Analisis Usahatani Dan Pemasaran Jagung (Studi Kasus Desa Pamah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi)

(1)

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG

(

Studi Kasus Desa Pamah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

Oleh :

CLAUDYA RAHMI

080304037

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN JAGUNG

(

Studi Kasus Desa Pamah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

Oleh :

CLAUDYA RAHMI 080304037 AGRIBISNIS

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing

Ir. Thomson Sebayang,MT Ir. Iskandarini, MM, Ph.D

NIP: . 195711151986011001 NIP:

196405051994032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

ABSTRAK

Claudya Rahmi (080304037) dengan judul skripsi “Analisis Usahatani dan Pemasaran Jagung (Studi Kasus : Desa Pamah, Kecamatan Tanah Pinem,

Kabupaten Dairi” dibawah bimbingan Bapak Ir. Thomson Sebanyang, MT

sebagai ketua pembimbing dan Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D sebagai anggota pembimbing

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah produsen jagung. Dimana salah satu sentra produksinya adalah Kabupaten Dairi. Jagung yang diproduksi digunakan untuk konsumsi industri pakan ternak dan industri makanan. Tujuan penelitian adalah : untuk menjelaskan produktivitas jagung dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas jagung, menjelaskan struktur biaya produksi usahatani jagung dan menjelaskan besarnya pendapatan usahatani jagung serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung, menjelaskan perkembangan harga jagung dan menjelaskan sistem pemasaran jagung serta tingkat efisiensi jagung di daerah penelitian. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung digunakan Fungsi Pendapatan model Regresi Linier Berganda, untuk menjelaskan perkembangan harga jagung digunakan Analisis Regresi moden Tren Linier dengan bantuan alat analisis berupa SPSS.

Hasil penelitian antara lain: Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi, struktur biaya usahatani didominasi oleh biaya saprotan yang terdiri dari biaya bibit, biaya pupuk dan biaya herbisida. Harga jagung di Kabupaten Dairi fluktuatif namun cenderung meningkat, dan sistem pemasaran jagung di daerah penelitian tergolong efisien.

Kata Kunci : Produktivitas jagung, struktur biaya usahatani Jagung, harga jagung, pemasaran jagung.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Claudya Rahmi, lahir di kota Bayur pada tanggal 25 Maret 1991 anak dari Ibu

Camelia. Penulis merupakan anak pertama.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : − Tahun 1994 masuk Taman Kanak-Kanak Perguruan Islam Bayur tamat

tahun 1996.

− Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar Swasta Harapan 1 Medan tamat tahun 2002.

− Tahun 2002 masuk Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Swasta Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah tamat tahun 2005.

− Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Medan tamat tahun 2008.

− Tahun 2008 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

− Mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sukajadi, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari penelitian ini adalah “Analisis Usahatani dan Pemasaran Jagung (Studi Kasus: Desa Pamah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten

Dairi)”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Thomson

Sebayang, MT selaku Ketua Pembimbing dan Ibu Ir. Iskandarini, MM. Ph.D

selaku Anggota Pembimbing, di mana kedua-duanya telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS, selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis MEc, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU.

2. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis FP USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

3. Seluruh pegawai di FP USU khususnya pegawai Program Studi Agribisnis.

Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ibunda Camelia

atas kasih sayang, motivasi, semangat dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah dan tak lupa kepada seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat.


(6)

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman saya Zulfi Primasani Nasution, SP, Hendris Syahputra, Putra Wahyuda Hasibuan,SP ,

Dewi L. Nadapdap, Adinda Soraya Nasution, Nurul Ildrakasih, Anggun Nurul Mauliddar, dan Indra Syah Putra, SE serta seluruh teman-teman di

Program Studi Agribisnis angkatan 2008 yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu namanya yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan Semoga apa yang kita cita-citakan dapat terwujud dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2013


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 8

Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

Tinjauan Pustaka... ... 10

Landasan Teori ... 15

Kerangka Pemikiran ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 28

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28

Metode Pengambilan Sampel... 30

Metode Pengumpulan Data ... 31

Model Analisis Data... 31

Variabel Penelitian ... 35

Uji Kesesuaian (test of goodness of fit) ... 35

Uji Asumsi Klasik ... 37

Uji Multikolinearitas ... 37

Uji Heterokedastisitas ... 38


(8)

Definisi dan Batasan Operasional ... 40

Definisi ... 40

Batasan Operasional ... 41

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 42

Luas dan Letak Geografis ... 42

Keadaan Penduduk ... 42

Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... 43

Keadaan Sosial Ekonomi ... 43

Sarana dan parasarana ... 43

Karakteristik Petani Sampel ... 43

Pendidikan Petani Sampel ... 44

Pengalaman Bertani ... 45

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian ... 47

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Jagung ... 48

Struktur Biaya Produksi Usahatani Jagung ... 56

Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Jagung ... 58

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung ... 59

Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Dairi ... 69

Sistem Pemasaran dan Tingkat Efisiensi Pemasaran Jagung ... 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1. Kesimpulan ... 74

6.2. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Hasil Produksi Jagung di Sumatera Utara (2007-2011) ... 6 2. Luas Panen, Total Produksi, Rata-Rata Produksi Jagung

Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2010 ... 28 3. Luas Panen, Total Produksi, Rata-Rata Produksi Jagung

Menurut Kecamatan, di Kabupaten Dairi Tahun 2010 ... 29 4. Luas Tanam, Jagung Menurut Desa, di Kecamatan Tanah

Pinem tahun 2010 ... 30 5. Umur Petani Responden di Desa PamahTahun 2012 ... 44 6. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Pamah Tahun

2012 ... 45 7. Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman

Bertani di Desa Pamah Tahun 2012 ... 44 8. Produktivitas Jagung Daerah Pembanding ... 47 9. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian ... 49 10. Uji Normalitas denga Metode Kolmogorov Smirnov ... 50 11. Uji Multikolinearitas Antar Variabel Produksi ... 51 12. Uji Heteroskedastisitas Antar Variabel Produksi dengan


(10)

13. Rata-Rata Biaya Produksi Usahatani Jagung (Satu Kali

Musim Tanam) ... 57 14. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Jagung (Satu Kali

Musim Tanam) ... 58 15. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan Usahatani Jagung ... 59 16. Uji Normalitas dengan Metode Kormogorov Smirnov ... 61 17. Uji Multikolinearitas Antar Variabel Biaya Produksi ... 62 18. Uji Heteroskedastisitas Antar Variabel Biaya Produksi

dengan Metode Uji Glesjer ... 63 19. Biaya dan Keuntungan Pemasaran di Daerah Penelitian ... 72


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Kurva Produksi Law of Deminishing Return ... 16 2. Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani Jagung ... 25 3. Kurva Perkembangan Harga Jagung Per Tiga Bulan di

Kabupaten Dairi Tahun 2005- 2010 ... 69 4. Pola Pemasaran Jagung di Daerah Penelitian ... 71


(12)

ABSTRAK

Claudya Rahmi (080304037) dengan judul skripsi “Analisis Usahatani dan Pemasaran Jagung (Studi Kasus : Desa Pamah, Kecamatan Tanah Pinem,

Kabupaten Dairi” dibawah bimbingan Bapak Ir. Thomson Sebanyang, MT

sebagai ketua pembimbing dan Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D sebagai anggota pembimbing

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah produsen jagung. Dimana salah satu sentra produksinya adalah Kabupaten Dairi. Jagung yang diproduksi digunakan untuk konsumsi industri pakan ternak dan industri makanan. Tujuan penelitian adalah : untuk menjelaskan produktivitas jagung dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas jagung, menjelaskan struktur biaya produksi usahatani jagung dan menjelaskan besarnya pendapatan usahatani jagung serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung, menjelaskan perkembangan harga jagung dan menjelaskan sistem pemasaran jagung serta tingkat efisiensi jagung di daerah penelitian. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung digunakan Fungsi Pendapatan model Regresi Linier Berganda, untuk menjelaskan perkembangan harga jagung digunakan Analisis Regresi moden Tren Linier dengan bantuan alat analisis berupa SPSS.

Hasil penelitian antara lain: Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi, struktur biaya usahatani didominasi oleh biaya saprotan yang terdiri dari biaya bibit, biaya pupuk dan biaya herbisida. Harga jagung di Kabupaten Dairi fluktuatif namun cenderung meningkat, dan sistem pemasaran jagung di daerah penelitian tergolong efisien.

Kata Kunci : Produktivitas jagung, struktur biaya usahatani Jagung, harga jagung, pemasaran jagung.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup dan untuk itu pangan bagi setiap orang setiap waktu merupakan hak azasi yang layak dipenuhi. Berdasar kenyataan tersebut masalah pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk setiap saat di suatu wilayah menjadi sasaran utama kebijakan pangan bagi pemerintahan suatu negara (Suryana, 2005).

Sesuai peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2002 tentang ketahanan pangan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan makanan atau minuman. Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri atau sumber lain. Terjangkau adalah keadaan dimana rumah tangga secara berkelanjutan mampu mengakses pangan sesuai dengan kebutuhan, untuk hidup yang sehat dan produktif.

Secara umum, terdapat empat aspek ketahanan pangan, yaitu: 1) aspek ketersediaan pangan, makanan yang cukup jumlah dan mutunya, serta aman digunakan; 2) aspek stabilitas ketersediaan/pasokan, stabilitas pasokan pangan setiap waktu dan lokasi; 3) aspek konsumsi, kemampuan tubuh manusia untuk


(14)

mencerna dan melakukan metabolisme terhadap makanan yang dikonsumsi dan kecukupan asupan; 4) aspek keterjangkauan, ketersediaan makanan dan kesesuaian dengan preferensi, kebiasaan, budaya dan kepercayaan. Keempat aspek tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya (Hariyadi, 2009). Ketersediaan pangan harus dipertahankan sama atau lebih besar daripada kebutuhan penduduk. Jika keadaan ini tercapai maka ketahanan pangan akan berada pada tingkat yang aman. Ketersediaan pangan di suatu daerah atau wilayah ditentukan oleh berbagai faktor seperti keragaman produksi pangan, tingkat kerusakan dan kehilangan pangan karena penanganan yang kurang tepat, dan tingkat ekspor impor (Mahfi, 2009).

Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dengan angka pertumbuhan 1,7 % per tahun. Bahan pangan pokok yang paling besar adalah beras, tingginya konsumsi beras di Indonesia menyebabkan diterapkanya impor yang menyiksa petani dan mengancam kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan diversifikasi pangan untuk mengatasi tingginya konsumsi beras (Hutapea dan Mashar, 2010).

Diversifikasi pangan adalah penganekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat di sebuah negara, untuk mencegah terjadinya kekurangan protein pada masyarakat, dan meminimalisir permasalahan kelaparan di sebuah negara, mencegah kenaikan harga yang signifikan terhadap satu jenis bahan pangan. Diversifikasi dilakukan dengan cara merubah pola pikir masyarakat dengan tidak harus mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, ada


(15)

bahan pangan lain yang mempunyai kandungan protein bahkan lebih besar dari beras (Khalik, 2010).

Penguatan pangan nasional dimulai dari tujuh komoditas strategis, menyusul laju permintaan pangan yang cukup tinggi. Ketujuh komoditas tersebut adalah beras,

jagung, kedelai, gula, minyak goreng, tepung terigu dan daging (Bulog, 2011).

Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di beberapa tempat, jagung merupakan bahan makanan pokok utama pengganti beras atau sebagai campuran beras. Kebutuhan jagung di Indonesia saat ini cukup besar yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun (Khalik, 2010).

Produksi jagung dunia menempati urutan ketiga setelah padi dan gandum yaitu sebesar 612,5 juta ton. Distribusi penanaman jagung terus meluas di berbagai negara di dunia karena tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang luas di daerah subtropik ataupun tropik. Indonesia merupakan negara penghasil terbesar di kawasan Asia Tenggara, maka tidak berlebihan bila Indonesia mencanangkan swasembada jagung (Rukmana, 2008).

Selain sebagai makanan pokok, jagung juga berfungsi sebagai pakan ternak. Ketersediaan bahan baku yang kontiniu dan bermutu tinggi sering kali menjadi kendala utama, industri pakan ternak yang bahan bakunya 50 persen jagung setiap tahun harus mengimpor jagung rata-rata 1,5 juta ton untuk memenuhi kapasitas pabriknya. Dengan kebutuhan pakan sebesar 3,5 juta ton pertahun, seharusnya dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri yang mencapai sekitar 10 juta ton per


(16)

tahun. Namun hal ini tidak dapat dipenuhi karena ketersediaan jagung yang tidak kontiniu (Subhana, 2010).

Produksi jagung terbesar di Indonesia terdapat di Pulau Jawa, yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah, masing-masing lima juta ton per-tahun. Setelah itu menyusul beberapa daerah di Sumatera, antara lain Sumatera Utara dan Lampung, sehingga produksi Indonesia mencapai 16 juta ton pertahun

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Selain untuk industri pakan ternak dan konsumsi bahan pangan, kebutuhan jagung juga meningkat untuk kebutuhan industri bahan pangan olahan (snack food) dan industri pengolahan jagung moderen (corn wet dan miling) yang memproduksi

corn starch, corn gluten dan corn meal yang diperkirakan membutuhkan 1.000 ton jagung perharinya. Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 17,2 juta ton atau naik sekitar 4,3 persen dibandingkan produksi tahun 2010 masih mampu memenuhi kebutuhan jagung nasional yang meningkat rata-rata 9,6 persen pertahun. Kecenderungan konsumsi jagung di Indonesia yang makin tinggi menyebabkan makin besarnya jumlah impor (Subhana, 2010).

Pada tahun 2008 Sumatera Utara diharapkan menjadi sentra produsen jagung terbesar di Indonesia. Hal ini diupayakan untuk menjawab tantangan kekurangan jagung di Sumatera Utara. Untuk berbagai kepentingan, Sumatera Utara masih kekurangan jagung. Kebutuhan jagung Sumatera Utara mencapai 2000 ton per hari sementara kebutuhan ini hanya dipenuhi sebesar 700 ton. Akibat kekurangan itu harus dipenuhi dengan cara mengimpor. Agar impor itu bisa dikurangi,


(17)

Sumatera Utara terus berupaya mengembangkan produksi jagung

(Pemprovsu, 2007).

Kebutuhan jagung tidak setiap saat terpenuhi. Walaupun mudah diusahakan dan selalu ditanam, namun pada saat tertentu persediaan jagung dipasar bebas berkurang. Meskipun ada, terkadang harganya cukup tinggi. Hal ini merupakan masalah bagi peternak. Sebab peternak dituntut untuk memenuhi ransum ternaknya demi kelangsungan usahanya. Agar kelangsungan persediaan jagung tetap ada, berbagai cara dan usaha telah dilakukan (AAK, 1993).

Selama ini yang menjadi permasalahan petani jagung di Sumatera Utara adalah banyaknya impor yang menyebabkan jatuhnya harga jagung lokal sehingga merugikan petani. Harga jagung impor seringkali lebih murah dari pada jagung lokal. Impor itu sendiri, dikarenakan permintaan pengusaha pakan ternak yang mengaku kekurangan pasokan jagung lokal sehingga harus melakukan impor. Impor jagung tidak boleh dilakukan di saat petani melakukan panen raya, dan juga harus dihentikan di saat pasca panen, misalnya di bulan Juli - September dan Januari – Maret. Jika impor tetap dilakukan maka petani akan mengalami kerugian luar biasa karena harganya akan jatuh dan pengusaha memilih jagung impor yang relatif lebih murah serta dengan pertimbangan lainnya. Selain impor, serangan hama dan kejadian alam juga dapat membuat petani jagung kesulitan karena gagal panen (Anonimus, 2012).

Kebijakan pemeritah yang menyetujui impor jagung sebanyak 200.000 ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sangat disesalkan petani jagung di Sumatera Utara. Hal ini pengulangan kembali kebijakan beberapa waktu lalu di saat panen


(18)

raya terjadi di Sumatera Utara khususnya daerah-daerah sentra produksi jagung. Harga jagung yang semula sudah mulai membaik di kisaran Rp 2.500/kg kini merosot jauh ke angka Rp 1.700/kg (Prasaja, 2012).

Harga jagung dewasa ini bukan hanya anjlok dari harga sebelumnya, tetapi sudah di bawah harga referensi daerah (HRD). Harga jagung yang ditetapkan pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun ini sebesar Rp 2.133/kg, petani mengalami kerugian akibat harga jagung tertekan terus. Banyak petani yang beralih menanam komoditi lain untuk menghindari kerugian lebih besar. Untuk petani sekarang sudah sulit menanam jagung dengan harga bekisar Rp.1.700/kg dimana harga produksi jagung untuk satu kilogramnya saja sudah mencapai Rp. 2.200, idealnya harga jagung di tingkat petani sedikitmya Rp.2.500/kg baru bisa petani mendapatkan untung (Sihotang, 2012).

Prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah apabila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik dalam kebutuhan pangan maupun non pangan (Rukmana, 2008).

Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan produksi jagung di Sumatera Utara untuk tahun 2007, 2008, 2009, 2010, 2011.

Tabel 1. Hasil Produksi Jagung Sumatera Utara (2007-2011)

NO TAHUN PRODUKSI

(TON)

IMPOR (KG)

1 2007 804.850 55.064.975

2 2008 1.098.969 40.795.257

3 2009 1.116.548 102.475.113

4 2010 1.377.718 100.846.810

5 2011 1.142.913 305.818.856

Sumber : Sumatera Utara dalam Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara


(19)

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa setiap tahunnya produksi jagung di Sumatera Utara terus meningkat, tapi impor ke Sumatera Utara walaupun tak meningkat setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup drastis pada tahun 2011, ini menggambarkan bahwa walaupun produksi meningkat tetap saja tidak dapat memenuhi permintaan pasar, maka dilakukanlah impor.

Permasalahan jagung yang utama adalah tidak cukupnya produksi untuk memenuhi kebutuhan sebagai makanan pokok maupun industri, di mana yang perlu dilakukan adalah peningkatan jumlah produksi agar semua kebutuhan terpenuhi, selain masalah produksi juga tidak mengkesampingkan masalah kesejahteraan petani dengan menjual hasil pertanian dengan harga yang layak yang dapat menguntungkan petani.

Dari uraian permasalahan di atas penulis tertarik melakukan penelitian mengenai analisis usahatani jagung dan pemasaran yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, biaya usahatani jagung, dan pendapatan petani jagung. Dengan harapan dengan dilakukannya penelitian ini petani dapat lebih tertarik untuk menanam jagung agar produksi jagung meningkat.

Identifikasi Masalah :

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Berapa besar produktivitas jagung di daerah penelitian dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas jagung di daerah penelitian?


(20)

3. Berapa besar pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung?

4. Bagaimana perkembangan harga jagung di daerah penelitian?

5. Bagaimana sistem pemasaran jagung dan tingkat efisiensi pemasaran jagung di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian :

Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Untuk menjelaskan produktivitas jagung di daerah penelitian dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani jagung

2. Untuk menjelaskan struktur biaya produksi usahatani jagung

3. Untuk menjelaskan besarnya pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung

4. Untuk menjelaskan perkembangan harga jagung di daerah penelitian 5. Untuk menjelaskan sistem pemasaran jagung dan menganalisis tingkat


(21)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani jagung dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya

2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah daerah setempat sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya dan pihak-pihak yang membutuhkan.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan

Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Tanaman jagung dikenal di Indonesia sejak 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentra produsen jagung paling luas di Indonesia, antara lain adalah provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Jawa Barat. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia (Rukmana, 2008).

Menurut Purwono dan Hartono (2011) secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Monocotyledone (berkeping satu) Ordo : Graminae (rumput-rumputan) Famili : Graminaceae

Genus : Zea


(23)

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim (annual). Susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah. Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar , yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut (Rukmana, 2008).

Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300cm (Purwono dan Hartono, 2011).

Struktur daun jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Jumlah daun tiap tanaman pohon bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara 30cm-150cm dan lebar mencapai 15cm (Rukmana, 2008).

Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di ujung batang. Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 dan ke-8 dari bunga jantan (Purwono dan Hartono, 2011).

Biji jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji, endosperm, dan embrio (Rukmana, 2008).

Tanah berdebu dan kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung. Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7,0. Tingkat


(24)

keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pH 6,8 (Rukmana, 2008).

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga beriklim subtropis/tropis basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 50°LU-40°LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200mm/ bulan selama masa perumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan terbaiknya antara 27-32°C. Pada Proses perkecambahan benih, jagung memerlukan suhu sekitar 30°C (Purwono dan Hartono, 2011).

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000-1800mdpl. Daerah dengan ketinggian antara 0-600mdpl merupakan ketinggian yang optimum bagi pertumbuhan tanaman jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya produktivitas jagung yaitu dengan perbaikan varietas. Varietas jagung yang unggul dapat berupa varietas hibrida. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi, tetapi mempunyai beberapa kelemahan antara lain harga benih yang mahal, hanya dapat digunakan maksimal dua kali turunan, dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul yang dapat dipilih adalah Hibrida C-1, Hibrida C-2, Hibrida Pioner 1, Hibrida Pioner 2, Hibrida IPB 4, Hibrida CPI-1, Kalingga, Wiyasa, Arjuna, Bastar Kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula, Hibrida CPI-2, Hibrida BISI-2, P-5, C-3 dan Semar 2 (Purwono dan Hartono, 2011).


(25)

Manfaat penggunaan benih unggul jagung bersertifikat adalah menghemat jumlah pemakaian benih persatuan luas areal, pertumbuhan tanaman relatif seragam, tingkat kemasukan merata sehingga dapat mengurangi besarnya kehilangan atau susut hasil, menjamin peningkatan hasil secara optimal, dan meningkatkan pendapatan usahatani (Rukmana, 2008).

Agar hasil panen maksimal, diperlukan teknik pengolahan lahan sebelum ditanami. Pengolahan lahan diawali dengan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan lahan yang diantaranya pembajakan agar diperoleh tanah yang gembur, untuk tanah yang keras perlu dibajak sedalam 30cm sedangkan tanah yang lunak cukup 15-20cm. Setelah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran sekitar 25-30cm dengan kedalaman 30cm. Pada lahan dengan pH kurang dari 5, harus diberi kapur, jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton per-hektar (Purwono dan Hartono, 2011).

Waktu yang paling tepat untuk menanam jagung adalah pada awal musim hujan September-November dan pada awal kemarau Februari-April. Jarak tanam bergantung pada varietas. Varietas berumur lama ditanam dengan jarak 100 x 40cm sehingga populasi mencapai 50.000 tanam per ha. Kondisi iklim mempengaruhi pola tanam, lahan kering beriklim basah, tumpang sari adalah pilihan terbaik. Agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung mempertimbangkan beberapa hal seperti, kedalaman penempatan benih berkisar 2,5-5cm, bergantung pada kondisi tanah, populasi tanam antara 20.000-200.000 tanaman/ha, cara tanam adalah dengan alur-alur yang dibuat


(26)

teratur atau jarak tanam yang teratur dalam alur sehingga memungkinkan penyiangan mekanis dua arah (Tim Karya Tani Mandii, 2010).

Pemeliharaan tanaman jagung di lapangan meliputi kegiatan pokok seperti, penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam dengan cara mengganti benih yang tidak tumbuh atau tumbuh abnormal. Selain penyulaman ada pengairan yang biasanya dilakukan 1-2 kali seminggu atau tergantung pada keadaan air tanah. Penjarangan tanaman dengan mencabut tanaman yang tumbuh kurang baik, untuk disisakan 1-2 tanaman paling baik perlubang tanam, waktu penjarangan dilakukan 2-3 minggu setelah tanam atau bersama-sama saat penyiangan. Penyiangan dilakukan pada tanaman jagung yang berumur ± 15 hari setelah tanaman atau pertumbuhan tanaman mencapai setinggi lutut (Rukmana, 2008).

Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan ketersediaan unsur hara yang memadai. Untuk memenuhinya dilakukan pemupukan, jenis dan dosis pupuk harus mengacu pada hasil analisis tanah ataupun tanaman di labratorium (Rukmana, 2008).

Banyak macam hama yang dapat menggagalkan panen jagung. Bagian-bagian tanaman yang sering diserang pun sangat bervariasi. Ada hama yang menyukai daun yang masih muda, pucuk daun, pangkal batang, dan akar tanaman. Hampir semua bagian tanaman jagung dapat menjadi sasaran serangan hama. Jadi, mencegah ataupun memberantasnya merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam membudidayakan tanaman jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagung


(27)

juga dapat dibedakan dalam empat tingkat : masak susu, masak lunak, masak tua, dan masak kering/masak mati. Ciri jagung yang siap di panen adalah : umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam, jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga, biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas (Tim Karya Tani Mandiri, 2011).

Landasan Teori

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efesian bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2003).

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan keluaran (Anonimus, 2010).

Model yang sering digunakan dalam fungsi produksi, terutama fungsi produksi klasik adalah the law of deminishing return. Model ini menjelaskan hubungan fungsional yang mengikuti hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Bila input dari salah satu sumber daya dinaikkan dengan tambahan yang sama per unit waktu, sedangkan input dari sumber daya yang lain dipertahankan agar tetap


(28)

TP Y (Produksi)

MP

Max

konstan, produk akan meningkat di atas suatu titik tertentu, tetapi peningkatan output tersebut cenderung mengecil. Hal ini dapat di lihat dari gambar berikut:

I II III

Increasing Rasional Decrasing

X (Input Produksi)

Gambar1. Kurva Law Diminishing Return

Berdasarkan gambar di atas dapat ditemukan tahapan (stages) produksi , I, II dan III. Tahap I merupakan tahapan yg tidak rasional, karena setiap penambahan input menaikan produksi lebih besar dari penambahan input itu sendiri yang masih memungkinkan peningkatan total produksi dengan menaikan variabel input. Tahap ini berada di antara titik 0 sampai perpotongan antara marginal product

dengan average product yang sering di sebut tahap increasing. Tahap II menunjukan penambahan input meningkatkan total produksi. Tahap ini berada dari titik MP = AP sampai pada maksimum total product. Pada tahap ini akan dicapai keuntungan maksimum, daerah ini disebut daerah yang paling rasional. Tahap III merupakan tahapan dimana penambahan variabel input justru menurunkan total produksi. Tahap ini dimulai dari total product yang menurun dan marginal product yang negative (Bilas, 1994).


(29)

Secara produktivitas dapat dinyatakan sebagai rasio antara keluaran terhadap sumber daya yang dipakai. Bila dalam rasio tersebut masukan yang dipakai untuk menghasilkan keluaran dihitung seluruhnya, disebut sebagai produktivitas total, tetapi bila yang dihitung sebagai masukan hanya faktor tertentu saja disebut sebagai produktivitas parsial yang dapat dituliskan dalam bentuk tabulasi sederhana yaitu :

Produktivitas = �������������� (���)

��������� (��)

(Hernanto, 1996).

Produksi hasil komoditas pertanian sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk mengasilkan komoditas pertanian, untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi dan komoditas, hubungan antara input dan output disebut dengan factor relationship

(FR). Secara Sistematik dapat ditulis dengan analisis fungsi Coob-Douglas. Fungsi Coob-Douglas adalah salah satu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas dan variabel tidak bebas) misalnya faktor produksi antara lain, luas lahan (�), bibit (�), jumlah pupuk (�), obat-obatan (�), tenaga kerja(�), secara matematis, pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

Y =

.

.

��

.

��

.

��

.

��

.

��

Untuk menaksir parameter-parameter yang harus ditranformasikan dalam bentuk


(30)

linear) yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat kecil (ordinnary least square) dengan bentuk matematis :

Y = Ln+ ����+ ����+����+ ����+����+�

Dimana :

Y = Produksi

�� = Konstanta

��…�� = Koefisien regresi terhadap X �� = Lahan Pertanian

�� = Pupuk

�� = Obat-Obatan

�� = Bibit

�� = Tenaga Kerja

Berdasarkan persamaan maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi sangat tergantung dari peranan � sampai dengan � dan faktor-faktor lain yang tidak ada dalam persamaan (Daniel, 2002).

Fungsi Biaya banyak digunakan dalam mengukur apakah varietas baru yang terbukti telah mampu meningkatkan produksi, juga disebabkan oleh biaya produksi yanng tinggi atau tidak. Jadi problemnya terletak pada bagaimana biaya kecil, produksi tetap diperoleh dalam jumlah yang tinggi (Soekartawi, 2003).

Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang


(31)

besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh, untuk menghitung total biaya dapat dirumuskan sebagai berikut:

TC = FC + VC

Keterangan : TC = Total Cost

FC = Fixed Cost

VC = Varible Cost

(Rohim dan Hastuti,2007).

Analisis pendapatan terhadap usahatani penting dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak akan dicapai oleh setiap usahatani dengan berbagai pertimbangan dan motivasinya. Analisis pendapatan pada dasarnya memerlukan dua keterangan pokok yaitu : (a) Keadaan Penerimaan dan (b) keadaan pengeluaran (biaya produksi) selama jangka waktu tertentu (Hernanto, 1996).

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (pengeluaran). Dimana pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

Y = TR TC

Keterangan : Y = Income

TR = Total Revenue

TC = Total Cost


(32)

Fungsi Pendapatan Regresi Linier Berganda digunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga dari input terhadap produksi. Fungsi Keuntungan Regresi Linier Berganda merupakan cara yang banyak peminatnya karena dianggap bahwa petani atau pengusaha mempunyai sifat memaksimumkan keuntungan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Secara matematis Fungsi Pendapatan Regresi Linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut

Y = + �+ �+�+ �+�+�

Dimana :

Y = Pendapatan

�� = Konstanta

��…�� = Koefisien regresi terhadap X �� = Biaya Lahan Pertanian

�� = Biaya Pupuk

�� = Biaya Obat-Obatan �� = Biaya Bibit

�� = Biaya Tenaga Kerja

(Rahim dan Hastuti, 2007).

Harga pasar ditentukan oleh jumlah barang yang ditawarkan dengan jumlah barang yang diminta, jika hal ini berjumlah sama maka terjadi keseimbangan. Perubahan harga dan kwantitas keseimbangan sangat bergantung pada perubahan permintaan dan penawaran itu sendiri. Kenaikan permintaan yang disertai dengan penurunan penawaran yang tidak sebanding akan menyebabkan harga meningkat dan jumlah barang keseimbangan berkurang sedangkan kenaikan permintaan


(33)

disertai dengan kenaikan penawaran yang sebanding tidak akan menyebabkan perubahan harga, tetapi hanya akan menyebabkan perubahan jumlah barang. Kenaikan permintaan disertai dengan dengan penurunan penawaran yang sebanding, tidak akan menyebabkan perubahan kuantitas keseimbangan, tetapi hanya akan menyebabkan perubahan harga (Joesron dan Fathorrozii, 2002).

Untuk menggambarkan perkembangan suatu kegiatan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan, jumlah tenaga kerja, penduduk, harga dll) dilakukan dengan analisa data berkala untuk memungkinkan mengetahui perkembanganya. Salah satu model yang digunakan untuk mengetahui perkembangan harga dengan menggunakan regresi Model Trend Linier (metode kuadrat kecil) dengan persamaan sebagai berikut :

Y = a + bX

Dimana :

Y = Data berkala (time series data) X = Waktu (triwulan)

a = Konstanta

b = Koefisien

(Supranto, 1990).

Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditas yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat, guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan salah satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2001).


(34)

Pemasaran komoditas pertanian merupakan kegiatan atau proses pengaliran komoditas pertanian dari produsen sampai ke konsumen atau pedagang perantara berdasarkan pendekatan sistem pemasaran, kegunaan pemasaran, dan fungsi-fungsi pemasaran (Rahim dan Hastuti, 2007).

Semakin panjang saluran pemasaran maka sistem pemasaran semakin tidak efisien. Tidak efisienya pemasaran akan berdampak buruk kepada petani karena berpengaruh terhadap pendapatan petani dimana harga yang diterima petani akan berbeda jauh dengan harga yang diberikan oleh konsumen. Harga yang diberikan konsumen semakin tinggi mengakibatkan permintaan semakin menurun. Harga dari petani juga menurun sehingga pendapatan petani menurun. Sistem tata niaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya (2) Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tata niaga barang-barang itu (Mubyarto, 1994).

Penentuan efisiensi dapat juga dilihat dengan membandingkan antara besarnya keuntungan (profit) petani produsen dan seluruh middleman yang terlibat dengan seluruh ongkos tata niaga yang dikeluarkan oleh middleman dan biaya produksi serta ongkos pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen. Metode ini di dekati dengan model :

E =

��+��


(35)

Keterangan : E = Efisiensi

Jl = Keuntungan Lembaga Tata Niaga Jp = Keuntungan Produsen

Ot = Ongkos Tata Niaga

Op = Ongkos Produksi dan Pemasaran yang Dikeluarkan oleh Petani Produsen Dimana jika :

E > 1 = efisien E <1 = tidak efisien (Sihombing, 2010).

Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnya tergantung pada hal berikut: 1. Macam komoditas yang dipasarkan

2. Lokasi atau daerah pemasaran 3. Macam dan peranan lembaga niaga.

Secara teoritis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tata niaga maka biaya tata niaga semakin rendah, margin tata niaga semakin rendah, harga yang dibayarkan konsumen semakin rendah, harga yang diterima produsen semakin tinggi (Daniel, 2002).

Kerangka Pemikiran

Jagung termasuk komoditi terpenting di Sumatera Utara, jagung termasuk ke dalam kelompok pangan strategis yang permintaanya terus meningkat setiap tahunnya, walaupun produksi jagung di Sumatera Utara terus meningkat tapi tidak dapat mencukupi kebutuhan permintaan yang akhirnya memaksa pemerintah untuk mengimport jagung. Setelah mengimport maka harga jagung import lebih


(36)

murah dari pada jagung lokal yang mengakibatkan kerugian pada petani jagung lokal.

Dari adanya usahatani jagung maka dihasilkan produksi jagung, produksi jagung di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Hasil produksi jagung dijual kepada pedagang pengumpul. Harga penjualan dikali dengan hasil produksi disebut penerimaan petani.

Penggunaan input produksi menimbulkan biaya, biaya-biaya inilah yang disebut dengan biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya produksi dipengaruhi oleh harga dari faktor produksi seperti biaya lahan, biaya obat-obatan, biaya pupuk, biaya tenaga kerja, dan biaya bibit. Pendapatan petani dihasilkan dari seluruh penerimaan dikurang biaya produksi.

Saluran pemasaran merupakan aliran barang mulai dari produsen ke konsumen yang terjadi karena adanya lembaga pemasaran, perpindahan barang antar lembaga menimbulkan biaya oleh karena adanya biaya pemasaran maka timbulah perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen yang di sebut marjin pemasaran. Semakin pendek rantai pemasaran maka semakin efisien sistem pemasaran.


(37)

Faktor-Faktor yang mempengaruhi :

Luas Lahan

Bibit

Pupuk

Obat-Obatan

Alsintan

Tenaga Kerja

Biaya Produksi

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan dengan skema kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan : : Menyatakan ada hubungan :Menyatakan ada pengaruh Usahatani

Jagung

Hasil Produksi

Penerimaan

Harga Jual

Saluran Pemasaran

Efisiensi Pemasaran Pendapatan

Bersih

Harga Beli

Biaya Pemasaran

Margin Pemasaran


(38)

Hipotesis Penelitian

1. Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi dan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi jagung adalah tenaga kerja, bibit, pupuk dan obat-obatan.

2. Struktur biaya produksi usahatani jagung di daerah penelitian didominasi oleh komponen biaya saprodi tanaman (biaya pupuk, biaya bibit, biaya pestisida).

3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan usahatani jagung adalah biaya lahan, biaya bibit, biaya obat-obatan, dan biaya pupuk.

4. Harga jagung di daerah penelitian berfluktuasi dan cenderung meningkat 5. Pemasaran jagung di daerah penelitian tergolong efisien.


(39)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Dairi yang ditentukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Dairi merupakan salah satu sentra produksi jagung di Sumatera Utara setelah Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Pada tabel 2 diperlihatkan data luas panen, jumlah poduksi dan rata-rata produksi jagung di Sumatera Utara.


(40)

Tabel 2. Luas Panen, Total Produksi Produksi, Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2010

Kabupaten/ Kota Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Kw/Ha) Kabupaten 1. Nias

2. Mandailing Natal 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah 5. Tapanuli Utara 6. Toba Samosir 7. Labuhan Batu 8. Asahan 9. Simalungun

10. Dairi

11. Karo

12. Deli Serdang 13. Langkat 14. Nias Selatan

15. Hambang Hasundutan 16. Pakpak Barat

17. Samosir

18. Serdang Bedagai 19. Batu Bara

20. Padang Lawas Utara 21. Padang lawas

22. Labuhan Batu Selatan 23. Labuhan Batu Utara 24. Nias Utara

25. Nias Barat Kota

26. Sibolga 27. Tanjung Balai 28. Pematangsiantar 29. Tebingtinggi 30. Medan 31. Binjai

32. Padangsidimpuan 33. Gunung Sitoli

39 496 1 841 1 851 6 293 6 724 432 7 257 63 712 32 007 90 605 20 321 23 390 379 543 3 059 939 9 551 594 518 1 3420 120 725 39 13 - 24 778 47 266 692 194 33 180 2 395 8 910 9 126 31 069 33 444 2 090 36 122 322 271 160 803 456 649 101 937 114 798 1 787 2 705 14 977 4 647 47 502 2 946 2 502 6 475 586 3 545 182 60 - 117 3 839 234 1 316 3 409 939 154 46 ,27 48,29 48,40 49,31 49,37 49,74 48,38 49,79 50,58 50,24 50,40 50,16 49,08 47,16 49,81 48,96 49,4 49,74 49,60 48,30 48,32 48,8 48,90 46,70 46,15 - 48,55 49,34 49,85 49,47 49,27 48,39 46,60

Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, Tahun 2011, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Kecamatan yang menjadi studi kasus adalah Kecamatan Tanah Pinem dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tanah Pinem memiliki hasil produksi jagung


(41)

tertinggi di Kabupaten Dairi. Pada tabel 3 ditampilkan data luas panen, jumlah poduksi dan rata-rata produksi jagung di Kabupaten Dairi.

Tabel 3. Luas Panen, Total Produksi, Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kecamatan di Kabupaten Dairi Tahun 2010

Kecamatan Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Kw/Ha) 1. Sidikalang 2. Sitinjo 3. Berampu 4. Parbuluan 5. Sumbul 6. Silahisabungan

7. Silima Pungga-Pungga

8. Lae Parira

9. Siempat Nempu

10. Siempat Nempu Hulu

11. Siempat Nempu Hilir

12. Tigalingga

13. Gunung Sitember

14. Pegagan Hilir

15. Tanah Pinem

813 367 790 2.497 943 37 1.605 680 1.897 2.520 1.402 5.610 3.704 720 9.050 3 642,24 1 644,16 5 539,20 11 052,16 4 226,64 165,76 7 190,40 3 046,40 8 498,56 11 289,60 6 280,96 25 132,80 16 593,92 3 225,60 40 544 40 39 45 39 45 39 49,5 49 50 48 47 59 58 52 59

Jumlah 32.605 146070,40 47,9

Sumber : Kabupaten Dairi Dalam Angka, Tahun 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi

Desa yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Pamah dengan pertimbangan di Desa Pamah memiliki luas tanam jagung tertinggi diantara desa-desa yang ada di Kecamatan Tanah Pinem. Pada tabel 4 data luas tanam jagung di Kecamatan Tanah Pinem.


(42)

Tabel 4. Luas Tanam Jagung Menurut Desa di Kecamatan Tanah Pinem, Tahun 2010

Desa Luas Tanam

(Ha)

1. Renun

2. Pasir Tengah

3. Pamah

4. Kuta Buluh

5. Tanah Pinem

6. Kempawa

7. Kuta Gamber

8. Lau Primbon

9. Harapan

10. Gunung Tua

11. Sukadame

12. Lau Tawar

13. Mangan Molih

14. Lau Njuhar I

15. Liang Jering

16. Alur Subur

17. Balandua

18. Pasir Mbelang

19. Sinar Pagi

380 620

670

125 425 230 180 282 370 110 120 410 280 188 170 20 110 380 -

Jumlah 5.070

Sumber :Kecamatan Tanah Pinem Dalam, Angka Tahun 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi

Metode Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani yang memiliki usahatani jagung. Pemilihan sampel ditentukan secara proposive (sengaja) dengan kriteria sampel adalah petani yang sudah menanam jagung minimal 5 tahun. Jumlah populasi petani jagung di Desa Pamah sebanyak 840KK dimana petani yang mempunyai luas lahan lebih dari 1Ha Sebanyak 325KK dan petani yang memiliki lahan lebih kecil atau sama dengan 1Ha sebanyak 515KK. Besarnya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin

n =

�+���

=

���


(43)

dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir (10%).

Dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh n sebesar 89,36 yang dibulatkan menjadi 90 sampel.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan responden yang menjadi sampel dengan daftar kusioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder berupa luas lahan, besar produksi, besar produktivitas, perkembangan harga, jumlah petani jagung diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait yaitu: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Dairi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara, Kantor Camat Tanah Pinem, Kantor Desa Pamah dan dari literatur, buku, dan media internet yang sesuai dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi secara sederhana dan selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sesuai.

a. Untuk menyelesaikan masalah 1 yaitu besar produktivitas jagung di daerah penelitian dijelaskan dengan tabulasi sederhana menggunakan rasio :


(44)

Produktivitas = �������������� (���)

��������� (��)

Dimana jika :

- Produktivitas sampel dikatakan tinggi jika produktivitas > dari rata-rata produktivitas jagung di Kecamatan Tanah Pinem

Untuk menganalisis masalah 1 yakni analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani jagung digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, dengan rumus:

Y =

.

.

��

.

��

.

��

.

��

.

��

��

��

��

��

�����

Dimana :

Y = Produksi (Kg) � = Konstanta

��…�� = Koefisien regresi terhadap X �� = Bibit (Kg)

�� = Herbisida (Ltr) �� = Pupuk Urea (Kg) �� = Pupuk SP (Kg) �� = Pupuk TSP (Kg) �� = Pupuk Phonsca (Kg) �� = Pupuk KCL (Kg) �� = Pupuk NPK (Kg) �� = Tenaga Kerja (HKP)

��� = Goni


(45)

b. Untuk menyelesaikan masalah 2 yakni struktur biaya produksi di jelaskan dengan perhitungan sederhana, menggunakan rumus :

TC = FC + VC

Dimana :

TC = Total Cost (Rp) FC = Fixed Cost (Rp) VC = Variable Cost (Rp)

c. Untuk menyelesaikan masalah 3 yakni besarnya pendapatan bersih usahatani yaitu dengan menghitung selisih antara penerimaan dengan total biaya usahatani yang dikeluarkan, dengan rumus :

Y = TP − TB

Dimana :

Y = Income (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp)

Untuk menganalisis masalah 3 yakni faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung digunakan Fungsi Pendapatan persamaan Regresi liner Berganda (Multiple Linier Regression) yang dirumuskan sebagai berikut :

Y = + �+ �+�+ �+�+�+�++


(46)

Dimana :

Y = Pendapatan Usahatani Jagung (Rp) �� = Konstanta (Rp)

��…�� = Koefisien regresi terhadap X �� = Biaya Pajak (Rp)

�� = Biaya Sewa Lahan (Rp) �� = Biaya Penyusutan (Rp) �� = Biaya Bibit (Rp) �� = Biaya Herbisida (Rp) �� = Biaya Pupuk Urea (Rp) �� = Biaya Pupuk SP (Rp) �� = Biaya Pupuk TSP (Rp) �� = Biaya Pupuk Phonsca (Rp) ��� = Biaya Pupuk KCL (Rp) ��� = Biaya NPK (Rp)

��� = Biaya Goni (Rp) ��� = Biaya Tali (Rp)

d. Untuk menyelesaikan masalah 4 perkembangan harga jagung di daerah penelitian digunakan analisis regresi model Trend Linier dengan model :

Y = a + bX

Dimana :

Y = Harga Jagung

X = Rata-rata Harga per 3 Bulan a = Konstanta


(47)

e. Untuk menyelesaikan masalah 5 mengenai sistem pemasaran dan efisiensi pemasaran dapat dianalisis menggunakan rumus berikut :

E =

��+��

��+��

Keterangan : Jl = Keuntungan Lembaga Tata Niaga Jp = Keuntungan Produsen

Ot = Ongkos Tataniaga

Op= Ongkos Produksi dan Pemasaran yang dikeluarkan oleh Petani Produsen

Dimana jika :

E > 1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien E <1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien.

Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel-variabel produksi dan pendapatan yang terdapat dalam persamaan model. Sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah produktivitas dan pendapatan usahtani jagung di Desa Pamah Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi. Sedangkan variabel bebas (independent variable) adalah; Luas lahan dan biaya luas lahan, jumlah bibit, harga bibit, jumlah pupuk, harga pupuk, jumlah herbisida, harga herbisida, jumlah alsintan, harga alsintan, jumlah tenaga kerja, upah tenaga kerja.


(48)

Uji Kesesuaian (test of goodness of fit)

Uji kesesuaian (test of goodness of fit) dilakukan berdasarkan perhitungan nilai koefisien determinasi (R2) yang kemudian dilanjutkan dengan Uji F (F-test) dan Uji t (t-test), yaitu

1. Penilaian terhadap koefisien determinasi (R2), yang bertujuan untuk melihat kekuatan variabel bebas (independent variable) dalam mempengaruhi kekuatan variabel terikat (dependent variable). Besaran R2 adalah yang paling lazim digunakan untuk mengukur kebaikan/kesesuaian (goodness of fit) dari garis regresi. R2 mengukur proporsi (bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi

2. Uji F (over all test), uji ini dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara bersama-sama/serentak.

Dengan hipotesis :

�0 : b = 0 (tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat) �1 : b ≠ 0 (ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat)

Dengan rumus :

Fhitung = �

2 /(�−1)

(1−�2)/(�−�)

Dimana :

�2 : Koefisien Determinasi � : Jumlah Parameter


(49)

3. Uji t (partial test), uji ini dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi parsial.

Dengan Kriteria Uji :

a. Jika th >tt maka ada pengaruh nyata variabel bebas terhadap variabel terikat Rumus :

)

(

h

h h

b

SE

a

t

=

Dimana : th = t hitung

ah = koefisien regresi hasil estimasi untuk variable ke-h

SE = standar error koefisien ah

Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala hetreokedastisitas, gejala multikolinearitas, dan sebaran data tidak normal (normalitas). Jika terdapat hal-hal yang disebutkan sebelumnya maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar eror. Jika terdapat multikolineritas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Oleh karena itu, uji Asumsi Klasik perlu dilakukan. Pengujian yang dilakukan sebagai berikut :


(50)

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menghindari adanya hubungan yang linear antar variabel bebas. Koefisien regresi biasanya diinterpretasikan sebagai ukuran variabel terikat jika salah satu variabel bebasnya naik satu unit dan seluruh variabel bebasnya dianggap tetap, namun interpretasi ini menjadi tidak benar apabila terdapat hubungan linier antara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat :

- Jika nilai Toleransi atau VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10.

- Terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8. - Jika nilai F-hitung melebihi nilai F-Tabel dari regresi antar variabel bebas.

B.Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk menditeksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dengan melihat pada

scatter plot dimana apakah residual membentuk pola tertentu atau tidak. Cara ini menjadi fatal karna untuk melihat apakah data terbebas dari masalah heterokedastisitas bukan hanya berdasarkan gambar tetapi harus dipertanggung jawabkan. Banyak metode uji statistik yang dapat menentukan data terbebas dari heterokedasstisitas, salah satunya adalah metode Uji Glejser. Uji Glesjer secara umum dinotasikan sebagai berikut :

│e│= �1 + �2�2 + v

Dimana : │e│= nilai absolout dari residual yang dihasilkan dari regresi model �2 = Variabel penjelas


(51)

Bila variabel penjelas secara statistik signifikan mempengaruhi residual maka dapat dipastikan model memiliki masalah heterokedastisitas.

C.Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametrik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah data tersebut terdistribusi secara normal. Distribusi normal data dengan bentuk distribui normal dimana data memusat pada nilai rata-rata dan median.

Dasar pengambilan keputusan dengan uji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov yaitu dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Untuk menditeksi data terdistribusi secara normal adalah :

- Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 berarti data yang akan diuji tidak terjadi perbedaan yang signifikan yang artinya data terdistribusi dengan normal.

- Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas pengertian penafsiran maka digunakan definisi dan batasan oprasional sebagai berikut :


(52)

Definisi

1. Unit analisis adalah usahatani jagung dihitung dalam satuan hektare (ha) 2. Hasil Produksi berupa jagung pipilan (kg)

3. Faktor produksi adalah berbagai input yang digunakan dalam proses produksi yaitu luas lahan (ha) , bibit (kg), pupuk (kg), obat-obatan dan tenaga kerja untuk memperoleh output yang diinginkan

4. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel (Rp). Biaya tetap terdiri dari biaya lahan dan alsintan, biaya tidak tetap yaitu biaya bibit, biaya pupuk, biaya herbisida, biaya tenaga kerja

5. Penerimaan adalah jumlah total produksi dikalikan dengan harga jual petani (RP)

6. Pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan dalam suatu usahatani (Rp)

7. Saluran pemasaran jagung adalah jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen atau petani dan akhirnya sampai ke tangan konsumen akhir yang ditandai dengan perpindahan produksi fisik jagung

8. Harga jual adalah harga yang dijualkan petani kepada pedagang 9. Harga beli adalah harga yang dibeli pedagang kepada petani

10. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tata niaga

11. Efisiensi pemasaran merupakan tolak ukur atas produktivitas proses pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap keluaran yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran


(53)

Batasan Operasional

1. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2012 satu kali musim tanam 2. Petani yang menjadi sampel adalah petani jagung yang menanam jagung 5 tahun terakhir secara terus menerus

3. Perkembangan harga jagung di Kabupaten Dairi rata- rata 3 bulan pada tahun 2005-2010

4. Saluran pemasaran sampai pada tingkat konsumen Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara

5. Penelitian dilakukan di Desa Pamah Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara.


(54)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Luas dan Letak Geografis

Desa Pamah merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi. Desa Pamah memiliki luas wilayah sebesar 36.420 Ha di mana terdiri dari 10 (sepuluh) dusun yaitu Dusun Pamah I, Dusun Pamah II, Dusun Simpang Pamah, Dusun Gunung Mulia, Dusun Lau Gunung I, Dusun Bunga Ncole, Dusun Kampung Dalam, Dusun Lau Petundal I, Dusun Lau Petundal II, Simpang Lau Petundal. Desa Pamah berada pada ketinggian antara ±400-500mdpl dan terletak di tengah-tengah wilayah Kecamatan Tanah Pinem. Secara administratif, Desa Pamah mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Sinar Pagi

Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Kumpawa

Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Kutabuluh

Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Pasir Mebelang

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Pamah sebanyak 2.134 jiwa yang terdiri dari 966 jiwa laki-laki dan 1.168 jiwa perempuan, dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK) Desa Pamah dihuni ±910 Kepala Keluarga dihitung dari angka tersebut maka kepadatan penduduk sekitar 17 ha/jiwa.


(55)

Keadaan Penduduk berdasarkan Agama

Sebagian besar penduduk di Desa Pamah menganut agama Kristen Protestan yaitu sebanyak 1.230 Jiwa, Kristen Katolik sebanyak 786 jiwa, Islam sebanyak 98 Jiwa dan Budha sebanyak 20 Jiwa.

Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Pamah merupakan desa oertanian, maka mata pencarian warga sebagian besar adalah petani sebesar 88%, selebihnya 12% wiraswasta dan 3% adalah PNS. Dilihat dari penghasilan rata-rata masyarakat Desa Pamah tergolong kedalam katagori miskin dilihat dari luas areal desa sebesar 36,42%.

Sarana dan Prasarana

Sarana transportasi di Desa Pamah kurang di dukung oleh keadaaan jalan yang kurang baik terlebih pada musim hujan, ini kadang mempersulit akses transportasi.

Untuk jaringan listrik di Desa Pamah telah tersedia PLN sehingga hampir seluruh rumah tangga di desa ini menggunakan listrik untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Untuk air bersih penduduk desa mendapatkanya dari mata air yang ada di desa, maka Desa Pamah tidak pernah kekurangan air.

Karakteristik Petani Sampel

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani kecenderungan kemampuan bekerja semakin menurun. Hal ini berpengaruh pada produktivitasnya dalam mengelola usahataninya. Kegiatan usahatani banyak mengandalkan fisik. Keadaan umur petani rata-rata 41,2 tahun dengan interval


(56)

antara 20-80 tahun. Klasifikasi petani menurut kelompok umur terlihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Umur Petani Responden di Desa PamahTahun 2012.

No. Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah (Orang)

Persentase (%) 1.

2.

20-50 >50

73 17

81,1 18,9

Jumlah 90 100

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 1

Berdasarkan tabel 5 persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran umur 20-50 tahun dengan persentase sebesar 81,1%. Artinya petani sampel di daerah penelitian berada pada usia produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.

Pendidikan Petani Sampel

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Pada tabel 6 ditampilkan tingkat pendidikan petani di daerah penelitian:


(57)

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Pamah Tahun 2012.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 4.

Pendidikan Dasar (SD)

Pendidikan Menengah Pertama (SMP)

Pendidikan Menengah Atas (SMA, STM) Diploma 1 14 17 56 3 15,5 18,8 62,2 3,5

Total 90 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel 6 dilihat bahwa rata-rata petani memiliki tingkat pendidikan menengah sebesar 62,2% dan diploma 33% sedangkan sisanya pendidikan menengah dan pendidikan dasar.

Pengalaman Bertani

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman petani mengolah usahatani jagung dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Pamah Tahun 2012.

No. Pengalaman Bertani

(Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 4. 0-5 6-10 11-20 < 20 17 27 34 12 18,8 30 37.7 13,5

Jumlah 90 100


(58)

Dari tabel 7 dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai pengalaman bertani paling lama adalah berada pada kisaran 11-20 tahun, dengan persentase 37,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani sangat bervariasi.


(59)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian

Produktivitas jagung adalah produksi jagung (ton) yang dihasilkan pada setiap 1ha luas tanam jagung. Besarnya produksi jagung di daerah penelitian adalah 1.375,41 ton dengan luas tanam sebesar 160,81 ha, maka produktivitas jagung di daerah penelitian adalah 8,56 ton/ha. Untuk mengetahui produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi, maka dibandingkan dengan produktivitas jagung di Kecamatan Tanah Pinem, produktivitas jagung di Kabupaten Dairi, produktivitas jagung di Sumatera Utara dan produktivitas jagung menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Produktivitas Jagung Daerah Pembanding

No Tempat Produktivitas (Ton/Ha)

1 Kecamatan Tanah Pinem 6,73 *

2 Kabupaten Dairi 4,79 **

3 Sumatera Utara 5 ***

4 Pusat Penelitan dan Pengembangan Tanaman Pangan, Deptan, RI 2010

8,6 ****

Sumber : * Kecamatan Tanah Pinem Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi 2011 ** Kabupaten Dairi Dalam Angka, Badanusat Statistik Kabupaten Dairi 2011 *** Sumatera Utara Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011

****Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI 2010

Dari tabel 8 dilihat bahwa produktivitas jagung di Kecamatan Tanah Pinem 6,73ton/ha, produktivitas jagung di Kabupaten Dairi 4,79ton/ha dan produktivitas jagung di Sumatera Utara sebesar 5ton/ha, dibandingkan dengan produktivitas jagung di daerah penelitian sebesar 8,56ton/ha, dengan demikian produktivitas di daerah penelitian lebih tinggi dari pada produktivitas Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi dan Sumatera Utara.


(60)

Jika produktivitas jagung daerah penelitian dibandingkan dengan produktivitas jagung hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan yaitu sebesar 8,56ton/ha, maka produktivitas jagung di daerah penelitian relatif sama dengan produktivitas menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang menyatakan produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi adalah benar dan diterima.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Jagung

Produksi hasil komoditas pertanian sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk mengasilkan komoditas pertanian, untuk menghasilkan suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi dan komoditas, hubungan antara input dan output disebut dengan factor relationship

(FR). Tinggi rendahnya produktivitas jagung dipengaruhi oleh berbagai faktor produksi. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelian dapat dilihat pada tabel berikut :


(61)

Tabel 9. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian

No Variabel Koefisien

Regresi

Standard Error

T Hitung

Signifikansi Keterangan 1 Jumlah Bibit

0,046 0,071 0,651 0,517 Tidak Nyata

2 Herbisida -0,017 0,052 -0,320 0,750 Tidak Nyata

3 Pupuk Urea -0,172 0,080 -2,147 0,035 Nyata

4 Pupuk SP -0,011 0,012 -0,909 0,366 Tidak Nyata

5 Pupuk TSP -0,015 0,012 -1,302 0,197 Tidak Nyata

6 Pupuk PHONSKA

0,005 0,011 -0,449 0,655 Tidak Nyata

7 Pupuk KCL 0,015 0,011 1,381 0,171 Tidak Nyata

8 Pupuk NPK 0,027 0,012 2,216 0,030 Nyata

9 Tenaga Kerja 0,961 0,057 16,843 0,000 Nyata

10 Goni 0,043 0,028 1,545 0,126 Tidak Nyata

11 Tali 0,111 0,073 1,513 1,134 Tidak Nyata

Konstanta : 6,702 ; t Tabel : 1,664 �� : 0,902

R : 0,950

F Hitung :65,386 F Tabel : 1,915

Sumber : Data Hasil Output SPSS (lampiran 17)

Berdasarkan tabel di atas maka fungsi produksi jagung sebagai berikut :

LnY= Ln6,702 + 0,046Ln�1 - 0,017Ln�2 - 0,172Ln�3 - 0,11 Ln�4 - 0,015Ln�5 + 0,005Ln�6 + 0,015Ln�7 + 0,027Ln�8 + 0,961Ln�9 + 0,043Ln�10 + 0,111Ln�11

Y= 6,702�,�����,�����,�����,�����,����,�����,�����,�����,�������,�����,���

Dari model persamaan regresi di atas, diketahui ada 11 variabel produksi yang menentukan tinggi rendahnya produktivitas jagung di daerah penelitian, yaitu: jumlah bibit (X1), Herbisida (X2), pupuk Urea (X3), pupuk SP (X4), pupuk TSP


(1)

Goni

9,813

2,420

,276

4,055

,000

,338

2,957

Tali

51,933

68,365

,080

,760

,450

,140

7,157

a. Dependent Variable: Pendapatan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N

90

Normal Parameters

a,b

Mean

0E-7

Std. Deviation

4527309,92357841

Most Extreme Differences

Absolute

,090

Positive

,088

Negative

-,090

Kolmogorov-Smirnov Z

,858

Asymp. Sig. (2-tailed)

,454

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


(2)

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Collinearity Statistics

B

Std. Error

Beta

Tolerance

VIF

1

(Constant)

1777988,38

2

695480,427

2,556

,013

Pajak

16,089

18,116

,095

,888

,377

,842

1,188

Sewa

Lahan

-,221

,424

-,069

-,523

,603

,556

1,800

Penyusutan

22,834

13,617

,206

1,677

,098

,642

1,559

Bibit

,649

,630

,286

1,031

,306

,126

7,940

Herbisida

-1,239

1,238

-,209

-1,001

,320

,224

4,467

Urea

,320

,644

,095

,496

,621

,268

3,735

SP

-,357

,686

-,078

-,520

,605

,434

2,305

TSP

-,491

,772

-,082

-,635

,527

,578

1,732

Posca

-,642

,629

-,220

-1,021

,311

,210

4,762

KCL

,178

,371

,054

,481

,632

,759

1,318

NPK

,574

,612

,115

,938

,351

,647

1,545

Goni

-2,615

1,427

-,311

-1,833

,071

,338

2,957

Tali

88,271

40,306

,578

2,190

,032

,140

7,157

a. Dependent Variable: Abresid


(3)

Curve Fit

[DataSet0]

Coefficients

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

Case Sequence

54,928

11,088

,760

4,954

,000

(Constant)

1298,558

132,820

9,777

,000


(4)

Lampiran 20. Biaya Pemasaran Per-Petani (Satu Musim Tanam)

Nomer Sampel Pemasaran

Transport Pemipilan Penggonian Total

1 Rp 800.000 Rp 490.000 Rp 140.000 Rp 1.430.000 2 Rp 350.000 Rp 280.000 Rp 80.000 Rp 710.000 3 Rp 2.100.000 Rp 1.190.000 Rp 340.000 Rp 3.630.000 4 Rp 2.100.000 Rp 1.029.000 Rp 514.500 Rp 3.643.500 5 Rp 1.572.000 Rp 917.000 Rp 393.000 Rp 2.882.000 6 Rp 882.000 Rp 441.000 Rp 189.000 Rp 1.512.000 7 Rp 550.000 Rp 385.000 Rp 65.000 Rp 1.000.000 8 Rp 1.190.000 Rp 510.000 Rp 255.000 Rp 1.955.000 9 Rp 480.000 Rp 560.000 Rp 120.000 Rp 1.160.000 10 Rp 1.150.000 Rp 805.000 Rp 345.000 Rp 2.300.000 11 Rp 2.700.000 Rp 900.000 Rp 375.000 Rp 3.975.000 12 Rp 1.350.000 Rp 675.000 Rp 281.250 Rp 2.306.250 13 Rp 1.080.000 Rp 630.000 Rp 270.000 Rp 1.980.000 14 Rp 1.085.000 Rp 542.500 Rp 232.500 Rp 1.860.000 15 Rp 3.700.000 Rp 2.590.000 Rp 1.110.000 Rp 7.400.000 16 Rp 2.190.000 Rp 1.277.500 Rp 547.500 Rp 4.015.000 17 Rp 1.380.000 Rp 1.150.000 Rp 690.000 Rp 3.220.000 18 Rp 1.155.000 Rp 1.347.500 Rp 577.500 Rp 3.080.000 19 Rp 640.000 Rp 560.000 Rp 200.000 Rp 1.400.000 20 Rp 3.660.000 Rp 900.000 Rp 720.000 Rp 5.280.000 21 Rp 1.950.000 Rp 1.050.000 Rp 450.000 Rp 3.450.000 22 Rp 1.500.000 Rp 1.050.000 Rp 375.000 Rp 2.925.000 23 Rp 2.002.000 Rp 1.001.000 Rp 429.000 Rp 3.432.000 24 Rp 920.000 Rp 644.000 Rp 184.000 Rp 1.748.000 25 Rp 1.800.000 Rp 1.260.000 Rp 540.000 Rp 3.600.000 26 Rp 1.050.000 Rp 525.000 Rp 150.000 Rp 1.725.000 27 Rp 1.869.000 Rp 934.500 Rp 400.500 Rp 3.204.000 28 Rp 5.232.000 Rp 3.052.000 Rp 1.308.000 Rp 9.592.000 29 Rp 2.250.000 Rp 1.312.500 Rp 562.500 Rp 4.125.000 30 Rp 615.000 Rp 369.000 Rp 184.500 Rp 1.168.500 31 Rp 279.000 Rp 116.250 Rp 325.500 Rp 720.750 32 Rp 2.352.000 Rp 1.750.000 Rp 750.000 Rp 4.852.000 33 Rp 1.792.000 Rp 896.000 Rp 384.000 Rp 3.072.000 34 Rp 652.000 Rp 570.500 Rp 244.500 Rp 1.467.000 35 Rp 2.490.000 Rp 1.452.500 Rp 518.750 Rp 4.461.250 36 Rp 3.342.000 Rp 1.982.400 Rp 849.600 Rp 6.174.000 37 Rp 2.394.000 Rp 1.197.000 Rp 513.000 Rp 4.104.000 38 Rp 4.635.000 Rp 2.781.000 Rp 1.158.750 Rp 8.574.750 39 Rp 2.592.000 Rp 1.729.000 Rp 741.000 Rp 5.062.000 40 Rp 1.323.000 Rp 661.500 Rp 283.500 Rp 2.268.000 41 Rp 2.832.000 Rp 1.652.000 Rp 708.000 Rp 5.192.000 42 Rp 1.125.000 Rp 787.500 Rp 337.500 Rp 2.250.000 43 Rp 672.000 Rp 392.000 Rp 336.000 Rp 1.400.000 44 Rp 936.000 Rp 546.000 Rp 234.999 Rp 1.716.999 45 Rp 1.869.000 Rp 816.000 Rp 408.000 Rp 3.093.000 46 Rp 2.292.000 Rp 1.337.000 Rp 573.000 Rp 4.202.000 47 Rp 660.000 Rp 462.000 Rp 198.000 Rp 1.320.000 48 Rp 325.000 Rp 211.250 Rp 97.500 Rp 633.750 49 Rp 1.950.000 Rp 1.050.000 Rp 450.000 Rp 3.450.000 50 Rp 490.000 Rp 343.000 Rp 98.000 Rp 931.000 51 Rp 800.000 Rp 490.000 Rp 140.000 Rp 1.430.000 52 Rp 1.470.000 Rp 700.000 Rp 200.000 Rp 2.370.000 53 Rp 2.310.000 Rp 1.330.000 Rp 570.000 Rp 4.210.000 54 Rp 4.046.000 Rp 2.023.000 Rp 867.000 Rp 6.936.000 55 Rp 1.215.000 Rp 850.500 Rp 364.500 Rp 2.430.000 56 Rp 480.000 Rp 666.400 Rp 285.600 Rp 1.432.000 57 Rp 1.350.000 Rp 675.000 Rp 281.250 Rp 2.306.250 58 Rp 1.572.000 Rp 917.000 Rp 393.000 Rp 2.882.000 59 Rp 1.950.000 Rp 1.050.000 Rp 450.000 Rp 3.450.000 60 Rp 4.200.000 Rp 2.450.000 Rp 700.000 Rp 7.350.000 61 Rp 2.352.000 Rp 1.750.000 Rp 750.000 Rp 4.852.000 62 Rp 350.000 Rp 245.000 Rp 105.000 Rp 700.000 63 Rp 652.000 Rp 570.500 Rp 244.500 Rp 1.467.000 64 Rp 1.323.000 Rp 661.500 Rp 283.500 Rp 2.268.000 65 Rp 900.000 Rp 487.500 Rp 225.000 Rp 1.612.500


(5)

66 Rp 2.832.000 Rp 1.652.000 Rp 708.000 Rp 5.192.000 67 Rp 4.046.000 Rp 2.023.000 Rp 867.000 Rp 6.936.000 68 Rp 1.218.000 Rp 609.000 Rp 261.000 Rp 2.088.000 69 Rp 1.050.000 Rp 1.225.000 Rp 525.000 Rp 2.800.000 70 Rp 3.304.000 Rp 1.652.000 Rp 826.000 Rp 5.782.000 71 Rp 1.980.000 Rp 1.155.000 Rp 412.500 Rp 3.547.500 72 Rp 2.148.000 Rp 1.253.000 Rp 537.000 Rp 3.938.000 73 Rp 1.920.000 Rp 1.120.000 Rp 480.000 Rp 3.520.000 74 Rp 2.100.000 Rp 1.029.000 Rp 514.500 Rp 3.643.500 75 Rp 5.232.000 Rp 2.616.000 Rp 872.000 Rp 8.720.000 76 Rp 1.215.000 Rp 850.500 Rp 364.500 Rp 2.430.000 77 Rp 250.000 Rp 245.000 Rp 70.000 Rp 565.000 78 Rp 480.000 Rp 666.400 Rp 285.600 Rp 1.432.000 79 Rp 1.284.000 Rp 749.000 Rp 321.000 Rp 2.354.000 80 Rp 2.310.000 Rp 1.330.000 Rp 570.000 Rp 4.210.000 81 Rp 2.832.000 Rp 1.652.000 Rp 708.000 Rp 5.192.000 82 Rp 1.146.000 Rp 668.500 Rp 286.500 Rp 2.101.000 83 Rp 1.470.000 Rp 700.000 Rp 200.000 Rp 2.370.000 84 Rp 1.215.000 Rp 850.500 Rp 364.500 Rp 2.430.000 85 Rp 3.304.000 Rp 1.652.000 Rp 826.000 Rp 5.782.000 86 Rp 4.046.000 Rp 2.023.000 Rp 867.000 Rp 6.936.000 87 Rp 1.869.000 Rp 934.500 Rp 400.500 Rp 3.204.000 88 Rp 1.032.000 Rp 602.000 Rp 258.000 Rp 1.892.000 89 Rp 1.274.000 Rp 637.000 Rp 273.000 Rp 2.184.000 90 Rp 1.068.000 Rp 578.000 Rp 267.000 Rp 1.913.000

Total Rp 159.899.000 Rp 92.449.200 Rp 39.162.299 Rp 291.510.499

Rata-Rata Rp 1.776.656 Rp 1.027.213 Rp 435.137 Rp 3.239.006


(6)