Sensus Penduduk Wilayah Mangkunegaran(Kota Mangkunegaran, Wonogiri, Ngawen) tahun 1930.

Tabel 2. Sensus Penduduk Wilayah Mangkunegaran(Kota Mangkunegaran, Wonogiri, Ngawen) tahun 1930.

No Golongan/ Etnik ( Laki-laki dan Perempuan) Jumlah penduduk

Golongan Bumi Putera Golongan Eropa Golongan Asia

902.780 jiwa 1.270 jiwa 4.268 jiwa

Jumlah

98.318 jiwa

Sumber: T.H. Metz, 1939. Mangkoe-Nagaran: Analyse Van Een Javaanasch Vorstendom. 1987. Mangkunegaran: Reksa Poestaka, Halaman.15

Pertumbuhan penduduk juga aterjadi didaerah Mangkunegaran salah satu daerah swapraja yang wilayahnya tergolong cukup luas diantara daerah swapraja lainnya. Berdasarkan sensus tahun 1930 (tabel 2), menjelaskan jumlah penduduk mangkunegaran secara keseluruhan adalah 908.318 jiwa. Jumlah penduduk tersebut tersebar di seluruh wilayah Praja Mangkunegaran.

9 Dilihat dari segi lingkungan dalam periode ini 1920-an perhitungan penduduk lebih tergantung pada pemimpin sehingga pemimpin lebih memiliki tujuan atas angka dari jumlah

penduduk itu. Hueder. Overzich van Economishien Toestand der Inkemmsche Bevolking van Java

en Madura ( s‟ Gravenhage : Martinus Nijhoff. 1912)

commit to user

Jenis.

Laki/Perempuan

Kota

M.N

Wonogiri Ngawen Jumlah Bumi

5.387 455.652 Orang Eropa

20 - 611 Orang

Jumlah Laki

5.338 458.270 Total General

Sumber: T.H. Metz, 1939. Mangkoe-Nagaran: Analyse Van Een Javaanasch Vorstendom. 1987.

Mangkunegaran: Reksa Poestaka, Halaman.15

Mesti pada dasarnya setiap pertumbuhan hanya berpangkal pada tiga unsur, kelahiran, kematian dan migrasi. 10 Masalah kelahiran (natalitas) sangat erat

kaitannya dengan masalah konsumsi pangan dan pola ikatan perkawinan. Sampai dengan petengahan abad XIX makanan pokok sebagian besar masyarakat Surakarta adalah beras. Disamping itu masih ada pula yang mengkonsumsi jagung atau umbi-umbian seperti penduduk di sebagian wilayah afdeling Surakarta yaitu penduduk Wonogiri yang masih mengkonsumsi jagung, gaplek, katul, thiwul serta

nasi gogik . 11 Hal ini tidak mengherankan apabila di wilayah afdeling ini, pada

tahun 1918-1919 laju pertambahan penduduk terlihat agak terganggu karena banyak penduduk yang terserang berbagai penyakit, seperti influenza, malaria,

10 Barclay, Teknik Analisa Kependudukan. Jakarta: Budi Aksara, 1984, hal. 58 11 Ibid. Halaman 223

commit to user

tanpa memperhatikan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan tubuh

memberi andil terhadap penurunan gizi serta daya tahan penduduk. 13 Masalah kematian (mortalitas) menjadi bagian yang terpenting dari persoalan kependudukan di Karisidenan Surakarta. Periode 1900-an dapat dikatakan merupakan periode terburuk dalam masalah kesehatan di wilayah ini. Beberapa wabah penyakit, seperti kolera-disentri dan cacar, membawa tingkat kematian yang cukup besar selama periode itu.

Meski demikian berbagai upaya pemeliharaan kesehatan penduduk tetap dilakukan, sehingga tidak mengherankan bila faktor ini menjadi pendorong tidak langsung terhadap kenaikan penduduk di Wonogiri. Hingga memasuki tahun 1930 tidak kurang 26 rumah sakit serta poliklinik dibangun dan tersebar di wilayah ini sebagai penanggulangan penyakit epidemis pes. Bahaya kekurangan pangan akibat musim kemarau yang panjang tidak dapat diatasi dengan tuntas. Disini yang dimaksud musim kemarau yang panjang pada tahun 1918-1919 dan tahun 1929 yang terjadi di Kabupaten Wonogiri yang keadaan alamnya kurang baik itu. Periode pertama terjadi pada bulan-bulan petama pada tahun 1918 di daerah Ngawen. Maka pemerintah dengan siap menyediakan bahan pangan yaitu beras, gaplek, dijual kepada rakyat dengan harga yang lebih murah dibanding dengan harga di pasar. Pemerintah tidak hanya menanggulangi bahaya kekurangan pangan, dimana pemerintah praja bersiap-siap dengan penanaman padi dan ketela pohon yang lebih banyak. Tidak berbeda pada masa paceklik tahun 1919 dan

12 Bundle weweran dhaten pratitisipun tetedan tuwin pamilihipun. Arsip M.N., P.2362. 13 Ibid.

commit to user

epedemi influenza menyebabkan kebanyakan penduduk mengalami kematian, dan sebagian lagi disebabkan dengan oleh musim yang kurang baik. Sebagian padi

yang baru ditanam mati karena kekeringan. 14

Pola migrasi yang menjadi kecenderungan umum bagi penduduk telah lama dilakukan. Pembukaan jalur transportasi kereta api yang menghubungkan Vorstenlanden , Semarang merupakan salah satu faktor terjadinya migrasi. Sepuluh tahun setelah pembukaan jalur transportasi ini, tercatat 15.000 orang

yang telah diangkut dengan kereta api. 15 Perpindahan atau migrasi yang paling

banyak dilakukan oleh penduduk Wonogiri ke beberapa daerah di sekitar Surakarta, bahkan pada tahun 1919 tanpa sepengetahuan pihak pemerintah mereka telah dikirim ke Sumatera untuk menjadi buruh. Sampai dengan periode tahun 1930 jumlah migrasi terutama yang masuk ke dalam karesidenan Surakarta cukup tinggi, yakni mencapai 67,9%. Jumlah migrasi yang cukup bear di Karisidenan Surakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini;

14 Th. M. Metz.Ibid. halaman. 82-83 15 Th. M. Metz.Op.Cit. halaman. 87-89

commit to user