangan, yang terdiri dari :

a) Seksi bina usaha dan kerja sama.

b) Seksi sarana dan prasarana.

5) Bidang Pengelolaan pasar yang terdiri dari:

a) Seksi pendapatan.

b) Seksi sarana ketertiban, keamanan, kebersihan.

6) Bidang Koperasi dan UMKM, yang terdiri dari:

a) Seksi Koperasi.

b) Seksi Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

7) Kelompok Jabatan Fungsional, yang terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang Jabatan yang terbagi dalam bentuk kelompok sesuai dengan bidang keahlian dan ketrampilannya.

8) Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai susunan organisasi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo, berikut bagan struktur oganisasinya:

Gambar 4.1 Stuktur Organisasi Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo

Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo

KEPALA DINAS

SUBBAG. PERENC. EVAL & PELAPORAN

SUBBAG. SEKRETARIAT KEUANGAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAG. UMUM DAN KEPEGAWAIAN

BIDANG PERDAGANGAN

BIDANG PERINDUSTRIAN

BIDANG KOPERASI DAN UMKM

BIDANG PENGELOLAAN

PASAR

SEKSI INDUSTRI KIMIA AGRO DAN HASIL HUTAN

SEKSI PENDAPATAN SEKSI BINA USAHA SEKSI PENDAPATAN DAN KERJASAMA

SEKSI INDUSTRI LOGAM MESIN ELEKTRONIKA DAN ANEKA

SEKSI SARANA K3 SEKSI SARANA DAN SEKSI SARANA K3 PRASARANA

SEKSI PERTAMBANGAN DAN ENERGI

UPT UPT

Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati Purworejo.

Susunan organisasi Disperindagkop kabupaten Purworejo terdiri dari Kepala Dinas, yang membawahi langsung :

1. Sekretariat. Bidang sekretariat mempunyai mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan pengkoordinasian penyiapan perumusan kebijakan teknis dan penyelenggaraan tugas-tugas bidang secara terpadu, pelayanan dan pengendalian administrasi, yang meliputi perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, serta umum dan kepegawaian.

2. Bidang Perindustrian Pertambangan dan Energi

Tugas pokok dan fungsi dari bidang ini yaitu menyiapkan bahan perencanaan dan program kerja, pelayanan administrasi dan teknis, pembinaan dan bimbingan, evaluasi dan pelaporan bidang perndustrian, pertambangan dan energi yang meliputi industri imia, agro dan hasil hutan serta industri logam, mesin, elektronika dan aneka.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka pelaksanaan pemberdayaan industri dan menengah merupakan tugas dari bidang Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, maka pelaksanaan pemberdayaan industri dan menengah merupakan tugas dari bidang

3. Bidang perdagangan. Bidang perdagangan mempunyai tugas pokok dan fungsi menyiapkan bahan perencanaan dan program kerja pelayanan administrasi dan teknis, pembinaan dan bimbingan evaluasi, dan pelaporan bidang perdagangan yang meliputi bina usaha dan sarana perdagangan.

4. Bidang pengelolaan pasar. Bidang pengelolaan pasar mempunyai tugas pokok dan fungsi menyiapkan bahan perencanaan dan program kerja, pelayanan administrasi dan teknis pembinaan dan bimbingan, evaluasi dan pelaporan bidang pengelolaan pasar yang meliputi pendapatan serta sarana kebersihan, keamanan dan ketertiban (K3).

5. Bidang koperasi dan UMKM. Bidang koperasi dan UMKM mempunyai tugas pokok dan fungsi menyiapkan bahan perencanaan dan program kerja, pelayanan administrasi dan teknis, pembinaan dan bimbingan evaluasi dan pelaporan di bidang Koperasi dan UMKM yang meliputi Hukum, Kelembagaan, Permodalan dan Usaha Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

6. Unit pelaksana teknis (UPT). UPT mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan sebagian tugas teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang dinas.

7. Kelompok jabatan fungsional. Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan kegiatan teknis dibidang perindustrian, perdagangan dan Koperasi sesuai dengan bidang keahliannya.

h. Sumber Daya Manusia

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Disperindagkop Kabupaten Purworejo didukung oleh sumber daya manusia serta beberapa sarana dan prasarana. Berdasarkan data kepegawaian Disperindagkop Kabupaten Purworejo, saat ini terdapat 210 pegawai di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo, dengan rincian sebagai berikut :

Sumber daya manusia berdasarkan tingkat pendidikan :

a. SD

: 24 Orang

b. SLTP

e. Sarjana (S-1)

: 25 Orang

f. Pasca Sarjana (S-2)

: 4 Orang

Sumber daya manusia dengan komposisi berdasarkan golongan :

a. Golongan I

Orang

b. Golongan II

Orang

c. Golongan III

Orang

d. Golongan IV

Orang

Sumber daya manusia dengan komposisi berdasarkan jabatan :

a. Eselon II

Orang

b. Eselon III

Orang

c. Eselon IV

: 12 Orang

Selain didukung oleh sumber daya manusia, Disperindagkop Kabupaten Purworejo juga didukung dengan sarana dan prasarana sebagai berikut :

1. Kendaraan operasional roda empat

: 2 buah.

2. Kendaraan operasional roda dua

4. LCD Proyektor

6. Kamera digital

: 3 unit.

7. Meja komputer

: 6 buah.

8. Mesin tik

: 11 buah.

2. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Purworejo

Kabupaten Purworejo memiliki berbagai macam jenis industri kecil dan menengah yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Purworejo, yang tumbuh sesuai dengan potensi sumber daya yang dimiliki oleh masing- masing daerah. Beragamnya jenis industri tersebut mendorong tumbuhnya sentra-sentra industri kecil yang berbeda-beda di setiap daerah. Berikut ini adalah daftar sentra industri kecil dan menengah yang tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Purworejo.

Tabel 4.1 Daftar Industri kecil dan Menengah di Kabupaten Purworejo

No. Nama Sentra

Unit usaha

(unit)

Tenaga

kerja (orang)

Nilai investasi (Rp 000)

Jumlah kapasitas produksi

Nilai produksi (Rp 000)

1. SIK anyaman bambu/besek.

2. SIK gula aren 693

3. SIK gula kelapa

4. SIK kerupuk ketela

5. SIK konveksi 77

6. SIK kursi bambu

7. SIK lanting

8. SIK mebel kayu

9. SIK sangkar burung

10. SIK tahu

774 ton 3.096.000

11. SIK tampah/senik

12. SIK tempe

13. SIK tikar mendong

14. SIK so’un

15. SIK sawangan 64

16. SIK sapu sabut kelapa

17. SIK roti/kue

162 ton 1.134.000

18. SIK pande besi

19. SIK minyak goreng

384 ton 4.608.000

20. SIK kerupuk terung

21. SIK kapur

27.000 M3 5.400.000

22. SIK emping melinjo

23. SIK bordir

24. SIK batik tulis 154

Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.

Tabel diatas memaparkan jumlah unit industri dari sentra-sentra industri kecil yang ada di Kabupaten Purworejo, tenaga kerja yang terserap, nilai investasi, kapasitas produksi, dan nilai produksi dari masing-masing sentra.

Di Kabupaten Purworejo saat ini terdapat sekitar 18.568 unit usaha industri yang terdiri dari industri non formal dan industri formal, dimana Di Kabupaten Purworejo saat ini terdapat sekitar 18.568 unit usaha industri yang terdiri dari industri non formal dan industri formal, dimana

B. Pembahasan

Kabupaten Purworejo mempunyai potensi yang besar dalam sektor industri kecil dan menengah, yang terlihat dari banyaknya jumlah dan beragamnya jenis IKM yang ada. Industri kecil dan menengah tersebut tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan usahanya, diantaranya lemahnya permodalan yang dimiliki IKM, kurangnya keterampilan pelaku IKM, keterbatasan pemasaran, serta keterbatasan penguasaan teknologi. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dinas perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo melaksanakan kegiatan pemberdayaan.

Banyaknya jumlah IKM yang ada tidak memunginkan Disperindagkop Kabupaten Purworejo untuk melaksanakan pemberdayaan secara langsung dan menyeluruh. Untuk memilih IKM yang akan mendapat pemberdayaan, Disperindagkop menetapkan beberapa jenis IKM menjadi industri unggulan daerah.

Penetapan Industri Unggulan Daerah dilakukan melalui penelusuran terhadap data base industri kecil dan menengah di daerah Kabupaten Purworejo dan diskusi mendalam dengan beberapa pihak terkait. Dari data base IKM Kabupaten Purworejo ditetapkan jenis-jenis IKM yang masuk sebagai IKM Penetapan Industri Unggulan Daerah dilakukan melalui penelusuran terhadap data base industri kecil dan menengah di daerah Kabupaten Purworejo dan diskusi mendalam dengan beberapa pihak terkait. Dari data base IKM Kabupaten Purworejo ditetapkan jenis-jenis IKM yang masuk sebagai IKM

Industri kecil dan menengah dikelompokkan dengan membagi unit-unit yang sejenis dan memilih jenis-jenis industri yang paling potensial dan berbasis sumber daya lokal, kemudian mengkategorikannya sebagai industri unggulan daerah. Industri unggulan daerah mendapat pemberdayaan dengan alasan :

1. Industri kecil dan menengah berbasis sumber daya lokal, baik bahan baku maupun tenaga kerja.

2. Industri kecil dan menengah mempunyai jumlah yang sangat banyak dan mempunyai potensi untuk maju karena memproduksi barang yang banyak dibutuhkan masyarakat.

3. Industri kecil dan menengah mempunyai potensi pemasaran yang luas, namun kurang dapat memasarkan hasil produksinya karena keterbatasan kemampuan pemasaran pengelolanya.

Pemberdayaan industri kecil dan menengah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing dan potensi yang dimiliki oleh IKM, sehingga IKM yang saat ini banyak tumbuh di masyarakat dapat memperkuat perekonomian masyarakat dan daerah. Pemberdayaan dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan industri kecil dan menengah dalam berbagai bidang. Pembinaan dan pengembangan usaha IKM dilakukan melalui langkah- langkah sebagai berikut :

1. Penentuan sasaran dan analisis kebutuhan

Penentuan sasaran dan analisis kebutuhan dilakukan melalui identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi oleh industri kecil dan menengah, untuk mengetahui fokus permasalahan sehingga dapat merumuskan upaya-upaya yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Sebagai suatu usaha yang sedang berkembang, industri kecil dan menengah selain mempunyai potensi juga menghadapi permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya. Identifikasi potensi dan masalah terhadap industri kecil dan menengah dilakukan dengan survey dan pendataan oleh Disperindagkop terhadap industri kecil dan menengah. Hal sesuai dengan yang dikatakan Bapak A.N Firdaus selaku kepala seksi industri kimia agro dan hasil hutan yang mengatakan :

“Kami melakukan survey dan pendataan ke unit-unit IKM, melakukan dialog dengan pelaku IKM dan melakukan analisis kebutuhan dan permasalahan. Dari hasil analisis tersebut, kami membuat proposal untuk kegiatan pemberdayaan kepada dewan daerah, setelah usulan disetujui akan kami laksanakan”(wawancara

13 September 2011) Hal tersebut juga dinyatakan oleh Sukirman, salah satu pelaku

industri kecil kerajinan sangkar burung, yaitu : “Awalnya ada aparat dari Dinas Perindagkop Kabupaten datang

kesini dan menanyakan banyak hal tentang usaha kami. Apa kendalanya, apa kebutuhan kami yang belum dapat kami cukupi, dan lain-lain.”(wawancara 14 Januari 2012)

Survey dan pendataan bertujuan untuk menggali semua informasi mengenai potensi dan permasalahan yang dihadapi industri kecil dan menengah. Hasil dari survey dan pendataan digunakan sebagai dasar untuk menganalisis bentuk-bentuk pemberdayaan yang akan diterapkan pada IKM, dan memilih unit IKM yang akan menjadi sasaran pemberdayaan.

Pelaksanaan penentuan sasaran dan analisis kebutuhan, Disperindagkop mengalami kesulitan karena banyaknya jumlah IKM dan keterbatasan jumlah aparat dinas. Kesulitan ini juga disebabkan karena tidak adanya sistem bottom up penyampaian informasi mengenai kondisi IKM dari pelaku IKM kepada dinas. Selama ini, informasi tentang kondisi IKM, kebutuhan, dan permasalahanya diperoleh jika petugas dari dinas mendatangi lapangan. Seperti disampaikan oleh Kepala industri kimia agro dan hasil hutan, Bp. A.N Firdaus :

“Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi IKM, kami melakukan survey ke unit-unit industri dan melakukan dialog dan pendataan. Karena jumlah IKM sangat banyak, pendataan membutuhkan waktu yang lama karena keterbatasan jumlah aparat.”(wawancara 13 September 2011)

Hal tersebut juga disampaikan oleh staff Disperindagkop, Bp. Fakhrudin : “Pendataan selama ini dilakukan oleh aparat yang datang langsung

ke unit-unit industri. Sebenarnya kami sudah menginformasikan kepada pelaku IKM untuk memberitahukan kebutuhan dan permasalahan mereka, karena kami tidak selalu bisa datang ke unit dan berdialog. Namun hal tersebut kurang dapat berjalan, sehingga pada akhirnya tetap kami yang harus mendatangi mereka. Oleh karena itu pendataan sering berjalan lama.”(wawancara 13 September 2011)

Beberapa pelaku IKM juga mengatakan hal yang sama, bahwa untuk pendataan, selama ini mereka menunggu dari dinas. Hal tersebut dikarenakan para pelaku IKM ini mencoba untuk mencari solusi dari permasalahan mereka secara mandiri dulu. Misalnya, jika mereka kekurangan alat, mereka berusaha untuk memenuhinya walaupun dengan alat yang sederhana.

Disperindagkop berharap, untuk selanjutnya penyampaian informasi dapat dilakukan secara terpadu, oleh aparat dinas yang mendatangi lapangan maupun oleh pelaku IKM yang datang ke dinas. Dalam penyampaian informasi permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi oleh IKM, akan lebih bagus jika para pelaku IKM yang berinisiatif lebih dulu untuk menyampaikan pada dinas, tanpa menunggu kedatangan aparat dinas ke lapangan.

2. Penyiapan program pembinaan dan sosialisasi kegiatan.

Penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil. Setelah diadakan identifikasi terhadap potensi dan masalah yang dihadapi, Disperindagkop menganalisis program-program yang sesuai dan akan diterapkan untuk pembinaan dan pengembangan industri tersebut. Penyiapan program pembinaan dan pengembangan dilakukan dengan rapat dan diskusi oleh bidang yang bersangkutan dalam dinas. Penentuan program pembinaan dan pengembangan didasarkan pada kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh unit-unit IKM.

Sesuai dengan keterangan dari Kepala Seksi Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan, Bp. A.N Firdaus, yaitu : “Setelah survey ke industri-industri, hasilnya dirapatkan untuk

ditetapkan program yang akan dilakukan. Program tersebut kemudian diajukan ke dewan daerah untuk disetujui, baru bisa dilaksanakan.” (wawancara 13 September 2011)

Dalam pengajuan usulan, tidak selalu usulan tersebut langsung disetujui oleh dewan daerah. Penolakan usulan biasanya terjadi dikarenakan beberapa alasan, diantaranya ketidakcocokan dengan anggaran yang ada. Jika terjadi hal seperti itu, dilakukan pembahasan lebih lanjut untuk menyesuaikan dengan anggaran yang ada, setelah mendapat persetujuan, Disperindagkop baru dapat melaksanakan program tersebut.

Setelah ditetapkan program-program yang akan diterapkan, dilakukan sosialisasi oleh Disperindagkop mengenai program-program tersebut kepada industri kecil dan menengah yang menjadi sasaran pemberdayaan. Sosialisasi ini bertujuan untuk menyampaikan akan adanya pelaksanaan pemberdyaan serta agar pelaku industri kecil dan menengah dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti program ini.

Sosialisasi dilakukan oleh staff dinas yang mendatangai langsung unit IKM, dan mengadakan pertemuan dan dialog dengan pelaku IKM, seperti yang diungkapkan oleh Bp. A.N Firdaus, kepala seksi industri kimia agro dan hasil hutan, :

“Kami mendatangai industri-industri target program pemberdayaan untuk mengkomunikasikan program-program yang akan kami terapkan. Dalam acara itu, kami juga menginformasikan apa saja kegiatan yang akan dilakukan dalam program tersebut, untuk “Kami mendatangai industri-industri target program pemberdayaan untuk mengkomunikasikan program-program yang akan kami terapkan. Dalam acara itu, kami juga menginformasikan apa saja kegiatan yang akan dilakukan dalam program tersebut, untuk

Hal tersebut dibenarkan oleh Sukirman, salah satu pelaku IKM yang telah ikut dalam program pemberdayaan oleh Disperindagkop Kab. Purworejo, :

“Sebelum ada kegiatan pelatihan, ada petugas dari dinas yang datang memberitahu, bahwa akan ada kegiatan pelatihan. Selain itu, kami juga disuruh membuat kelompok-kelompok, untuk mempermudah pembagian peralatan dan kegiatan pelatihan.”(wawancara 14 Januari 2012)

Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa dalam rangkaian kegiatan pemberdayaan, Disperindagkop Kab. Purworejo sebelumnya melakukan penetapan program dan sosialisasi. Sosialisasi bertujuan untuk mengkomunikasikan program yang akan dilakukan, sehingga sasaran pemberdayaan dapat segera menyesuaikan diri. Dalam proses sosialisasi ini, Disperindagkop tidak mengalami kendala yang besar, karena dalam proses ini, aparat dinas hanya mengadakan dialog dan menyampaikan informasi tentang kapan dan bagaimana proses pemberdayaan akan dilakukan.

3. Pelaksanaan program pemberdayaan.

Pelaksanaan program pemberdayaan dilakukan dengan penerapan program-program yang telah ditentukan. Pelaksanaan pemberdayaan ini dilakukan oleh staff dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo yang bekerjasama antar bidang. Selain dari pihak Disperindagkop Kabupaten Purworejo, peaksanaan pemberdayaan juga melibatkan tokoh-tokoh yang berkompeten dalam bidang-bidang yang Pelaksanaan program pemberdayaan dilakukan dengan penerapan program-program yang telah ditentukan. Pelaksanaan pemberdayaan ini dilakukan oleh staff dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo yang bekerjasama antar bidang. Selain dari pihak Disperindagkop Kabupaten Purworejo, peaksanaan pemberdayaan juga melibatkan tokoh-tokoh yang berkompeten dalam bidang-bidang yang

Kegiatan pemberdayaan industri kecil dan menengah dilakukan secara terpadu dan saling berkaitan satu sama lain. Pemberdayaan industri kecil dan menengah di kabupaten purworejo dilakukan dengan beberapa kegiatan. Disperindagkop kabupaten purworejo melakukan pemberdayaan dengan :

a. Pelatihan

Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para pelaku industri kecil dan menengah. Dalam pelatihan, termasuk juga kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pemberian materi. Upaya pemberdayaan industri kecil dan menengah dengan memberikan pelatihan dilakukan dalam berbagai kegiatan pelatihan. Pelatihan diberikan dalam berbagai bidang diantaranya bidang produksi, pemasaran, dan sumber daya manusia. Sesuai dengan yang disebutkan UU No 20 tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah bahwa pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para pelaku industri kecil dan menengah. Dalam pelatihan, termasuk juga kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pemberian materi. Upaya pemberdayaan industri kecil dan menengah dengan memberikan pelatihan dilakukan dalam berbagai kegiatan pelatihan. Pelatihan diberikan dalam berbagai bidang diantaranya bidang produksi, pemasaran, dan sumber daya manusia. Sesuai dengan yang disebutkan UU No 20 tahun 2008 tentang usaha mikro kecil dan menengah bahwa pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil

1) Pelatihan Bidang Produksi

Kegiatan produksi berawal dari adanya suatu kebutuhan dan keinginan masyarakat, kemudian organisasi mentransformasikannya ke dalam suatu bentuk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat tersebut, yang dapat berupa barang-barang maupun jasa. Produksi merujuk pada aktivitas yang menghasilkan barang, baik barang jadi maupun barang setengah jadi. Produksi dan pengolahan berarti mencakup berbagai hal mulai dari pemilihan dan pengadaan bahan baku, sampai pada proses pengolahan bahan baku tersebut menjadi barang industri, yang mempunyai nilai jual lebih dari sekedar bahan baku.

Sebagian besar produk industri kecil dan menengah memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan mudah rusak dan tidak tahan lama, sehingga menjadikan produk-produk IKM kurang diminati oleh masyarakat luas. Selain itu, permasalahan juga terjadi pada penyediaan bahan baku. Terkadang unit-unit industri mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku sehingga produksinya berkurang.

Hal ini sperti yang dikatakan Bapak Sukirman, perajin dan pengepul sangkar burung :

“Kami sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan rotan. Rotan yang kami gunakan berasal dari Kalimantan dan kadang kami tidak mendapat rotan jika rotan sedang langka.”(wawancara 14 Januari 2012)

Selain kelangkaan bahan baku, permasalahan produksi juga berasal dari harga bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan juga sering mengalami kenaikan harga terutama jika sedang mengalami penurunan jumlah. Bagi beberapa pelaku industri kecil dan menengah, kenaikan harga bahan baku dapat mengurangi jumlah produksi mereka karena mereka hanya dapat membeli bahan baku dalam jumlah kecil dengan modal yang mereka miliki. Dengan bahan baku yang sedikit, jumlah barang yang mereka produksi juga sedikit. Di sisi lain, dengan kenaikan harga bahan baku, pelaku industri kecil tidak dapat dengan serta merta ikut menaikkan harga produknya, karena jika harga naik terlalu tinggi, pembeli justru akan menjauh. Seperti yang dikatakan Ibu Sumirah, pembuat alat-alat dari anyaman bambu :

“Kadang harga bambu juga naik turun mbak, tapi harga barang-barangnya tidak dapat naik karena kalau dijual kemahalan juga tidak ada yang mau beli. Kalau harga bambu naik juga saya beli bambunya tidak banyak-banyak karena memang modalnya juga sedikit.”(wawancara 14 Januari 2012)

Hal-hal di atas menjadikan industri kecil dan menengah mengalami penurunan produksi sehingga sulit bersaing dengan industri-industri lain yang lebih besar. Bahkan memungkinkan industri kecil dan menengah manjadi mati karena tidak mampu berproduksi

Selain kesulitan bahan baku, IKM juga menghadapi permasalahan berkaitan dengan keterampilan para pelaku IKM. Sebagian besar IKM yang ada merupakan usaha turun-temurun atau pewarisan dari keluarga. Oleh karena itu, keterampilan yang dimiliki pelaku juga merupakan pewarisan dari keluarga. Seperti yang dikatakan oleh Munirotun (59), salah satu perajin gula kelapa di Desa Semagung,

”Belajarnya secara alamiah dengan bapak dan ibu saya saat membantu waktu membuat gula. Ibu saya dulu juga belajar dari nenek. Menantu saya juga sekarang belajar dengan membantu memasak. Ya seperti itu, tidak pernah ada pelatihan khusus,”(wawancara 13 Januari 2012)

Keterangan tersebut juga dibenarkan oleh Sarwono, salah satu pembuat gula kelapa dari Desa Pituruh, bahwa :

“Cara kita mbuat gula ya belajar dari orang tua mbak. Kebanyakan para pembuat gula belajarnya turun temurun dari orang tua. Atau, kami biasanya cuma tukar pengalaman dengan pembuat gula yang lain. Misalnya kalau gula buatan saya kok jadi lembek, nggak mau keras, saya tanya ke pembuat lain, kira-kira kenapa dan bagaimana cara membuat gula biar bisa bagus.”(wawancara 14 Januari 2012)

Pewarisan keterampilan ini menjadikan produk-produk yang dihasilkan juga masih berorientasi pada kondisi produk yang sama dengan produk pada masa lalu. Produk tersebut biasanya hanya mempunyai satu bentuk dan pengemasan. Hal tersebut kurang dapat mengimbangi permintaan pasar, dimana konsumen saat ini dihadapkan dengan pilihan produk dan kemasan yang bervariasi dari industri-industri lain. Untuk dapat meningkatkan persaingan dalam Pewarisan keterampilan ini menjadikan produk-produk yang dihasilkan juga masih berorientasi pada kondisi produk yang sama dengan produk pada masa lalu. Produk tersebut biasanya hanya mempunyai satu bentuk dan pengemasan. Hal tersebut kurang dapat mengimbangi permintaan pasar, dimana konsumen saat ini dihadapkan dengan pilihan produk dan kemasan yang bervariasi dari industri-industri lain. Untuk dapat meningkatkan persaingan dalam

Hal tersebut sesuai dengan keterangan dari Bapak Sarwono, salah satu pembuat gula kelapa : “Kita ya dari dulu mbuat gulanya seperti itu mbak. Cetakannya

sama, dan penjualanya biasanya tiap kilogram, atau tiap 10 biji.”(wawancara 14 Januari 2012)

Untuk menciptakan inovasi baru, diadakan pelatihan kepada pelaku IKM gula kelapa. Salah satu kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan oleh Disperindagkop Kabupaten Purworejo, yaitu penyelenggaraan pelatihan kepada 20 orang perajin gula kelapa di Kec. Ngombol, yang dilaksanakan pada tanggal 26 s/d 28 Juli 2011 dengan narasumber dari Asosiasi Gula Purworejo dan Penyuluh Disperindagkop Kab. Purworejo. Menurut Kepala Bidang Industri Disperindagkop Kab. Purworejo, Ir. Subagiyo, Msi, selain untuk meningkatkan daya saing produk, pelatihan ini juga ditujukan untuk meningkatkan ketrampilan pelaku IKM dan membekali dengan peralatan produksi guna mendukukng proses produksi. Diharapkan alat tersebut dapat dipergunakan sebagai kegiatan usaha rutin yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pelaku IKM. Selain itu pelatihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan mutu produk dengan menerapkan proses produksi sesuai dengan standar, untuk Untuk menciptakan inovasi baru, diadakan pelatihan kepada pelaku IKM gula kelapa. Salah satu kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan oleh Disperindagkop Kabupaten Purworejo, yaitu penyelenggaraan pelatihan kepada 20 orang perajin gula kelapa di Kec. Ngombol, yang dilaksanakan pada tanggal 26 s/d 28 Juli 2011 dengan narasumber dari Asosiasi Gula Purworejo dan Penyuluh Disperindagkop Kab. Purworejo. Menurut Kepala Bidang Industri Disperindagkop Kab. Purworejo, Ir. Subagiyo, Msi, selain untuk meningkatkan daya saing produk, pelatihan ini juga ditujukan untuk meningkatkan ketrampilan pelaku IKM dan membekali dengan peralatan produksi guna mendukukng proses produksi. Diharapkan alat tersebut dapat dipergunakan sebagai kegiatan usaha rutin yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pelaku IKM. Selain itu pelatihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan mutu produk dengan menerapkan proses produksi sesuai dengan standar, untuk

a) Membuat Gula kembali ke pengawet alami (Kulit Manggis dan

Kapur).

b) Membuat bentuk gula dengan aneka ragam bentuk (Bentuk Dakon

dan Bentuk Bumbung).

c) Penganekaragaman produk pada pengemasannya (1/2 Kg dan 1

Kg).

Dengan diversivikasi produk diharapkan industri gula akan dapat meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, sehingga akan menarik lebih banyak konsumen karena lebih banyak pilihan produk.

Pengembangan produk juga dilakukan pada sentra-sentra industri kecil dan menengah lainya, salah satunya yaitu pelatihan pengembangan desain-desain baru dalam industri pembuatan sangkar burung di Desa Wirun Kecamatan Kutoarjo. Pengembangan desain sangkar burung ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing produk-produk sangkar burung dari Kabupaten Purworejo dengan produk-produk dari luar daerah. Seperti yang dikatakan Sukirman, salah satu pembuat sangkar burung, bahwa di pasaran banyak produk-produk sangkar burung dari daerah lain yang masing- masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Untuk meningkatkan daya saing di pasaran, perajin sangkar burung dari kabupaten Purworejo diberi pelatihan untuk pengembangan desain sangkar Pengembangan produk juga dilakukan pada sentra-sentra industri kecil dan menengah lainya, salah satunya yaitu pelatihan pengembangan desain-desain baru dalam industri pembuatan sangkar burung di Desa Wirun Kecamatan Kutoarjo. Pengembangan desain sangkar burung ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing produk-produk sangkar burung dari Kabupaten Purworejo dengan produk-produk dari luar daerah. Seperti yang dikatakan Sukirman, salah satu pembuat sangkar burung, bahwa di pasaran banyak produk-produk sangkar burung dari daerah lain yang masing- masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Untuk meningkatkan daya saing di pasaran, perajin sangkar burung dari kabupaten Purworejo diberi pelatihan untuk pengembangan desain sangkar

“Kami diajari untuk membuat sangkar burung dengan model- model baru, teknik mengecat agar catnya halus dan rata, dan pemilihan warna cat untuk membuat sangkar burung terlihat lebih menarik.”( wawancara 14 Januari 2012)

Pelatihan yang diberikan tersebut bertujuan untuk meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta mendorong penerapan standarisasi produk bagi industri kecil dan menengah. Dengan pelatihan tersebut industri kecil dan menengah dapat menciptakan inovasi baru dalam produk, juga untuk meningkatkan standar mutu produk agar sesuai dengan permintaan pasar. Dengan pengembangan dan diversivikasi produk, IKM mempunyai variasi baru daya saing yang lebih tinggi dalam produknya yang diharapkan akan dapat lebih menarik peminat untuk membeli sesuai dengan kebutuhannya.

2) Pelatihan Pemasaran

Kegiatan pelatihan juga diberikan dalam bidang pemasaran untuk meningkatkan pemanfaatan pasar dan akses pasar bagi industri kecil dan menengah. Tujuan diberikannya pelatihan dalam bidang pemasaran adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pelaku industri dan menengah dalam hal pemasaran produk-

Industri kecil dan menengah cenderung mempunyai jaringan pasar yang rendah karena produksinya masih berskala kecil dan biasanya hanya dikenal oleh sebagian kecil masyarakat. Selain itu, karena produknya kurang kompetitif jika dibandingkan dengan industri yang lebih besar, produk-produk dari IKM kurang dapat memasuki pasaran. Dalam pemasaran, IKM cenderung mempunyai jaringan yang kecil dan tingkat promosi yang rendah sehingga jangkauan pemasarannya juga kecil. Pemasaran produk-produk IKM kebanyakan hanya bersifat lokal.

Beberapa industri kecil dan menengah mempunyai prospek yang sangat bagus karena produknya merupakan barang-barang kebutuhan utama masyarakat, namun tidak dipungkiri bahwa industri kecil tersebut mengalami kendala dalam pemasarannya. Hal ini terjadi pada sebagian besar industri kecil. Industri kecil dan menengah yang menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Purworejo dan mempunyai keragaman produk dengan kualitas dan bentuk ataupun kemasan serta area pemasaran yang berbeda. Dalam pemasarannya, biasanya para produsen menjual produknya kepada tengkulak, baru tengkulak tersebut yang akan mendistribusikan ke pasar-pasar. Harga yang dipatok tegkulak biasanya jauh lebih rendah dari harga pasar, sehingga keuntungan terbesar hanya dimiliki oleh tengkulak. Selama ini, sebagian pelaku industri kecil tidak dapat memasarkan hasilnya sendiri ke luar daerah dikarenakan keterbatasan kemampuan untuk Beberapa industri kecil dan menengah mempunyai prospek yang sangat bagus karena produknya merupakan barang-barang kebutuhan utama masyarakat, namun tidak dipungkiri bahwa industri kecil tersebut mengalami kendala dalam pemasarannya. Hal ini terjadi pada sebagian besar industri kecil. Industri kecil dan menengah yang menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Purworejo dan mempunyai keragaman produk dengan kualitas dan bentuk ataupun kemasan serta area pemasaran yang berbeda. Dalam pemasarannya, biasanya para produsen menjual produknya kepada tengkulak, baru tengkulak tersebut yang akan mendistribusikan ke pasar-pasar. Harga yang dipatok tegkulak biasanya jauh lebih rendah dari harga pasar, sehingga keuntungan terbesar hanya dimiliki oleh tengkulak. Selama ini, sebagian pelaku industri kecil tidak dapat memasarkan hasilnya sendiri ke luar daerah dikarenakan keterbatasan kemampuan untuk

“Produk gula kelapa yang dihasilkan hanya dipasarkan melalui tengkulak. Otomatis harganya ya mengikuti patokan tengkulak.”(wawancara 13 Januari 2012)

Hal yang sama juga dikatakan oleh Sarwono, pembuat gula kelapa dari Pituruh : “Setelah gulanya jadi, akan ada orang yang mengambil dan

baru memasarkannya, entah itu ke pasar, ke pabrik, atau ke daerah lain. Kami hanya membuat gula.”(wawancara 14 Januari 2012)

Banyaknya sentra-sentra industri gula kelapa yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Purworejo kemudian dibentuk kelompok industri di beberapa daerah. Dengan pembentukan kelompok- kelompok industri ini, akan mempermudah Disperindakop dalam melakukan pembinaan dan pengembangan. Pembentukan kelompok- kelompok industri tersebut digunakan sebagai wadah bagi pemilik sentra-sentra industri gula untuk berdiskusi dan sebagai jembatan untuk berdialog dengan Disperindagkop.

Selain sentra industri gula kelapa, beberapa sentra lain telah mempunyai kelompok-kelompok usaha. Pelaku-pelaku industri kecil dan menengah yang tergabung dalam kelompok usaha ini mempunyai satu orang yang bertindak sebagai pengumpul hasil-hasil dari kelompok ini, dan memasarkanya. Hal ini dilakukan sebagai salah Selain sentra industri gula kelapa, beberapa sentra lain telah mempunyai kelompok-kelompok usaha. Pelaku-pelaku industri kecil dan menengah yang tergabung dalam kelompok usaha ini mempunyai satu orang yang bertindak sebagai pengumpul hasil-hasil dari kelompok ini, dan memasarkanya. Hal ini dilakukan sebagai salah

“Di desa ini, kami mempunyai tiga kelompok. Dari masing- masing kelompok mempunyai orang yang bertindak sebagai pengepul hasil-hasil lainya, dan orang ini yang akan memasarkan produknya nanti.”(wawancara 14 Januari)

Dengan strategi pemasaran seperti ini, para pelaku IKM akan lebih mudah dalam memasarkan produknya. Pelatihan pemasaran juga diberikan dengan pemberian penyuluhan tentang tentang konsep dan cara-cara pemasaran hasil industri kecil dan menengah. Disperindagkop kabupaten Purworejo melakukan pembinaan dan pengembangan IKM dalam bidang pemasaran dengan mengadakan penyuluhan pada pelaku IKM. Dalam penyuluhan tersebut, diterangkan kepada para peserta mengenai dasar- dasar pemasaran dan aplikasi pemasaran dilapangan. Selain dijelaskan menegenai kondisi dan kendala yang ada dalam bidang pemasaran, juga diberikan teknik-teknik pemasaran mulai dari cara mencari pasar, promosi, hingga teknik pemeliharaan pasar.

Dalam penyuluhan pemasaran juga diberikan materi-materi tentang cara-cara meningkatkan promosi IKM, misal dengan membuat selebaran-selebaran untuk promosi, membuat iklan melalui media internet, atau pembuatan kartu nama yang dapat disebarkan. Upaya pemberdayaan dalam bidang pemasaran yang dilakukan oleh Dalam penyuluhan pemasaran juga diberikan materi-materi tentang cara-cara meningkatkan promosi IKM, misal dengan membuat selebaran-selebaran untuk promosi, membuat iklan melalui media internet, atau pembuatan kartu nama yang dapat disebarkan. Upaya pemberdayaan dalam bidang pemasaran yang dilakukan oleh

“Dinas hanya memberikan informasi tentang adanya pihak yang dapat diajak bekerja sama membuka jaringan. Dinas tidak dapat mengintervensi bahwa suatu unit harus membuka jaringan dengan suatu pihak.”(wawancara 14 Januari 2012)

Namun demikian, upaya pemberdayaan dalam bidang pemasaran cukup membantu pelaku IKM untuk memperluas jaringan pemasaran produk mereka. Beberapa pelaku IKM memiliki jaringan yang lebih luas baik dalam hal bahan baku, maupun penjualan. Hal tersebut seperti diungkapkan Sukirman, salah satu pelaku IKM :

“Dalam penyuluhan pemasaran kami juga diberitahu agen- agen penyedia bahan baku dan penjualan yang dapat kami ajak bekerja sama. Saya juga mendapat jaringan yang lebih untuk pengadaan rotan, karena rotan sering sulit dicari.”(wawancara

14 Januari 2012) Bapak Sukirman juga menjelaskan bahwa dia mulai membuat stan di kota untuk meningkatkan promosi produknya. Walaupun stan tersebut masih memanfaatkan tempat orang lain. Seperti pernyataanya berikut ini :

“Saya juga mulai membuat stan sementara dengan ikut di tempat jualan teman saya di kota. Saya bawa beberapa contoh produk saya untuk dijual. Jika ada konsumen yang tertarik, barang bisa langsung terjual. Saat itu juga saya “Saya juga mulai membuat stan sementara dengan ikut di tempat jualan teman saya di kota. Saya bawa beberapa contoh produk saya untuk dijual. Jika ada konsumen yang tertarik, barang bisa langsung terjual. Saat itu juga saya

Strategi pemasaran seperti hal diatas dapat membantu meningkatkan penjualan produk IKM. Namun, sebagian besar IKM belum memanfaatkan akses internet untuk memasarkan hasil mereka, karena terkendala kemampuan penggunaan teknologi internet.

3) Pelatihan dalam bidang sumber daya manusia.

Sumber daya manusia merupakan komponen inti dalam suatu organisasi, karena sumber daya manusia sebagai penggerak kegiatan dalam organisasi tersebut. Hal tersebut juga berlaku bagi industri kecil dan menengah. Manusia sebagai pelaku industri dalam industri kecil dan menengah harus mempunyai keterampilan dalam menjalankan usaha industrinya. Namun dalam kenyataanya, banyak industri kecil dan menengah yang menghadapi permasalahan dengan terbatasnya kemampuan sumber daya manusianya.

Sebagian besar IKM tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang dilakukan secara turun temurun. Keterbatasan SDM dalam industri kecil dan menengah baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilanya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga IKM akan sulit untuk berkembang dengan optimal. Selain itu, dengan keterbatasan SDM, industri kecil dan menengah relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing Sebagian besar IKM tumbuh secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang dilakukan secara turun temurun. Keterbatasan SDM dalam industri kecil dan menengah baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilanya sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga IKM akan sulit untuk berkembang dengan optimal. Selain itu, dengan keterbatasan SDM, industri kecil dan menengah relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan daya saing

“Sebenarnya, permasalahan utama dalam perkembangan industri kecil dan menengah itu terletak pada kualitas sumber daya manusianya, karena sebagian besar pelaku industri kecil dan menengah merupakan petani yang beralih profesi, sehingga mereka tidak begitu memahami dalam pengelolaan industri”.(wawancara 13 September 2011)

Tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta jiwa wirausaha yang mempunyai tanggung jawab tinggi dalam mewujudkan usaha yang mandiri, produktif, kreatif dan inovatif. Pemberdayaan sumber daya manusia pelaku industri kecil dan menengah dilakukan dengan bentuk penyuluhan, pendidikan dan pelatihan keterampilan dan kemampuan manajerial.

Penyuluhan dan pelatihan diberikan kepada pelaku industri kecil dan menengah terutama dalam pelatihan keterampilan. Salah satu kegiatanya adalah Disperindagkop Kabupaten Purworejo melakukan pelatihan keterampilan penggunaan alat-alat dalam pengembangan desain pembuatan sangkar burung kepada perajin Sangkar Burung di Desa Wirun, Kecamatan Kutoarjo. Kegiatan pelatihan penggunaan alat dalam pengembangan desain sangkar burung dilakukan dengan tujuan agar kerajinan sangkar burung di

Wirun makin berkembang baik model maupun teknik pembuatannya. Kegiatan ini juga diisi dengan praktek pembuatan sangkar burung oleh para perajin dan pelatihan teknik semprot. Hal ini diakui oleh Sukirman, salah satu perajin sangkar burung di Wirun, :

“Kami dikenalkan dengan alat-alat baru, kemudian kami diajari cara menggunakannya. Kami juga melakukan praktek pembuatan sangkar burung dengan menggunakan alat-alat tersebut.”(wawancara 14 Januari 2012)

Kegiatan pelatihan keterampilan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis para pelaku IKM. Selain pelatihan, pengembangan sumber daya manusia juga dilakukan dengan penyuluhan-penyuluhan yang pada umumnya diberikan materi tentang kewirausahaan, pemasaran, serta pemberian materi inti misal tentang teknik produksi, manajemen keuangan, manajemen kualitas, dan sebagainya.

Hal ini dijelaskan oleh Bapak Sukirman, pelaku industri kecil pembuatan sangkar burung, : “Dulu, pada hari pertama kami diberi penyuluhan tentang

pembentukan koperasi, pemasaran, dan kewirausahaan. Setelah itu, hari kedua dan ketiga kami praktek membuat sangkar burung dengan desain baru.”(wawancara 14 Januari 2012)

Dalam kegiatan penyuluhan ini, pemberi materi berasal dari tenaga penyuluh dinas, pejabat dinas yang berkompeten, serta dari praktisi ataupun mengundang pelatih dari balai-balai milik pemerintah.

Sesuai dengan pernyataan dari Bapak Fakhrudin, staff Disperindagkop : “Materi yang diberikan sesuai dengan jenis pelatihannya, pada

umumnya diberikan juga materi tentang kewirausahaan bagi yang masih awal, terus pemasaran serta pemberian materi inti, semisal tentang teknik produksi, manajemen keuangan, manajemen kualitas, dsb. Sedangkan pemberi materi berasal dari tenaga penyuluh dinas dan juga pejabat dinas yang berkompeten serta dari praktisi ataupun mengundang pelatih dari balai-balai milik pemerintah.”(wawancara 13 Januari 2012)

Pelatihan juga dapat dilakukan dengan mengirim pelaku IKM ke pelatihan yang diselenggarakan oleh balai-balai industri, provinsi maupun kementerian.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pelaku IKM. Bekal keterampilan dan keahlian ini sangat berguna dalam kegiatan produksi, yang akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, dan nantinya dapat meningkatkan perkembangan IKM.

b. Bantuan peralatan.

Salah satu kendala yang dialami industri kecil dan menengah adalah dalam hal permodalan. Permodalan dalam hal ini dapat dikaitkan dengan modal yang berupa uang maupun peralatan yang dimiliki oleh industri kecil dan menengah. Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu usaha. Namun kebanyakan IKM Salah satu kendala yang dialami industri kecil dan menengah adalah dalam hal permodalan. Permodalan dalam hal ini dapat dikaitkan dengan modal yang berupa uang maupun peralatan yang dimiliki oleh industri kecil dan menengah. Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu usaha. Namun kebanyakan IKM

Beberapa pelaku industri kecil dan menengah mengaku mereka hanya mempunyai modal dari harta pribadi keluarga. Ibu Sumirah, salah satu pelaku IKM, mengaku pernah melakukan pinjaman uang pada salah satu lembaga peminjam uang, dengan sistem cicilan :

“Saya pernah melakukan pinjaman modal pada lembaga peminjam modal, dan saya harus mengembalikannya dengan menyicil setiap bulan. Tapi saya tidak pernah meminjam ke bank, karena tidak mempunyai barang yang akan dijadikan jaminan. Jadi ya, usaha saya modalnya seadanya saja.”(wawancara 14 Januari 2012)

Keterbatasan modal juga dialami beberapa pelaku industri dan menengah lainya. Salah satunya juga dialami oleh pelaku IKM pembuat sangkar burung, Bapak Sukirman, yang mengaku memiliki keterbatasan peralatan produksi :

“Peralatan yang kami miliki masih sangat sederhana, jadi proses pengerjaannya juga membutuhkan waktu yang lebih lama. Sementara, untuk membeli alat yang lebih baik, modal kami belum cukup.”(wawancara 14 Januari 2012)

Hal yang sama juga disampaikan oleh pembuat gula, Bapak Sarwono, yang mengaku memilki alat yang terbatas, yaitu cetakan gula dan wajan. Seperti pernyataannya berikut :

“Peralatan untuk membuat gula yang paling utama adalah wajan yang besar, dan cetakan. Tapi alat yang saya miliki masih sedikit mbak. Karena sudah lama, cetakanya banyak yang rusak.”(wawancara 14 Januari 2012)

Hal ini dapat menjadikan para pelaku industri kecil dan menengah mengalami penurunan produksi yang juga berakibat pada penurunan pendapatan. Untuk memperkuat permodalan, biasanya pelaku industri kecil dan menengah mencari pinjaman dari bank yang mempunyai sistem-sistem peminjaman bagi industri kecil tanpa adanya agunan, misal Kredit Usaha Rakyat (KUR). Perkuatan permodalan seperti tidak termasuk dalam upaya pemberdayaan oleh Disperindagkop, karena pelaku IKM langsung berinteraksi dengan bank pemberi kredit.

Dalam hal perkuatan permodalan, Disperindagkop tidak memberikan bantuan langsung berupa uang tunai, namun hanya memberikan penyuluhan dan pemberian informasi-informasi tentang adanya bentuk-bentuk bantuan pinjaman yang biasanya berasal dari bank-bank. Dalam hal ini, Disperindagkop hanya bertindak sebagai fasilitator yang memberikan informasi kepada pelaku IKM. Keputusan IKM untuk mengambil bentuk-bentuk pinjaman dari bank atau lembaga lain berdasar pada keputusan dari IKM tersebut, dinas tidak berperan dalam penentuannya.

Untuk meningkatkan kekuatan industri kecil dan menengah, Disperindagkop juga memberikan bantuan peralatan kepada unit-unit industri kecil dan menengah. Bantuan peralatan ini dimaksudkan agar industri kecil dan menengah dapat meningkatkan produksinya baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Pemberian bantuan peralatan ini bersifat pinjam pakai, yaitu Disperindagkop memberikan atau menghibahkan peralatan kepada pelaku IKM untuk digunakan, namun Disperindagkop mempunyai hak untuk menarik peralatan tersebut kembali apabila dalam dalam monitoring yang dilakukan Disperindagkop, peralatan tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya oleh pelaku IKM.

Pemberian bantuan peralatan juga disertai dengan pelatihan tentang penggunaan alat-alat tersebut. Dalam upaya pemberian bantuan peralatan ini, alat-alat yang diberikan juga merupakan alat-alat yang sudah menggunakan teknologi yang lebih baik dari alat-alat yang dimiliki para pelaku IKM selama ini. Hal ini juga merupakan upaya Disperindagkop untuk memasukkan teknologi yang lebih maju dalam produksi industri kecil dan menengah, sehingga nantinya ada adaptasi teknologi yang akan memudahkan dalam kegiatan produksi industri kecil dan menengah. Pemberian bantuan alat juga diikuti dengan peningkatan teknologi, seperti yang disampaikan olehKepala seksi industri kimia agro, Bapak A.N Firdaus, :

“Kaitanya dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, kami juga melakukan pembaharuan pada peralatan yang digunakan, disesuaikan dengan teknologi yang lebih maju dan lebih baik.”

Salah satu kegiatan pemberian bantuan dilakukan kepada perajin sangkar burung di Desa Wirun Kec. Kutoarjo. Disperindagkop memberikan beberapa kompresor, alat bor, dan spray gun, serta memberikan pelatihan bagaimana cara penggunaan alat-alat tersebut. Hal ini dibenarkan oleh Sukirman, bahwa Disperindagkop memberikan beberapa bantuan peralatan dengan teknologi yang lebih baik, :

“Dulu kami cuma menggunakan alat seadanya, seperti kuas untuk mengecat. Tapi sekarang kami mempunyai spray gun. Selain itu, kami juga mendapat kompressor. Dengan bantuan alat-alat ini, pekerjaan kami jadi lebih cepat, rapi, dan lebih bagus.”(wawancara

14 Januari 2012) Selain dengan memberikan bantuan langsung kepada pelaku

IKM, Disperindagkop juga bekerja sama dengan pelaku IKM untuk mengirimkan proposal permohonan bantuan ke Dinas Perindag Provinsi Jawa Tengah. Seperti yang terjadi pada pembuat gula di Desa Wareng Kec. Butuh. Mereka menerima bantuan alat pembuatan gula yang diberikan langsung oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah. Bantuan yang diberikan berupa 15 sabit deres, 15 wajan baja kapasitas 15 kg sebanyak, 15 sarangan tungku, dan 3 karung cetakan gula dari bambu. Bantuan peralatan tersebut berstatus pinjam pakai, sehingga tidak boleh dialihkan ke orang lain ataupun dijual. Adanya bantuan alat ini merupakan usaha bersama yang dilakukan oleh kelompok usaha pembuat gula kelapa di Desa Wareng IKM, Disperindagkop juga bekerja sama dengan pelaku IKM untuk mengirimkan proposal permohonan bantuan ke Dinas Perindag Provinsi Jawa Tengah. Seperti yang terjadi pada pembuat gula di Desa Wareng Kec. Butuh. Mereka menerima bantuan alat pembuatan gula yang diberikan langsung oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah. Bantuan yang diberikan berupa 15 sabit deres, 15 wajan baja kapasitas 15 kg sebanyak, 15 sarangan tungku, dan 3 karung cetakan gula dari bambu. Bantuan peralatan tersebut berstatus pinjam pakai, sehingga tidak boleh dialihkan ke orang lain ataupun dijual. Adanya bantuan alat ini merupakan usaha bersama yang dilakukan oleh kelompok usaha pembuat gula kelapa di Desa Wareng

Bantuan peralatan tersebut diakui sangat membantu produktivitas para pelaku industri kecil dan menengah. Seperti pernyataan dari Bapak Sukirman, salah satu pelaku IKM, :

“Alat-alat baru tersebut sangat membantu kami untuk mempercepat proses pengerjaan. Dulu untuk membuat lubang kecil di rotan kami harus hati-hati dan pelan-pelan. Setelah pakai alat bor, hal itu bisa lebih cepat dilakukan.”(wawancara 14 Januari 2012)

Mereka mengaku dengan adanya bantuan peralatan yang lebih baik. Mereka mendapat keterampilan dan peralatan baru yang memudahkan pekerjaan mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemberian bantuan peralatan yang disertai dengan peningkatan teknologi tersebut mampu membantu pelaku IKM dalam kegiatan produksinya, sehingga dapat memajukan IKM.

c. Pameran produk.

Pameran produk-produk industri kecil dan menengah merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan industri kecil dan menengah, yang termasuk dalam pemberdayaan bidang pemasaran. Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2008 yang menyebutkan bahwa dalam pembinaan dan pengembangan pemasaran bagi usaha kecil, salah satunya dilakukan dengan memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran, dan distribusi. Untuk lebih mengenalkan produk-produk industri kecil dan Pameran produk-produk industri kecil dan menengah merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan industri kecil dan menengah, yang termasuk dalam pemberdayaan bidang pemasaran. Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2008 yang menyebutkan bahwa dalam pembinaan dan pengembangan pemasaran bagi usaha kecil, salah satunya dilakukan dengan memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran, dan distribusi. Untuk lebih mengenalkan produk-produk industri kecil dan

“Dalam rangka promosi produk IKM, biasanya Disperindagkop mengikutkan produk IKM pada pameran-pameran yang diselenggarakan, baik di tingkat Kabupaten, Provinsi, maupun nasional. Kegiatan pameran ini, pada prinsipnya semua unit IKM bisa diikutkan, tapi dinas akan melihat jenis pameran apa yang ada dan akan memilih IKM yang akan diikutkan yang sesuai dengan kualifikasi dari penyelenggara pameran. Dinas akan memilah mana IKM yang potensial yang akan didahulukan untuk ikut dalam pameran.” (wawancara 13 September 2011)

Hal tersebut juga diakui oleh Bapak Sukirman, salah satu pelaku industri kecil dan menengah yang mengatakan : “Produk kami sering ikut dalam pameran-pameran untuk promosi.

Biasanya kalau ada acara-acara di kabupaten maupun provinsi, kami diminta untuk mengirimkan produk kami untuk diikutkan dalam pameran. Produk kami pernah mengikuti pameran di Yoyakarta, Semarang, Jakarta, dan daerah lain.”(wawancara 14 Januari 2012)

Kabupaten Purworejo banyak mengikutkan produk-produk industri kecil dan menengah dalam kegiatan-kegiatan yang ada. Dalam satu tahun, terdapat beberapa kegiatan di wilayah kabupaten yang juga dijadikan sebagai ajang promosi bagi produk-produk industri kecil dan menengah. Bapak A.N Firdaus, kepala seksi industri kimia agro dan hasil

“Untuk pameran produk, kami sering membawa produk-produk IKM untuk ikut dalam acara baik di Kabupaten Purworejo maupun provinsi. Setiap tahun, pasti ada suatu acara yang juga menjadi acara untuk pameran produk, misal dalam acara hari ulang tahun Koperasi, ulang tahun kabupaten, atau acara-acara lainya.”(wawancara 13 September 2011)

Dengan pameran industri kecil dan menengah dapat memperluas pangsa pasar, menambah koneksi dan juga bisa membandingkan dengan produk-produk pesaing dan bisa melakukan inovasi terhadap produk- produknya. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Sukirman :

“Biasanya kalau ikut pameran, kami mengamati dan mencari tahu produk lain yang ikut pameran, istilahnya belajar gitu, dari orang lain. Kalau lihat produk yang lebih bagus, kami bisa tukar pendapat bagaimana cara untuk membuatnya. Selain itu, kami juga jadi kenal banyak orang, baik itu pembeli maupun penjual bahan baku. Jadi kami bisa bekerjasama nantinya.”

Dalam suatu pameran, pihak-pihak yang diundang dan datang terdiri tidak hanya dari konsumen, namun juga dari berbagai pihak termasuk pemasok bahan baku. Dengan demikian, IKM dapat memperluas jaringan baik itu dalam hal penyediaan bahan baku maupun pemasaran. Dalam hal ini, IKM berinisiatif sendiri untuk membuka jaringan dengan pihak-pihak lain, Disperindagkop hanya bertindak sebagai fasilitator dengan mengundang pihak-pihak yang terkai dalam suatu pameran.

Salah satu kekurangan yang dimilki oleh pelaku IKM saat mengikuti pameran, yaitu mereka belum tergerak untuk membuat brosur,

Padahal, hal tersebut merupakan langkah sangat baik untuk menarik konsumen. Sesuai peryataan dari Bapak Fakhrudin, staff Disperindagkop Kabupaten Purworejo :

“Sayangnya belum ada kesadaran dari pelaku IKM untuk membuat kartu nama, atau brosur dan sebagainya, yang dapat disebarkan pada pengunjung pameran. Mereka beranggapan kalau pameran itu hanya membawa dan menjual produk mereka.”(wawancara 13 Januari 2012)

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Bapak Sukirman, “Kami nggak pernah membuat kartu nama, brosur, dan

sebagainya saat ikut pameran untuk dibagikan pada pengunjung. Kalau untuk berkenalan dengan pengusaha lain atau penyedia bahan baku, kami cukup bertukar nomor ponsel saja.”(wawancara

14 Januari 2012) Hal tersebut menunjukkan meskipun pembinaan dan pengembangan telah dilakukan oleh Disperindagkop, namun masih terdapat beberapa kekurangan.

Dari pelaksanaan pemberdayaan IKM yang telah dilakukan, banyak manfaat yang diperoleh IKM. Manfaat tersebut diantaranya yaitu bertambahnya pengetahuan dan keterampilan pelaku IKM dari kegiatan pelatihan dan penyuluhan. Selain itu, IKM dapat memiliki peralatan baru yang lebih modern untuk produksinya, serta IKM dapat memiliki beberapa jaringan untuk bekerjasama.

Namun demikian, dalam pelaksanaan pemberdayaan, terdapat kendala yang menghambat proses tersebut. Secara garis besar, kendala yang dihadapi Diserindagkop berupa ketimpangan antara jumlah aparat yang terbatas dengan jumlah pelaku IKM yang sangat banyak. Untuk

mengatasi hal tersebut, dinas bekerja sama dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan pemberdayaan, misalnya pengusaha- pengusaha yang sudah lebih maju atau orang-orang yang menguasai suatu bidang yang berhubungan dengan kegiatan pemberdayaan tersebut. Selain hal tersebut, untuk mempermudah dan memberikan cakupan yang lebih luas, dinas mengelompokkan pelaku-pelaku IKM ke dalam beberapa kelompok dan melakukan kegiatan pemberdayaan secara kelompok, sehingga kegiatan pemberdayaan dapat diberikan secara menyeluruh. Hal tersebut dijelaskan oleh kepala seksi industri kimia agro dan hasil hutan, Bp A.N Firdaus :

“Jumlah aparat dinas sedikit, sementara jumlah IKM yang ada sangat banyak. Untuk itu, kegiatan pemberdayaan biasanya melibatkan banyak orang, tidak hanya dilakukan oleh staff yang berada di bidang industri, namun juga melibatkan bidang lain dan beberapa pihak dari luar dinas yang berkompeten dalam kegiatan yang akan kami laksanakan. Selain itu, dalam kegiatan pemberdayaan, biasanya kami mengelompokkan pelaku-pelaku IKM untuk mempermudah proses pemberdayaan.”(wawancara 13 September 2011)

Dengan demikian, untuk dapat melakukan pemberdayaan agar lebih menyeluruh, Disperindagkop melibatkan beberapa pihak yang berkompeten untuk membantu pelaksanaan pemberdayaan tersebut.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Purworejo mempunyai industri kecil dan menengah dalam jumlah yang banyak, namun belum semua IKM tersebut dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, Disperindagkop Kabupaten Purworejo melaksanakan upaya pemberdayaan industri kecil dan menengah untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan industri kecil dan menengah. Proses pemberdayaan IKM tersebut melalui kegiatan sebagai berikut :

1. Penentuan sasaran dan analisis kebutuhan. Kegiatan ini sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, meskipun dinas membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus mengcover seluruh IKM yang ada di wilayah Kabupaten Purworejo.

2. Penyiapan program pemberdayaan dan sosialisasi kegiatan.

Penyiapan program dan sosialisasi sudah berjalan sesuai dengan perencanaan. Masyarakat menerima dan bersedia untuk mengikuti rangkaian program pemebrdayaan.

3. Pelaksanaan pemberdayaan dengan bentuk pelatihan, bantuan peralatan, dan pameran produk.

Pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan Disperindagkop secara umum sudah berjalan dengan sesuai dengan perencanaan. IKM Pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan Disperindagkop secara umum sudah berjalan dengan sesuai dengan perencanaan. IKM

Namun, masih terdapat beberapa IKM yang kurang antusias dengan program pemberdayaan yang dilakukan Disperindagkop. Mereka cenderung menyukai cara-cara, dan sulit untuk menerima cara-cara baru yang disampaikan melalui program pemberdayaan, meskipun cara baru yang diajarkan ini bertujuan untuk memajukan IKM.

B. Saran

Berdasarkan analisis di atas, saran yang dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengenalkan dan mengajarkan cara-cara baru pada IKM, sebaiknya Disperindagkop melakukan pendampingan langsung pada IKM dalam kegiatan-kegiatan IKM yang menggunakan cara-cara baru. Misalnya, dalam penggunaan peralatan baru yang masih asing dan susah bagi pelaku IKM, aparat dari Disperindagkop menyempatkan diri untuk mendampingi, memberikan bimbingan, dan membiasakan pelaku IKM dalam penggunaan alat tersebut.

2. Agar Disperindagkop dapat mengcover seluruh IKM yang terdapat di Kabupaten Purworejo, Disperindagkop dapat mengambil perwakilan dari beberapa jenis IKM di suatu wilayah untuk mengikuti program pemberdayaan terlebih dulu. Misalnya dari beberapa wilayah yang mempunyai jenis IKM yang sama, dinas mengambil perwakilan dari 2. Agar Disperindagkop dapat mengcover seluruh IKM yang terdapat di Kabupaten Purworejo, Disperindagkop dapat mengambil perwakilan dari beberapa jenis IKM di suatu wilayah untuk mengikuti program pemberdayaan terlebih dulu. Misalnya dari beberapa wilayah yang mempunyai jenis IKM yang sama, dinas mengambil perwakilan dari

Dokumen yang terkait

Dampak Implementasi TQM terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Industri Menengah dan Industri Besar di Surakarta)

0 0 82

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MASYARAKAT UNTUK TINGGAL DI LOKASI PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Disusun oleh :

0 0 91

Zaman Dustha dan Zaman Nistha dalam Sekar Pralambang Jaman (Analisis Sosiologi Sastra)

0 0 127

TUGAS AKHIR - Analisis prinsip 5c dan 7p pada penyaluran kredit di pt. bpr antar rumeksa arta Karanganyar

2 7 73

PERISTILAHAN DALAM NE’BARUAKNG KULUB CERITA RAKYAT KANAYATN MAMPAWAH DI DESA PAHOKNG KECAMATAN MEMPAWAH HULU Antonia Weni Iyasena, Paternus Hanye, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan, Pontianak e-mail: antoniaweni

0 0 12

KOSAKATA PENGUKURAN DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SAMBAS ARTIKEL PENELITIAN oleh Hidayat F11112065

1 0 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN METODE INKUIRI DI MAN 2 FILAIL PONTIANAK Sajidin Muttaqin Putra. Nanang Heryana. Syambasril. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak

0 0 10

KAJIAN STRUKTURALIAME DAN NILAI-NILAI PADA HIKAYAT HANG TUAH JILID I KARYA MUHAMMAD HAJI SALEH Fiky Indra Gunawan Saputra, Antonius Totok Priyadi, Agus Wartiningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan, Pontianak Email : fikyind

0 0 14

Yoga Kharisma Putra Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP UNTAN Pontianak E-mail : yogagoyaaayahoo.co.id Abstract - BIOGRAFI H. MUHAMMAD (TOKOH SENIMAN HADRAH KOTA PONTIANAK)

0 0 12

Konsep Perencanaan dan Perancangan Hotel Resort Di Bukit Patuk Gunungkidul Yang Mengangkat Kearifan Lokal

1 2 89