Cara-cara Pencegahan

A. Cara-cara Pencegahan

1) Vaksin hepatitis B yang efektif sudah ada sejak tahun 1982. Ada dua jenis vaksin hepatitis B yan diberi lisensi untuk dipakai di Amerika Serikat dan Kanada. Kedua jenis vaksin tersebut aman dan mempunyai daya perlindungan tinggi terhadap semua jenis subtipe HBV. Tipe pertama dibuat dari plasma seseorang dengan HBsAg positif, tidak lagi diproduksi di Amerika Serikat tetapi masih digunakan secara luas. Tipe kedua dibuat dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA); vaksin ini dibuat dengan menggunakan sintesa HBsAg dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae (ragi yang biasa dipakai untuk membuat kue), kedalam ragi ini di insersi plasmida yang berisi gen HBsAg. Kombinasi imunoprofilaksis pasif-aktif antara hepatitis B immunoglobulin (HBIG) dengan vaksin terbukti dapat merangsang terbentuknya anti-HBs sebanding dengan vaksin yang diberikan sendiri.

a) Di semua negara, imunisasi bayi secara rutin hendaknya menjadi strategi utama untuk pencegahan infeksi HBV. Imunisasi pada cohort bayi secara berkesinambungan akan menghasilkan herd immunity (kekekabalan penduduk) yang cukup tinggi untuk dapat memutuskan rantai penularan. Di negara- negara endemis HBV tinggi, imunisasi bayi secara rutin akan dengan cepat dapat menghilangkan penularan oleh karena semua infeksi kronis yang muncul penularannya terjadi pada waktu anak-anak. Sedangkan dinegara-negara dengan tingkat endemisitas HBV menengah dan rendah, pemberian imunisasi saja kepada bayi tidak akan menurunkan insidensi penyakit oleh karena sebagian besar infeksi terjadi pada orang dewasa dan anak-anak usia muda. Oleh karena itu di negara-negara tersebut, vaksinasi sangat tepat jika diberikan kepada anak-anak yang berusia lebih tua, dewasa remaja dan dewasa. Strategi tersebut yang ditujukan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi pada cohort kelompok umur yang berkesinambungan akan lebih efektif dalam upaya memutuskan rantai penularan HBV. Sebagai tambahan, satu strategi imunisasi lagi dapat dibuat yang ditujukan kepada kelompok risiko tinggi, yaitu a) Di semua negara, imunisasi bayi secara rutin hendaknya menjadi strategi utama untuk pencegahan infeksi HBV. Imunisasi pada cohort bayi secara berkesinambungan akan menghasilkan herd immunity (kekekabalan penduduk) yang cukup tinggi untuk dapat memutuskan rantai penularan. Di negara- negara endemis HBV tinggi, imunisasi bayi secara rutin akan dengan cepat dapat menghilangkan penularan oleh karena semua infeksi kronis yang muncul penularannya terjadi pada waktu anak-anak. Sedangkan dinegara-negara dengan tingkat endemisitas HBV menengah dan rendah, pemberian imunisasi saja kepada bayi tidak akan menurunkan insidensi penyakit oleh karena sebagian besar infeksi terjadi pada orang dewasa dan anak-anak usia muda. Oleh karena itu di negara-negara tersebut, vaksinasi sangat tepat jika diberikan kepada anak-anak yang berusia lebih tua, dewasa remaja dan dewasa. Strategi tersebut yang ditujukan untuk meningkatkan cakupan vaksinasi pada cohort kelompok umur yang berkesinambungan akan lebih efektif dalam upaya memutuskan rantai penularan HBV. Sebagai tambahan, satu strategi imunisasi lagi dapat dibuat yang ditujukan kepada kelompok risiko tinggi, yaitu

b) Pemeriksaan darah untuk mengeluarkan orang orang yang telah mempunyai anti-HBs atau anti-HBc sebelum dilakukan imunisasi tidak praktis dan tidak dilakukan, tetapi mungkin untuk menghemat biaya skrining darah ini dapat dilakukan pada masyarakat dengan tingkat infeksi yang sangat tinggi.

c) Kekebalan terhadap HBV dipercaya akan bertahan paling sedikit selama 15 tahun setelah pemberian imunisasi lengkap.

d) Vaksin yang diizinkan beredar diberbagai negara di dunia ini kemungkinan berbeda dalam dosis dan jadwal pemberiannya; vaksin yang beredar saat ini di Amerika Serikat biasanya diberikan dalam 3 dosis IM: setelah dosis pertama diberikan maka dosis kedua diberikan dengan interval 1-2 bulan, dan dosis ketiga dengan interval 6 – 18 bulan; untuk bayi, dosis awal diberikan segera setelah kelahiran atau pada usia 1-2 bulan. Untuk bayi yang dilahirkan dari wanita dengan HbsAg positif, jadwal pemberian imunisasi harus diberikan segera setelah kelahiran, dosis berikutnya pada usia 1-2 dan 6 bulan. Bayi-bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B tersebut juga harus diberikan 0,5 ml HBIG (lihat pada seksi 9B5a, di bawah). Dosis vaksin dapat berbeda tergantung dari perusahaan yang memproduksinya, bacalah petunjuk yang tertulis pad brosur kemasan vaksin. Pada pertengahan tahun 1999, diketahui bahwa sangat sedikit bayi yang telah menerima dosis vaksin secara berulang yang berisi thimerosal ternyata bisa menerima pajanan terhadap mercury melebihi batas yang diijinkan apabila didasarkan pada standar yang berlaku saat ini. Disarankan untuk melakukan pengurangan atau pemusnahan thimerosal pada vaksin secepat mungkin. Sejak pertengahan tahun 1999, beberapa jenis vaksin inaktivasi dan semua jenis vaksin hidup sudah bebas dari thimerosal. Pada pertengahan tahun 1999, diketahui bahwa hanya vaksin hepatitis B yang digunakan untuk bayi baru lahir yang berisi thimerosal. Oleh karena itu disarankan untuk menunda pemberian imunisasi hepatitis B sampai usia 2-6 bulan bagi bayi yang lahir dari ibu yang HBsAgnya negatif kecuali tersedia vaksin hepatitis B yang tidak mengandung thimerosal. Untuk bayi yang dilahirkan dari ibu yang positif HbsAg dan ibu yang tidak diskrining selama kehamilan, saran tersebut semua dan vaksin harus diberikan segera pada saat lahir. Vaksin hepatitis B antigen tunggal yang bebas dari bahan pengawet telah tersedia di Amerika Serikat pada pertengahan bulan September 1999.

e) Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk diberikan vaksin hepatitis

B.

2) Strategi pencegahan hepatitis B yang saat ini berlaku di Amerika Serikat meliputi kegiatan sebagai berikut: a) Malakukan skrining terhadap semua wanita hamil untuk menemukan HbsAg, memberikan HBIG dan vaksinasi hepatitis B pada bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif, dan memberikan vaksinasi hepatitis B untuk kontak anggota keluarga yang rentan (lihat 9B5, di bawah); b) memberikan imunisasi hepatitis B rutin untuk semua bayi; c) memberikan imunisasi susulan (catch-up) untuk anak-anak yang berada didalam kelompok dengan prevalensi infeksi HBV kronis tinggi (penduduk asli Alaska, penduduk Pacific Island dan 2) Strategi pencegahan hepatitis B yang saat ini berlaku di Amerika Serikat meliputi kegiatan sebagai berikut: a) Malakukan skrining terhadap semua wanita hamil untuk menemukan HbsAg, memberikan HBIG dan vaksinasi hepatitis B pada bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif, dan memberikan vaksinasi hepatitis B untuk kontak anggota keluarga yang rentan (lihat 9B5, di bawah); b) memberikan imunisasi hepatitis B rutin untuk semua bayi; c) memberikan imunisasi susulan (catch-up) untuk anak-anak yang berada didalam kelompok dengan prevalensi infeksi HBV kronis tinggi (penduduk asli Alaska, penduduk Pacific Island dan

3) Orang-orang dengan risiko tinggi yang harus menerima imunisasi pra pajanan hepatitis B secara berkala adalah : a) pria dan wanita yang secara aktif melakukan hubungan seks secara heteroseksual, yaitu mereka yang ditemukan sedang menderita penyakit kelamin jenis lain dan mereka yang mempunyai riwayat melakukan hubungan seksual lebih dari satu orang pasangan dalam 6 bulan terakhir; b) Pria homoseksual; c) pasangan seksual dan kontak anggota keluarga yang HbsAg positif; d) Teman satu ruangan di lembaga pemasyarakatan, termasuk lembaga pemasyarakatan untuk anak-anak, penjara dan ruang tahanan; e) petugas kesehatan dan petugas pelayanan umum yang karena tugsnya memounyai risiko kontak dengan darah atau cairan darah yang terkontaminasi; f) Penghuni, klien dan staf dari lembaga yang merawat orang cacat; g) penderita hemodialisis; h) penderita dengan penyakit perdarahan yang menerima produk darah; dan i) wisatawan asing yang merencanakan tinggal selama lebih dari 6 bulan di daerah dengan angka prevalensi infeksi HBV kronis yang tinggi (2% atau lebih) dan terhadap mereka yang akan kontak dengan penduduk setempat.

4) Lakukan sterilisasi dengan baik terhadap semua alat suntik dan jarum (termasuk jarum akupunktur) dan alat tusuk jari, atau lebih baik menggunakan peralatan yang sekali pakai (disposable) jika memungkinkan. Pemakaian alat suntik dan jarum yang steril sangat penting bagi orang yang akan dilakukan Skin test, inokulasi parenteral atau venipuncture. Kurangi kegiataan tattoo; lakukan tattoo secara aseptic dan saniter diruangan tattoo.

5) Pada bank darah, semua darah yang akan didonorkan harus dilakukan pemeriksaan dengan teknik yang sensitif untuk melihat adanya HbsAg dalam darah donor (RIA atau EIA); tolak darah dari seseorang dengan riwayat mempunyai hepatitis akibat virus; mereka yang memiliki riwayat penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau yang menunjukkan bukti ketergantungan obat atau dari mereka yang menerima transfunsi darah atau tattoo selama 6 bulan terakhir. Donor bayaran diterima hanya pada saat yang sangat mendesak.

6) Batasi pemberian darah yang tidak diseleksi atau produk darah yang potensial berbahaya untuk pasien yang jelas sangat membutuhkannya dengan segera sebagai upaya pengobatan.

7) Lakukan surveilans berkala untuk semua kasus yang menderita hepatitis pasca transfusi, simpan catatan semua orang yang pernah mendonorkan darah untuk setiap kasus. Baritahukan petugas bank darah mereka yang berpotensi menjadi carrier sehingga di masa yang akan datang apabila mereka akan menjadi donor sudah dapat dikenal dengan baik.

8) Tenaga medis dan dokter gigi yang tertular oleh HBV dan kemudian positif HbeAg tidak boleh melakukan tindakan invasif kecuali mereka sudah mendapat clearance dari review panel dari para pakar tindakan invesif apa saja yang boleh mereka lakukan.