Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

1. Secara Umum Lokasi Penelitian

a. Jawa Tengah Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian

tengah Pulau Jawa. Jawa Tengah berdiri pada tanggal 4 Juli 1950. Ibukota provinsi Jawa Tengah adalah Semarang. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa. Secara administratif terbagi atas 29 kabupaten dan 6 kota, 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan. Gubernur Jawa Tengah saat ini adalah Bibit Waluyo dan wakil gubernur Dra. Hj. Rustriningsih, M.Si.

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 32.380.687 jiwa terdiri atas 16.081.140 laki-laki dan 16.299.547 perempuan. Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Brebes (1,732 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (1,644 juta jiwa), dan Kabupaten Banyumas (1,553 juta jiwa). Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal-Brebes-Slawi.

Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah di kenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan

commit to user

Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya.

Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten.

Pada umumnya sebagian besar masyarakat di wilayah Jawa Tengah menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja di anggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa, namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, diantaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek, daerah tersebut diantaranya adalah Pekalongan dan Kedu. Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.

Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah di kenal sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi ini. Wilayah hukum jawa tengah wewenangnya berada pada Kepolisian Daerah Jawa Tengah/ Polda Jateng. Setiap perbuatan

commit to user

Tengah/ Polda Jateng.

b. Kepolisian Daerah Jawa Tengah Lokasi penelitian yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu DirektoratReserse dan Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda Jawa Tengah yang beralamat di Jalan Sukun Raya No.46 Banyumanik, Semarang. Instansi ini merupakan salah satu bagian dari instansi penegak hukum di Indonesia

yang disebut POLRI. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya di singkat POLRI adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya di singkat Kapolri adalah pimpinan Polri dan penanggung jawab penyelenggara fungsi kepolisian. Organisasi Polri disusun secara berjenjang dari tingkat pusat sampai tingkat daerah berdasarkan daerah hukum adalah sebagai berikut:

1) Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, disingkat Mabes Polri.

Mabes Polri adalah kantor di mana Kapolri menjalankan wewenangnya dan memiliki wewenang tertinggi pada Polri di bawah Presiden. Kapolri di bantu Wakapolri dalam menjalankan tugasnya.

2) Kepolisian Daerah, disingkat Polda. Polda adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah provinsi yang berada di bawah Kapolri. Kepala Polda yang selanjutnya disingkat Kapolda adalah pimpinan Polri di daerah provinsi dan bertanggung jawab kepada Kapolri. Polda bertugas:

a) melaksanakan tugas pokok Polri yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat; dan

commit to user

Polda, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Polda menyelenggarakan fungsi:

a) pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan atau pengaduan, permintaan bantuan atau pertolongan, pelayanan pengaduan atas tindakan anggota Polri, dan pelayanan surat-surat izin atau keterangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

b) pelaksanaan intelijen dalam bidang keamanan, termasuk persandian dan intelijen teknologi, baik sebagai bagian dari kegiatan satuan-satuan atas, maupun sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan operasional Polda dalam rangka pencegahan gangguan dan pemeliharaan keamanan dalam negeri;

c) penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi, laboratorium forensik lapangan, pembinaan dan pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), serta pengawasan proses Penyidikan;

d) pelaksanaan sabhara kepolisian, yang meliputi kegiatan patroli mencakup pengaturan, penjagaan, pengawalan, pengamanan kegiatan masyarakat, dan pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan, pengamanan unjuk rasa, dan pengendalian massa, serta pengamanan objek khusus yang meliputi Very Very Important Person (VVIP), Very Important Person (VIP), tempat pariwisata, dan objek vital khusus lainnya;

e) pelaksanaan lalu lintas kepolisian, yang meliputi kegiatan Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli (Turjawali) lalu lintas termasuk penindakan pelanggaran dan Penyidikan

commit to user

(Regident) pengemudi dan kendaraan bermotor, dalam rangka penanganan dan pembinaan Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan Kelancaran Lalu Lintas (Kamseltibcarlantas);

f) pelaksanaan kepolisian perairan, yang meliputi kegiatan patroli termasuk penanganan pertama tindak pidana, pencarian dan penyelamatan kecelakaan/Search and Rescue (SAR) di wilayah perairan, pembinaan masyarakat pantai atau perairan dalam rangka pencegahan kejahatan dan pemeliharaan keamanan di wilayah perairan;

g) pembinaan masyarakat, yang meliputi Perpolisian Masyarakat (Polmas), pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum, tumbuh kembangnya peran serta masyarakat dalam pembinaan keamanan dan ketertiban, terjalinnya hubungan Polri dengan masyarakat yang kondusif bagi pelaksanaan tugas kepolisian, serta pembinaan teknis dan pengawasan kepolisian khusus termasuk satuan pengamanan; dan

h) pelaksanaan fungsi-fungsi lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

3) Kepolisian Resort Polres adalah pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah kabupaten/kota yang berada di bawah Kapolda. Kepala Polres yang selanjutnya disingkat Kapolres adalah pimpinan Polri di daerah dan bertanggung jawab kepada Kapolda. Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan

commit to user

ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas, Polres menyelenggarakan fungsi:

a) pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta pelayanan pengaduan atas tindakan anggota Polri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

b) pelaksanaan fungsi intelijen dalam bidang keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning);

c) penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana, fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium forensik lapangan dalam rangka penanganan, serta pembinaan, koordinasi, dan pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS);

d) pembinaan masyarakat, yang meliputi pemberdayaan masyarakat melalui perpolisian masyarakat, pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan, terjalinnya hubungan antara Polri dengan masyarakat, koordinasi dan pengawasan kepolisian khusus;

e) pelaksanaan fungsi Sabhara, meliputi kegiatan pengaturan, penjagaan pengawalan, patroli (Turjawali) serta pengamanan kegiatan masyarakat dan pemerintah, termasuk penindakan tindak pidana ringan (Tipiring), pengamanan unjuk rasa dan pengendalian massa, serta pengamanan objek vital, pariwisata dan Very Important Person (VIP);

commit to user

lintas, termasuk penindakan pelanggaran dan Penyidikan kecelakaan lalu lintas serta registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dalam rangka penanganan dan pembinaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas;

g) pelaksanaan fungsi kepolisian perairan, meliputi kegiatan patroli perairan, penanganan pertama terhadap tindak pidana perairan, pencarian dan penyelamatan kecelakaan di wilayah perairan, pembinaan masyarakat perairan dalam rangka pencegahan kejahatan, dan pemeliharaan keamanan di wilayah perairan; dan

h) pelaksanaan fungsi-fungsi lain, sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

4) Kepolisian Sektor Polsek adalah unsur pelaksana tugas pokok fungsi kepolisian di wilayah kecamatan yang berada di bawah Kapolres. Polsek di pimpin oleh seorang Kapolsek. Polsek bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penanganan, pemberian perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta tugas-tugas Polri lain dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas, Polsek menyelenggarakan fungsi:

a) pemberian pelayanan kepolisian kepada masyarakat, dalam bentuk penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan, pemberian bantuan dan pertolongan termasuk pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah, dan pelayanan surat izin/keterangan, serta pelayanan pengaduan atas tindakan anggota Polri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

b) penyelenggaraan fungsi intelijen di bidang keamanan meliputi pengumpulan bahan keterangan/informasi untuk keperluan deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early

commit to user

keamanan dan ketertiban masyarakat, serta pelayanan SKCK;

c) penyelenggaraan Turjawali, pengamanan kegiatan masyarakat dan instansi pemerintah dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, dan penanganan Tipiring serta pengamanan markas;

d) penyelenggaraan Turjawali dan penanganan kecelakaan lalu

lintas guna mewujudkan Kamseltibcarlantas;

e) penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

f) pemberian bantuan hukum bagi personel Polsek beserta keluarganya serta penyuluhan hukum pada masyarakat;

g) pemberdayaan peran serta masyarakat melalui Polmas dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, guna terwujudnya kemitraan serta membangun kepercayaan masyarakat terhadap Polri;

h) penyelenggaraan fungsi kepolisian perairan;

i) penyelenggaraan administrasi umum dan ketatausahaan; dan j) pengumpulan dan pengolahan data, serta menyajikan informasi

dan dokumentasi kegiatan di lingkungan Polsek.

Sejarah perjuangan Kepolisian Komando Daerah Jawa Tengah dari masa ke masa, sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia selalu mengalami pasang surut. Berikut adalah lika-liku kepolisian Jawa Tengah dari masa ke masa:

1) Periode 17 Agustus 1945 - 17 Desember 1949, kepolisian Jawa Tengah

berada di bawah naungan Undang-Undang Dasar RI 1945.

2) Periode 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950, kepolisian Jawa Tengah di

bawah naungan Undang-Undang Dasar Sementara RI 1949.

3) Periode 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959, kepolisian Jawa Tengah di bawah

naungan Undang-Undang Dasar Sementara RI 1950.

commit to user

Orde Baru.

5) Periode 11 Maret 1966 Reformasi, adalah periode pembaharuan dan

kemajuan serta regenerasi kepolisian komando daerah kepolisian Jawa Tengah.

Kepolisian Daerah Jawa Tengah terdiri dari beberapa Kepolisian Resort (Polres), antara lain:

1) Kepolisian Resort Kudus.

2) Kepolisian Resort Banyumas.

3) Kepolisian Resort Blora.

4) Kepolisian Resort Banjarnegara.

5) Kepolisian Resort Magelang.

6) Kepolisian Resort Pemalang.

7) Kepolisian Resort Purworejo.

8) Polwitabes Semarang.

9) Kepolisian Resort Klaten.

10) Kepolisian Resort Salatiga.

11) Kepolisian Resort Brebes.

12) Kepolisian Resort Kebumen.

13) Kepolisian Resort Semarang.

14) Kepolisian Resort Tegal.

15) Kepolisian Wilayah Pekalongan

Tugas pokok Polda Jateng adalah menyelenggarakan tugas pokok polri dalam pemeliharaan keamanan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum dan memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat serta tugas lain sesuai ketentuan hukum dan peraturan serta kebijakan yang telah Ditetapkan.

Visi dari Polda Jateng adalah menampilkan polda jawa tengah yang profesional, bermoral, modern sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang terpercaya dalam pemeliharaan kemanan ketertiban masyarakat dan penegakkan hukum. Misi Polda Jateng adalah :

commit to user

Untuk Tampil sebagai sosok Pengayom, Pelindung dan Pelayan Masyarakat.

2) Melaksanakan Penegakkan Hukum secara Konsisten, Berkesinambungan dan Transparan untuk pemeliharaan Kamtibmas

3) Melaksanakan Pelayanan Optimal, yang dapat menimbulkan kepercayaan bagi Masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran hukum

4) Menciptakan kondisi keamanan yang kondusif dengan meningkatkan

peran serta masyarakat dan instansi terkait secara aktif

5) Mengedepankan dan Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia dalam setiap melaksanakan tugas. Struktur organisasi di Polda Jateng sesuai Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Struktur Organisasi Polda Jawa Tengah

Sumber : http://www.jateng.polri.go.id/

commit to user

peraturan Kapolri nomor 22 tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Kepolisian daerah, sebagai salah satu upaya restrukturisasi organisasi Polri, guna meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat. Secara organisasi struktur organisasi Polda Jawa Tengah terbagi dalam lima kategori, yakni unsur pimpinan, unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan/Pelayanan, unsur Pelaksana tugas pokok, unsur Pendukung dan Satuan Kewilayahan.

Unsur pimpinan terdiri dari Kapolda dan Wakil Kapolda. Unsur pengawas dan pembantu pimpinan/pelayanan terdiri dari Inspektorat Pengawasan Daerah (Itwasda), Biro Operasi (Roops), Biro Perencanaan dan Anggaran (Rorena), Biro Sumber Daya Manusia (Ro SDM), Biro Sarana dan Prasarana (Rosarpras), Bidang Profesi dan Pengamanan (Bid Propam), Bidang Hubungan Masyarakat (Bid Humas), Bidang Hukum (Bid Kum), Bidang Teknologi dan Informasi Kepolisian (Bid TI Polri), Staf Pribadi_ Pimpinan (Spripim), Sekretariat Umum (Setum) dan Pelayanan Markas (Yanma). Unsur Pelaksana Tugas Pokok yaitu Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT), DirektoratIntel (Dit Intel), DirektoratReserse Kriminal Umum (Dit Reskrimum), DirektoratReserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus), DirektoratReserse Narkoba (Dit Resnarkoba), Satuan Brimob (Sat Brimob), DirektoratPembinaan Masyarakat (Dit Binmas), DirektoratSabhara (Dit Sabhara), DirektoratLalu Lintas (Dit Lantas), DirektoratPengamanan Obyek Vital (Dit Pamobvit), DirektoratPolisi Perairan (Dit Polair) dan DirektoratTahanan dan barang Bukti (Dit Tahti). Unsur Pendukung yaitu Sekolah Kepolisian Negara (SPN), Bidang Keuangan (Bid. Keu) dan Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Bid. Dokkes).

c. Dit Reskrimsus Polda Jawa Tengah Organisasi Polda yang berwenang menangani kasus cybercrime adalah Direktorat Reserse dan Kriminal Khusus. Direktorat ini yang melakukan

commit to user

berkaitan dengan cybercrime di lingkungan Polda Jawa Tengah yang meliputi polsek, polwil dan polwiltabes.

Agar lebih jelas sub organisasi Dit Reskrimsus yang menangani kejahatan cyber akan diterangkan melalui gambar susunan organisasi Dit Reskrimsus berikut ini:

Tugas, Fungsi serta sub-organisasi Dit Reskrimsus di atur secara tegas pada Pasal 10d, Pasal 139-147 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah.

Dit Reskrimsus merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda. Dit Reskrimsus bertugas menyelenggarakan penyelidikan

Kapolda

Wakapolda

Direktur Reskri msus

WaDir Reskrimsus

Subdirektorat Indagsi (industri,per dagangan,in

vestasi)

Subdit Eksus (ekonomi

khusus)

Subdit Tipikor (Tindak

Pidana Korupsi)

Subdit Tipite r

Cybercrime

Gambar. 4 Struktur Organisasi Dit Reskrimsus

commit to user

dan administrasi Penyidikan PPNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dit Reskrimsus menyelenggarakan fungsi:

1) penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana khusus, antara lain tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana tertentu di daerah hukum Polda;

2) penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mempelajari dan

mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas Dit Reskrimsus;

3) pembinaan teknis, koordinasi, dan pengawasan operasional, serta administrasi Penyidikan oleh PPNS;

4) pelaksanaan pengawasan Penyidikan tindak pidana khusus di

lingkungan Polda; dan

5) pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan informasi dan

dokumentasi program kegiatan Dit Reskrimsus.

Dit Reskrimsus terdiri dari:

1) Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin);

Subbagrenmin bertugas menyusun perencanaan program kerja dan anggaran, manajemen Sarpras, personel, dan kinerja, serta mengelola keuangan dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam di lingkungan Dit Reskrimsus. Subbagrenmin menyelenggarakan fungsi:

a) penyusunan perencanaan jangka sedang dan jangka pendek, antara lain Renstra, Rancangan Renja, Renja, kebutuhan sarana prasarana, personel, dan anggaran;

b) pemeliharaan perawatan dan administrasi personel;

c) pengelolaan Sarpras dan penyusunan laporan SIMAK-BMN;

d) pelayanan fungsi keuangan yang meliputi pembiayaan, pengendalian, pembukuan, akuntansi, dan penyusunan laporan SAI serta pertanggungjawaban keuangan;

commit to user

dan

e) penyusunan LRA dan pembuatan laporan akuntabilitas kinerja Satker dalam bentuk LAKIP meliputi analisis target pencapaian kinerja, program, dan anggaran.

Dalam melaksanakan tugas, Subbagrenmin di bantu oleh:

a) Urren, yang bertugas membuat Renstra, Rancangan Renja, Renja, RKA-KL, DIPA, Penetapan Kinerja, KAK atau TOR, RAB, dan menyusun LAKIP Satker, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program bidang Reskrimsus di lingkungan Polda;

b) Urmin, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan administrasi umum personel dan materiil logistik;

c) Urkeu, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan pelayanan

keuangan; dan

d) Urtu, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan

ketatausahaan dan urusan dalam

2) Bagian Pembinaan Operasional (Bagbinopsnal);

Bagbinopsnal bertugas:

a) melaksanakan pembinaan Dit Reskrimsus melalui analisis

dan gelar perkara beserta penanganannya;

b) mempelajari dan mengkaji efektivitas pelaksanakan tugas

penyelidikan dan Penyidikan;

c) melaksanakan latihan fungsi, serta menghimpun dan memelihara berkas perkara yang telah selesai di proses dan bahan literatur yang terkait; dan

d) mengumpulkan dan mengolah data, serta menyajikan informasi dan dokumentasi program kegiatan Dit Reskrimsus.

Bagbinopsnal menyelenggarakan fungsi:

commit to user

Reskrimsus;

b) pengkoordinasian pemberian dukungan operasional ke

kesatuan kewilayahan;

c) pelatihan fungsi dan pengadministrasian kegiatan penyelidikan dan Penyidikan, serta pengarsipan berkas perkara;

d) pengumpulan dan pengolahan data, serta penyajian informasi dan dokumentasi program kegiatan Dit Reskrimsus; dan

e) perencanaan operasi, penyiapan administrasi operasi, dan

pelaksanaan Anev operasi. Dalam melaksanakan tugas Bagbinopsnal di bantu oleh:

a) Subbagian Administrasi Operasional (Subbagminopsnal), yang bertugas menyelenggarakan pelatihan fungsi, pengarsipan berkas perkara, dan pengadministrasian kegiatan penyelidikan dan Penyidikan; dan

b) Subbagian Analisa dan Evaluasi (Subbaganev), yang bertugas menganalisis dan mengevaluasi kegiatan Dit Reskrimsus, serta mengumpulkan dan mengolah data, serta menyajikan informasi dan dokumentasi.

3) Bagian Pengawas Penyidikan (Bagwassidik); Bagwassidik bertugas melakukan koordinasi dan pengawasan proses Penyidikan tindak pidana di lingkungan Dit Reskrimsus, serta menindaklanjuti terhadap pengaduan masyarakat yang terkait dengan proses Penyidikan.

Dalam melaksanakan tugas, Bagwassidik menyelenggarakan fungsi:

a) pengawasan pelaksanaan penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh Subdit pada DitReskrimsus;

commit to user

penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana;

c) pengkajian efektivitas pelaksanaan penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana melalui penyelenggaraan gelar perkara;

d) pemberian saran masukan kepada Dir Reskrimsus terkait dengan hasil pengawasan Penyidikan, termasuk menjawab pengaduan masyarakat; dan

e) pemberian bantuan penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana khusus yang dilakukan oleh Penyidik pada Subdit Dit Reskrimsus dan PPNS.

Dalam melaksanakan tugas, Bagwassidik di bantu sejumlah Unit dan sejumlah Penyidik utama yang bertugas membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Bagwassidik.

4) Seksi Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil, disingkat Sikorwas PPNS; dan Sikorwas PPNS bertugas melaksanakan koordinasi dan pengawasan Penyidikan termasuk pemberian bimbingan teknis dan taktis serta bantuan konsultasi Penyidikan kepada PPNS.

Dalam melaksanakan tugas, Sikorwas PPNS menyelenggarakan fungsi:

a) pengkoordinasian dan pengawasan Penyidikan kepada PPNS

di daerah hukum Polda;

b) pemberian bimbingan teknis dan taktis Penyidikan kepada

PPNS; dan

c) pemberian bantuan konsultasi Penyidikan kepada PPNS. Dalam melaksanakan tugas, Sikorwas PPNS di bantu oleh:

a) Subseksi Bantuan Penyidikan (Subsibansidik), bertugas memberikan bantuan konsultasi Penyidikan kepada PPNS; dan

commit to user

memberikan pembinaan dan bimbingan teknis dan taktis kepada PPNS

5) Sub Direktorat(Subdit). Subdit bertugas melakukan penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana yang terjadi di daerah hukum Polda. Dalam melaksanakan tugas, Subdit menyelenggarakan fungsi:

a) penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana yang terjadi di

daerah hukum Polda;

b) pemberkasan dan penyelesaian berkas perkara sesuai dengan ketentuan administrasi penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana; dan

c) penerapan manajemen anggaran, serta manajemen

penyelidikan dan Penyidikan tindak pidana. Dalam melaksanakan tugas, Subdit di bantu oleh sejumlah Unit, yang bertugas membantu pelaksanaan tugas dan fungsi Subdit.

2. Modus Operandi Penipuan Dalam Transaksi Jual-Beli Melalui Internet Dengan

Carding.

a. Perkembangan Kejahatan Cyber di Wilayah Polda Jawa Tengah.

Kejahatan Cyber adalah kejahatan yang dilakukan melalui media internet dengan menggunakan sarana peralatan komputer. Cukup banyak terjadi kejahatan cyber di wilayah Polda Jawa Tengah. Tidak hanya satu jenis kejahatan cyber yang terjadi melainkan beraneka macam kejahatan pernah terjadi. Dengan berbagai macam teknik kejahatan dilakukan para pelaku untuk menghindari agar tidak tertangkap polisi. Berikut ini kejahatan cyber yang pernah ditangani Dit Reskrimsus Polda Jawa Tengah hasil wawancara dengan Kompol Iswanto, Kanit I Subdit Ekonomi Khusus:

commit to user

Teknik kejahatan carding sudah ada sejak tahun 2000 sebelum adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Dalam menangani kasus carding tim Dit Reskrimsus menggunakan Pasal-Pasal KUHP untuk menjerat pelakunya.

2) Penipuan Lewat Sms Modusnya dengan mengirimkan sms undian berhadiah atas nama suatu perusahaan terkenal. Modus kejahatan ini baru-baru saja terjadi di Indonesia. Isi sms tersebut menganjurkan korban untuk telfon ke nomor yang disediakan. Kemudian saat korban telfon ke nomor tersebut, korban di minta untuk mengirimkan sejumlah uang sebagai syarat pengambilan hadiah. Setelah di kirim uang, korban tidak menerima hadiah apapun dari pengirim sms tersebut.

3) Pencemaran Nama Baik melalui Facebook Kejahatan dengan modus ini pernah terjadi di jawa tengah karena pelaku putus cinta, kemudian pelaku menyebar foto-foto berbau pornografi mantan pacarnya tersebut. Kemudian modus kedua seorang teman dendam dengan temannya yang lain. Dengan memasuki akun sosial media korban, pelaku merusak profil korban sebagai wanita sewaan hingga korban di ganggu orang-orang tak di kenal dan diteror.

4) Menggunakan website untuk melakukan penipuan Modus ini terjadi di jawa tengah dengan adanya kertas undian di

dalam kemasan produk makanan tertentu. Di dalam kertas tercantum alamat website palsu sebuah perusahaan terkenal. Melalui website tersebut korban di kelabuhi bahwa undian tersebut benar-benar ada.

5) Pencurian pulsa Akhri-akhir ini marak terjadi modus pencurian pulsa. Kasus ini

pernah di ungkap oleh tim Dit Reskrimsus Polda Jawa Tengah.

commit to user

Penyebaran konten pornografi ini dilakukan melalui sarana bluetooth pada handphone.

Perkembangan kejahatan cyber ini terjadi akibat kelemahan aparat penegak hukum di wilayah Jawa Tengah. Menurut wawancara dengan Kompol Iswanto, polisi khusus yang menangani kejahatan cyber baru ada di tingkat wilayah Polda dan Mabes Polri. Pada tingkat Polres, Polwil dan Polsek belum ada unit khusus menangani Cybercrime. Jika terjadi kasus tindak pidana ini pada tingkat Polres, Polwil dan Polsek, maka akan ditangani bagian Reskrim Umum. Padahal seharusnya kejahatan ini merupakan kejahatan khusus dan harus ditangani oleh Polisi Khusus/Cyber Police yang ahli pada bidang ini. Kendala ini yang harus dihadapi aparat penegak hukum di Indonesia, karena biaya yang mahal untuk mendidik anggota Polri di bidang ini dan jangka waktu yang sangat lama.

b. Modus Operandi Carding Yang Terjadi Di Wilayah Polda Jawa Tengah

Dalam kamus Besar Ilmu pengetahuan, motif diartikan sebagai dorongan sadar untuk bertindak sesuai dengan tujuan atau maksud tertentu untuk melakukan kejahatan, sedangkan modus operandi diartikan sebagai cara atau metode kerja yang di pakai untuk melakukan tindakan kejahatan

Di Semarang, seorang pelaku carding dapat membuat 999 nomor lagi setelah 4 nomor depan yang ada pada kartu kredit. Pelaku membuat 999 nomor tersebut menggunakan sebuah software yang bernama Credit Card Generator. Dari 999 nomor tersebut di cek lagi dengan softwere Verifikator, untuk mengecek validitas dan keberlakuan nomor kartu kredit. Dengan verifikator, pelaku mendapatkan info tentang siapa pemilik, jenis kartu dan masa berlaku nomor kartu kredit yang di pilihnya. Setelah mendapatkan nomor kartu kredit yang valid milik orang lain kemudian pelaku menggunakan nomor kartu kredit tersebut untuk belanja secara online melalui internet. Metode Belanja secara online pembayarannya dilakukan dengan cara

commit to user

jumlah nominal belanjanya. Setelah terjadi kesepakatan jual beli, maka merchant (penjual barang online) mengirimkan barang yang di pesan oleh pembeli/pelaku carding. Setelah barang di kirim dan sudah diterima pembeli, maka pihak merchant mengajukan klaim kepada pemilik kartu kredit asli. Dan ternyata pemilik kartu kredit yang asli tidak mengetahui transaksi yang terjadi dengan merchant tersebut. Berangkat dari situ, merchant mengetahui ada penipuan karena pemilik kartu yang asli tidak pernah belanja di tempat si merchant . Kemudian pihak merchant melaporkan pada Kepolisian di mana merchant berada. Bila merchant berada di luar negeri pihak Kepolisian setempat akan melaporkan melalui duta besar RI jika alamat pengiriman ditujukan ke negara Indonesia untuk segera dilakukan Penyidikan.

1) Kasus I: Kasus ini terjadi di Semarang pada tahun 2000. Seorang pelaku carding

berinisial DN, membeli helm balap dan GPS pada seseorang yang tinggal di Kanada. Pelaku menggunakan nick Londo pada saat memesan barang. Pelaku menggunakan nomor kartu kredit milik orang lain dari hasil menggunakan softwere Credit Card Generator dan Verifikator. Kemudian pelaku memberikan alamat palsu untuk mengirim barang pesanannya tersebut.

Seiring perkembangan zaman, teknologi semakin canggih. Para pelaku carding pun tidak ingin tertangkap untuk kedua kalinya. Akhirnya saat ini mereka merubah teknik modus carding yang sudah diketahui oleh polisi dengan berbagai macam cara. Hingga pada akhirnya tahun 2012 polisi berhasil mengungkap modus baru carding yang terjadi di Semarang dengan cara sebagai berikut:

2) Kasus II: Pelaku carding memesan kalung emas kadar 24 karat,18 inci dan emas

murni 37,5 gram yang bernilai hingga puluhan juta pada seorang warga

commit to user

alamat email ugah@roxyz.net atas nama Ugah Prasetya di mana alamat email berada di Jl. Singosari Raya II no. 240 Semarang. Namun alamat pengiriman pembeli barang di alamatkan ke Rebecca M Macaoine Jl. Kanguru Barat Raya IV No.110 Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Modusnya adalah transaksi dilakukan melalui situs pembayaran online www.paypal.com. Setelah pelaku memasukkan nomor kartu kreditnya ke website Paypal, otomatis merchant mengira sudah dilakukan pembayaran atas barang yang telah di pesan. Kemudian merchant mengirim barang yang di pesan ke alamat yang sudah diberikan oleh pembeli tersebut. Namun, pada saat merchant akan mengambil uang melalui website paypal tersebut, ternyata dananya kosong dan barang sudah terlanjur di kirim pada alamat si pembeli. Akhirnya merchant melaporkan kasus penipuan yang di alaminya pada Kepolisian setempat.

Dalam kasus ini terbukti bahwa pelaku carding semakin pintar dalam menyiasati penjual barang dan polisi agar tidak ketahuan tindakan melanggar hukum yang dilakukannya.

3. Penanganan Pihak Kepolisian Terhadap Modus Operandi Carding Dalam menangani suatu kasus dengan modus operandi carding, sebelumnya

polisi menerima laporan dari interpol ataupun korban langsung. Tanpa adanya laporan, polisi tidak akan mengetahui bahwa telah terjadi tindak pidana di dunia maya ataupun yang di alami seseorang. Karena polisi tidak dapat mengawasi setiap transaksi yang terjadi di internet setiap harinya dan transaksi antar pribadi tersebut bersifat sangat pribadi dan rahasia. Berikut ini di jelaskan penanganan oleh polisi terhadap kasus-kasus yang sudah saya paparkan di atas:

commit to user

Berangkat dari adanya laporan bahwa terjadi penipuan yang di alami oleh korban, polisi segera bertindak untuk melakukan penyelidikan. Pada kasus pertama di ketahui bahwa merchant berada di luar negeri. Melalui Kepolisian setempat disampaikan kasus ini ke Kedutaan Besar Indonesia di mana korban melapor. Kemudian Kedutaan Republik Indonesia menyampaikan ke Mabes Polri. Dari Mabes Polri kasus diserahkan pada Kepolisian yang berwenang di wilayah tersebut dalam kasus ini Kepolisian Daerah Jawa Tengah yang berada di Semarang karena diketahui alamat pengiriman ditujukan ke daerah Semarang.

Kepolisian Daerah Jawa Tengah melalui Direktorat Reserse dan Kriminal Khusus mulai melakukan penyelidikan terhadap laporan yang ada. Pertama akan dilakukan pengecekan terhadap alamat penerima barang dan perusahaan jasa pengiriman barang yang digunakan untuk pengiriman barang hasil carding tersebut. Apakah benar alamat penerima barang itu ada. Biasanya alamat penerima barang fiktif, maka dilakukan pemeriksaan terhadap perusahaan pengiriman barang. Karena jika alamat penerima barang tidak ditemukan, perusahaan jasa akan menyimpan barang tersebut dan menunggu seseorang yang mencari barang kiriman tersebut. Jika barang sudah di ambil penerima dan polisi terlambat untuk menangkap penerima tersebut, maka polisi menanyakan ciri-ciri orang yang mengambil barang tersebut seperti apa. Dan biasanya penerima harus meninggalkan alamat, dalam hal ini orang yang mengambil barang tersebut.

Dari hasil penyelidikan di perusahaan jasa pengiriman barang tersebut, polisi lanjut melacak keberadaan pelaku dan alamat yang di dapatkan dari perusahaan jasa. Kemudian dilakukan penangkapan terhadap tersangka pelaku carding. Setelah pelaku ditangkap dilakukan pemeriksaan terhadap pelaku dan barang bukti. Pelapor yang ada di luar negeri juga di periksa melalui Mabes Polri untuk diteruskan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia yang berada di negara pelapor.

commit to user

saksi dari pihak bank penerbit kartu kredit yang digunakan untuk melakukan kejahatan. Kemudian polisi mengumpulkan barang bukti hasil transaksi jual beli barang tersebut. Kemudian polisi mengajukan ke Kejaksaan untuk di proses di pengadilan atas kesalahan tersangka.

Tersangka dikenai Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan surat dan Pasal 378 KUHP tentang penipuan. Karena pada saat itu undang-undang ITE belum disahkan maka Penyidik Polri mengenakan Pasal-Pasal KUHP saja terhadap tersangka pelaku carding.

Jika pelaku belum sempat mengambil barang yang ada di perusahaan jasa pengiriman, polisi akan menjebak pelaku dengan menyamar sebagai pegawai perusahaan jasa pengiriman. Ketika pelaku mengambil barang hasil carding tersebut, pelaku akan tertangkap tangan oleh polisi yang sudah menyamar tadi.

b. Penanganan Kasus II Dengan proses yang sama yaitu korban melapor ke kepolisian Korea. Kemudian polisi Korea melaporkan kasus tersebut ke Kedutaan Besar Republik Indonesia yang berada di Negara Korea. Selanjutnya Kedutaan akan melapor ke Mabes Polri Jakarta. Mabes Polri kemudian menyerahkan kasus tersebut ke kepolisian yang berwenang di daerah dilakukannya penipuan. Dalam kasus ini yaitu penyelidik dari Dit Reskrimsus Polda Jateng. Penanganan yang pertama dilakukan polisi adalah mengecek kebenaran alamat penerima barang. Setelah ditelusuri alamat tersebut ternyata hanya ditemukan bahwa di Jalan Kanguru Barat tersebut sampai angka romawi II sedangkan alamat yang diberikan pembeli adalah Kanguru Barat IV. Jadi alamat penerima tersebut fiktif. Polisi juga melakukan koordinasi dengan kelurahan setempat agar mendapatkan kepastian bahwa alamat tersebut benar-benar palsu. Kemudian polisi juga menelusuri alamat yang tertera di email. Saat penyelidikan alamat tersebut, polisi juga tidak mendapatkan

commit to user

hanya menemukan warnet (warung internet) dengan nama OXY.net yang apabila dikorelasikan dengan alamat email pembeli ugah@roxyz.net terdapat keterpaduan.

Hingga saat ini poses penyelidikan masih dilakukan oleh tim polda. Di duga ada keterlibatan oknum pegawai POS Semarang yang ikut serta membantu mempermudah pendistribusian barang hasil carding kepada pelaku, karena barang hasil carding sudah tidak ada di kantor Pos kemungkinan sudah di ambil pelaku. Apabila terbukti pegawai Pos terlibat, maka akan dikenakan hukuman juga. Untuk pelaku carding terbukti melakukan tindak pidana dapat dijerat dengan perkara penipuan dan atau dengan sengaja dan tanpa hak menyebar berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik sebagaimana di maksud dalam Pasal 378 KUHP dan atau Pasal 28 ayat (1) jo Pasal 45 ayat (2) UU RI No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Dalam proses Penyidikan selanjutnya, polisi akan menerbitkan Surat Penyidikan untuk proses penanganan lebih lanjut. Kemudian polisi akan melakukan pemeriksaan terhadap Kepala Kantor Pos Semarang untuk mengetahui pegawai kantor pos yang pada saat pengiriman barang bertugas. Setelah itu melakukan pemeriksaan terhadap pegawai kantor pos yang bertugas saat itu. polisi juga akan melakukan penyelidikan lebih mendalam untuk mengetahui pelaku pemesanan atau siapa pemilik dari e-mail ugah@roxyz.net. Kemudian setelah cukup bukti polisi akan melakukan upaya paksa.

c. Pasal-Pasal yang dapat dikenakan pada pelaku Carding.

Untuk tindak pidana carding, dapat dikenakan Pasal-Pasal pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang mengatur secara khusus dan Pasal-Pasal pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur secara umum tindak-

commit to user

yang dapat dikenakan pada tindak pidana carding:

1) Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik..

“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen

dalam transaksi elektronik”.

2) Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik.

”Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana di maksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) di pidana dengan pidana

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

3) Pasal 263 KUHP tentang Pemalsuan Surat. “Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang

dapat menimbulkan sesuatu hak perikatan atau pembebasan hutang, atau yang di peruntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak palsu, di ancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara pali ng lama enam tahun”.

4) Pasal 362 KUHP tentang Pencurian “Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau

sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk di miliki secara melawan hukum, di ancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana dengan paling banyak

sembilan ratus rupiah”.

5) Pasal 378 KUHP tentang Penipuan “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri

atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau pun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberikan hutang atau menghapuskan piutang di ancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

commit to user

Untuk mengurangi terjadinya tindak pidana di dunia maya ini, polisi berupaya semaksimal mungkin untuk memperingatkan masyarakat tentang bahayanya kejahatan ini. Upaya pencegahan dari kepolisian adalah melakukan Sosialisasi melalui kegiatan seminar di universitas-universitas, oganisasi-organisasi massa tentang bahaya kejahatan di dunia maya dan mengirimkan anggota Polri terpilih untuk kursus di luar negeri mengenai cybercrime.