DEMAM BERDARAH DENGAN GEJALA GINJAL ICD-9 078.6; ICD-10 A98.5

I. DEMAM BERDARAH DENGAN GEJALA GINJAL ICD-9 078.6; ICD-10 A98.5

(Demam Berdarah Epidemika, Demam Berdarah Korea, Nephropathia Epidemica, Hemorrhagic nephrosonephritis, HFRS).

1. Identifikasi

Adalah penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh virus ditandai dengan serangan demam mendadak, sakit pinggang dan diikuti dengan berbagai tingkatan perdarahan, disertai dengan kelainan pada ginjal. Penyakit dengan gejala klinis yang berat disebabkan ole Hantaan virus (terutama Asia) dan virus Dobrava (Balkan). Ciri khas penyakit ini adalah timbulnya lima fase gejala klinis yang kadang kala tumpang tindih satu sama lain. Lima fase gejala klinis tersebut adalah : demam, hipotensi, diuresis, konvalesens. Demam tinggi, pusing, tidak enak badan dan anoreksia diikuti dengan sakit perut dan lesu, sering disertai mual dan muntah, facial flushing, petechiae dan conjunctiva injection, merupakan ciri-ciri fase febrile 3-7 hari. Fase hipotensif dari beberapa jam sampai dengan 3 hari dengan ciri-ciri penurunan suhu badan dan serangan mendadak hipotensi yang akan mengakibatkan shock dan lebih lanjut terlihat perdarahan. Tekanan darah akan kembali normal atau tinggi pada fase oliguri yang terjadi 3-7 hari terakhir, mual dan muntah mungkin tetap berlangsung, perdarahan berat mungkin dapat terjadi dan sering terjadi berkurangnya air seni secara drastis. Kematian yang terbanyak (CFR bervariasi umumnya antara 5-15%) terjadi selama fase hipotensif dan oliguri. Terjadinya perbaikan pada penyakit, pada kebanyakan kasus ditandai dengan polyuria 3-6 liter setiap hari. Fase konvalesen memerlukan waktu berminggu minggu sampai dengan berbulan bulan. Penyakit yang agak ringan (CFR + 1%) disebabkan oleh virus Puumula dan penyakit ini Adalah penyakit zoonosis akut yang disebabkan oleh virus ditandai dengan serangan demam mendadak, sakit pinggang dan diikuti dengan berbagai tingkatan perdarahan, disertai dengan kelainan pada ginjal. Penyakit dengan gejala klinis yang berat disebabkan ole Hantaan virus (terutama Asia) dan virus Dobrava (Balkan). Ciri khas penyakit ini adalah timbulnya lima fase gejala klinis yang kadang kala tumpang tindih satu sama lain. Lima fase gejala klinis tersebut adalah : demam, hipotensi, diuresis, konvalesens. Demam tinggi, pusing, tidak enak badan dan anoreksia diikuti dengan sakit perut dan lesu, sering disertai mual dan muntah, facial flushing, petechiae dan conjunctiva injection, merupakan ciri-ciri fase febrile 3-7 hari. Fase hipotensif dari beberapa jam sampai dengan 3 hari dengan ciri-ciri penurunan suhu badan dan serangan mendadak hipotensi yang akan mengakibatkan shock dan lebih lanjut terlihat perdarahan. Tekanan darah akan kembali normal atau tinggi pada fase oliguri yang terjadi 3-7 hari terakhir, mual dan muntah mungkin tetap berlangsung, perdarahan berat mungkin dapat terjadi dan sering terjadi berkurangnya air seni secara drastis. Kematian yang terbanyak (CFR bervariasi umumnya antara 5-15%) terjadi selama fase hipotensif dan oliguri. Terjadinya perbaikan pada penyakit, pada kebanyakan kasus ditandai dengan polyuria 3-6 liter setiap hari. Fase konvalesen memerlukan waktu berminggu minggu sampai dengan berbulan bulan. Penyakit yang agak ringan (CFR + 1%) disebabkan oleh virus Puumula dan penyakit ini

2. Penyebab Penyakit

Hantavirus (genus dari famili Bunyaviridae),; virus dengan 3 segmen RNA dengan bentuk partikel sferis sampai oval, diameter 95-110 nm. Ditemukan ada lebih dari 25 spesies virus yang antigen masing masing virus berbeda. Masing msing virus terkait dengan satu spesies binatang pengerat. Virus hantaan terutama ditemukan di Asia dan jarang ditemukan di Eropa, virus Dobrava (Belgrade) ditemukan di bekas Yugoslavia, virus Puumala ditemukan di Eropa dan virus Seoul tersebar di seluruh dunia (lihat bagian 4, di bawah).

3. Distribusi Penyakit

Sebelum perang dunia II, dua orang penulis Jepang dan Soviet menulis tentang HFRS yang terjadi di sepanjang sungai Amor. Pada tahun 1951, penyakit ini ditemukan di Korea menuerang pasukan PBB, semenjak itu penyakit ini menyerang baik tentara maupun sipil. Virus hantaan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Cina dan Korea Selatan. Penyakit ini bersifat musiman dimana puncak kasus ditemukan pada akhir musim gugur dan awal musim dingin, menyerang terutama penduduk pedesaan. Dinegara negara Balkan, bentuk klinis berat dari penyakit ini disebabkan oleh virus Dobrava, dengan jumlah penderita mencapai ratusan orang setiap tahun, CFR sama dengan di Asia. Kebanyakan kasus muncul pada musim semi dan awal musim panas. Neophropathia epidemica yag disebabkan oleh virus Puumala kebanyakan muncul di negara negara Eropa, termasuk Rusia, pegunungan Ural bagian barat dan di Balkan. Lebih banyak ditemuka pada musim panas, musim gugur dan awal musim dingin. Variasi musiman dari penyakit ini disebabkan oleh kegiatan rekreasi dan adanya pekerjaan yang bersifat musiman disamping adanya siklus perubahan musim dan iklim, serta pengaruh faktor ekologilainnya yang berpengaruh terhadap densitas populasi rodentia. Kasus HFRS dikalangana penelliti dan karyawan yang menangaani binatang percobaan, ternyata disebabkan oleh tikus laboratorium yang terinfeksi oleh virus Seoul. Viurs Aseoul ditemukan pad tikus tikus yang ditangkan di kota kota besar di dunia seperti di Thailand, AS, Brasilia, Argentina. Namun virus ini selalu menyebabkan penyakit pada manusia di Asia. Dengan adanya berbagai teknik diagnostik terbaru, maka penyebaran hantavairus dan infeksi hantavirus secara global makin dikenal.

4. Reservoir

Reservoir adalah binatang pengerat di luar rumah (Apodemus spp. untuk virus Hantaan dan virus Dobrava Belgrade di Asia dan Balkan; Clethrionomys spp untuk Puumala di Eropa; Rattus spp. untuk virus Seoul di seluruh dunia). Manusia menjadi tuan rumah secara kebetulan.

5. Cara Penularan

Diduga penyakit ini ditularkan secara aerosol dari kotoran binatang pengerat (penularan secara aerosol ini dibuktikan pada percobaan laboratorium). Namun perkiraan ini tidak bisa menjelaskan timbulnya kasus penyakit ini pada manusia dan penularan yang terjadi pada binatang pengerat. Virus ditemukan pada urin, kotoran dan air liur binatang pengerat yang terinfeksi namun tidak sakit; konsentrasi tertinggi virus ditemukan pada paru-paru binatang ini. Pernah dilaporkan terjadi infeksi nosokomial di rumah sakit, namun sangat jarang.

6. Masa Inkubasi

Masa inkubasinya pendek hanya dalam beberapa hari, paling lama 2 bulan, namun biasanya rata-rata dalam 2-4 minggu.

7. Masa Penularan

Tidak diketahui dengan jelas. Penularan dari orang ke orang jarang terjadi.

8. Kerentanan dan kekebalan

Mereka yang secara serologis tidak ada bukti pernah mengalami infeksi semuanya rentan terhadap infeksi. Infeksi bisa terjadi tanpa gejala (inapparent), dan terjadinya infeksi ulang belum diketahui dengan jelas.

9. Cara-cara Pemberantasan

A. Upaya Pencegahan

1) Lakukan upaya untuk mencegagh binatang pengerat masuk ke dalam rumah dan bangunan lainnya.

2) Toko yang menjual makanan untuk manusia dan untuk binatang konstruksinya harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak bisa dimasuki tikus.

3) Lokasi yang terkontaminasi binatang pengerat hendaknya didisinfeksi dengan menyemprotkan disinfektan (misalnya dengan cairan pemutih) sebelum dibersihkan. Jangan menyapu dan menyedot debu (vacuum) di daerah yang tercemar tikus; gunakan pengepel basah atau handuk yang sudah dibasahi dengan disinfektan. Hindari menghirup debu pada saat membersihkan tempat yang sebelumnya tidak pernah dihuni. Untuk menghindari agar tidak menghirup debu, gunakan respirator yang memenuhi syarat.

4) Tangkap dan bunuh binatang pengerat dan buang secara hati-hati dengan tindakan kewaspadaan yang tepat. Penangkapan hidup-hidup tidak dianjurkan.

5) Di daerah enzootic, hindari jangan sampai terpajan dengan binatang pengerat liar dan kotorannya

6) Tikus percobaan yang dipelihara di laboratorium, khususnya Rattus norvegicus, harus diperiksa untuk menyakinkan bahwa tikus tersebut benar-benar bebas dari infeksi hantavirus asimtomatis.

B. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan sekitar

1) Laporan ke instansi kesehatan setempat; Di beberapa negara endemis tertentu,

laporan diperlukan, Kelas 3A (lihat pelaporan tentang penyakit menular).

2) Isolasi: Tidak ada.

3) Disinfeksi serentak: Tidak ada.

4) Karantina: Tidak diperlukan.

5) Imunisasi kontak: Tidak ada.

6) Penyelidikan kontak dan sumber infeksi: Musnahkan binatang-binatang pengerat di dalam dan sekitar rumah tangga jika memungkinkan.

7) Pengobatan spesifik : Istirahat total di tempat tidur, perawatan dan pengobatan sedini mungkin adalah hal yang paling penting untuk dilakukan. Berdasarkan didalam kabin pesawat dan efek dari penurunan tekanan atmosfer selama dilakukan evakuasi udara terhadap penderita berat dapat membahayakan jiwa penderita yang terinfeksi hantavirus. Manajemen yang tepat dan hati-hati pada pemberian cairan sangat penting dilakukan untuk mengurangi kelebihan cairan dan mengurangi efek shock dan gagal ginjal. Dialisis sering diperlukan. Pemberian ribavirin IV sesegera mungkin pada hari-hari pertama sakit sangat bermanfaat.

C. Upaya penanggulangan wabah : Lakukan pengendalian terhadap binatang pengerat, dan lakukan surveilans terhadap hantavirus pada binatang pengerat liar. Jika terjadi KLB yag berkaiyan dengan laboratorium maka segera lakukan evaluasi terhadap tikus percobaan yang ada di laboratorium,apabila terbukti infeksi positif, musnahkan binatang pengerat yang terinfeksi tersebut dan lakukan disinfeksi secara seksama.

D. Implikasi bencana: Bencana alam dan peperangan sering mengakibatkan meningkatnya jumlah binatang pengerat dan yang menyebabkan meningkatnya kontak antara binatang pengerat dan manusia. Hal ini sangat potensial menyebabkan terjadinya penularan.

E. Tindakan Internasional: Lakukan pengawasan terhadap lalulintas barang yang dapat menjadi reservoir binatang pengerat liar.