Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
D. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani
Ketahanan pangan dapat dilihat dari empat aspek, yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup, distribusi pangan lancar dan merata, konsumsi pangan setiap individu yang dapat memenuhi kecukupan gizi secara seimbang, berdampak pada status gizi masyarakat. Dalam penelitian ini, ketahanan pangan dilihat dari konsumsi pangan rumah tangga yaitu konsumsi energi dan protein. Konsumsi pangan merupakan gambaran dari aspek ketersediaan pangan dan kemampuan rumah tangga untuk membeli dan memperoleh pangan, sehingga konsumsi pangan merupakan variabel yang digunakan sebagai indikator ketahanan pangan rumah tangga petani.
Ketahanan pangan energi dan protein didasarkan pada tingkat konsumsi energi dan protein, yaitu perbandingan antara konsumsi energi dan protein dengan angka kecukupan gizi dan protein pada rumah tangga petani responden. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh tiga tingkatan ketahanan pangan, yaitu tidak tahan pangan apabila rumah tangga mengkonsumsi kurang dari 75 % dari kecukupan energi dan protein, tahan pangan apabila konsumsi energi dan protein berada antar 75 % sampai 100 % dari kecukupan energi dan protein, dan sangat tahan pangan apabila konsumsi energi dan protein lebih dari 100 % dari angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan. Sebaran tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 28. berikut. Tabel 28. Sebaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Menurut Tingkat
Konsumsi Pangan Energi dan Protein di Kabupaten Wonogiri Tingkat Ketahanan
Rumah Tangga
Rumah Tangga
% Sangat tahan pangan
7 23,33
7 23,33 Tahan pangan
13 43,33
15 50,00 Tidak tahan pangan
30 100,00 Sumber: Diolah dari Lampiran 7
berpengaruh pada ketahanan pangan energi dan protein. Tabel 28. menunjukkan bahwa sebaran ketahanan pangan menurut tingkat konsumsi energi maupun protein di Kabupaten Wonogiri terletak pada posisi tahan pangan. Dilihat dari tingkat konsumsi energinya, persentase rumah tangga yang tahan pangan paling tinggi. Sejumlah 43,33 % responden termasuk tahan pangan energi dan 50 % responden tahan pangan protein. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rumah tangga petani yang sangat tahan energi adalah 23,33 % sedangkan yang tidak tahan pangan energi adalah 33,33 % responden. Sebaran ketahanan pangan energi rumah tangga petani cukup baik, namun perlu peningkatan bagi rumah tangga petani yang masih tidak tahan pangan.
Faktor ketersediaan pangan merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya ketahanan pangan energi. Ketersediaan pangan pokok beras yang yang masih rendah mengakibatkan keluarga petani tidak dapat mencukupi kebutuhan beras dari usahatani saja melainkan harus membeli dengan harga normal dan harga raskin. Ketersediaan pangan pokok yang rendah mengakibatkan konsumsi energi menjadi rendah, sehingga rumah tangga petani tidak tahan energi. Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui bahwa ketersediaan pangan pokok berdampak pada status ketahanan pangan rumah tangga petani.
Tingkat ketahanan pangan rumah tangga juga dapat dilihat dari konsumsi protein. Dalam penelitian ini, sebaran rumah tangga petani yang tahan protein paling banyak. Sejumlah 50 % termasuk dalam kategori tahan pangan protein. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi pangan yang mengandung protein sudah cukup dikonsumsi oleh rumah tangga petani. Proporsi rumah tangga petani yang masuk kategori sangat tahan pangan protein adalah 23,33 % responden, sedangkan rumah tangga petani yang tidak tahan pangan protein adalah 26,67 % responden.
Tingkat konsumsi energi dan protein akan berpengaruh pada ketahanan pangan rumah tangga karena salah satu faktor yang menentukan ketahanan Tingkat konsumsi energi dan protein akan berpengaruh pada ketahanan pangan rumah tangga karena salah satu faktor yang menentukan ketahanan
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa masalah-masalah utama dalam konsumsi energi dan protein adalah belum mampunya rumah tangga petani mencukupi kebutuhan energi dan protein sesuai Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Ketergantungan pangan pokok yang berupa beras sebagai sumber energi merupakan masalah besar bagi ketercukupan pangan sumber energi. Sementara kecukupan protein pada rumah tangga yang berasal dari pangan sumber protein hewani dan nabati sangat penting untuk upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia.