BENDA CAGAR BUDAYA KOTA GORONTALO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA

BENDA CAGAR BUDAYA KOTA GORONTALO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN INDONESIA

( Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo )

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menempuh Ujian Tesis Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Renol Hasan S 861008022

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

ii

commit to user

iii

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Renol Hasan NIM : S 861008022 Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul BENDA CAGAR BUDAYA KOTA GORONTALO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH ( Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo ) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan sayat tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta,

Yang membuat pernyataan,

Renol Hasan

commit to user

MOTTO

Jangan Berhenti Bermimpi

Sang Juara Dihasilkan Dari Keinginan, Impian, dan Visi Yang Kuat

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tua pahlawanku Yunus Hasan, Aisah Humolanggi, dan adik-adiku tercinta Refliyanto Hasan, Alfira Hasan.

Untuk seluruh keluargaku yang selalu memberi support.

Untuk Kanti Letari, terimakasih atas kepercayaan dan kesabaranya.

Untuk sahabat-sahabatku yang bersama-sama belajar “berilmu” dan “ber- karya”

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Disadari bahwa penulisan tesis sebagai satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulusya atas bantuan dan bimbingan serta perngorbanan kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Prof. Dr. Ir Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah dan Dra. Sutiyah, M.Pd, M.Hum selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan studi di Pascasarjana ini.

4. Prof. Djoko Suryo selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini.

commit to user

viii

5. Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan penuh kesabarannya telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini.

6. Kedua orang tua pahlawanku Yunus Hasan, Aisah Humolanggi, adik-adiku tercinta Refliyanto Hasan, Alfira Hasan, yang penuh perhatian serta doa- doanya selalu menjadi semangat dalam penyelesaian tesis menjadi lancar.

7. Segenap civitas akademika Jurusan Pendidikan Sejarah di lingkungan Universitas Negeri Gorontalo, yang memberikan dukungan penuh pada pelaksanaan penelitian ini.

8. Teman-teman studi yang saling mendukung dalam suka maupun duka selama bersama-sama menempuh studi, serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga bantuan dan dorongan semangat serta amal baik dari semua pihak yang telah diberikan kepada peneliti dapat menjadi amal ibadah dan amal kebaikan, serta mendapat imbalan pahala dari Tuhan Yang Maha Kasih. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih sangat banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Surakarta, …………2012

Penulis

commit to user

3. Cagar Budaya .....................................................................................

35

4. Benda Cagar Budaya Sebagai Sumber Belajar Sejarah ...................

42

B. Penelitian Yang Relevan ........................................................................

49

C. Kerangka Berpikir ...................................................................................

51

BAB III : METODE PENELITIAN ...................................................................

53

A. Tempat Dan Waktu Penelitan ................................................................

53

B. Bentuk Dan Strategi Penelitian ..............................................................

54

C. Sumber Data ............................................................................................

55

D. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................

55

E. Teknik Cuplikan ...................................................................................... 58

F. Validitas Data ..........................................................................................

59

G. Teknik Analisis Data ..............................................................................

60

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................

63

A. Hasil Penelitian .......................................................................................

63

1. Deskripsi Latar ..................................................................................

63

2. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Kota Gorontalo ....................

66

3. Tingkat Pendidikan di Kota Gorontalo ...........................................

71

B. Sajian Data ...............................................................................................

73

1. Deskripsi Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo ............................

73

2. Keberadaan Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo ....................

90

3. Jenis – Jenis Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo ...................

96

4. Sumber Belajar Sejarah di Jurusan Pendidikan Sejarah

Universitas Negeri Gorontalo ..........................................................

99

commit to user

xi

C. Pokok Temuan ......................................................................................... 102

1. Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Sebagai Sumber Belajar Sejarah Dalam menunjang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia di Jurusan Pendidikan Sejarah

Universitas Negeri Gorontalo ......................................................... 102

2. Pemahaman Mahasiswa pendidikan sejarah Universitas Negeri

Gorontalo Terhadap peninggalan Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo ............................................................................. 103

D. Pembahasan ............................................................................................. 104

1. Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Sebagai Sumber Belajar Sejarah Dalam Menunjang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo .......................................................... 104

2. Pemahaman Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri

Gorontalo Terhadap Peninggalan Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo ............................................................................. 112

BAB V : PENUTUP ............................................................................................ 119

A. Simpulan .................................................................................................. 119

B. Implikasi .................................................................................................. 120

C. Saran ........................................................................................................ 123

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 125 LAMPIRAN

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Wilayah Kota Gorontalo Menurut Kecamatan ............................

65

Table 2. Jumlah Pemeluk Agama di Kota Gorontalo ........................................ .

68

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Gorontalo Menurut Pendidikan Akhir ......... .

72 Tabel 4. Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Menurut SK Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Gorontalo .................................. .

91

Tabel 5. Lokasi Benda Cagar Budaya Menurut Peta Kewilayahan ................. .

93

Tabel 6. Kondisi dan Keberadaan Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo .. .

94 Tabel 7. Jenis dan Golongan Benda Cagar Budaya di Kota Gorontalo

Berdasakan Kriteria Menurut Jenis Fisik Keaslian Bentuk

Bangunan dan Situs ............................................................................. .

97

Tabel 8. Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Berdasarkan Keberadaan

dan Jenis Pengklasifikasian Yang Masih Tersisa Sampai Dengan Saat Ini ................................................................................................... .

98 Tabel 9. Ketersediaan Bahan Ajar/Buku pada Perpustakaan Referensi Jurusan Pendidikan Sejarah .................................................................. . 100 Tabel 10. Prosentase Daerah Asal Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo ............................................................ . 114

Tabel 11. Jumlah Mahasiswa Semester III Menurut Daerah Asal …………... 115

Tabel 12. Pemahaman dan Pengetahuan Mahasiswa Semester III Tentang

Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo ............................................... . 115 Tabel 13. Pemahaman Mahasiswa Semester III Tentang Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo ..................................................................... . 116

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir .............................................................................

52

Gambar 2. Model Analisis Interaktif ..................................................................

61

Gambar 3. Benteng Otanaha ...............................................................................

73

Gambar 4. Makam Keramat Ju Panggola ..........................................................

75

Gambar 5. Makam Keramat Nenek Taibi ..........................................................

76

Gambar 6. Makam Keramat Pulubangga ...........................................................

77

Gambar 7. Makam Keramat Haji Bu’ulu ...........................................................

78

Gambar 8. Mesjid Hunto .....................................................................................

79

Gambar 9. Makam Keramat Ta'jailoyibuo .........................................................

83

Gambar 10. Makam Keramat Aulia Ta Ilayabe ................................................

84

Gambar 11. Pemandian Bak Potanga .................................................................

86

Gambar 12. Kantor PT Penli Nusantara .............................................................

88

Gambar 13. Kantor Pos Gorontalo .....................................................................

89

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian ..........................................................

128 Lampiran 2. Foto Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Kota Gorontalo Oleh Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo .......................

129

Lampiran 3. Daftar Informan, Pedoman Wawancara dan Kuesioner ..............

133

Lampiran 4. Catatan Lapangan ...........................................................................

140

Lampiran 5. Silabus .............................................................................................

164

Lampiran 6. Bahan Ajar ......................................................................................

168

Lampiran 7. Contoh Tugas Mahasiswa ..............................................................

226

commit to user

xv

ABSTRAK

Renol Hasan, S 861008022. 2011. Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo Sebagai Sumber Belajar Sejarah (Studi Kasus di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo) . Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam menunjang pembelajaran sejarah kebudayaan di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo; (2) Pemahaman mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo terhadap peninggalan benda cagar budaya di Kota Gorontalo.

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan bentuk studi kasus tunggal terpancang. Sumber data terdiri atas narasumber, arsip/dokumen dan tempat aktivitas. Data digali melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumen terkait. Untuk validitas data dilakukan dengan teknik trianggulasi data dan trianggulasi sumber. Analisa data menggunakan model analisis interaktif untuk mendapatkan simpulan berdasarkan reduksi dan sajian data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum semua mahasiswa di jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo mengetahui jenis benda cagar budaya Kota Gorontalo. Mahasiswa belum mengetahui dan memahami nilai historis yang terkandung dalam masing-masing benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo. Kurangnya pemahaman mahasiswa tersebut disebabkan oleh kaburnya deskripsi dari benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo dan belum optimalnya pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo pada mata kuliah Sejarah Kebudayaan Indonesia sebagai sumber belajar sejarah.

Proses identifikasi dengan observasi lapangan dapat mendorong mahasiswa mengetahui keberadaan benda cagar budaya dan memanfaatkannya sebagai sebagai sumber belajar sejarah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memanfaatkan benda cagar budaya sebagai salah satu sumber belajar sejarah dalam pembelajaran sejarah di Jurusan Pendidikan Sejarah Universit as Negeri Gorontalo. Diharapkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan benda cagar budaya ini dapat menumbuhkan sikap pelestarian benda cagar budaya sebagai sumber informasi untuk memperkuat identitas masyarakat Kota Gorontalo dalam kegiatan pembelajaran.

commit to user

xvi

ABSTRACT

Renol Hasan, S 861008022. Gorontalo Cultural Heritage Object as a Source Of Learning History (Case Of Studi at Historical Education Departement, Gorontalo State University). Thesis postgraduate program of Sebelas Maret University, Surakarta.

The aims of this research are to know : (1) Utilization of Gorontalo cultural heritage object as a learning source to supporting the historical culture studies at historical education Departement Gorontalo State University, (2) Understanding of student at historical education departement gorontalo state university viewed by the gorontalo cultural heritage object.

This research was conducted ini the Social Science Faculty, historical education Departement Gorontalo State University. This research method used qualitative with form a single case study. Data sources consist of informant, archives/documents and activities place. Data collected through in depth interview, observation and related documents. For data validity performed with data triangulation technique and source triangulation. Data analysis using interactive analysis model to get conclusion based on reduction and data presentation.

The result of this research showed that not at all student ini historical education Departement, Gorontalo State University know that kind of Gorontalo cultural heritage object. Student doesn’t know and understad historis value who contained in each of the cultural heritage object at Gorontalo. Low of student understanding caused blurring description from the Gorontalo cultural heritage object and yet optimally utilization the Gorontalo cultural heritage object in Indonesia historican culture lesson as a learning source.

The process of identification with the field observations may encourage students to know the existence of cultural heritage object and use it as a source of history learning. The result this research is expected to be considerate material to utilize the heritage culture as a historical learning source ini historical education Departement Gorontalo State University. Expected by optimalizing the utilization of cultural heritage object can grow up the atitude preservation of cultural heritage object as a soure information being strenght the identity of Gorontalo society in learning activities.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah panjang Kota Gorontalo mencatat bahwa banyak bangunan benda cagar budaya bersejarah menyimpan kenangan masa lalu dan menjadi bukti perkembangan Kota Gorontalo itu sendiri. Bangunan-bangunan benda cagar budaya bersejarah tersebut adalah bagian dari bangunan cagar budaya yang mencerminkan dinamika kehidupan masyarakat Gorontalo. Peninggalan sejarah berupa bangunan benda cagar budaya sangatlah bermanfaat sebagai pembangkit motivasi, kreativitas dan mengilhami generasi muda untuk memahami sejarah dan identitas Kota Gorontalo.

Pembangunan disegala lini kehidupan sosial budaya di Kota Gorontalo dewasa ini telah mebawa keberhasilan dan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Gorontalo, hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya tingkat aktivitas dan pembangunan yang menghiasi wajah Kota Gorontalo. Wajah-wajah baru pembangunan ini mulai marak di dalam beberapa konsep di wilayah Kota Gorontalo, akan tetapi kebanggaan dan keberhasilan pembangunan ini justru malah meresahkan sejarawan dan budayawan yang ada di Kota Gorontalo. Hal yang demikian disebabkan karena konsep pembangunan yang mulai diusung oleh pemerintah Kota Gorontalo telah menenggelamkan ciri khas bangunan benda cagar budaya peninggalan sejarah Kota Gorontalo itu sendiri.

Benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo berupa benteng, bangunan – bangunan tua peninggalan Belanda, makam raja dan wali yang

commit to user

dianggap keramat oleh masyarakat Kota Gorontalo. Ciri khas dan wujud benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo dapat kita lihat dari bentuk fisik dan material bangunan yang berbeda dengan daerah lain. Beberapa bangunan menggunakan bahan dasar campuran yang berasal dari putih telur Maleo, salah satu diantaranya adalah bangunan benteng Otanaha. Benda cagar budaya sebagai salah satu bagian dari pembangunan nilai dalam pendidikan ternyata belum sepenuhnya dimanfaatkan. Keberadaan benda cagar budaya Kota Gorontalo ini dapat dijadikan sumber belajar, fenomena ini seharusnya dapat mendorong proses pembelajaran sejarah perlu diperhatikan kembali khususnya di lingkungan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.

Pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah belum optimal diterapkan, khususnya untuk membangun pemahaman akan identitas keberadaan benda cagar budaya itu sendiri. Pemanfaatan benda cagar budaya masih terfokus pada peninggalan kuno di luar Kota Gorontalo seperti komplek percandian dan situs-situs kuno dibeberapa daerah di Jawa. Hal ini nampak dengan benda cagar budaya Kota Gorontalo yang masih dinarasikan dalam bentuk penjabaran secara umum, sedangkan di Kota Gorontalo sendiri memiliki banyak benda cagar budaya yang mempunya nilai historis yang tidak jauh berbeda dengan benda cagar budaya yang ada di luar Kota Gorontalo dan Jawa.

Pembelajaran sejarah yang selama ini dikategorikan sebagai suatu materi yang kering dan monoton sebaiknya memanfaatkan benda cagar budaya di Kota Gorontalo yang mencerminkan Kota Gorontalo itu sendiri sebagai daerah yang

commit to user

memiliki benda cagar budaya yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah. Dengan cara ini diharapkan mampu mendorong mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Gorontalo dapat lebih efektif memahami identitas nilai-nilai historis benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo. Kondisi benda cagar budaya di Kota Gorontalo pada saat ini sebagian besar tidak begitu terawat. Minimnya informasi, tingkat kepedulian dan peranan lingkungan semakin mengaburkan nilai-nilai historis keberadaan benda cagar budaya yang ada, sehingga kesadaran pentingnya benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah harus dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan dengan baik.

Benda cagar budaya tempat terjadinya peristiwa penting/bersejarah dapat dipergunakan sebagai sumber penghubung dengan masa lalu dapat dijadikan sarana pembelajaran serta membuka kesadaran pentingnya menghayati proses nilai-nilai historis yang tersirat di dalamnya. Keberadaan benda cagar budaya Kota Gorontalo bisa mewakili proses pembangunan bangsa ini, karena beberapa bangunan benda cagar budaya tersebut mampu mencerminkan nilai-nilai luhur perjuangan bangsa Indonesia secara nasional.

Hasil kontinuitas pembelajaran tersebut dengan pasti dapat menumbuh kembangkan rekonstruksi dan pemahaman nilai sejarah untuk melestarikan nilai- nilai historis benda cagar budaya. Tujuannya agar mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Gorontalo dapat mengetahui akar sejarah dan budaya Kota Gorontalo dengan jelas. Kejelasan pemahaman nilai sejarah tersebut dapat menjadi filter terhadap perkembangan jaman dan tetap memperhatikan

commit to user

pelestarian benda cagar budaya sebagai peninggalan sejarah yang masih tersisa di Kota Gorontalo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam menunjang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo?

2. Bagaimankah pemahaman mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo terhadap peninggalan benda cagar budaya di Kota Gorontalo?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam menunjang pembelajaran sejarah kebudayaan di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo terhadap peninggalan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo.

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek yaitu aspek praktis dan aspek teoritis.

1. Manfaat praktis, Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang lebih bernilai untuk pemerintah sebagai pembuat kebijakan dalam memecahkan permasalahan tentang betapa pentingnya pembelajaran sejarah itu sendiri demi pelestarian peninggalan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo.

2. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengajar, khususnya dalam hal ini dosen pemberi mata kuliah agar dapat menjadikan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah yang dapat menumbuhkan kesadaran mahasiswa terhadap pelestarian peninggalan benda cagar budaya

b. Mendorong mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo untuk mengetahui keberadaan dan jenis benda cagar budaya sebagai peninggalan bersejarah di Kota Gorontalo.

c. Dapat mengetahui proses pemahaman mahasiswa dalam pemanfaatan cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah pada pembelajaran sejarah melalui model observasi sehingga membuka cakrawala belajar dan berpikir mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Negeri Gorontalo bahwa belajar sejarah dapat dilakukan dimana saja.

commit to user

d. Diharapkan hal ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang lebih lanjut kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan metode yang lain.

commit to user

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Pengertian Sejarah

Sejarah adalah suatu ilmu yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan lingkungannya dalam suatu dimensi ruang dan waktu. Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, langsung atau tidak langsung masa lampau senantiasa menjadi memory yang akan memberikan pengalaman, pembelajaran, kesan dan peringatan bagi manusia dalam bersikap dan beraktivitas di masa kini dan masa mendatang. Sejarah merupakan pelajaran dan pengalaman yang dapat membimbing hidup manusia yang lebih baik. Ini berarti hidup manusia itu dapat dikatakan selalu berada dalam tataran sejarah. Ada dua konsep sejarah yaitu sejarah sebagai keseluruhan tindakan manusia di masa lampau (sejarah sebagai peristiwa) dan sejarah merupakan gambaran masa lampau yang dibuat oleh manusia sekarang (sejarah sebagai cerita/narasi).

Sejarah adalah suatu studi masa lampau, suatu studi yang hasilnya secara ideal merupakan suatu penyajian masa lalu sebagaimana adanya. Sebagai suatu studi yang menampilkan suatu kenyataan; tidak hanya dapat dinikmati adanya, tetapi juga secara moral berguna di dalam pengajaran. Sejarah divalidasi oleh ketepatan metode ilmu pengetahuan; dengan penguatan objektivitasnya yang bersumber dari fakta dan menghasilkan suatu laporan kebenaran. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki metode yang objektif, artinya menghasilkan suatu kebenaran yang berdasarkan

commit to user

pada bukti yang memang benar-benar ada. Sejarah bukanlah dongeng yang bersifat fiksi atau khayalan, peristiwa masa lalu memang benar-benar ada berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan. Selain sebagai ilmu, sejarah juga berguna dalam pengajaran. Sejarah akan mengajarkan moral, belajar kebaikan- kebaikan pada masa lalu.

Sejarah adalah studi tentang manusia, manusia dalam kehidupan masyarakat. Kehidupan manusia akan direkam oleh sejarah. Dalam merekam tersebut, akan diketahui perubahan masyarakat yang terus-menerus, ide-ide yang mengandung aksi-aksi masyarakat, dan kondisi-kondisi material yang telah membantu atau merintangi perkembangan aksi masyarakat tersebut. Kesimpulan yang dapat kita nyatakan dari definisi-definisi tersebut yaitu sejarah merupakan studi tentang manusia sebagai individu maupun kelompok dalam konteks waktu dan ruang. Sejarah adalah studi tentang kehidupan masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup manusia akan memberikan pelajaran bagi kehidupan manusia kelak.

Berdasarkan gambaran di atas, maka mempelajari sejarah adalah mempelajari proses kehidupan manusia dengan segala aspek kehidupannya melalui ruang dan waktu. Struktur keilmuan sejarah meliputi tingkatan proses kehidupan manusia yaitu tentang dasar keilmuan sejarah, kehidupan masyarakat, perkembangan masyarakat beserta pengaruhnya, perjuangan dan kerjasama dunia internasional serta peristiwa-peristiwa mutakhir yang terjadi sebagai wacana pengayaan.

commit to user

Secara jelas dan rinci Isjoni (2007: 19) memberikan batasan tegas bahwa sejarah adalah kajian tentang masa lampau manusia dengan aktivitasnya di bidang politik, militer, sosial, agama, ilmu pengetahuan dan hasil kreativitasnya. Pemahaman sejarah sebagai suatu disiplin ilmu merupakan hasil intepretasi yang diperlukan kejelasan, kevalidan dan kredibilitas bukti sejarah yang dianalisis dan dibangun narasinya sebagai ungkapan kehidupan masyarakat di masa lampau. Dari sini jelas bahwa pengertian sejarah mengandung negara manusia, peristiwa, masa lampau, catatan/rekaman peristiwa, ruang kejadian dan kronologis yang diinterpretasikan secara ilmiah.

Pengertian sejarah terikat dengan lima karakteristik pokok yaitu peristiwa/kejadian, manusia sebagai pelaku sejarah, ruang atau tempat kejadian suatu peristiwa, waktu terjadinya peristiwa masa lampau dan hasil rekonstruksi ilmiah dari peristiwa itu sendiri. Perubahan dan perkembangan sejarah sebagai aktivitas manusia digambarkan dalam bentuk gerak live circle yaitu (1) kegagalan (breakdown); (2) kehancuran (disintegration); dan (3) kehilangan (disolution) sebagai periode keruntuhan setelah melewati masa lahir dan perkembangan. Perubahan sejarah memperlihatkan adalah perkembangan aktivitas manusia sebagai jawaban (response) terhadap tantangan (chalengge) yang datangnya dari alam, manusia maupun peperangan. Dengan memahami pengetahuan sejarah secara benar mendorong pemahaman akan kepastian identitas dan makna dari pengetahuan sejarah itu sendiri.

Sejarah berguna secara baik berupa ilmu pengetahuan dan ekstrinsik sebagai liberal education yaitu proses pendidikan moral, penalaran, politik,

commit to user

kebijakan, perubahan, masa depan, keindahan dan keragaman ilmu bantu, latar belakang, rujukan dan bukti. Dampak mempelajari dan memahami sejarah adalah terjadi proses pendidikan untuk memberikan inspirasi dan pengalaman yang dapat membantu mengembangkan pengertian dan penghargaan terhadap warisan, tradisi dan nilai-nilai kejuangan.

Unsur pembelajaran dan pendidikan intelektual sejarah tidak hanya memberikan gambaran tentang masa lampau, tetapi juga memberikan latihan berpikir kritis, menarik kesimpulan, menarik makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Latihan berpikir kritis dilakukan dengan pendekatan analitis yang salah satunya untuk menjawab komponen pemahaman sejarah yaitu menjawab”why” dan ”how” sehingga peserta didik/mahasiswa terlatih berpikir kritis dan analitis. Pembelajaran sejarah memiliki peran fundamental untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara. Kesadaran ini merupakan kesadaran sejarah yang digunakan untuk menggali kembali suatu pemahaman bahwa suatu peristiwa atau kejadian perlu didukung tampilnya suatu tokoh, benda atau bangunan masa lampau (benda cagar budaya) yang selalu terwujud dalam hubungan dinamik dengan faktor juang dan waktu. Oleh sebab itu, kesadaran sejarah dan pemahaman sejarah menjadi satu kesatuan sikap penisbian terhadap kejadian, peristiwa, tokoh dan kebendaan masa lampau dengan memandangnya secara kritis.

Istilah sejarah memiliki 3 ( tiga ) makna, yakni sejarah sebagai peristiwa masa lampau, sejarah sebagai kisah tentang masa lampau, dan sejarah sebagai ilmu tentang masa lampau. Atau dengan singkat: sejarah berarti sejarah sebagai

commit to user

peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai ilmu ( Nugroho Notosusanto, 1984 : 10 ).

Sejarah sebagai peristiwa atau kejadian sama artinya dengan geschichte dalam bahasa Jerman yang berasal dari kata geschehen yang berarti pula telah terjadi atau kejadian, yang sama pula artinya dengan res gestae dalam bahasa Latin ( Collingwood, 1956 ) yang bermakna hal-hal yang telah terjadi.

Sejarah dalam pengertian sejarah sebagai peristiwa memiliki sifat atau ciri- ciri einmalig dan unik. Einmalig berarti sekali terjadi. Setiap peristiwa hanya sekali terjadi dan tak akan pernah terulang kembali. Sedang sifat unik menunjuk sebagai peristiwa satu-satunya yang berarti tidak ada duanya. Maka peristiwa sejarah senantiasa bersifat khusus. Sejarah dalam pengertian ini adalah sejarah dalam pengertian objektif, artinya sejarah sebagai peristiwa itu adalah sesuai dan sama dengan yang ada dalam alam.

Jika kita renungkan agak mendalam, kita akan menyadari bahwa sejarah sebagai peristiwa sebenarnya sudah tidak ada lagi. Peristiwa atau aktivitas di masa lampau itu pada dasarnya telah lenyap ditelan waktu. Yang masih ada sebenarnya tinggal cerita atau kisah-nya saja. Ialah cerita atau kisah peristiwa aktivitas manusia di masa silam atau lampau. Sebagai rerum gestarum ( kisah dari peristiwa yang telah terjadi ). Sejarah sebagai kisah adalah sejarah dalam pengertian subjektif. Sejarah sebagai kisah adalah rekaan hasil rekonstruksi manusia. Tentu saja sejarah sebagai rekaman peristiwa masa lampau itu tidak sama dengan peristiwanya itu sendiri.

commit to user

Sejarah sebagai kisah atau rekaman masa lampau dapat diulang-ulang. Rekaman video pelantikan Presiden dapat diputar berulang kali. Demikian pula rekaman pidato Presiden sekaligus dapat diputar dan didengar berulang kali. Namun harus diingat dan dipahami bahwa rekaman itu bukanlah peristiwanya itu sendiri. Rekaman itu tetap hanya rekaman saja.

Pengertian sejarah sebagai kisah mengembangkan pengertian atau konsep sejarah sebagai ilmu. Ialah ilmu sejarah. Istilah-istilah sejarah dalam bahasa Barat seperti halnya history dalam bahasa Inggris, histoire dalam bahasa Prancis, historia dalam bahasa Latin, bersumber dari kata benda istor atau histor dalam bahasa Yunani dan berarti orang pandai atau bijak, sedang kata kerjanya historein lebih menunjuk suatu pengertian yang mengarah kepada konsep ilmu. Menurut Plato historein atau historia berarti penyelidikan atau pengetahuan. Sedang Aristoteles mengartikan historia untuk memberikan judul salah satu bukunya dalam arti kumpulan bahan-bahan tentang sesuatu menurut tema-tema tertentu. Ini untuk membedakan dengan uraian yang memberikan penjelasan sejarah secara sistematik.

Filsuf Inggris, Francis Bacon, yang hidup pada aklhir abad 16 dan 17 mengartikan historia sesuai dengan konsep Aristoteles, ialah sebagai pengetahuan atau ilmu yang bersifat individual, untuk membedakan dengan philosophia ( filsafat ) yang berbicara mengenai hal-hal yang bersifat umum. Francis Bacon membedakan antara historia naturalis ( sejarah alam ) yang mempelajari data-data alamiah ( tumbuh-tumbuhan dan binatang ) dengan historisa civilis ( sejarah masyarakat ) yang berbicara mengenai masyarakat dan Negara.

commit to user

Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah.

Adapun ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah atau ahli sejarah disebut sejarawan.

Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya (humaniora). Akan tetapi, kini sejarah lebih sering dikategorikan ke dalam ilmu sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis. Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Ilmu ini dapat dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik.

Hal pertama dalam mempelajari ilmu sejarah adalah mengenal asal kata sejarah itu sendiri. Secara harfiah, “sejarah” berasal dari kata Arab yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh. Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.

commit to user

Ruang lingkup sejarah sangat besar, sehingga perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Ariel Durant ( http://syadiashare.com/definisi- sejarah-dan-keterangannya.html ) menulis sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing. Dalam ilmu sejarah, ada beberapa cara untuk memilah informasi, diantaranya adalah:

1. Berdasarkan kurun waktu (kronologis).

2. Berdasarkan wilayah (geografis).

3. Berdasarkan negara (nasional).

4. Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis).

5. Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal). Dalam pemilahan tersebut, harus diperhatikan bagaimana cara

penulisannya seperti melihat batasan-batasan temporal dan spasial tema itu sendiri. Jika hal tersebut tidak dijelaskan, maka sejarawan mungkin akan terjebak ke dalam falsafah ilmu lain, misalnya sosiologi. Inilah sebabnya Immanuel Kant yang disebut-sebut sebagai Bapak Sosiologi mengejek sejarah sebagai “penata batu-bata” dari fakta-fakta sosiologis.

Banyak orang yang mengkritik ilmu sejarah. Para pengkritik tersebut melihat sejarah sebagai sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak memenuhi faktor- faktor keilmuan, terutama faktor “dapat dilihat atau dicoba kembali”, artinya sejarah hanya dipandang sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu. Sebenarnya, pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat karena sejarah mustahil dapat diulang walau bagaimana pun caranya karena sejarah hanya terjadi sekali

commit to user

untuk selama-lamanya. Walau mendapat tantangan sedemikian itu, ilmu sejarah terus berkembang dan menunjukkan keeksisannya dalam tataran ilmu.

Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber, seperti catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya, bangunan dan monumen, serta dari wawancara. Untuk sejarah modern, sumber-sumber utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya: film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini dapat digunakan untuk penelitian dalam ilmu sejarah, karena tergantung pada periode yang hendak diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Setiap sejarah dimulai dengan apa-apa yang benar telah terjadi (histoire realite, SSOF, even, sejarah sebagai perisiwa). Untuk mengetahui peristiwa itu benar-benar terjadi kita berusaha menemukan sumber-sumber sejarah, jejak-jejak sejarah (heuristic). Segala data yang kita temukan dalam sumberb sejarah sebenarnya belum merupakan suatu kebulatan tentang peristiwa masa lampau itu. Masih lebih bersifat data yang terserak-serak dan sering pula meragukan apakah itu benar-benar bukti dari peristiwa yang kita cari itu untuk dapat membuat pernyataan bulat bahwa sesuatu peristiwa masa lampau benar-benar terjadi, diperlukan suatu proses untuk menguji bukti-bukti tersebut (kritik intern dan extern) terutama untuk menggunakan kerdibilitasnya. Hasil dari proses inilah baru dapat kita namakan “fakta sejarah” (historical fact). Jadi fakta adalah: “keterangan yang kita peroleh dari sumber-sumber sejarah setelah kita saring dan kita uji

commit to user

dengan kritik sejarah sebagai alat”. Jelaslah bahwa fakta sejarah tidak sama dengan data sejarah atau jejak-jejak sejarah sebagai peristiwa. Nanti setelah data diolah,seleksi berdasarkan kiteria tertentu (jadi ada campur tangan si sejarawan), barulah berubah menjadi fakta sejarah. Ada tiga bentuk fakta sejarah:

1. Artifact – fakta yang berupa benda konkrit misalnya patung, candi, mesjid, dll.

2. Sociofact, - fakta yang berdimensi sosial misalnya jaringan interaksi antar manusia.

3. Mentifact, fakta yang abstrak misalnya keyakinan dan kepercayaan. Perbedaan fakta lain, ialah:

a. Fakta yang bersifat lunak, fakta yang masih memiliki potensi untuk diperdebatkan, misalnya tentang letak pusat kerajaan Sriwijaya.

b. Fakta yang bersifat keras, satu fakta dan yang dan telah menjadi semacam consensus umum contoh: keberadaan Soekarno-Hatta sebagai proklamator. Sejarah melukiskan dan menguraikan peristiwa yang tidak pernah sama,

tetapi ada yang bersamaan. Hal-hal mengenai makhluk (bukan manusia) yang mengalami peristiwa yang tetap sama itu termasuk bidang ilmu pengetahuan alam.

Pada manusia kita berhadapan dengan “persamaan peristiwa”, sedang makhluk lain “persamaan peristiwa”. Perbedaan ilmu pengetahuan alam dengan sejarah sebagai ilmu sosial dan ilmu kerohanian, adalah cara ilmu pengetahuan melakukan analisia, dan berusaha menerangkan secara kausal (sebab akibat). Ilmu pengetahuan alam bartanya tentang “apa jadinya”, sedang sejarah memberi pengertian dan kepahaman (Verstehen) hubungan antara peristiwa sejarah. Sejarah

commit to user

tidak hanya bertanya “apa jadinya” tetapi “bagaimana terjadinya”, “ mengapa semua itu terjadi” dan “kemana arah selanjutnya kejadian itu.

Yang paling kompleks dan sukar dimengerti diantara makhluk-makhluk adalah manusia. Alam, benda, tumbuhan hewan mudah dikaji dan didapatkan “hukum-hukumnya”. Terhadap tiga makhluk terakhir kita menghadapi “perulangan peristiwa”, sehingga dapat dilakukan eksperimen untuk memastikan hukum-hukumnya. Dalam ilmu mengenai ketiga makhluk itu kita berhadapan dengan “hukum serba sarat” atau mekanisme dan hukum sebab akibat atau kausalitas yang serba tentu. Keadaan X menyebabkan Y. Apabila X diketahui Y. Y dapat diduga. Apabila Y diketahui X dapat disimpulkan – jadi hukum kausalitas yang determinismus.

Dalam sejarah kita hadapi “hukum kausalitasyang indeterminismus” (serba tak tentu). Keadaan X tak serba tentu menyebabkan Y. keadaan itu (X) mungkin meyebabkan Z. Dahulu X menyebabkan Y, tetapi sekarang menyebabkan Z dan pada masa mendatang mungkin menyebabkan yang lain lagi. Karena kausalitas dalam sejarah bersifat indeterminismus, maka tidak mungkin ditetapkan hukum sejarah yang serba tentu. Peristiwa-peristiwa sejarah tidak pernah berulang kembali, ia bersifat “einmalia”.

Berlakunya hukum kausalitas dalam sejarah terbatas sekali. Kita tidak mungkin mengatakan begitu saja bahwa A menyebabkan B. Tetapi pernyataan itu kira-kira berbunyi: “dapatlah umumnya dapat dimengerti bahwa keadaan A dalam peristiwa tertentu/khususnya mengakibatkan B”, kalau ada yang berkata “sejarah berulang lagi”. Maka hanya rupanya saja yang berulang, sedang sesungguhnya

commit to user

gejala tersebut adalah kejadian yang“bersamaan”. Jadi hukum sejarah adalah tidak lain keteraturan yang dapat diserap dalam sejumlah kejadian yang memberikan rupa persamaan pada perubahan-perubahan keadaan tertentu dalam sejarah.

2. Belajar Sejarah

Ada satu hal mengapa orang harus belajar sejarah. Satu hal itu adalah kejujuran. Sejarah adalah sebuah pertanggungjawaban kepada tiga masyarakat sekaligus: masyarakat masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Sebagai sebuah pertanggungjawaban, maka objektivitas peristiwa mendapat tempat untuk diagungkan.

Proses penceritaan kembali peristiwa yang dianggap sejarah memang tidaklah gampang. Di sana akan ditemui kendala untuk berendah hati (baca: bersikap jujur) mengungkap apa yang benar-benar terjadi. Apalagi kalau itu menyangkut pelaku sejarah yang mengingat-ingat serta mematut-matut perannya dalam peristiwa yang diceritakannya.

Belajar sejarah adalah belajar untuk menanam, memupuk, mengembangkan serta mengekalkan sikap untuk adil kepada siapa saja. Kepada masa lalu yang mempunyai hak untuk ditempatkan dan diceritakan apa adanya. Kepada masa kini yang mempunyai hak untuk mendapatkan cerita apa adanya. Kepada masa depan yang mempunyai hak mendapat bekal agar tidak jatuh pada lubang yang sama.

Belajar sejarah belajar menumbuhkan sikap demokratis. Sejarah terlahir dari sebuah atau beragam pertanyaan. Jawaban atas pertanyaan tersebut tidaklah diwajibkan sama. Dibutuhkan sikap empati terhadap orang lain yang berpegang

commit to user

pada jawabannya masing-masing. Biarlah kebenaran diberikan kepada konteksnya.

Belajar sejarah adalah belajar tampil dengan modal yang dimiliki tanpa meminjam, menambah, mengurangi. Citra pada akhirnya akan tampil sesuai dengan aslinya. Semogalah kita belajar menghayati dimensi kualitas. Sebab segala innerlichkeit , jati diri, kita sebenarnya mendambakan arti, makna, mengapa dan demi apa kita saling bergandengan yang berkreasi aktif dalam sendra tari agung yang disebut kehidupan.

Belajar sejarah adalah belajar memupuk keberanian untuk menyalahkan diri sendiri apabila memang kita salang melangkah. Kesalahan langkah kita bisa saja disebabkan oleh sikap kita yang tidak tahu atau bisa juga disebabkan jalan kita yang dibelokkan. Kalau begitu, sejarah juga merupakan pergumulan antara nurani dan ambisi. Cerita tentang manusia yang saling mengekspresikan kemanusiaannya masing-masing.

Pada akhirnya belajar sejarah adalah belajar tentang kehidupan itu sendiri dengan guru yang tak pernah bisa dibatasi. Sebuah proses belajar yang tidak harus disempitkan menjadi kuliah atau sekolah, melainkan belajar dalam makna yang universal. “Historia vitae magistra” lirih Huizinga. ( http://sejarah.kompasiana.co m/2011/01/18/ )

Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam

commit to user

kehidupan manusia sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang memengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman.

Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: "Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya."Filsuf dari Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan dalam pemikirannya tentang sejarah: "Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman: bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apa pun dari sejarah atau prinsip-prinsip yang didapat darinya." Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan dari Inggris Raya, Winston Churchill, katanya: "Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar- benar belajar darinya." Akhmad Sudrajat 2008 (http://akhmadsudrajat. wordpress.com )

Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis dan seorang penulis memoar yang berpengaruh, pernah pula berkata "Sejarah akan baik padaku, karena aku akan menulisnya." Tetapi sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada karya tulisnya, tetapi sekadar mengulang sebuah kutipan mengenai filsafat sejarah yang terkenal: "Sejarah ditulis oleh sang pemenang." Maksudnya, seringkali pemenang sebuah konflik kemanusiaan menjadi lebih berkuasa dari taklukannya. Oleh karena itu, ia lebih mampu untuk meninggalkan jejak sejarah dan pemelesetan

commit to user

fakta sejarah sesuai dengan apa yang mereka rasa benar Akhmad Sudrajat 2008 (http://akhmadsudrajat. wordpress.com ).

Pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar sehingga tidak mungkin dapat diubah oleh usaha manusia. Atau, walaupun mungkin ada yang dapat mengubah jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga gagal melihat gambaran secara keseluruhan.