Pemberdayaan industri kecil dan menengah oleh dinas perindustrian perdagangan dan koperasi kabupaten Purworejo

PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH OLEH DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN PURWOREJO

SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Administrasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh : SALIKAH

D0107017

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

PERNYATAAN

Nama : Salikah NIM : D 0107017

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul :

PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH OLEH DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN

PURWOREJO adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan,

Salikah

MOTTO

”Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka bekerja keraslah (dalam

urusan yang lain)” (Q.S. Al Insyiroh : 6 & 7)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.”

(Aristoteles)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali kita jatuh.” (Confusius)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah, kepada Allah SWT ku ucapkan, hingga skripsi ini dapat selesai dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada :

 Orang tua tersayang, Ibu dan Alm. Bapak yang selalu penuh dengan kesabaran dan kasih sayang mendidik dan membimbingku.  Kakak-kakakku, terima kasih atas dorongan semangat, doa dan semua

bantuannya.

 Teman-teman, sahabat, dan semua yang selalu mendukung dan membantu

hingga terselesaikannya skripsi ini.  Teman-teman Administrasi Negara 2007.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PEMBERDAYAAN INDUSTRI

KECIL DAN MENENGAH OLEH DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN PURWOREJO”.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Progran Studi Administrasi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Ali, M.Si selaku pembimbing skripsi, atas bimbingan, arahan, motivasi, serta kesabarannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan akademis yang telah diberikan selama ini.

3. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si dan Ibu Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Dra. Suhartini, MM selaku kepala Dinas perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo, Bapak Ir. Subagiyo, Msi, selaku Kepala Bidang Industri Disperindagkop Kab. Purworejo, Bapak A.N Firdaus selaku

Kepala Seksi Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan Disperindagkop Kab. Purworejo, Bapak Fakhrudin Hidayat serta seluruh Bapak dan Ibu pegawai di Disperindagkop Kab. Purworejo yang telah memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

6. Pelaku industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo yang telah bersedia menjadi informan dan memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh keluarga besar, sahabat, teman-teman AN 2007 serta semua pihak yang telah membantu dan memotivasiku dalam segala hal terutama proses penyusunan skripsi.

Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan penulis perhatikan. Meskipun demikian, penulis berharap agar penelitian ini dapat dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Mei 2012

Penulis

F. Teknik Analisis Data........................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................

A. Deskripsi Lokasi...............................................................................

1. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo………………………………………………………

2. Gambaran Umum Industri kecil dan Menengah Kabupaten Purworejo....................................................................................

B. Pembahasan.....................................................................................

1. Penentuan Sasaran dan Analisis Kebutuhan................................

2. Penyiapan Program dan Sosialisai Kegiatan...............................

3. Pelaksanaan Program Pemberdayaan..........................................

a. Pelatihan.................................................................................

b. Bantuan Peralatan...................................................................

c. Pameran Produk......................................................................

BAB V PENUTUP..........................................................................................

A. Kesimpulan ....................................................................................

B. Saran…….......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

37

39

39

39

51

53

55

57

59

60

74

79

84

84

85

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan di Kabupaten Purworejo ....................………………………….......................

Tabel 1.2. 5 Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan Prioritas di Kabupaten Purworejo…………………………………………..

Tabel 4.1. Daftar Industri kecil dan Menengah di Kabupaten Purworejo…

51 70

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema dari kerangka berpikir………………………………...

31

Gambar 3.1. Model Analisis Data Interaktif………………………………..

38

Gambar 4.1. Stuktur Organisasi Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Purworejo…………………………………………

46

ABSTRAK SALIKAH. D0107017. Pemberdayaan Industri Kecil Dan Menengah Oleh

Dinas Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi Kabupaten Purworejo. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012

Industri kecil dan menengah merupakan sektor usaha yang banyak berdiri di daerah pedesaan dan memiliki beberapa permasalahan yang menghambat perkembangannya. Seperti halnya di Kabupaten Purworejo, terdapat industri kecil dan menengah yang memiliki permasalahan diantaranya kelemahan dalam permodalan, produksi, dan pemasaran, serta kurangnya keterampilan yang dimiliki pelaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan terhadap industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu informan, peristiwa atau aktivitas yang diamati, serta dokumen dan arsip. Dalam pemilihan informan digunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji validitas data menggunakan teknik trianggulasi data untuk membandingkan informasi yang diperoleh dari narasumber yang berbeda. Analisis data menggunakan teknik analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelaksanaan pemberdayaan industri kecil dan menengah oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo dimulai dengan melakukan survey dan analisis kebutuhan industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo. Hasil survey dan analisis kebutuhan tersebut menjadi dasar perumusan program pemberdayaan yang akan dilakukan. Tahap selanjutnya adalah penyiapan program, sosialisasi dan pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan dilakukan pelatihan keterampilan, pemberian bantuan peralatan, serta pameran produk untuk meningkatkan promosi. Dari pelaksanaan pemberdayaan ini, beberapa IKM dapat memiliki keterampilan lebih dan peralatan yang lebih modern serta menjalin kerjasama dengan beberapa pihak terkait.

Kata kunci : pemberdayaan, industri kecil dan menengah.

ABSTRACT SALIKAH. D0107017. The Empowerment of Small and Medium Industry by

the Office of Industry Trade and Cooperation of Purworejo Regency. Thesis. Department of Administration Sciences. Faculty of Social and Political Sciences. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012

Small and medium industry as a interprises sector, especially in rural areas are most likely encountered several problems that hinder its development. In Purworejo, the small and medium industry’s problem included lack of fund, production, marketing as well as skill of development. This study aims to determine the empowerment of small and medium industry at Purworejo regency, performed by the Office of Industry Trade and Cooperation of Purworejo Regency.

This study is a descriptive qualitative study. The data resources were informants, events or activities observed, and documents and archives. To select the informants, the technique of purposive sampling was applied. Data were collected through interviews, observation, and documentation. Data validation was done by using the technique of data triangulation, to compare information which had been collected from different informants. The data were then analyzed using interactive analysis technique which consisted of data reduction, data presentation, and drawing conclusion.

The results of the study show that the empowerment of small and medium industry performed by the Office of Industry Trade and Cooperation of Purworejo Regency is initiated by conducting a survey and analysing of the needs of small and medium industries in Purworejo. The survey results and analysis of those needs become the basic formulation to conduct the empowerment program. The next step is the preparation of programmes, socialization, and implementation. The implementation stage is conducted trough skills training, providing free aids, and holding products expo to improve the promotion. Through such implementation of empowerment, some small and medium industries performed more skills and provided more modern equipments as well as building a partnerships with several stakeholders.

Keywords : empowerment, small and medium industry.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi ekonomi yang ditandai dengan berlakunya perdagangan bebas antar negara membawa Indonesia untuk ikut dalam perdagangan internasional dan bersaing secara global dengan produk-produk industri dari berbagai negara yang akan masuk ke pasaran internasioanl dan Indonesia. Persaingan antar neagara dalam pasar internasional semakin ketat seiring dengan semakin murahnya sistem produksi dan transportasi serta perkembangan teknologi yang maju.

Untuk dapat bersaing dalam pasar internasional, diperlukan industri dalam negeri yang mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia internasional sehingga mampu menghasilkan produk- produk yang berdaya saing tinggi di pasar dunia. Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam globalisasi perdagangan yaitu Indonesia harus mampu mengembangkan industri nasional yang kompetitif, menghasilkan produk yang mampu bersaing dengan produk luar, mempunyai kualitas sumber daya manusia yang baik, kemampuan adaptasi dengan perkembangan, dan adanya kebijakan pemerintah yang mampu membawa Indonesia bersaing dalam pasar globalisasi.

Globalisasi perdagangan meningkatkan industrialisasi di dunia, dan mendorong negara-negara berkembang termasuk Indonesia untuk Globalisasi perdagangan meningkatkan industrialisasi di dunia, dan mendorong negara-negara berkembang termasuk Indonesia untuk

Salah satu sektor yang diprioritaskan dalam pembangunan ekonomi nasional adalah sektor industri. Sektor industri merupakan sektor yang utama dan sangat potensial dalam perekonomian nasional karena sektor industri berperan terhadap peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, investasi, dan ekspor. Pengembangan industri di Indonesia sangat potensial, karena Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah dan dapat diolah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk mengembangkan industri dalam negeri yang termuat dalam peraturan Presiden Nomor 28 tahun 2007 tentang Kebijakan Industri Nasional. Dalam peraturan tersebut pemerintah menetapkan Kebijakan Industri Nasional yang mencakup Bangun Industri Nasional, Strategi Pembangunan Industri Nasional dan Fasilitas Pemerintah sebagai pedoman dalam pengembangan industri nasional. Kebijakan Industri Nasional menetapkan arah dan kebijakan industri yang disepakati bersama agar jelas bentuk bangun industri yang tumbuh dan tercapai tujuan pembangunan industri yang diinginkan.

Salah satu kelompok industri yang mempunyai peluang berkembang adalah industri kecil menengah. Indonesia memiliki banyak industri yang Salah satu kelompok industri yang mempunyai peluang berkembang adalah industri kecil menengah. Indonesia memiliki banyak industri yang

Kabupaten Purworejo memiliki potensi industri kecil dan menengah yang cukup besar dan dari tahun ke tahun terdapat kecenderungan peningkatan jumlah industri kecil menengah/industri rumahan di Kabupaten Purworejo. Data yang berhasil diperoleh oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Purworejo, bahwa di Kabupaten Purworejo terdapat sekitar 15.793 unit IKM dengan jumlah tenaga kerja 26.198 pada tahun 2008, 16.289 unit IKM dan tenaga kerja 26.244 pada tahun 2009, dan 18.568 unit IKM dengan tenaga kerja 28.170 pada tahun 2010. (Disperindagkop Kabupaten Purworejo). Berikut adalah data IKM unggulan daerah Kabupaten Purworejo.

Tabel 1.1 Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan di

Kabupaten Purworejo

No. Jenis Industri

Jumlah Unit Usaha

Penyerapan Tenaga Kerja

Jumlah investasi (juta)

Pemasaran

1. Gula kelapa

2. Gula aren

360 Internasional

3. Tempe

294,5 Lokal

5. Emping melinjo

6. Pengolahan ikan

9. Minyak atsiri daun cengkeh

5 40 60 Nasional

10. Makanan ringan dari ketela (klanting, kripik ketela)

12. Bordir (sulam)

27 40 12,15 Lokal

13. Batik tulis

14. Industri berbahan bambu (furniture rumah joglo, sangkar bururng, bilik bambu, anyaman tampah, besek, dsb)

15. Mebel kayu

16. Sapu ijuk

31 62 15,5 Lokal

17. Tikar mendong

19. Ukir kayu

12 24 6 Lokal

20. Sumbu kompor

6 30 15,75 Lokal

21. Bata merah

175,5 Lokal Jumlah

Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo (http://www.diperindagkop.purworejokab.go.id/)

Dari tabel diatas dapat diketahui jenis-jenis industri kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Purworejo beserta dengan potensinya dalam hal jumlah, penyerapan tenaga kerja, nila investasi, maupun pemasarannya.

Peningkatan jumlah industri kecil menengah/industri rumahan ini dapat dilihat sebagai peluang untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat. Namun, dalam perkembanganya, industri kecil dan menengah banyak mengalami kendala diantaranya yaitu lemah dalam permodalan, lemahnya produksi, lemahnya pemasaran, serta kurangnya keterampilan yang dimiliki pelaku industri kecil dan menengah. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki industri kecil dan menengah tersebut menjadikan industri kecil dan menengah sering kalah bersaing dengan industri-industri besar lainya.

Dari hasil prasurvey, hasil pendataan oleh Disperindagkop Kabupaten Purworejo menunjukkan bahwa pada saat ini kebutuhan gula kelapa di Kabupaten Purworejo 90% sudah dapat penuhi oleh pengrajin gula kelapa di Kabupaten Purworejo. Namun produksi gula kelapa di Kabupaten Purworejo belum maksimal dikarenakan keterbatasan peralatan dan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengolah gula kelapa. Kebutuhan gula kelapa secara nasional yang masih sangat tinggi merupakan prospek pasar yang sangat bagus. Saat ini Kabupaten Purworejo baru dapat mensuplai 10% dari seluruh kebutuhan gula kelapa nasional. Dalam skala internasional permintaan gula kelapa cukup tinggi, akan tetapi belum dapat dipenuhi oleh pengolah gula kelapa di kabupaten ini karena persyaratan yang cukup ketat dari segi kualitas dan kesinambungan suplai. Seperti yang diakui oleh para pengolah gula kelapa, pemasaran gula kelapa mereka hanya terbatas pada pasar di daerah tersebut, atau menjangkau ke daerah lain di sekitar, namun belum mencakup daerah yang luas.

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dilakukan upaya pemberdayaan industri kecil dan menengah (IKM) di Kabupaten Purworejo, yaitu melalui pengembangan dan pembinaan industri kecil dan menengah. Namun demikian, masih banyak kendala dan tantangan yang dihadapi Disperindagkop dalam upaya pemberdayaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo, diantaranya yaitu sangat banyak dan beragamnya jumlah industri kecil dan menengah sementara sumberdaya manusia yang beperan dalam pembinaan dan pengembanganya terbatas. Selain itu, belum tersedianya sistem informasi manajemen industri menyulitkan pendataan dan penilaian perkembangan produk industri kecil dan menengah. Dengan demikian masih banyak IKM di Kabupaten Purworejo yang masih belum terdata oleh pemerintah, sehingga belum tercakup dalam program pemberdayaan.

Pemberdayaan dilakukan pada keseluruhan IKM yang telah terdaftar oleh Disperindagkop Kabupaten Purworejo, mempunyai potensi untuk menyerap tenaga kerja dan berbasis sumber daya lokal, serta mempunyai potensi pemasaran yang luas namun belum dapat berkembang secara mandiri. Namun karena keterbatasan dana dan SDM yang ada, prioritas pemberdayaan dilakukan pada IKM yang menjadi unggulan daerah, terutama unggulan prioritas daerah dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa IKM tersebut mempunyai peranan besar dalam penyerapan tenaga kerja, berbasis sumber daya lokal, dan mempunyai banyak unit industri. Contoh IKM yang menjadi prioritas unggulan di Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2

5 Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan Prioritas di Kabupaten

Purworejo

No.

Jenis Perusahaan Industri Kecil

Jumlah Perusahaan

(Unit Usaha)

Tenaga

Kerja (Orang)

Jumlah Investasi

(Juta)

Pemasaran

1. Industri berbahan baku bambu (furniture, rumah joglo, sangkar burung, bilik, anyaman tampah, besek, dsb).

2. Gula Kelapa

3. Gula Aren

4. Klanting, Keripik Ketela

5. Mebel Kayu

Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo (http://www.diperindagkop.purworejokab.go.id/)

Dari tabel di atas diketahui bahwa industri unggulan kabupaten purworejo memiliki potensi yang sangat bagus, baik dari segi tenaga penyerapan tenaga kerja, nilai invesatasi, maupun pemasaranya. Namun, belum semua unit-unit usaha tersebut mampu mencapai kondisi tersebut. Hal tersebut karena kendala yang dimiliki IKM baik dari segi produksi, sumber daya manusia, maupun pemasaranya.

Upaya pemberdayaan akan terus dilakukan sampai IKM dapat mandiri dalam memajukan usahanya. IKM yang sudah mandiri dan maju akan dilepas dari pemberdayaan dan akan dilakukan analisis ulang mengenai IKM baru Upaya pemberdayaan akan terus dilakukan sampai IKM dapat mandiri dalam memajukan usahanya. IKM yang sudah mandiri dan maju akan dilepas dari pemberdayaan dan akan dilakukan analisis ulang mengenai IKM baru

Pemberdayaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo merupakan upaya untuk mengembangkan industri kecil dan menengah dalam memberdayakan ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu diperlukan adanya pemberdayaan yang terarah dari pemerintah untuk menghadapi kendala- kendala yang dialami oleh industri kecil dan menengah dalam perkembanganya, agar industri kecil dan menengah dapat meningkatkan dan menumbuhkan perekonomian rakyat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahan : Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan industri kecil dan menengah oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis yaitu : Untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan industri kecil dan menengah oleh Dinas Perindustrian perdagangan dan Koperasi Kabupaten Purworejo.

D. Manfaat

Tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang pelaksanaan pemberdayaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Purworejo.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan, masukan, dan bahan pertimbangan yang membangun bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Ekonomi Nasional

Pengertian pembangunan menurut Ibnu Syamsi (1986:4 ) adalah : “pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang

direncanakan dan pertumbuhan menuju ke arah perbaikan yang berorientasi pada modernitas, nation building, dan kemajuan sosial- ekonomis.”

Sedangkan menurut Katz dalam Syamsi (1986 :3) pembangunan nasional merupakan perubahan yang terencana dari situasi nasional yang satu ke situasi nasional lain yang lebih tinggi.

Pengertian lain mengenai pembangunan ekonomi disampaikan oleh Suryana (2000:4), yaitu : “pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional

yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa, dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan/akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut (masyarakat yang hidup dibawah tingkat penghasilan minimum yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal).”

Dari pengertian tersebut, diketahui bahwa pembangunan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan aspek-aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah aspek ekonomi.

Pembangunan dalam aspek ekonomi berkaitan erat dengan dengan industrialisasi. Salah satu hal yang terkandung dalam pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional riil. Pendapatan nasional riil adalah keseluruhan jumlah barang-barang dan jasa yang dinyatakan secara riil. Hal ini menunjukkan bahwa industrialisasi merupakan salah satu aspek dalam pembangunan ekonomi nasional.

Dalam rangka meningkatkan daya saing industri nasional, Kementerian Perindustrian telah menetapkan sasaran strategis 2010-2014, yaitu :

1. Meningkatnya nilai tambah industri.

2. Meningkatnya penguasaan pasar domestik dan internasional.

3. Meningkatnya kemampuan sumber daya manusia industri, R & D

dan kewirausahaan.

4. Meningkatkan penguasaan teknologi industri.

5. Lengkap dan kuatnya struktur industri.

6. Tersebarnya industri keluar pulau Jawa.

7. Meningkatkan peran industri kecil dan menengah (IKM) terhadap

produk domestik bruto (PDB). (http://www.kemenperin.go.id)

Kementerian Perindustrian juga memfokuskan 6 kelompok industri yang mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan pada tahun 2010- 2014 yaitu:

1. Industri Padat Karya.

2. Industri Kecil Menengah.

3. Industri Barang Modal.

4. Industri Berbasis Sumber Daya Alam.

5. Industri Pertumbuhan Tinggi.

6. Industri Prioritas Khusus. (http://www.kemenperin.go.id)

Dari hal diatas, diketahui bahwa salah satu poin yang menjadi sasaran pembangunan ekonomi nasional adalah meningkatkan peran IKM dalam produk domestik bruto. Selain itu, IKM merupakan salah satu kelompok industri yang mempunyai peluang baik untuk dikembangkan.

Dalam GBHN 1988, disebutkan dalam BAB Pembangunan Daerah bahwa pembangunan masyarakat pedesaan perlu terus ditingkatkan terutama melalui pengembangan kemampuan sumber daya manusia termasuk penciptaan iklim mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat pedesaan. Sejalan dengan itu perlu ditingkatkan kemampuan masyarakat pedesaan untuk berproduksi serta mengolah dan memesarkan hasil produksinya, sekaligus menciptakan lapangan kerja. Dengan demikian, masyarakat pedesaan makin mampu mengerahkan dan memanfaatkan sebaik-baiknya segala dana dan daya bagi peningkatan pendapatan dan taraf hidupnya.

Dalam rangka pembangunan ekonomi, sekaligus untuk memeratakan hasil-hasil pembangunan, dilakukan penyebaran pelaksanaan pembangunan ekonomi ke seluruh daerah, termasuk ke daerah pedesaan. Salah satu upaya untuk pembangunan ekonomi di daerah pedesaan adalah melalui pengembangan industri rumah tangga, atau sering disebut dengan industri kecil dan menengah.

Industri kecil dan menengah mempunyai potensi untuk dikembangkan. Potensi tersebut adalah :

1. Banyak menyerap tenaga kerja lokal dari sekitar tempat industri.

Letak industri kecil dan menengah tersebar di seluruh wilayah dan sebagian besar di pedesaan. Hal ini menjadikan industri kecil dan menengah banyak menyerap tenaga kerja di pedesaan yang tersebar di beberapa wilayah.

2. Menjadi peluang bagi peningkatan perekonomian masyarakat dan daerah. Industri kecil dan menengah mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, baik pemilik maupun pekerja, serta meningkatkan PDB daerah.

3. Pemberdayaan sumber daya lokal. Sebagian besar industri kecil dan menengah menggunakan bahan baku lokal dari hasil pertanian maupun perkebunan.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu unsur dalam pembangunan ekonomi adalah dengan pengembangan industri kecil dan menengah.

2. Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah

Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat seseorang berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan atau empowerment. Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Berdasarkan pengertian tersebut, pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat seseorang berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan atau empowerment. Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Berdasarkan pengertian tersebut, pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya

“a process in which increasingly more members of a given area or environment make and implement socially responsible decisions, while the probable consequence of which is an increase in the life chances of some people without a decrease (without deteriorating) in the life chances of others” (sebuah proses di mana anggota semakin lebih dari daerah tertentu atau lingkungan membuat dan melaksanakan keputusan tanggung jawab sosial, sedangkan konsekuensi kemungkinan yang merupakan peningkatan peluang hidup dari beberapa orang tanpa penurunan (memburuk tanpa) dalam kesempatan hidup orang lain).

Sedangkan Robbins, Chatterjee, & Canda menyatakan bahwa empowerment adalah : “process by which individuals and groups gain power, access to

resources and control over their own lives. In doing so, they gain the ability to achieve their highest personal and collective aspirations and goals”. (proses dimana individu dan kelompok mendapatkan kekuasaan, akses ke sumber daya dan kontrol atas kehidupan mereka sendiri. Dalam melakukannya, mereka mendapatkan kemampuan untuk mencapai aspirasi dan tujuan tertinggi pribadi dan kelompok).

Pemahaman lain tentang pemberdayaan juga dijelaskan oleh John Lord dan Peggy Hutchison (1993:4), yaitu : “According to Wallerstein (1992), empowerment is a social-action

process that promotes participation of people, organizations, and communities towards the goals of increased individual and process that promotes participation of people, organizations, and communities towards the goals of increased individual and

a. individuals are assumed to understand their own needs better than anyone else and therefore should have the power both to define and act upon them.

b. all people possess strengths upon which they can build.

c. empowerment is a lifelong endeavor.

d. personal knowledge and experience are valid and useful in coping

effectively.” (Menurut Wallerstein (1992), pemberdayaan adalah sebuah proses

tindakan sosial yang mempromosikan partisipasi orang, organisasi, dan komunitas menuju peningkatan individu dan kontrol masyarakat, efikasi politik, peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, dan keadilan sosial. Sementara Whitmore (1988) merasa konsep pemberdayaan harus lebih jelas, ia menyatakan bahwa ada beberapa asumsi umum yang mendasari:

a. individu diasumsikan untuk memahami kebutuhan mereka sendiri lebih baik dari orang lain dan karena itu harus memiliki kekuatan baik untuk menentukan dan bertindak atas mereka.

b. semua orang memiliki kekuatan diri yang dapat bangun.

c. pemberdayaan adalah upaya seumur hidup.

d. pengetahuan pribadi dan pengalaman yang valid dan berguna dalam

mengatasi secara efektif.) Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pemberdayaan adalah sebuah

proses sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia baik sebagai individu maupun kelompok sosial. Dengan meningkatnya daya dan kekuatan masyarakat, mereka akan dapat berpikir, melakukan tindakan, dan menyelesaikan masalah mereka dengan daya dan kekuatan sendiri, karena setiap individu maupun kelompok mempunyai kekuatan yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

Pengertian lain tentang pemberdayaan juga disampaikan oleh Pengertian lain tentang pemberdayaan juga disampaikan oleh

Dalam upaya pemberdayaan masyarakat, menurut Totok Mardikanto (2010 : 36) pemberdayaan dilakukan melalui 3 sisi yaitu : Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong (encourage), memotivasi dan membangun kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya serta mengembangkanya.

Dalam hal ini, upaya pemberdayaan yang dilakukan merupakan upaya awal untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya, serta menumbuhkan iklim yang mampu menarik kesadaran masyarakat untuk berkembang. Upaya pemberdayaan dari sisi ini dapat juga disebut sebagai penguatan individu anggota masyarakat, sebagai langkah awal dalam rangkaian proses pemberdayaan. Senada dengan tersebut, Mann Hyung Hur (2006 : 527) menytakan :

“Peterson and Reid (2003) found four interrelated steps led to empowerment. They were alienation, awareness, participation, and a sense of community.” (Peterson dan Reid (2003) menemukan empat langkah yang saling terkait menuju pemberdayaan. Langkah tersebut yaitu alienasi, kesadaran, partisipasi, dan perasaan sebagai komunitas.)

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa langkah pertama menuju pemberdayaan adalah menemukan realitas, seperti keadaan dan kesadaran masyarakat bahwa mereka mempunyai daya atau kekuatan yang terbatas. Selain kesadaran akan kekurangan kekuatan, hal lain yang diperlukan dalam pemberdayaan adalah adanya partisipasi dan rasa kebersamaan sebagai komunitas. Dengan memiliki kesadaran akan keterbatasan daya, individu/kelompok akan bersedia untuk menjalani proses pemberdayaan.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah yang lebih positif selain hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat semakin berdaya.

Upaya penguatan merupakan inti dari proses pemberdayaan. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan potensi dan kemampuan komunitas untuk mengelola dan meningkatkan kinerja. Selain upaya penguatan komunitas, juga diperlukan penguatan sarana dan prasarana dasar yang menunjang aktivitas masyarakat. Penguatan sarana dan prasarana sangat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat. Dengan sarana dan Upaya penguatan merupakan inti dari proses pemberdayaan. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan potensi dan kemampuan komunitas untuk mengelola dan meningkatkan kinerja. Selain upaya penguatan komunitas, juga diperlukan penguatan sarana dan prasarana dasar yang menunjang aktivitas masyarakat. Penguatan sarana dan prasarana sangat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat. Dengan sarana dan

Ketiga, memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah bertambah lemah karena kurang berdaya menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, dalam konsep pemberdayaan masyarakat, pemihakan dan perlindungan kepada yang lemah sangat diperlukan. Melindungi dalam hal ini bukan berarti menutup atau mengisolasi dari interaksi karena hal itu justru akan semakin melemahkan. Melindungi dalam hal ini dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi semakin tergantung pada berbagai program pemberian (charity). Pemberdayaan dalam arti melindungi dapat dimaknai sebagai upaya agar masyarakat yang masih lemah atau belum berdaya dapat bertahan dan tidak tertindas oleh pihak yang lebih kuat. Selain itu, juga bermakna agar masyarakat dapat hidup mandiri, tanpa selalu menunggu menerima bantuan pihak lain.

Dari berbagai penjelasan di atas, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya memberikan kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat untuk bertindak memajukan dan mengembangkan kemampuan diri dan usahanya dalam rangka memenuhi kebutuhan dirinya agar tercipta Dari berbagai penjelasan di atas, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya memberikan kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat untuk bertindak memajukan dan mengembangkan kemampuan diri dan usahanya dalam rangka memenuhi kebutuhan dirinya agar tercipta

Pemberdayaan dapat dilakukan pada masyarakat secara umum pada berbagai komunitas dan dalam berbagai bidang, seperti yang dikatakan oleh Mann Hyung Hur (2006 :524), yang menyebutkan bahwa :

“There exist three issues basic to the understanding of empowerment. First, empowerment is multidimensional in that it occurs within sociological, psychological, economic, political, and other dimensions. Empowerment also occurs at various levels, such as individual, group, and community. Third, empowerment, by definition, is a social process because it occurs in relation to others (Page & Czuba, 1999; Peterson, Lowe, Aquilino & Schnider, 2005). Finally, empowerment is an outcome that can be enhanced and evaluated (Parpart et al., 2003).”

(Ada ada tiga isu dasar untuk memahami pemberdayaan. Pertama, pemberdayaan bersifat multidimensi dalam hal ini, terjadi dalam bidang sosiologis, psikologis, ekonomi, politik, dan dimensi lainnya. Pemberdayaan juga terjadi di berbagai tingkatan, seperti individu, kelompok, dan masyarakat. Ketiga, pemberdayaan, menurut definisi, adalah suatu proses sosial karena terjadi dalam hubungannya dengan orang lain (Page & Czuba, 1999; Peterson, Lowe, Aquilino & Schnider, 2005). Akhirnya, pemberdayaan adalah sebuah hasil yang dapat ditingkatkan dan dievaluasi (Parpart et al., 2003).)

Penjelasan di atas menyebutkan bahwa pemberdayaan adalah proses yang bersifat multidimensi, yang dapat terjadi dalam bidang apapun baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun bidang lainya, serta dengan berbagai tingkatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, fokus dalam penelitian ini adalah pemberdayaan yang Penjelasan di atas menyebutkan bahwa pemberdayaan adalah proses yang bersifat multidimensi, yang dapat terjadi dalam bidang apapun baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun bidang lainya, serta dengan berbagai tingkatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, fokus dalam penelitian ini adalah pemberdayaan yang

UU No 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian mendefinisikan industri sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.( http://hukumindustri.blogspot.com/)

Industri kecil dan menengah mempunyai definisi yang beragam dari beberapa instansi. Keberagaman definisi ini didasarkan pada perbedaan kriteria yang digunakan. Ada dua definisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia. Definisi usaha kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta.

Sedangkan menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu:

1. Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah karyawan /

tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.

2. Industri kecil adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja

berjumlah antara 5-19 orang.

3. Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.

4. Industri besar adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga

kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih. (BPS, 1999: 250).

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan usaha kecil adalah :

“Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.” Tujuan pemberdayaan usaha kecil yang termuat dalam pasal 5

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 adalah :

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan

2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha kecil

menjadi usaha yang tangguh dan mandiri

3. Meningkatkan peran usaha kecil dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Dari pengertian diatas, secara umum penyebutan untuk industri kecil dan menengah dan usaha kecil adalah sama, karena industri kecil dan

Glendoh (2010: 40) , memberikan pengertian industri kecil dan menengah berdasarkan karakteristik yang dimiliki sebagai berikut :

1. Industri berskala kecil: ukuran modal, jumlah produksi, tenaga

kerja

2. Perolehan modal: berasal dari sumber tidak resmi (tabungan

keluarga, pinjaman dari kerabat, rentenir)

3. Pengelolaan: terpusat, pengambilan keputusan tanpa/sedikit delegasi dalam bidang pemasaran, keuangan, produksi

4. Tenaga kerja: anggota keluarga, kerabat dekat

5. Sifat hubungan kerja: informal dengan kualifikasi teknis apa

adanya atau dikembangkan sambil bekerja

6. Hubungan antara keterampilan teknis dan keahlian: pendidikan

formal karyawan lemah

7. Peralatan: sederhana dengan kapasitas output rendah

(sumber : http://pusdiklat.kemenperin.go.id) Irsan Azhary Saleh (1986) mengemukakan alasan-alasan yang mendukung pentingnya usaha pengembangan industri kecil dan menengah, yaitu :

1. Fleksibilitas dan adaptabilitasnya di dalam memperoleh bahan

mentah dan peralatan.

2. Relevansinya dengan proses desentralisasi kegiatan ekonomi bagi menunjang terciptanya integrasi kegiatan pada sektor-sektor ekonomi yang lain.

3. Potensinya terhadap perluasan dan penciptaan kesempatan kerja.

4. Dalam jangka panjang, peranannya sebagai basis untuk mencapai suatu kemandirian pembangunan ekonomi karena kegiatan industri kecil ini hampir seluruhnya dilakukan oleh pengusaha dalam negeri dan proses produksinya cenderung dilakukan dengan kandungan impor yang rendah.

Selain berperan dalam perekonomian, industri kecil dan menengah juga mempunyai beberapa manfaat sosial. Manfaat sosial industri kecil dan menegah bagi perekonomian (Irsan Azhary Saleh :1986) adalah :

1. Industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan 1. Industri kecil dapat menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan

2. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik. Industri kecil cenderung memperoleh modal dari tabungan pengusaha sndiri, tabungan keluarga atau kerabatnya.

3. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri besar dan sedang. Lokasi industri kecil yang tersebar meminimkan biaya transportasi dan memungkinkan barang-barang produksi sampai ke konsumen secara cepat, mudah, dan murah.

Namun demikian, industri kecil dan menengah mempunyai permasalahan-permasalahan

yang dapat menghambatnya dalam berkembang. Permasalahan yang dihadapi usaha kecil menurut Kuncoro (2000:8) adalah :

1. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar.

2. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan.

3. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia.

4. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran).

5. Iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.

6. Pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.

Fokus dalam penelitian ini dilakukan pada industri kecil dan menengah (IKM) yang didalamnya juga termasuk industri rumah tangga serta usaha kecil yang mempunyai kesamaan karakteristik. Pengertian IKM dalam penelitian ini disarikan dari berbagai pendapat di atas, yaitu kegiatan Fokus dalam penelitian ini dilakukan pada industri kecil dan menengah (IKM) yang didalamnya juga termasuk industri rumah tangga serta usaha kecil yang mempunyai kesamaan karakteristik. Pengertian IKM dalam penelitian ini disarikan dari berbagai pendapat di atas, yaitu kegiatan

Pemberdayaan industri kecil dan menengah yaitu upaya-upaya untuk memajukan dan mengembangkan industri kecil dan menengah agar lebih berdaya dalam produksi dan pengelolaanya. Dalam UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil Dan Menengah, pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

terpadu dan berkesinambungan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, dengan tujuan untuk mewujudkan IKM yang tangguh, mandiri, serta menjadi industri yang berkembang. Pemberdayaan IKM diarahkan untuk memperkuat perkembangan IKM yang sudah ada, penumbuhan wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja, peningkatan keterkaitan dan kemitraan antara industri kecil dan menengah dengan industri besar dan sektor ekonomi lainya, serta penanggulangan segera permasalahan aktual.

Kuncoro (2000:9), mengemukakan beberapa alternatif strategi pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini, yang diklasifikasikan dalam: Kuncoro (2000:9), mengemukakan beberapa alternatif strategi pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini, yang diklasifikasikan dalam:

2. Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (penyisihan 1- 5% keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil minimum 20% dari portofolio kredit bank) dan kemudahan kredit (KUPEDES, KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU).

3. Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem Bapak-Anak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura, ataupun subkontrak.

4. Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).

5. Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).

Upaya pemberdayaan yang menjadi fokus dalam penelitian ini lebih condong ke aspek manajerial, yang meliputi pembinaan dan pengembangan usaha di bidang produksi dan pengelolaan, pembinaan dan pengembangan di bidang pemasaran, pembinaan dan pengembangan usaha di bidang sumber daya manusia, serta pembinaan dan pengembangan usaha di bidang teknologi.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 1998, pembinaan dan pengembangan usaha kecil dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Identifikasi potensi dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil.

b. Penyiapan program pembinaan dan pengembangan sesuai potensi

dan masalah yang dihadapi oleh usaha kecil.

c. Pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan.

d. Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan program pembinaan

Pemberdayaan industri kecil dan menengah menurut Disperindagkop Kabupaten Purworejo yaitu usaha untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan IKM agar mampu berkembang menjadi industri yang maju dan mandiri. Maju dalam hal ini dimaknai sebagai keadaan dimana industri kecil dan menengah telah berkembang menjadi industri yang produktif dan berhasil dalam permodalan, peralatan, pemasaran, peningkatan pendapatan, serta tumbuhnya industri tersebut menjadi lebih besar. Mandiri dapat dimaknai sebagai kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang harus dilakukan. Industri kecil dan menengah yang mandiri diartikan sebagai industri yang memikirkan, memutuskan serta melakukan hal yang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki, tanpa harus menerima bantuan dari pihak lain.

Tahapan pemberdayaan yang dilakukan oleh Disperindagkop Kabupaten Purworejo mengacu pada tahapan pemberdayaan dalam PP No.

38 Tahun 1998, yaitu :

Dokumen yang terkait

Dampak Implementasi TQM terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Industri Menengah dan Industri Besar di Surakarta)

0 0 82

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MASYARAKAT UNTUK TINGGAL DI LOKASI PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Disusun oleh :

0 0 91

Zaman Dustha dan Zaman Nistha dalam Sekar Pralambang Jaman (Analisis Sosiologi Sastra)

0 0 127

TUGAS AKHIR - Analisis prinsip 5c dan 7p pada penyaluran kredit di pt. bpr antar rumeksa arta Karanganyar

2 7 73

PERISTILAHAN DALAM NE’BARUAKNG KULUB CERITA RAKYAT KANAYATN MAMPAWAH DI DESA PAHOKNG KECAMATAN MEMPAWAH HULU Antonia Weni Iyasena, Paternus Hanye, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan, Pontianak e-mail: antoniaweni

0 0 12

KOSAKATA PENGUKURAN DALAM BAHASA MELAYU DIALEK SAMBAS ARTIKEL PENELITIAN oleh Hidayat F11112065

1 0 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN METODE INKUIRI DI MAN 2 FILAIL PONTIANAK Sajidin Muttaqin Putra. Nanang Heryana. Syambasril. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak

0 0 10

KAJIAN STRUKTURALIAME DAN NILAI-NILAI PADA HIKAYAT HANG TUAH JILID I KARYA MUHAMMAD HAJI SALEH Fiky Indra Gunawan Saputra, Antonius Totok Priyadi, Agus Wartiningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan, Pontianak Email : fikyind

0 0 14

Yoga Kharisma Putra Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP UNTAN Pontianak E-mail : yogagoyaaayahoo.co.id Abstract - BIOGRAFI H. MUHAMMAD (TOKOH SENIMAN HADRAH KOTA PONTIANAK)

0 0 12

Konsep Perencanaan dan Perancangan Hotel Resort Di Bukit Patuk Gunungkidul Yang Mengangkat Kearifan Lokal

1 2 89