PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN AKUT DENGAN DEMAM ( ACUTE

II. PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN AKUT DENGAN DEMAM ( ACUTE

FEBRILE RESPIRATORY DISEASE) ICD-9 461-466; 480; ICD-10 J01-J06; J12

(Tidak termasuk Faringitis Streptokokus, q.v. J02.0)

1. Identifikasi

Penyakit yang disebabkan oleh virus pada saluran pernafasan ditandai dengan demam dan disertai satu atau lebih reaksi sistemik, seperti menggigil/kedinginan, sakit kepala, malaise, dan anoreksi; kadang-kadang pada anak-anak ada gangguan gastrointestinal. Tanda-tanda lokal juga terjadi di berbagai lokasi pada saluran pernafasan; bisa hanya satu gejala atau kombinasi, seperti rhinitis, faringitis atau tonsillitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonitis atau pneumonia. Mungkin juga terjadi konjungtivitis. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis biasanya berkurang sesudah 2-5 hari tanpa komplikasi; namun Bagaimanapun, bisa terjadi komplikasi sinusitis bakteriil, otitis media atau yang jarang sekali terjadi yaitu pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Jumlah sel darah putih dan flora bakteri pada saluran pernafasan dalam batas normal, kecuali jika terjadi komplikasi. Pada bayi, akan sulit membedakannya dengan pneumonia, sepsis dan meningitis. Diagnosa spesifik ditegakkan dengan isolasi etiologi penyakit dari sekret saluran pernafasan yang ditanam pada kultur sel yang tepat atau pada kultur organ. Diagnosa juga ditegakkan dengan melakukan identifikasi dari antigen virus pada sel nasofaring dengan tes FA, ELISA dan RIA, dan atau adanya kenaikan titer antibodi dari pasangan sera.

2. Penyebab Penyakit Virus parainfluenza tipe 1, 2, 3 dan jarang tipe 4; virus saluran pernafasan sinsitial (respiratory Syncytial Virus, RSV); adenovirus, terutama tipe 1-5, 7, 14 dan 21; rhinovirus, coronavirus tertentu; coxsackievirus grup A dan B tipe tertentu dan echovirus diperkirakan sebagai penyebab dari penyakit-penyakit demam saluran pernafasan akut. Virus influenza (lihat Influenza) dapat memberikan gambaran klinis yang sama, terutama pada anak-anak. Beberapa jenis virus ini mempunyai tendensi lebih besar menyebabkan penyakit yang lebih parah; yang lainnya mempunyai predileksi menyerang kelompok umur tertentu. RSV, sebagai virus penyebab penyakit saluran pernafasan utama pada bayi, insidensi penyakit ini paling tinggi pada bayi sampai usia 2 tahun; ia juga merupakan etiologi utama dari bronkiolitis dan menyebabkan pneumonia, croup, bronkitis, otitis media dan penyakit-penyakit demam saluran pernafasan atas. Virus pada influenza diketahui sebagai penyebab utama dari croup dan dapat juga menyebabkan bronkitis, pneumonia, bronkiolitis dan penyakit-penyakit demam saluran pernafasan pada anak-anak. RSV dan virus parainfluenza bisa menyebabkan penyakit yang memberikan gejala pada orang dewasa, terutama orang tua dan orang-orang dengan debilitas. Adenovirus sebagai penyebab berbagai bentuk penyakit saluran pernafasan; tipe 4, 7 dan 21 adalah penyebab umum dari penyakit saluran pernafasan akut pada calon prajurit yang tidak diimunisasi; pada bayi, adenovirus adalah penyebab penyakit paling agresif yang dapat menyebabkan kematian yang signifikan.

3. Distribusi Penyakit

Tersebar di seluruh dunia. Penyakit ini muncul dengan pola musiman di daerah beriklim sedang, dengan insidensi tertinggi pada musim gugur dan musim salju, terkadang juga pada musim semi. Di daerah tropis, infeksi saluran pernafasan lebih sering terjadi pada musim dingin dan basah. Pada masyarakat dengan jumlah penduduk besar, beberapa jenis virus muncul menyebabkan penyakit secara konstan, biasanya dengan sedikit pola musiman (misalnya: adenovirus tipe 1); yang lainnya cenderung muncul sebagai KLB yang jelas (misalnya RSV). Insidensi tahunan biasanya tinggi, terutama pada bayi dan anak-anak, dengan 2-6 episode tiap anak per tahun dan tergantung dari jumlah mereka yang rentan dan virulensi dari penyebab penyakit. Selama musim gugur, musim salju dan musim semi, angka serangan (attack rate) untuk anak-anak prasekolah kira-kira 2% per minggu, bandingkan dengan 1% per minggu untuk anak-anak usia sekolah dan 0,5% pada orang dewasa. Dalam keadaan lingkungan dan kondisi hospes tertentu, infeksi oleh virus bisa menyerang setengah dari jumlah penduduk dalam waktu beberapa minggu (misalnya KLB adenovirus tipe 4 atau 7 yang terjadi pada calon prajurit). Di AS, 2/3 dari semua bayi akan terinfeksi RSV dalam waktu 12 bulan, 1/3 dari mereka akan berkembang menjadi penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Dari keseluruhan bayi yang terinfeksi RSV ini, 2,5% akan dirawat di rumah sakit dan 1/1.000 bayi akan meninggal.

4. Reservoir

Manusia. Banyak jenis virus yang sudah dikenal menyebabkan infeksi tanpa gejala; adenovirus menjadi laten di tonsil dan adenoid. Beberapa jenis virus dari kelompok yang sama menyebabkan infeksi yang sama pada banyak spesies binatang tetapi bukan merupakan ancaman bagi manusia.

5. Cara-cara Penularan

Kontak langsung melalui mulut dan droplet; atau penularan terjadi karena kontak langsung melalui tangan, saputangan, peralatan makan atau benda-benda lain yang baru saja terkontaminasi oleh discharge saluran pernafasan dari orang yang terinfeksi. Virus yang dikeluarkan melalui tinja, termasuk enterovirus dan adenovirus, bisa ditularkan melalui jalur fekal-oral. KLB yang disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 4 dan 7 pernah terjadi karena penularan yang terjadi di kolam renang.

6. Masa inkubasi: - Dari 1 – 10 hari.

7. Masa Penularan

Masa penularan berlangsung beberapa saat sebelum dan pada masa aktif dari penyakit ini; hanya sedikit yang diketahui mengenai masa penularan pada infeksi subklinis atau laten. Infeksi RSV pada bayi, virus sangat jarang bertahan selama beberapa minggu atau lebih sesudah hilangnya gejala klinis.

8. Kerentanan dan Kekebalan

Semua orang rentan terhadap penyakit ini. Penyakit ini lebih sering menyerang bayi, anak-anak dan orang tua dan penyakit pada usia ini biasanya lebih parah. Infeksi akan merangsang Terbentuknya antibodi spesifik dan biasanya cepat hilang. Reinfeksi oleh

RSV dan virus parainfluenza sering terjadi, namun biasanya ringan. Orang-orang yang menderita penyakit jantung, paru-paru atau sistem imunitas mempunyai risiko terkena penyakit dengan gejala yang lebih parah.

9. Kerentanan dan Kekebalan

A. Upaya pencegahan

Lihat bagian I, 9A, pada Rhinitis akut di atas. Bayi dan anak-anak mempunyai risiko lebih tinggi terkena komplikasi penyakit yang disebabkan oleh RSV, yaitu bayi dan anak dibawah usia 2 tahun dengan penyakit paru kronis yang sedang mendapatkan pengobatan untuk penyakit parunya dalam waktu 6 bulan pada musim penularan RSV serta bayi prematur yang lahir pada usia kehamilan 32-35 minggu. Bayi-bayi yang mempunyai risiko tinggi ini akan terlindungi dari infeksi RSV bila diberi immunoglobulin RSV intravena (RSV-IGIV). Pemberian palivizumab, preparat antibodi monoclonal RSV yang diberikan kepada bayi secara intra muskuler, mengurangi jumlah bayi yang dirawat karena infeksi RSV di rumah sakit hingga separohnya. Penting untuk diketahui, bahwa pemberian RSV-IGIV merupakan kontraindikasi dan palivizumab tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada orang-orang dengan kelainan jantung kongenital sianotik.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar

1) Laporan kepada petugas kesehatan setempat: Laporan wajib diberikan bila terjadi epidemi, tidak ada kasus individu yang perlu dilaporkan, kelas 4 (lihat tentang laporan penyakit menular).

2) Isolasi: Isolasi kontak bisa dilakukan pada bagian Anak di rumah sakit. Di luar rumah sakit, penderita sebaiknya menghindari kontak langsung dan atau tidak langsung dengan anak-anak, orang dewasa dengan debilitas, orang tua atau orang yang menderita penyakit lain.

3) Disinfeksi serentak: Disinfeksi dilakukan terhadap peralatan makan dan minum; pembuangan discharge hidung dan mulut dengan cara saniter.

4) Karantina: Tidak dilakukan.

5) Imunisasi kontak: Tidak dilakukan.

6) Investigasi kontak dan sumber infeksi: Tidak selalu dilakukan.

7) Pengobatan spesifik: Tidak ada. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional tidak disarankan; antibiotika hanya diberikan kepada penderita faringitis yang disebabkan oleh streptokokus grup A dan kepada pasien dengan komplikasi bakteriil yang jelas seperti otitis media, pneumonia atau sinusitis. Tidak ada consensus yang sama tentang manajemen yang tepat bagi bayi dengan infeksi RSV, terutama dalam hal pemberian ribavirin aerosol.

Dari sejumlah penelitian yang dilakukan di AS dan Kanada, tidak ada hasil yang jelas berupa perbaikan klinis pada pemberian ribavirin aerosol kepada bayi dengan infeksi RSV baik yang dirawat dengan bantuan ventilasi maupun tidak. Obat batuk, dekongestan dan antihistamin dipertanyakan efektivitasnya dan bisa berbahaya terutama pada anak-anak.

C. Penanggulangan wabah: Tidak ada tindakan yang cukup efektif. Beberapa kejadian infeksi nosokomial dapat dicegah dengan hanya melakukan prosedur umum pencegahan infeksi, seperti cuci-tangan yang benar; prosedur lain seperti iradiasi dengan ultraviolet, pengendalian aerosol dan pengendalian debu tidak terbukti bermanfaat. Hindari kerumuman orang (lihat seksi I, 9A2, di atas).

D. Implikasi bencana: Tidak ada.

E. Tindakan Internasional: Manfaatkan Pusat-pusat Kerja sama WHO.

RIKETSIOSES, DITULARKAN KUTU

ICD-9 082; ICD-10 A77 (Spotted fever group, grup Demam Bercak)

Rikettsioses adalah kelompok penyakit yang secara klinis sama dan disebabkan oleh rikettsia. Penyakit-penyakit ini ditularkan oleh kutu iksodid (keras), yang tersebar di seluruh dunia; spesies kutu sangat berbeda tergantung pada daerah geografisnya. Untuk semua jenis penyakit demam riketsia ini, upaya pemberantasannya sama, tetrasiklin dan kloramfenikol efektif untuk mengobati penyakit ini. Tes enzyme immunoassay dan tes IFA pada umumnya memberi hasil positif pada minggu kedua; tes CF yang menggunakan antigen grup spesifik demam bercak memberikan hasil positif beberapa hari kemudian. Tes Weil-Felix menggunakan Proteus OX-19 dan antigen Proteus OX-2 kurang spesifik dan sebaiknya dikonfirmasikan dengan tes serologis yang lebih spesifik.