Karakteristik Rumah Tangga Petani
A. Karakteristik Rumah Tangga Petani
Karakteristik rumah tangga petani sampel merupakan gambaran umum tentang keadaan rumah tangga petani yang berpengaruh pada usahatani yang dijalankan. Berdasarkan letak wilayah desa, sub urban dan urban, maka petani sampel yang diambil untuk mewakili Kabupaten Wonogiri merupakan petani yang bekerja di lahan sawah di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan Selogiri, dan Kecamatan Wonogiri. Karakteristik yang dikaji adalah data identitas responden dan anggota keluarganya yang meliputi umur, pendidikan, jumlah anggota, luas kepemilikan lahan sawah, pendapatan rumah tangga dari usahatani maupun luar usahatani. Karakteristik rumah tangga petani di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel 16. berikut. Tabel 16. Karakteristik Rumah Tangga Petani di Kabupaten Wonogiri
Umur (tahun)
a. Suami b. Istri
Pendidikan (tahun)
a. Suami
1) Tidak tamat SD 2) SD 3) SMP 4) SMA 5) D3 6) S1
b. Istri
1) Tidak tamat SD 2) SD 3) SMP 4) SMA 5) D1
Jumlah anggota keluarga (orang)
a. Laki-laki b. Perempuan
Luas kepemilikan lahan sawah (ha) Pendapatan rumah tangga (Rp/th)
a. Usahatani (Rp/th) b. Luar usahatani (Rp/th)
Rata-rata Rata-rata
Sumber: Diadopsi dari Lampiran 1 Sumber: Diadopsi dari Lampiran 1
Tingkat pendidikan suami sebagai kepala rumah tangga paling banyak adalah tamat SD yaitu 12 orang. Sedangkan tingkat pendidikan istri paling banyak adalah tamat SD yaitu 15 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan suami maupun istri tergolong masih rendah. Tingkat pendidikan berpengaruh pada pola pikir responden dalam melakukan usahataninya. Pengambilan keputusan terhadap usahatani dan pola konsumsi pangan juga dipengaruhi oleh pola pikir petani.
Berdasarkan sebaran data yang paling banyak muncul (modus) diketahui bahwa dalam satu keluarga terdiri dari 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Besarnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh pada distribusi pangan dalam suatu rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak pula konsumsi rumah tangga yang harus dicukupi. Namun, rata-rata konsumsi rumah tangga yang mempunyai anggota keluarga banyak akan cenderung rendah pada konsumsi per orang, karena harus mampu membagi makanan secara merata. Padahal dilihat dari karakteristik individu tidaklah sama baik dari segi umur dan jenis kelamin sehingga kebutuhan energinya berbeda-beda satu sama lain.
Rata-rata luas lahan sawah yang dimiliki oleh petani adalah 0,595 hektar. Lahan tersebut terdiri dari lahan sawah yang dikelola oleh petani sendiri. Petani menanam tiga kali dalam setahun yaitu dengan varietas padi IR64, Ciherang, Situbagendit, dan menanam dua kali dalam setahun dengan varietas padi Gogo. Luas sawah yang dimiliki petani juga berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan petani.
usahatani di Kabupaten Wonogiri adalah Rp 12.396.720 per tahun. Sedangkan rata-rata pendapatan rumah tangga petani yang diperoleh dari luar usahatani adalah Rp 5.419.000 per tahun. Pada penelitian ini, perbedaan yang sangat signifikan terlihat antara pendapatan usahatani dengan luar usahatani. Hal tersebut karena petani memiliki sawah yang cukup luas dimana usahataninya dikerjakan sendiri dan gotong-royong sehingga dapat menekan pengeluaran untuk biaya tenaga kerja serta hasil dari usahatani lebih besar. Pekerjaan utama responden juga petani, maka mereka sangat kooperatif dalam menjalankan usahataninya sehingga dapat memperoleh hasil panen yang memuaskan. Sedangkan pekerjaan di luar usahatani tidak terlalu banyak dilakukan oleh petani yang sudah mempunyai lahan sendiri. Mereka lebih fokus terhadap usahataninya dibandingkan pekerjaan di luar usahatani.
Pendapatan rumah tangga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan bagi keluarga. Rumah tangga dengan pendapatan yang tinggi cenderung mengutamakan kualitas makanan yang mereka makan. Sedangkan rumah tangga dengan pendapatan yang rendah akan lebih mengutamakan kuantitas konsumsi pangan yang cukup mengenyangkan tanpa memperhatikan zat gizi yang terkandung dalam makanan yang mereka makan.