Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi Kasus: Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo)
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG
(Studi Kasus: Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo)
SKRIPSI
OLEH :
FRISKA E D PANJAITAN 090304115
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG
(Studi Kasus: Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo)
SKRIPSI OLEH :
FRISKA E D PANJAITAN 090304115
AGRIBISNIS
SkripsiSsebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
( Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec.) ( Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si NIP : 196304021997031001 NIP : 195411111981031001
)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(3)
ABSTRAK
FRISKA E D PANJAITAN (090304115/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus: Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo). Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec. dan Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui produksi jagung di daerah penelitian, (2) Untuk menganalisis tingkat efisiensi produksi usahatani jagung di daerah penelitian, (3) Untuk menganalisis jumlah penerimaan dan pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian, (4) untuk menganalisis nilai return cost ratio (R/C) serta nilai break even point (BEP) volume dan harga usahatani jagung di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah dengan jumlah produksi tertinggi di Sumatera Utara. Metode penetuan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan jumlah sampel 82 petani yang dihitung menggunakan rumus Slovin. Pengujian hipotesis menggunakan metode (1) metode deskriptif yaitu dengan menjelaskan bagaimana produksi jagung di daerah penelitian, (2) metode analisis fungsi Coob-Douglas serta alat bantu SPSS dan program Data Envelopment Analysis (DEA) untuk memperoleh nilai efisiensi, (3) metode analisis penerimaan dan pendapatan, dan (4) metode analisis R/C dan BEP.
Dari hasil penelitian diperoleh (1) Nilai efisiensi harga untuk setiap input yaitu bibit 0,141; pupuk 0,033; herbisida 0,022 dan tenaga kerja 0,014 dikatakan tidak efisiensi (< 1) dalam penggunaan input, perlu pengurangan jumlah untuk setiap input yang digunakan. Secara teknis, penggunaan input produksi tidak efisien dengan nilai efisiensi 0,94125 < 1 (2) Jumlah penerimaan usahatani jagung di daerah penelitian adalah Rp 2.709.525.000,00 dengan jumlah biaya produksi 1.513.197.460,00 sehingga diperoleh total pendapatan bersih usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 1.196.327.540,00 dan pendapatan petani per ha sebesar Rp 9.650.915,94 (3) Nilai R/C yang diperoleh 1,79 > 1 serta nilai BEP volume 540.722 kg dan BEP harga Rp 1.572,97 maka usahatani jagung didaerah penelitian layak diusahakan dan menguntungkan.
Kata kunci: efisiensi produksi, return cost ratio, break even point, analisis pendapatan
(4)
RIWAYAT HIDUP
FRISKA EVAYANTI DESIMA PANJAITAN lahir di Medan pada tanggal 16 September 1991, anak pertama dari tiga bersaudara, seorang putri dari Ayahanda Arnold Panjaitan dan Ibunda Enita Marbun.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar di SD Santa Lucia Siborongborong dan
tamat pada tahun 2003.
2. Tahun 2003 masuk sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Siborongborong dan tamat pada tahun 2006.
3. Tahun 2006 masuk sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 (Plus) Matauli Pandan dan tamat pada tahun 2009.
4. Tahun 2009 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.
Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut:
1. Menjadi anggota Departemen Keuangan pada Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (IMASEP FP USU) periode 2012-2013.
2. Sekretaris Refleksi Hari Pahlawan FP USU tahun 2011 3. Menjadi anggota seksi dana HUT IMASEP FP USU Ke-31 4. Menjadi kordinator dana PORSENI FP USU tahun 2012 5. Wakil Ketua Tranning Leadership IMASEP FP USU
6. Bulan Juli-Agustus 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Kotarih Baru, Kecamatan Kotarih, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.
7.
Bulan Oktober 2013 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi Kasus: Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo)”. Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna menyelesaikan strata satu dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Hasman Hasyim, M. Si selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M. S selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU, seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Agribisnis yang selama kuliah telah mengajari dan membekali ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh pegawai FP USU khususnya Program Studi Agribisnis.
3. Orangtua tercinta Arnold Panjaitan dan Enita Marbun, adik-adik penulis Andrew Heryanto Panjaitan dan Harry Mauridz Panjaitan serta keluarga besar
(6)
penulis yang telah memberi doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang kepada penulis.
4. Sahabat penulis Elvira Sihotang, Juliave D.O. Purba, S. Ked, yumiciraka (Ayunda Pratiwi S.P , Siti Sara S.P , Khalida Utami S.P, Cindi Melani S.P.), teman-teman seperjuangan Maysalina S.P, Dedy Pinem, S.P, Firman S.P, M. Rian Batubara, S.P, Tasnim Ahsanu Amala, S.P, Ahmad Fauzi S.P, Guruh Julio Tampubolon, S.P, Michaela G. Sinambela, S.P, Murni Tampubolon S.P, Yoangga Praditya S.P serta seluruh rekan-rekan Agribisnis 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini dan memberikan doa serta dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini dikemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Januari 2014
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2 Landasan Teori ... 8
2.2.1 Efisiensi Produksi ... 8
2.2.2 Teori Produksi ... 11
2.2.3 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani ... 15
2.2.4 Return Cost Ratio (R/C) dan Break Even Point (BEP) ... 16
2.3 Kerangka Pemikiran ... 16
2.4 Hipotesis Penelitian ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 20
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21
3.4 Metode Analisis Data ... 21
3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 26
(8)
3.5.2 Batasan Operasional ... 27
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN ... 28
4.1 Deskripsi Desa Kuala ... 28
4.1.1 Luas Daerah dan Letak Geografis ... 28
4.1.2 Kondisi Biofisik Lahan ... 29
4.1.3 Keadaan Tanah ... 29
4.1.4 Komposisi Penduduk ... 30
4.1.5 Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Budaya ... 30
4.1.6 Sarana, Prasarana, dan fasilitas Umum ... 31
4.2 Karakteristik Responden ... 32
4.2.1 Umur ... 32
4.2.2 Pendidikan ... 33
4.2.3 Jumlah Tanggungan ... 34
4.2.4 Lama Berusahatani ... 34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35
5.1 Perkembangan Produksi Jagung di Desa Kuala ... 35
5.2 Efisiensi Harga ... 36
5.3 Efisiensi Teknis ... 39
5.4 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung ... 43
5.5 Analisis Nilai R/C dan Break Even Point (BEP) ... 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 46
6.1 Kesimpulan ... 46
6.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara 2
2.
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2011 3 3. Produksi Tanaman JagungMenurut Desa/Kelurahan Tahun 2011 4
4. Penggunaan Lahan Desa Kuala 29
5. Distribusi jumlah Penduduk Desa Kuala 30 6. Sarana dan Prasarana di Desa Kuala Tahun 2012 31 7. Prasarana Transportasi di Desa Kuala Tahun 2012 32
8. Umur Petani Sampel 33
9. Tingkat Pendidikan Petani Sampel 33
10. Lama Berusahatani Jagung Petani Sampel 34 11. Analisis Regresi Faktor-Faktor Produksi 36 12. Efisiensi Harga Faktor-Faktor Produksi 38 13. Efisiensi Teknis Faktor-Faktor Produksi 40 14. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung per Musim Tanam 43 15. Analisis R/C dan BEP Usahatani Jagung 44
(10)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1.
Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata, dan Produksi
Marginal 13
2
Skema Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Produksi dan
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul
1. Karakteristik Petani Sampel
2. Jumlah dan Biaya Input Produksi Usahatani Jagung 3. Penggunaan Tenaga Kerja
4. Total Biaya Usahatani Jagung
5. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Jagung
6. Logaritma Natural Produksi, Bibit, Pupuk, Herbisida dan Tenaga Kerja 7. Hasil Analisis Regresi Menggunakan SPSS 16.0
8. Perhitungan Efisiensi Harga 9. Efisiensi Teknis Usahatani Jagung
(12)
ABSTRAK
FRISKA E D PANJAITAN (090304115/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus: Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo). Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec. dan Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui produksi jagung di daerah penelitian, (2) Untuk menganalisis tingkat efisiensi produksi usahatani jagung di daerah penelitian, (3) Untuk menganalisis jumlah penerimaan dan pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian, (4) untuk menganalisis nilai return cost ratio (R/C) serta nilai break even point (BEP) volume dan harga usahatani jagung di daerah penelitian.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah dengan jumlah produksi tertinggi di Sumatera Utara. Metode penetuan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan jumlah sampel 82 petani yang dihitung menggunakan rumus Slovin. Pengujian hipotesis menggunakan metode (1) metode deskriptif yaitu dengan menjelaskan bagaimana produksi jagung di daerah penelitian, (2) metode analisis fungsi Coob-Douglas serta alat bantu SPSS dan program Data Envelopment Analysis (DEA) untuk memperoleh nilai efisiensi, (3) metode analisis penerimaan dan pendapatan, dan (4) metode analisis R/C dan BEP.
Dari hasil penelitian diperoleh (1) Nilai efisiensi harga untuk setiap input yaitu bibit 0,141; pupuk 0,033; herbisida 0,022 dan tenaga kerja 0,014 dikatakan tidak efisiensi (< 1) dalam penggunaan input, perlu pengurangan jumlah untuk setiap input yang digunakan. Secara teknis, penggunaan input produksi tidak efisien dengan nilai efisiensi 0,94125 < 1 (2) Jumlah penerimaan usahatani jagung di daerah penelitian adalah Rp 2.709.525.000,00 dengan jumlah biaya produksi 1.513.197.460,00 sehingga diperoleh total pendapatan bersih usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 1.196.327.540,00 dan pendapatan petani per ha sebesar Rp 9.650.915,94 (3) Nilai R/C yang diperoleh 1,79 > 1 serta nilai BEP volume 540.722 kg dan BEP harga Rp 1.572,97 maka usahatani jagung didaerah penelitian layak diusahakan dan menguntungkan.
Kata kunci: efisiensi produksi, return cost ratio, break even point, analisis pendapatan
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia adalah negara tropis dan memiliki kondisi geografis yang mendukung, sehingga memberikan kesempatan pada para petani untuk bisa menanam segala macam tumbuhan. Selain itu iklim di Indonesia juga mendukung untuk bisa bercocok tanam sepanjang tahun.
Keadaan ini menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang diandalkan di Indonesia. Sektor pertanian juga mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi sehingga dikatakan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, dkk, 2004).
Sektor pertanian terdiri dari sub sektor pertanian itu sendiri, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Sub sektor pertanian mencakup tanaman pangan, hortikultura dan tanaman hias. Sub sektor pertanian khususnya tanaman pangan merupakan prioritas pembangunan nasional karena merupakan kebutuhan pokok rakyat.
Bagi rakyat Indonesia, bahan pangan pokok ialah beras, yang kedua adalah jagung. Jagung merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang penting dan mengambil peran dalam pembangunan sektor pertanian. Komoditi jagung bukan hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan
(14)
peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun nonpangan (Rukmana, 1997).
Tabel 1. Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (ton)
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
1. Nias 794 579 1048 195 127 548,6
2. Mandailing Natal 2497 2579 7572 2502 5283 4086,6 3. Tapanuli Selatan 10227 11088 7930 9244 12463 10190,4 4. Tapanuli Tengah 5585 7379 7704 9286 6358 7262,4 5. Tapanuli Utara 12435 16119 20971 31528 15470 19304,6 6. Toba Samosir 12424 27914 30646 33737 24201 25784,4 7. Labuhanbatu 4988 5352 8641 2182 3403 4913,2 8. Asahan 22597 28971 32292 36420 18962 27848,4 9. Simalungun 250694 298861 311724 319282 371070 310326 10. Dairi 89734 139236 130001 161053 149500 133905 11. Karo 215026 300291 305136 454178 369848 328896 12. Deli Serdang 73498 96914 115190 101593 85405 94520 13. Langkat 66221 93964 105734 117004 121803 100945
14. Nias Selatan 471 430 744 1895 1568 1021,6
15. Humbang Hasundutan 1485 3161 2705 2727 2827 2581 16. Pakpak Barat 6652 6625 5327 15348 12128 9216
17. Samosir 1131 3587 5701 4714 9224 4871,4
18. Serdang Bedagai 21033 39134 32508 47834 43426 36787
19. Batu Bara X 8571 12153 2973 8139 7959
20. Padang Lawas Utara X x 4765 2587 1524 2958,67
21. Padang Lawas X x 5634 6750 2405 4929,67
22. Labuhanbatu Selatan X x x 598 3915 2256,5
23. Labuhanbatu Utara X x x 3632 4066 3849
24. Nias Utara X x x 196 406 301
25. Nias Barat X x x 66 120 93
71. Sibolga
72. Tanjungbalai 125 203 51 120 60 111,8
73. Pematangsiantar 2386 2192 4321 3902 14966 5553,4
74. Tebing Tinggi 80 114 164 235 112 141
75. Medan 1413 1484 1873 1333 997 1420
76. Binjai 2818 3744 5189 3466 3226 3688,6
77. Padangsidempuan 538 477 826 972 1449 852,4
78. Gunungsitoli X x x 166 194 180
Sumatera Utara 804850 1098969 1166548 1377718 1294645 Sumber: Badan Pusat Statistika SUMUT 2012
(15)
Sumatera Utara adalah salah satu daerah potensial pengembangan jagung. Berdasarkan Tabel 1, apabila dilihat dari jumlah rata-rata produksi, maka Kabupaten Karo merupakan daerah dengan jumlah rata-rata produksi jagung tertinggi yaitu sebesar 328.896 ton dan Kabupaten Nias Barat adalah daerah dengan rata-rata produksi jagung terendah sebesar 93 ton. Berikut data tentang luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten Karo Tahun 2011:
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2011
Kecamatan/ Sub district
Luas Panen (Ha) Harvested Area
Produksi Production (Ton)
Produktivitas (Kw/Ha)
010 Mardingding 8.229 46.989 56,62
020 Laubaleng 14.187 80.327 56,62
030 Tigabinanga 17.060 96.594 56,03
040 Juhar 3.179 17.999 56,62
050 Munte 7.939 44.951 56,62
060 Kutabuluh 6.600 37.363 56,61
070 Payung 1.546 8.752 56,61
071 Tiganderket 1.150 6.510 56,61
080 Simpang Empat 3.084 17.455 56,60
081 Naman Teran 526 2.978 56,62
082 Merdeka 0 0 0
090 Kabanjahe 746 4.223 56,55
100 Berastagi 29 164 56,62
110 Tigapanah 473 2.678 56,62
111 Dolat Rayat 204 1.155 56,62
120 Merek 235 1.330 56,56
130 Barusjahe 61 345 56,61
Total 65.318 369.813 56,64
Sumber: Badan Pusat Statistik SUMUT 2012
Dari Tabel 1, diketahui bahwa Kecamatan Tigabinanga memiliki produksi tertinggi dengan produksi sebesar 96.594 ton dengan luas tanam 17.060 ha dan cukup berpotensi sebagai daerah pengembangan jagung. Seluruh desa/kelurahan di Tigabinanga memproduksi Jagung, karena komoditi utama daerah tersebut adalah jagung. Daerah yang memiliki jumlah produksi terendah adalah
(16)
Kecamatan Berastagi dengan produksi 164 ton. Berikut data produksi komoditi jagung di Tigabinanga:
Tabel 3. Produksi Tanaman Jagung Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2011 No. Desa/Kelurahan Produksi (ton)
1. Lau Kapur 5.650
2. Kem Kem 2.421
3. Gunung 3.229
4. Simpang Pergendangan 2.421
5. Pergendangen 9.012
6. Tigabinanga 6.053
7. Kuta Galoh 969
8. Kuta Raja 2.583
9. Bunga Baru 5.682
10. Pertumbuken 5.166
11. Kuala 12.914
12. Kuta Buara 1.748
13. Simolap 1.614
14. Kuta Bangun 8.641
15. Sukajulu 2.421
16. Kuta Mbaru Punti 1.291
17. Kuta Gerat 2.421
18. Limang 11.623
19. Perbesi 5.892
20. Batumamak 4.843
Jumlah 96.594
Sumber: Badan Pusat Statistik SUMUT 2011
Desa yang paling tinggi produksi jagungnya ialah desa Kuala dengan jumlah produksi sebesar 12.914 ton dan desa Kuta Galoh adalah desa yang produksi jagungnya terndah yaitu sebesar 969 ton. Desa Kuala cukup berpotensi pada komoditas jagung, sehingga pengembangan usahatani tanaman jagung perlu terus ditingkatkan. Untuk memperoleh produksi maksimal, petani harus mengadakan pemilihan penggunaan faktor produksi secara tepat, mengkombinasikan secara optimal dan efisien. Namun kenyataannya, masih banyak petani yang belum memahami bagaimana faktor produksi tersebut digunakan secara efisien agar
(17)
produksi semakin tinggi dan pendapatan petani juga meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis efisiensi produksi dan pendapatan di desa ini.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa pemasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana produksi jagung di desa Kuala?
2. Bagaimana efisiensi produksi usahatani jagung di desa Kuala?
3. Bagaimana penerimaan dan pendapatan usahatani jagung di desa Kuala? 4. Berapa R/C serta BEP volume dan BEP harga pada usahatani jagung di
desa Kuala?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui produksi jagung di desa Kuala.
2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi produksi usahatani jagung di desa Kuala.
3. Untuk menganalisis jumlah penerimaan dan pendapatan usahatani jagung di desa Kuala.
4. Untuk menganalisis nilai R/C serta nilai BEP volume dan BEP harga pada usahatani jagung di desa Kuala.
(18)
1.4Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya.
2. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam membuat suatu kebijakan. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia pada mulanya terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura. Selanjutnya tanaman jagung lambat laun meluas ditanam di Indonesia. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 1997).
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim (annual). Susunan morfologi tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan buah. Produksi utama usahatani jagung adalah biji. Biji jagung merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan ataupun nonpangan. Biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. (Rukmana, 1997).
Penentuan saat panen jagung yang paling tepat amat tergantung pada tujuan penggunaan produksi. Untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus atau jagung bakar, saat panen yang tepat adalah pada stadium tongkol stengah tua, yakni tongkol berukuran maksimum, berbiji penuh, padat, dan bila biji ditekan tampak bekas melekuk. Pada skala usaha komersial, panen tongkol jagung umumnya dilakukan setelah mencapai stadium tua (matang fisiologis), karena biji-bijinya akan dikeringkan (Rukmana, 1997).
(20)
Waktu panen yang terlalu awal atau tongkol belum mencapai matang fisiologis dapat menyebabkan penurunan kualitas produksi, yaitu persentasi butir muda cukup tinggi dan daya simpannya rendah. Sebaliknya panen jagung yang terlambat menyebabkan kerusakan biji akibat deraan lingkungan dan terserang hama. Panen pada musim hujan sering menyebabkan biji jagung berjamur (Rukmana, 1997).
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Efisiensi Produksi
Produksi komoditas pertanian merupakan hasil proses dari lahan pertanian dalam arti luas berupa komoditas pertanian (pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan) dengan berbagai pengaruh faktor-faktor produksi. Produksi hasil komoditas pertanian (on-farm) sering disebut korbanan produksi karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan komoditas pertanian (Rahim dan Diah, 2008).
Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja adalah faktor produksi terpenting diantara faktor produksi yang lain. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau juga disebut factor relationship (Soekartawi, 1999).
Petani yang maju dalam melakukan usahatani akan selalu berpikir bagaimana mengalokasikan input atau faktor produksi seefisien mungkin untuk memperoleh
(21)
produksi yang maksimum. Jika dihadapkan dengan keterbatasan biaya dalam melaksanakan usahataninya, petani perlu mencoba meningkatkan keuntungan dengan faktor biaya usahatani yang terbatas atau dengan kata lain bagaimana meningkatkan produksi usahataninya dengan biaya input yang sekecil-kecilnya (Rahim dan Diah, 2008).
Efisiensi merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses produksi dengan menghasilkan output yang maksimal dengan menekan pengeluaran produksi serendah-rendahnya terutama bahan baku atau dapat menghasilkan output produksi yang maksimal dengan sumberdaya yang terbatas. Dalam konsep efisiensi produksi ini, dikenal adanya efisiensi teknik, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis (Doll and Orazem, 1984).
Efisiensi teknik mencakup hubungan antara input dan output. Menurut Miller dan Meiners dalam Togatorop (2010), efisiensi teknik mensyaratkan adanya proses produksi yang dapat memanfaatkan input yang sedikit demi menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Efisiensi teknik dalam usahatani jagung dipengaruhi oleh kuantitas penggunaan faktor-faktor produksi. Kombinasi dari luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknik. Proporsi penggunaan masing-masing faktor produksi tersebut berbeda-beda pada setiap petani.
Efisiensi harga atau alokatif menunjukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi harga tercapai jika petani mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produksi marjinal setiap faktor produksi dengan harganya. Petani mendapatkan keuntungan yang besar dari usahataninya, misalnya karena pengaruh
(22)
harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan input usahataninya secara efisiensi harga (McEachern dalam Togatorop, 2010).
Efisiensi ekonomis terjadi apabila efisiensi teknis dan efisiensi harga tercapai. Efisiensi ekonomis dalam usahatani jagung dipengaruhi oleh harga jual produk dan total biaya produksi / total cost (TC) yang digunakan. Harga jual produk akan mempengaruhi total penerimaan / total revenue (TR). Usahatani jagung dikatakan efisiensi secara ekonomis jika usahatani tersebut semakin menguntungkan (Soekartawi dalam Togatorop, 2010).
Menurut Soekartawi (1994), efisiensi teknik dan efisiensi harga dapat dilakukan secara bersamaan dengan cara jika petani mampu meningkatkan produksinya dengan tinggi dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan tetapi mampu menjual hasil produksinya dengan harga tinggi. Situasi demikian sering disebut dengan efisiensi ekonomis. Dengan kata lain, petani mampu menjalankan efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomis secara bersamaan.
Dalam menganalisis efisiensi, maka variabel baru yang harus dipertimbangkan dalam model analisanya adalah variabel harga. Oleh karena itu ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum analisa efisiensi dilakukan, yaitu:
a. Tingkat transformasi antara input dan output dalam fungsi produksi, dan
b. Perbandingan antara harga input dengan harga output sebagai upaya untuk mencapai indikator efisiensi.
(23)
Dalam pengertian yang seperti ini, maka produktivitas usaha pertanian semakin tinggi bila produsen mengalokasikan faktor produksi secara efisiensi teknis dan efisiensi harga yang efisien (Soekartawi, 1994).
Dalam usahatani, petani akan mengeluarkan biaya produksi yang besarnya biaya produksi tersebut tergantung kepada komponen biaya yang dikeluarkan petani seperti harga input produksi, upah tenaga kerja dan besarnya produksi usahatani. Oleh karenanya, dalam menghitung tingkat efisiensi suatu usaha sangat diperlukan data mengenai biaya-biaya produksi suatu usaha dan tingkat produktivitas usahanya (Soekartawi, 1995).
2.2.2 Teori Produksi
Menurut Soekartawi (1994), hubungan antara input dan output secara matematik dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi Coob-Douglas. Fungsi produksi Coob-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas/independent variable dan variabel terikat/dependent variable).
�= ��1��2��3��4��5���
Untuk menaksir parameter-parameternya harus ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural sehingga merupakan bentuk linear berganda (multiple linear) :
�= ln�+ b ln�1+�ln�2 +�ln�3+�ln�4 +�ln�5+�
Teori produksi menggambarkan kaitan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah input yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat
(24)
produksi. Dalam teori produksi ada beberapa konsep yang perlu diketahui antara lain, produk total (total product/TP), produk rata-rata (average product/AP), dan produk marjinal (marginal product/MP). Produk total adalah jumlah produk yang dihasilkan dengan menggunakan input. Produk rata-rata adalah rata-rata produk yang dihasilkan setiap input. Produk marjinal adalah tambahan jumlah produk yang diakibatkan oleh tambahan input yang digunakan (Bangun, 2007).
Model yang sering digunakan dalam fungsi produksi, terutama fungsi produksi klasik adalah the law of deminishing return. Model ini menjelaskan hubungan TP, AP, MP yang mengikuti hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Bila input dari salah satu sumber daya dinaikkan dengan tambahan yang sama per unit waktu, sedangkan input dari sumber daya yang lain dipertahankan agar tetap konstan, produk akan meningkat diatas suatu titik tertentu, tetapi peningkatan output tersebut cenderung mengecil (Rahim dan Diah, 2008).
Dengan demikian pada hakekatnya the law of deminishing return menyatakan bahwa perkaitan diantara tingkat produksi dan jumlah suatu input produksi yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap yaitu:
a. Tahap pertama, produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat.
b. Tahap kedua, produksi total yang pertambahannya semakin kecil, dan
(25)
Hukum the law of deminishing return dapat dilihat pada kurva berikut:
Tahap I Tahap II Tahap III
Gambar 1. Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata, dan Produksi Marginal
Gambar 1 menunjukkan hubungan diantara jumlah produksi dan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut (Salvatore, 2001).
Pada tahap I, ketika penambahan pemakaian input, TP naik dengan mengikuti increasing return sampai titik balik yaitu titik a. MP naik dan mencapai nilai maksimum di titik a, AP juga naik. Penambahan input menyebabkan penambahan produk yang lebih banyak sehingga MP > AP dan besarnya elastisitas produksi > 1. Titik a merupakan titik balik kurva MP dari increasing ke decreasing. Apabila
a
b
c b
a Y
Y
X
X TP
MP
AP c
(26)
input ditambahkan, TP akan naik melewati titik a tetapi tidak akan menambah produksi secepat sebelumnya. Keadaan ini digambarkan oleh kurva MP yang terus menurun dan kurva TP yang mulai cembung ke atas. Kurva AP terus naik sampai mencapai titik maksimalnya di b dan kurva MP memotong kurva AP d titik b, pada saat ini MP = AP dan besar elastisitas produksi = 1 (Rahim dan Diah, 2008).
Perpotongan diantara kurva MP dan AP menggambarkan permulaan dari tahap kedua, produksi rata-rata mencapai tingkat yang paling tinggi. Pada tahap ini, penggunaan input produksi dikatakan efisien dikarenakan jumlah input produksi yang digunakan sesuai dengan hasil produksi yang optimal. Sesudah perpotongan tersebut, kurva AP menurun ke bawah yang menggambarkan bahwa AP semakin sedikit/kecil dan MP < AP. Kurva TP akan meningkat sampai mencapai titik maksimalnya di titik c (Sukirno, 2000).
Pada tahap ketiga, kurva MP memotong sumbu X dan sesudahnya kurva tersebut di bawah sumbu X. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka negatif. Kurva TP mulai menurun, menggambarkan bahwa produksi semakin berkurang apabila lebih banyak input yang digunakan. Kurva AP juga menurun dan bila diteruskan nilai AP akan semakin kecil. Keadaan pada tahap ini menggambarkan bahwa input produksi yang digunakan jauh melebihi daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut secara efisien (Sukirno, 2010).
2.2.3 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk. Dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu
(27)
dipisahkan antara analisis parsial usahatani dan analisis simultan usahatani. Jika sebidang lahan ditanami berbagai macam tanaman, maka disebut analisis keseluruhan usahatani. Sebaliknya, jika hanya satu tanaman yaitu jagung yang diteliti, maka analisisnya disebut analisis parsial usahatani. Penerimaan total atau pendapatan kotor ialah nilai produksi secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi.
Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau total biaya. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. (Rahim dan Diah, 2008).
2.2.4 Return Cost Ratio (R/C) dan Break Even Point (BEP)
Untuk melihat apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak, dapat
digunakan kriteria R/C (Return Of Cost Ratio). R/C dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan total biaya. BEP (Break Event Point) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. BEP digunakan untuk melihat pada tingkat harga berapa dan volume produksi berapa usahatani tersebut balik modal. Untuk menghitung BEP volume produksi adalah total biaya dibagi dengan harga jual. Untuk menghitung BEP harga produksi adalah total biaya dibagi dengan jumlah produksi.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam proses produksi usahatani jagung, diperlukan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida untuk menghasilkan jagung. Input
(28)
produksi yang digunakan berpengaruh pada proses produksi, tingkat biaya produksi dan keberhasilan usahatani. Oleh karena itu, usahatani perlu dilakukan secara efektif dan efisien yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang maksimum pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat memanfaatkan sumberdaya yang mereka miliki agar menghasilkan keluaran yang maksimal sehingga dapat dikatakan efisien.
Efisiensi harus dilaksanakan sebaik mungkin agar biaya faktor-faktor produksi selama proses produksi dapat ditekan seminimal mungkin sehingga output yang dihasilkan tidak memerlukan biaya yang tinggi. Dengan adanya analisis efisiensi ini, dapat memberikan solusi dalam pemanfaatan faktor-faktor produksi untuk bisa menghasilkan produksi yang tinggi pula.
Hasil produksi usahatani tersebut yaitu jagung, kemudian dijual pada tingkat harga yang berlaku pada waktu panen. Hasil penjualan jagung tersebut merupakan penerimaan petani dari usahataninya. Untuk mengetahui pendapatan bersih, maka penerimaan bersih dikurangi dengan biaya produksinya. Perbandingan antara penerimaan dengan biaya dapat menunjukkan efisiensi usahatani tersebut sudah baik atau tidak. BEP harga dan BEP volume juga dapat diketahui, pada saat harga dan volume berapa usahatani tersebut tidak untung dan tidak rugi atau biasa disebut balik modal sehingga petani tidak rugi dalam menjalankan usahataninya.
Dengan menekan biaya produksi dan mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, petani telah melakukan prinsip efisiensi. Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
(29)
Produksi Yang mempengaruhi produksi:
1. Jumlah Tenaga kerja (orang)
2. Jumlah Bibit (kg) 3. Jumlah Pupuk 4. Jumlah pestisida
Harga
Efisiensi Produksi
Penerimaan
Pendapatan R/C
BEP harga dan volume
Biaya Produksi
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung
Keterangan:
Pengaruh Hubungan
(30)
2.4Hipotesis Penelitian
1. Usahatani jagung di daerah penelitian adalah efisien secara teknis dan harga.
2. Jumlah penerimaan usahatani jagung di daerah penelitian lebih besar dari jumlah biaya produksinya.
(31)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, artinya penentuan daerah secara sengaja. Daerah penelitian ini terletak di Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo. Hal ini didasarkan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Karo memiliki produksi jagung yang tinggi di Sumatera Utara. Dari data yang diperoleh, daerah di Kabupaten Karo yang produksi jagungnya tertinggi adalah di Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Berdasarakan data yang diperoleh dari Kepala Desa, populasi petani di daerah penelitian adalah 533 KK. Setiap petani memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel di daerah penelitian. Jumlah sampel dapat dihitung dengan rumus Slovin, yaitu:
� = � 1 + (��2)
Keterangan:
n = Ukuran sampel N = Ukuran Populasi
�2 = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
(32)
Maka dari rumus diatas dapat diperoleh jumlah sampel yang akan diteliti adalah 82 sampel dengan e = 10% dan ditentukan menggunakan metode pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Di dalam melakukan penelitian, data yang dibutuhkan dan dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian, sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari berbagai instansi yang terkait, seperti Badan Pusat Statistika Sumatera Utara, Dinas Pertanian kabupaten Karo, kantor kecamatan Tigabinanga dan kepala desa Kuala.
3.4 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasi dan kemudian dianalisis. Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengumpulkan informasi dan data dari responden.
Identifikasi masalah 2, pada penelitian ini, untuk menghitung nilai efisiensi teknis menggunakan program Data Envelopment Analysis (DEA). Menurut DEA, sebuah unit kegiatan ekonomi dikatakan efisien secara teknis apabila rasio perbandingan output produksi dan input yang digunakan sama dengan satu, artinya unit kegiatan ekonomi tersebut sudah tidak melakukan pemborosan input-input produksi atau mampu memanfaatkan potensi kemampuan produksi yang
(33)
dimiliki secara optimal untuk menghasilkan output produksi yang tinggi. Penelitian ini menggunakan unit kegiatan ekonomi berupa petani jagung, dimana setiap petani sampel menggunakan faktor produksi yang berbeda-beda dan output yang berbeda juga.
Sebuah kegiatan ekonomi seperti usahatani jagung dikatakan tidak efisien apabila nilai efisiensi teknisnya berada diantara 0 dan 1, yang artinya usahatani tersebut melakukan pemborosan penggunaan input atau tidak mampu berproduksi pada output yang optimal. Nilai efisiensi teknis pada penelitian ini berdasarkan input oriented (minimisasi input). Pengukuran efisiensi teknis menggunakan DEA VRS (variable Returns to Scale) dengan pertimbangan bahwa usahatani jagung tidak beroperasi pada skala yang optimal karena adanya keterbatasan biaya produksi dan produktivitas dari faktor produksi yang digunakan.
Efisiensi harga atau alokatif menunjukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi harga tercapai jika petani mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produksi marjinal setiap faktor produksi dengan harganya.
�� =���� �� =
�� .��� �� = 1 Dimana:
EH = tingkat efisiensi harga NPM = nilai produk marginal PMx
P
= produk marginal input y
P
= harga jagung x = harga input
(34)
Jika EH > 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai efisien perlu menambah input X.
Jika EH < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka penggunaan input X perlu dikurangi.
Produksi Marginal (PM) diperoleh dari hasil penurunan fungsi produksi total yang dianalisis dengan menggunakan regresi. Dalam meregresikan, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan variabel terikat dan variabel bebas yaitu luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk, dan pestisida, dimana nilai-nilai parameter tersebut akan diduga, adapun fungsi umumnya menjadi:
� =�(�1,�2,�3,�4,�,�) Dimana:
Y = produksi jagung (kg/ha) X1
X
= tenaga kerja (orang/ha) 2
X
= bibit 3
X
= pupuk (kg/ha) 4
� = koefisien regresi = pestisida
� = random eror
Identifikasi masalah 3, penerimaan usahatani diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi usahatani dan harga jual produk saat itu yang dinilai dengan rupiah. Pernyataan tersebut dinyatakan dalam rumus:
(35)
Dimana:
R = penerimaan (revenue) Y = produksi
Py
Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
= harga produk
Pd = TR – TC
Dimana:
Pd = pendapatan usaha tani
TR = total revenue (total penerimaan) TC = total cost (total biaya)
Identifikasi masalah 4, dianalisis dengan analisis R/C yang merupakan singkatan Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan (ratio atau nisbah) antara penerimaan dengan biaya. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
a = R/C R = Py
C = FC + VC . Y
a = Py Dimana:
.Y/(FC+VC)
a = efisiensi finansial, yaitu R/C R = penerimaan
(36)
Py
Y = produksi jagung = harga jagung
FC = biaya tetap (fixed cost) VC = biaya variabel (variabel cost) Kriteria keputusannya:
R/C > 1, usahatani untung (efisien) R/C < 1, usahatani rugi (tidak efisien)
R/C = 1, usahatani impas (tidak untung/tidak rugi)
BEP (break even point) yaitu kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi dan disebut titik impas. BEP dibagi kedalam dua bagian yaitu:
a. BEP Harga Produksi
Diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan jumlah produksi.
��� =total biaya produksi (Rp) total produksi (kg)
b. BEP Volume Produksi
Diperoleh dengan cara membagikan total biaya produksi dengan harga jual produk.
BEP = total biaya produksi (Rp)
(37)
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1 Definisi
1. Luas tanam adalah areal atau lahan pertanian yang ditanami jagung yang dinyatakan dalam hektar (ha).
2. Jumlah tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai atau digunakan dalam usahatani jagung, baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga.
3. Bibit adalah bakal tanaman jagung yang akan ditanam di lahan dalam usahatani jagung.
4. Pupuk adalah nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tanaman jagung untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
5. Pestisida adalah racun yang mengandung zat-zat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman jagung.
6. Produksi merupakan hasil usahatani berupa jagung segar yang kemudian dipipil menjadi jagung pipil (bebas tongkol).
7. Efisiensi produksi adalah upaya dalam proses produksi untuk menghasilkan jagung yang maksimal dengan menekan pengeluaran produksi.
8. Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pembeli / pedagang kepada petani untuk memperoleh jagung (Rp/kg).
(38)
9. Penerimaan ialah hasil yang diterima petani dari penjualan jagung yang merupakan perkalian jumlah produksi dan harga jagung.
10.Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi seperti bibit, pupuk, pestisida dan upah tenaga kerja.
11.Pendapatan adalah selisih total penerimaan dengan total biaya produksi. 12.R/C ialah perbandingan antara penerimaan dan biaya.
13.BEP (break even point) ialah kondisi dimana suatu usaha dinyatakan tidak untung dan tidak rugi dan disebut dengan titik impas.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Sampel penelitian adalah petani jagung yang ada di daerah penelitian. 2. Daerah penelitian adalah Desa Kuala, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten
Karo, Sumatera Utara.
3. Data yang diperoleh nantinya hanya membuktikan pengefisienan faktor-faktor produksi dan pendapatan usaha tani jagung di daerah penelitian. 4. Waktu penelitian dilakukan tahun 2013.
(39)
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.1 Deskripsi Desa Kuala
4.1.1 Luas Daerah dan Letak Geografis
Desa Kuala terletak di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo. Desa Kuala berada pada ketinggian 700-800 m di atas permukaan laut, terletak di jalur lintas antara kabupaten Karo dan Kabupaten Aceh Tenggara. Secara administratif Desa Kuala memiliki batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Perbesi, Limang Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gunung, Lau Kapur Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tigabinanga
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Simolap dan Desa Kutabuara
Desa Kuala terbentuk dari 3 dusun, memiliki luas wilayah 942 ha dengan perincian sebagai berikut:
Dusun I : 345 ha Dusun II : 347 ha Dusun Benjire : 250 ha
4.1.2 Kondisi Biofisik Lahan
Sebagian besar lahan yang ada di Desa Kuala dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian dan pemukiman. Total luas lahan Desa Kuala adalah 942 ha. Secara rinci pemanfaatan lahan di Desa Kuala dapat dilihat pada Tabel 4.
(40)
Tabel 4. Penggunaan Lahan Desa Kuala
Sumber: Kantor Kepala Desa Kuala Tahun 2012
Pada Tabel 4, lahan di Desa Kuala lebih banyak digunakan sebagai lahan perladangan yaitu seluas 876,32 ha dengan persentase 93,028 %. Penggunaan lahan yang paling sedikit adalah untuk kolam/perikanan yaitu seluas 2 ha dengan persentase 0,212%.
4.1.3 Keadaan Tanah
Tanah di Desa Kuala merupakan percampuran antara tanah liat, pasir, dan debu dan sebagian kecil tanah liat merah. Dengan demikian sebagian besar Desa Kuala cocok untuk lahan pertanian komoditi seperti jagung, palawija dan hortikultura. Apalagi keadaan tanah yang tergolong datar sehingga mudah untuk membuat jaringan irigrasi sebagai sarana penunjang pola pertanian teknis. Demikian pula tanah kering perbukitan yang sedikit bergelombang sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai area perkebunan rakyat sperti kelapa, kakao, dan lain-lain.
4.1.4 Komposisi Penduduk
Dari data tahun 2010-2011 tercatat jumlah penduduk Desa Kuala sebanyak 1174 jiwa. Yang terdiri dari 562 jiwa laki-laki dan 612 jiwa perempuan. Dihitung
No. Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Pemukiman 5 0.531
2 Lahan pertanian sawah 21 2.229
3 Lahan perladangan 876.32 93.028
4 Perkebunan 35 3.715
5 Kolam /Perikanan 2 0.212
6 Perkantoran dan Sarana Sosial 80 8.89
(41)
berdasarkan jumlah kepala keluarga yang terdiri atas 562 kepala keluarga. Komposisi penduduk Desa Kuala dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Desa Kuala Tahun 2012. No Nama Dusun Laki-laki Perempuan Total
1 Dusun I 235 210 445
2 Dusun II 200 203 403
3 Dusun Benjire 127 199 320
Jumlah 562 Jiwa 612Jiwa 1174 Jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Kuala Tahun 2012
Tabel 5 menunjukkan bahwa Dusun I merupakan dusun yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu laki-laki 235 jiwa dan perempuan 210 jiwa dengan total 445 jiwa. Dusun Benjire merupakan dusun yang jumlah penduduknya lebih sedikit yaitu 320 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 127 jiwa dan perempuan 199 jiwa.
4.1.5 Kondisi Ekonomi, Sosial dan Budaya
Desa Kuala merupakan desa pertanian. Maka mata pencaharian sebagian besar warga adalah sebagai petani. Dari jumlah 562 KK yang ada 533 KK (95%) merupakan petani dan selebihnya sebanyak 29 KK merupakan PNS, pedagang, dan lain- lain.
Kehidupan masyarakat Desa Kuala sangat kental dengan tradisi peningggalan leluhur. Upacara-upacara adat seperti upacara kelahiran, khitanan, perkawinan dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian hampir selalu dilakukan oleh masyarakat. Selain itu tradisi sedekah bumi, bersih desa dan sebagainya masih dilakukan setiap tahunnya.
(42)
Kondisi kesehatan masyarakat tergolong cukup baik, terutama setelah adanya Puskesmas dan Polindes. Namun demikian, pada musim-musin tertentu warga sering mengalami gangguan kesehatan demam dan batuk. Keberadaan balita kurang gizi sudah mulai berkurang selaras semakin meningkatnya perekonomian masyarakat.
4.1.6 Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Umum
Secara rinci fasilitas umum di Desa Kuala dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Kuala Tahun 2012. No Keterangan Jumlah (unit)
1 Balai Desa 1
2 Sekolah Dasar Inpres 1
3 Polindes 1
4 Puskesmas pembantu 1
5 Mushola 1
6 Gereja 2
7 Mesjid 1
8 Pasar Desa 1
Jumlah 9
Sumber: Kantor Kepala Desa Kuala Tahun 2012
Pada Tabel 6, bangunan desa yang paling banyak adalah Gereja dengan jumlah dua unit, sedangkan bangunan lain masing-masing ada satu unit. Desa Kuala telah terhubung dengan daerah lain melalui jalan desa. Keadaan jalan desa secara umum cukup baik, namun apabila musim hujan tiba di beberapa tempat mengalami kerusakan jalan. Secara umum prasarana transportasi Desa Kuala dapat dilihat pada Tabel 7.
(43)
Tabel 7. Prasarana transportasi di Desa Kuala Tahun 2012. No Jenis Prasarana Panjang Keterangan 1.
2.
Jalan Provinsi Jalan Dusun
10 km 2 km
Banyak yang rusak parah
Diaspal tapi rusak di beberapa daerah 3. Jembatan 2 unit
Sumber: Kantor Desa Kuala 2012
Dari Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan perbaikan pada jalan propinsi sepanjang 10 km yang menghubungkan antara Kecamatan Tigabinanga dan Kutacane serta dari Kecamatan Tigabinanga menuju Kabanjahe.
4.2. Karakteristik Petani Sampel
Karakteristik petani adalah ciri-ciri yang sangat mempengaruhi aktifitas petani sehari-hari. Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini meliputi umur petani, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan lama berusahatani.
4.2.1 Umur
Umur adalah usia petani sampel sampai ssat dilakukannya penelitian yang dinyatakan dengan tahun. Petani sampel pada penelitian berjumlah 82 orang petani yang berusahatani jagung. Umur petani sampel dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Umur Petani Sampel
No. Kelompok Umur Jumlah Petani
1. 20-29 6
2. 30-39 17
3. 40-49 22
4. 50-59 21
5. ≥ 60 16
Sumber: Lampiran 1.
Tabel 8 menunjukkan bahwa petani sampel lebih banyak pada kelompok umur 40-49 tahun dengan jumlah 22 petani dan yang paling sedikit pada kelompok umur
(44)
20-29 tahun dengan jumlah enam petani. Pada umumnya petani sampel berada pada usia produktif dan masih mampu mengembangkan usahatani jagung.
4.2.2 Pendidikan
Pendidikan adalah lamanya proses belajar pada tingkatan tertentu yang ditempuh oleh petani sampel di bangku sekolah. Pendidikan yang ditempuh petani sampel yaitu dari SD sampai perguruan tinggi.
Tabel 9. Tingkat Pendidikan Petani Sampel No. Tingkat Pendidikan Jumlah Petani
1. SD 27
2. SMP 16
3. SMA 30
4. STM 1
5. D1 1
6. D2 1
7. D3 2
8. S1 4
Sumber: Lampiran 1.
Pada Tabel 9, petani sampel lebih banyak yang tingkat pendidikannya SMA yaitu 30 orang dan yang paling sedikit lulusan STM, D1, dan D2 yang jumlahnya masing-masing adalah satu orang. Pendidikan yang ditempuh oleh petani sampel di desa Kuala masih tergolong rendah karena sebanyak 27 petani menempuh pendidikan sampai tingkat SD. Tingkat pendidikan tertinggi yang ditempuh adalah S1 dengan frekuensi 4 petani.
4.2.3 Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan adalah semua orang yang ditanggung oleh kepala keluarga di dalam keluarga yang dinyatakan oleh jiwa. Jumlah tanggungan petani sampel di daerah penelitian adalah 1-8 jiwa dengan rata-rata 3 jiwa per petani sampel.
(45)
4.2.4 Lama Berusahatani
Lama berusahatani adalah lama waktu petani sampel menekuni usahatani jagung atau bertanam jagung yang dinyatakan dalam tahun. Lama berusahatani petani sampel di desa Kuala dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Lama Berusahatani Jagung Petani Sampel No. Lama Berusahatani Jumlah Petani
1. 1-10 50
2. 11-20 29
3. 21-30 3
Sumber: Lampiran 1.
Pada Tabel 10 dinyatakan bahwa sebagian besar dari jumlah petani sampel yaitu 50 petani menekuni usahatani jagung selama 1-10 tahun dan hanya tiga petani sampel yang menekuni usahatani jagung selama 21-30 tahun. Rata-rata lama berusahatani jagung seluruh petani sampel adalah 10,6 tahun.
(46)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Produksi Jagung di Desa Kuala
Pada umumnya, masyarakat desa Kuala bermatapencaharian sebagai petani. Tanaman yang diusahakan oleh petani adalah tanaman palawija yaitu jagung dan tanaman holtikultura, tetapi yang paling banyak ditemukan adalah tanaman jagung. Desa Kuala merupakan salah satu desa di Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo yang merupakan desa dengan produksi jagung tertinggi dibandingkan desa lainnya. Jumlah produksi jagung Desa Kuala pada tahun 2011 adalah 12.914 ton.
Tanaman jagung sangat cocok ditanam di desa Kuala dan berpotensi karena didukung oleh keadaan tanah yang sesuai untuk pertumbuhan jagung. Jagung juga merupakan komoditas unggulan dan sumber pendapatan utama petani setiap tahunnya. Melihat keadaan tersebut, usahatani jagung di desa ini perlu dikembangkan secara efisien dari segi jumlah dan biaya input produksi agar memberikan keuntungan dan peningkatan pendapatan bagi para petani.
Input produksi yang mempengaruhi jumlah produksi jagung adalah bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja. Jumlah penggunaan input produksi ini tergantung kebutuhan. Untuk bibit dilihat berdasarkan luas tanam, pupuk berdasarkan keadaan tanah agar unsur hara tercukupi dalam pertumbuhan jagung, herbisida berdasarkan banyak atau tidaknya rumput/tanaman pengganggu disekitar tanaman jagung, dan tenaga kerja berdasarkan luas tanam dan keadaan tanah. Jika input
(47)
produksi tersebut digunakan dengan efisien maka dapat mencapai jumlah produksi yang optimal.
5.2 Efisiensi Harga
Untuk menganalisis efisiensi harga, dilakukan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi untuk mendapatkan nilai elastisitas atau produk marginal variabel bebas. Model fungsi yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas. Variabel-variabel yang digunakan dalam model adalah variabel terikat yaitu produksi jagung (Y) dan variabel bebas yaitu bibit (X1), pupuk (X2), herbisida (X3), dan tenaga kerja (X4).
Sebelum data diolah menggunakan software SPSS 16.0, variabel bebas dan variabel terikat terlebih dahulu ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (ln) sehingga merupakan bentuk linear berganda (multiple linear) :
� = ln�+ b ln�1+�ln�2+�ln�3+�ln�4+ � Tabel 11. Analisis Regresi Faktor-Faktor Produksi
No. Variabel b thitung Sig Tolerance VIF 1. Konstanta 4,202 18,497 0,000
2. Bibit 0,496 6,228 0,000 0,102 9,772 3. Pupuk 0,390 5,710 0,000 0,107 9,329 4. Herbisida 0,024 0,319 0,751 0,218 4,593 5. Tenaga Kerja 0,218 2,677 0,009 0,160 6,245 R2 = 0,960
Fhitung = 462,587 Ftabel = 3,937 ttabel =
(48)
Sebelum melakukan estimasi maka dilakukan pengujian terlebih dahulu untuk memperoleh the best linear unbiased estimated (BLUE). Dalam penelitian ini asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Uji Linieritas
Dari hasil regresi pada Tabel 11. dapat dilihat Fhitung = 462,587 > Ftabel
b. Uji Multikolinearitas
= 3,937 sehingga persamaan yang digunakan adalah persamaan linier berganda.
Pada Tabel 11. dapat dilihat untuk masing-masing variabel mempunyai nilai Tolerance > 0,100 dan nilai VIF < 10, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa gejala multikolinearitas tidak terdapat dalam persamaan ini.
c. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah ditribusi data mendekati distribusi normal, dilakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan pendekatan grafik. Menurut Santoso (2010), distribusi data mengikuti atau mendekati ditribusi normal apabila distribusi data berbentuk lonceng (bell shaped). Kemudian tampilan Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual suatu data menurut Sulianto (2011), dikatakan berdistribusi normal apabila garis yang digambarkan data menyebar atau merapat ke garis diagonalnya. Data pada penelitian ini berdistribusi normal, sehingga asumsi normalitas dipenuhi (dapat dilihat pada lampiran 7).
(49)
Heteroskedastisitas dapat diuji atau dideteksi melalui metode analisis grafik dengan mengamati scatterplot, dimana sumbu horizontal menggambarkan nilai Predicted Standardized sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, itu menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas, tetapi jika scatterplot menyebar secara acak, maka tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, scatterplot menyebar secara acak atau tidak membentuk sebuah pola yang dapat dilihat pada Lampiran 7. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada data penelitian.
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, maka didapatkan hasil akhir dari estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, yaitu:
Y = 4,202 + 0,496X1 + 0,390X2 + 0,024X3 + 0,218X
Dari model dihasilkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,960. Hal ini menunjukkan bahwa 96% variasi variabel produksi dapat dijelaskan oleh variabel bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja. Dari persamaan di atas, maka nilai efisiensi harga pada setiap variabel bebas dapat dihitung.
4
Tabel 12. Efisiensi Harga Faktor-faktor Produksi Faktor Produksi Efisiensi Harga Kesimpulan
Bibit 11,221 Belum efisien
Pupuk 2,709 Belum efisien
Herbisida 1,816 Belum efisien Tenaga Kerja 1,188 Belum efisien Sumber: Lampiran 8
(50)
Efisiensi harga bibit (X1) sebesar 11,221 > 1. Penggunaan input bibit belum efisien, maka bibit jagung perlu ditambahi untuk meningkatkan jumlah produksi dan mencapai nilai efisiensi.
Efisiensi harga pupuk (X2) sebesar 2,709 > 1. Penggunaan pupuk di daerah penelitian belum efisien sehingga penggunaan pupuk perlu ditambahi untuk memperoleh jumlah produksi maksimal dan mencapai nilai efisien. Penggunaan pupuk di daerah penelitian tinggi dikarenakan lahan jagung terus menerus ditanami jagung, sehingga perlu penjagaan dan peningkatan unsur hara dalam tanah untuk membantu pertumbuhan jagung dengan baik. Apabila unsur hara kurang, maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik dan mengakibatkan penurunan produksi.
Efisiensi harga herbisida (X3) sebesar 1,816 > 1. Penggunaan herbisida belum efisien, maka penggunaan herbisida perlu ditambahi untuk mencapai nilai efisien. Fungsi herbisida adalah untuk memberantas gulma yang ada disekitar tanaman. Untuk melakukan penambahan dan pengurangan pemakaian herbisida ini tergantung dengan kondisi lapangan. Jika dilapangan banyak gulma maka perlu penggunaan herbisida yang banyak pula dan sebaliknya.
Efisiensi harga tenaga kerja (X4) sebesar 1,188 > 1. Penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung belum efisien, perlu penambahan dalam penggunaan tenaga kerja. Di daerah penelitian, dalam penggunaan tenaga kerja memakai sistem borongan. Upah tenaga kerja bukan berdasarkan hkp atau jam kerja tetapi berdasarkan luas lahan yang dapat dikerjakan oleh tenaga kerja dengan satuan Rp/panggung (1 ha = 36 panggung).
(51)
5.3 Efisiensi Teknis
Hasil pengolahan data menggunakan program DEA menghasilkam nilai efisiensi untuk masing-masing responden petani jagung. Nilai efisiensi teknis ini menggunakan model VRS yang dipilih dengan pertimbangan bahwa dalam usahatani jagung ini, penambahan penggunaan faktor produksi sebesar satu satuan tidak selalu menghasilkan penambahan output produksi dalam jumlah yang sama (satu satuan juga). Selain itu, dalam berusahatani responden menghadapi hambatan-hambatan yang menyebabkan responden tidak berusahatani jagung secara optimal, misalnya berkaitan dengan keterbatasan biaya produksi, keterbatasan sarana dan prasarana produksi dan sebagainya.
Tabel 13. Efisiensi Teknis Usahatani Jagung
Input-Oriented
VRS
DMU
No. DMU Name Efficiency Free Variable
Returns to Scale 1 Hendri Sebayang 0,60383 0,11838 Increasing 2 Bpk. Oskar Sebayang 1,00000 0,00000 Decreasing
3 Eko Sebayang 0,81792 0,08962 Increasing
4 Nasrun Sebayang 1,00000 -0,06667 Decreasing 5 Bastan Sebayang 1,00000 1,00000 Increasing 6 Bpk. Aldi Sebayang 0,94078 0,32111 Increasing
7 Darma Sebayang 0,85550 0,23417 Increasing
8 Waktu Sebayang 0,86300 0,22159 Increasing
9 Sopianto Sebayang 0,77515 0,28832 Increasing 10 Efrata Sebayang 0,95771 0,15618 Increasing 11 Robinson Tarigan 1,00000 0,29307 Increasing
12 Libur Tarigan 1,00000 -0,04292 Decreasing
13 Bpk. Bastan Sebayang 0,83835 0,15269 Increasing 14 Abraham Sebayang 1,00000 -0,32534 Decreasing
15 Imat Sembiring 0,90625 0,37500 Increasing
16 Moksin Sebayang 0,76172 0,35156 Increasing
17 Sabar Sebayang 0,93750 0,37500 Increasing
18 Sukipriadi 1,00000 0,31667 Increasing
(52)
Input-Oriented
VRS
DMU
No. DMU Name Efficiency Free Variable
Returns to Scale 20 Bambang Hermansyah 0,93750 0,62500 Increasing 21 Benjamin Sebayang 0,72549 0,23529 Increasing
22 Pahrum 1,00000 1,00000 Increasing
23 Rabun Sebayang 1,00000 0,00000 Constant
24 Sarmin Sebayang 0,95833 0,33333 Increasing
25 Malem Pelawi 0,96561 0,03722 Increasing
26 Nirwan Sebayang 1,00000 0,00000 Constant
27 Dani 1,00000 1,00000 Increasing
28 Julkifli Solin 0,95977 0,22644 Increasing
29 Sukemi 1,00000 1,00000 Increasing
30 Bahtiar Sebayang 0,94187 0,06991 Increasing 31 Irwan Alex Sebayang 1,00000 0,18140 Increasing
32 Paidi 0,90813 0,29669 Increasing
33 Paksana Ginting 1,00000 0,00000 Constant
34 Hendrik Oktavianus Ginting 0,85387 0,17192 Increasing 35 Martinus Ginting 1,00000 0,06667 Increasing
36 Budi Sebayang 0,91667 0,33333 Increasing
37 Modal Sebayang 0,95213 -0,04255 Decreasing
38 Benni Ginting 0,95634 0,03938 Increasing
39 Rahmat Sebayang 1,00000 0,00000 Constant
40 Juni Manihut 0,89559 0,06647 Increasing
41 Misno 1,00000 0,27273 Increasing
42 Raskita Pelawi 0,79095 0,14551 Increasing
43 Rahman 1,00000 1,00000 Increasing
44 Jusak Bangun 0,97704 0,27874 Increasing
45 Amran 1,00000 1,00000 Increasing
46 Santo 1,00000 0,48988 Increasing
47 Suranta Sebayang 1,00000 0,00000 Constant
48 Surianto 1,00000 1,00000 Increasing
49 Suasana br. Purba 1,00000 0,00000 Constant 50 Tirtanadi Sebayang 1,00000 0,00000 Constant 51 Ngajar Bana br. Sembiring 1,00000 0,96429 Increasing 52 Sopianto Sebayang 1,00000 0,56266 Increasing 53 Parningotan Simarmata 1,00000 0,95914 Increasing 54 Sabarita br. Sebayang 0,79674 0,22225 Increasing 55 Bahagia Sebayang 0,75570 0,22225 Increasing
56 Langit Tarigan 1,00000 0,08163 Increasing
(53)
Input-Oriented
VRS
DMU
No. DMU Name Efficiency Free Variable
Returns to Scale 58 Spontan Sebayang 1,00000 0,13579 Increasing
59 Biasa Purba 1,00000 0,30000 Increasing
60 Ukur Malem br. Tarigan 0,90286 0,17429 Increasing
61 Tera Sembiring 1,00000 0,00000 Constant
62 Masang Sembiring 1,00000 0,00000 Constant
63 Moga Sembiring 0,86556 0,14853 Increasing
64 Sarno 0,87345 0,24069 Increasing
65 Jueni 1,00000 1,00000 Increasing
66 Gimun 1,00000 1,00000 Increasing
67 Sopian Ginting 0,84392 0,21181 Increasing
68 Obor Ginting 0,95798 -0,05042 Decreasing
69 Peste Sebayang 0,87345 0,24069 Increasing
70 Hermine br. Sebayang 0,92739 0,13085 Increasing 71 Usaha Sembiring 0,96374 0,15145 Increasing 72 Sederhana Ginting 0,79070 0,48837 Increasing 73 Darius Sebayang 1,00000 1,00000 Increasing 74 Tenggolan Sebayang 1,00000 0,04762 Increasing 75 Umur Perangin-angin 0,91563 0,24069 Increasing 76 Mazmur Perangin-angin 0,89303 0,31442 Increasing
77 Andi Ginting 1,00000 0,00000 Constant
78 Semoga Ginting 1,00000 0,00000 Constant
79 Surya Sebayang 0,88799 -0,04158 Decreasing
80 Nepos Ginting 1,00000 -0,09422 Decreasing
81 Apulita Ginting 1,00000 0,00000 Constant
82 Sakeus Sembiring 1,00000 0,23232 Increasing
Rata-rata nilai Efisiensi 0,94125
Sumber: Lampiran 9
Dari Tabel 13 diketahui bahwa secara teknis 42 petani sampel di lokasi penelitian sudah efisien dalam penggunaan inputnya dengan nilai efisiensi 1,00. Untuk 40 petani sampel lainnya belum efisien dalam penggunaan input produksi tetapi masih memiliki kesempatan untuk memperoleh hasil maksimal seperti petani yang sudah efisien secara teknis melalui pengurangan atau penambahan jumlah input produksi. Secara keseluruhan rata-rata nilai efisiensi teknis adalah sebesar
(54)
0,94125 < 1 yang artinya usahatani jagung di daerah penelitian belum efisien secara teknis.
Return To Scale (RTS) adalah suatu ciri dari fungsi produksi yang menunjukkan besar perubahan output akibat perubahan input (dengan skala perubahan yang sama). Menurut Soekartawi (1994), Return to Scale (RTS) digunakan untuk mengetahui apakah kegiatan usahatani tersebut mengalami kaidah increasing (b1+b2 > 1), constant (b1+b2 = 1) atau decreasing return to scale (b1+b2 < 1) serta dapat menunjukkan efisiensi produksi secara teknis. Increasing return to scale terjadi apabila proporsi penambahan output lebih besar dari penambahan input, constant return to scale terjadi apabila proporsi penambahan output sama dengan penambahan input, dan decreasing return to scale terjadi apabila proporsi penambahan output lebih kecil dari penambahan output.
Dilihat dari Tabel 13, rata-rata return to scale petani sampel adalah increasing return to scale. Jika dihitung dari nilai b pada Tabel 11, maka return to scale (RTS) dapat dituliskan:
1 < b1 + b2 + b3 + b4
0,496 + 0,390 + 0,024 + 0,218 > 1 < 1
Dengan demikian usahatani jagung petani sampel adalah increasing return to scale (1,128 > 1) yang artinya penambahan output lebih besar dari penambahan input.
(55)
5.4 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung
Penerimaan usahatani jagung adalah hasil jumlah jagung yang terjual dikalikan harga jual jagung. Pendapatan bersih usahatani jagung adalah total penerimaan dikurang dengan total biaya produksi usahatani jagung. Besarnya penerimaan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung per Musim Tanam
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Total Penerimaan 2.709.525.000
2. Total Biaya Produksi 1.513.197.460 Pendapatan Bersih Usahatani Jagung 1.196.327.540 Pendapatan rata-rata petani per ha 9.650.915,941 Sumber: Lampiran 4
Dari Tabel 14, total penerimaan seluruh petani sampel adalah Rp 2.709.525.000,00 dan total biaya produksi Rp 1.513.197.460,00 sehingga diperoleh pendapatan total seluruh petani sampel sebesar Rp 1.196.327.540,00. Total luas lahan petani sampel adalah 123,96 ha maka diperoleh pendapatan petani per ha jagung adalah Rp 9.650.915,94.
5.5 Analisis Nilai R/C dan Break Even Point (BEP)
Untuk melihat suatu usahatani layak atau efisien (menguntungkan) untuk diusahakan atau tidak dapat diketahui melalui analisis R/C yang merupakan singkatan Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan (ratio atau nisbah) antara penerimaan dengan biaya. Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengetahui pada jumlah dan tingkat harga berapa usahatani mencapai titik balik atau titik impas, tidak untung dan tidak rugi.
(56)
Tabel 15. Analisis R/C dan BEP Usahatani Jagung
No. Uraian Satuan Nilai
1. Total Produksi Kg 962.000
2. Harga Jual Rp/kg 2.798,48
3. Total Penerimaan Rupiah (Rp) 2.709.525.000 4. Total Biaya Rupiah (Rp) 1.513.197.460
R/C - 1,79
BEP Volume Produksi Kg 540.722
BEP Harga Produksi Rp/kg 1.572,97 Sumber: Diolah dari Lampiran 10
Dari Tabel 15 diketahui nilai R/C usahatani jagung adalah 1,79 yang artinya setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan petani akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,79. Nilai R/C sebesar 1,79 > 1 dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung di daerah penelitian layak diusahakan atau dengan kata lain menguntungkan.
Nilai BEP volume adalah 540.722 kg dan total produksi sebesar 962.000 kg yang artinya pada saat jumlah produksi 540.722 kg, usahatani jagung berada pada jumlah impas atau jumlah produksi balik modal sehingga total produksi sebesar 962.00 kg telah melebihi jumlah impas dengan kata lain memperoleh keuntungan. Nilai BEP harga adalah Rp 1.572,97 dan harga jual rata-rata petani sebesar Rp 2.798,48 yang artinya pada saat harga jagung Rp 1.572,97/kg, petani telah memperoleh modalnya kembali atau balik modal, sehimgga harga jual rata-rata petani sebesar Rp 2.798,48 telah berada diatas harga impas atau dengan kata lain usahatani jagung berada pada posisi yang menguntungkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usahatani jagung di daerah penelitian meguntungkan.
(57)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Nilai efisiensi harga untuk setiap input yaitu bibit, pupuk, herbisida dan tenaga kerja disimpulkan belum efisiensi dalam penggunaan input, perlu penambahan jumlah untuk setiap input yang digunakan. Secara teknis, penggunaan input produksi tidak efisien.
2. Jumlah penerimaan usahatani jagung di daerah penelitian adalah Rp 2.709.525.000,00 dengan jumlah biaya produksi 1.513.197.460,00 sehingga diperoleh total pendapatan bersih usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp 1.196.327.540,00 dan pendapatan petani per ha sebesar Rp 9.650.915,94.
3. Berdasarkan nilai R/C dan BEP yang diperoleh, usahatani jagung didaerah penelitian layak diusahakan dan menguntungkan.
6.2 Saran Kepada Petani
Petani melakukan upaya agar penggunaan input produksinya lebih efisien sehingga meningkatkan produksi dan keuntungan serta meminimalisir biaya. Upaya yang dilakukan melalui pengurangan dan penambahan jumlah input yang digunakan serta kebijakan penentuan biaya transportasi yang cukup tinggi di daerah penelitian.
(58)
Kepada Pemerintah
Diharapkan pemerintah memperhatikan harga jual jagung dan harga-harga input produksi agar petani mampu meningkatkan produksinya dan membantu permodalan melalui kemudahan kredit/pinjaman.
Kepada Peneliti Selanjutnya
Diharapkan meneliti solusi peningkatan nilai efisien faktor-faktor produksi dan optimalisasi penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung.
(59)
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Refika Aditama. Bandung.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kecamatan Tigabinanga dalam Angka. Medan: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.
__________________. 2012. Kabupaten Karo dalam Angka. Medan: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.
Doll, John P and Orazem, 1984. Production Economics Theory with Application. John Wiley & Sons inc. New York.
Gujarti, Damodar. 1996. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.
Husodo, S.Y, dkk. 2004. Pertanian Mandiri; Pandangan Strategis Para Pakar Untuk Kemajuan Petani Indonesia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahim, ABD dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori dan Kasus). Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, H.R. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jakarta.
Salvatore, Dominick. 2001. Managerial Economics Dalam Pengantar Global. Erlangga. Jakarta.
Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. _________. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. UI – Press. Jakarta. _________. 1999. Agribisnis; Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Rajawali Pers. Jakarta. Togatorop, Berliana Rodo. 2010. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan
Pada Usahatani Jagung di Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobongan, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
(60)
Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel
No. Nama Petani Umur Pendidikan
Pekerjaan Utama
Luas Lahan
Jagung (Ha) Status Kepemilikan Lahan
Jumlah Tanggungan
Lama berusahatani
1. Hendri Sebayang 48 SMA Petani 3 Sendiri 3 10
2. Bpk. Oskar Sebayang 46 SMA Petani 1 Sendiri 4 15
3. Eko Sebayang 40 S1 Petani 4 Sendiri 4 12
4. Nasrun Sebayang 53 D2 PNS 4 2 Ha sewa, 2 ha milik sendiri 5 20
5. Bastan Sebayang 29 SMA Petani 0,25 Sendiri 3 5
6. Bpk. Aldi Sebayang 35 SMA Petani 1 Sendiri 4 2
7. Darma Sebayang 56 SD Petani 1,5 Sendiri 4 15
8. Waktu Sebayang 50 SMA Petani 1,5 Sendiri 4 10
9. Sopianto Sebayang 37 STM Petani 1 Sendiri 3 5
10. Efrata Sebayang 40 SMA Petani 2 Sendiri 4 11
11. Robinson Tarigan 51 SMA Petani 1 Sewa 2 15
12. Libur Tarigan 43 D3 Petani 1,75 Sendiri 3 10
13. Bpk. Bastan Sebayang 58 SD Petani 1,94 Sendiri 5 20
14. Abraham Sebayang 43 SMP Petani 5,67 Sendiri 5 23
15. Imat Sembiring 80 SD Petani 1 Sendiri 9 15
16. Moksin Sebayang 38 SMA Petani 1,1 Sendiri 5 14
17. Sabar Sebayang 50 SMA Petani 1 Sendiri 4 15
18. Sukipriadi 33 SMA Petani 0,5 Sewa 3 10
19. Suraedi Sebayang 31 SMP Petani 1 Sendiri 2 5
20. Bambang Hermansyah 26 SD Petani 0,5 Sewa 2 3
(61)
Lanjutan Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel
No. Nama Petani Umur Pendidikan
Pekerjaan Utama
Luas Lahan
Jagung (Ha) Status Kepemilikan Lahan
Jumlah Tanggungan
Lama berusahatani
22. Pahrum 37 SMP Petani 0,5 Sewa 4 5
23. Rabun Sebayang 55 D1 PTPN 2 1 Sendiri 4 4
24. Sarmin Sebayang 49 SMA Petani 1 Sendiri 4 10
25. Malem Pelawi 49 SMP Petani 2 Sendiri 5 7
26. Nirwan Sebayang 53 SD Petani 2 Sendiri 3 13
27. Dani 28 SD Petani 0,5 Sewa 3 5
28. Julkifli Solin 32 SD Petani 1,5 Sewa 3 5
29. Sukemi 39 SD Petani 0,5 Sewa 3 10
30. Bahtiar Sebayang 60 SD Petani 1 Sendiri 4 15
31. Irwan Alex Sebayang 45 SMA Petani 1 Sewa 3 7
32. Paidi 61 SD Petani 1 Sendiri 2 15
33. Paksana Ginting 44 SMA Petani 3 Sendiri 4 15
34. Hendrik Oktavianus Ginting 32 SMA Petani 1 Sewa 2 7
35. Martinus Ginting 59 SMA Petani 1 Sendiri 4 10
36. Budi Sebayang 61 SMP Petani 1 Sendiri 3 10
37. Modal Sebayang 56 SMA Petani 3 Sendiri 4 15
38. Benni Ginting 37 SMA Petani 2 Sewa 3 5
39. Rahmat Sebayang 62 SMP Petani 2,5 Sendiri 1 30
40. Juni Manihut 46 SMA Petani 1 Sendiri 5 10
41. Misno 52 SD Petani 0,5 Sewa 3 15
(62)
Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel
No. Nama Petani Umur Pendidikan
Pekerjaan Utama
Luas Lahan
Jagung (Ha) Status Kepemilikan Lahan
Jumlah Tanggungan
Lama berusahatani
43. Rahman 44 SD Petani 0,5 Sendiri 8 10
44. Jusak Bangun 28 SMP Pedagang 2 Sendiri 3 5
45. Amran 61 SD Petani 0,5 Sendiri 3 5
46. Santo 31 SD Petani 0,5 Sewa 3 10
47. Suranta Sebayang 53 S1 Petani 1 Sendiri 4 15
48. Surianto 41 SD Petani 0,5 Sewa 6 12
49. Suasana br. Purba 55 S1 PNS 2 Sendiri 1 6
50. Tirtanadi Sebayang 47 SMA Wiraswasta 11 Setengah sewa 2 25
51. Ngajar Bana br. Sembiring 71 SD Petani 0,5 Sendiri 1 10
52. Sopianto Sebayang 35 SMA Wiraswasta 0,75 Sendiri 3 5
53. Parningotan Simarmata 53 SD Petani 0,5 Sewa 2 4
54. Sabarita br. Sebayang 49 S1 Wiraswasta 1 Sendiri 3 12
55. Bahagia Sebayang 54 SMA Petani 1 Sendiri 4 15
56. Langit Tarigan 60 SD Petani 2 Sendiri 2 15
57. Masriadi 28 SD Petani 0,5 Sewa 3 6
58. Spontan Sebayang 49 SMA Wiraswasta 1,5 Sendiri 4 7
59. Biasa Purba 58 SMA Petani 0,5 Sendiri 2 3
60. Ukur Malem br. Tarigan 69 SMP Petani 1 Sendiri 1 10
61. Tera Sembiring 60 SD Petani 1 Sendiri 3 20
62. Masang Sembiring 65 SD Petani 1 Sendiri 3 20
(63)
Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel
No. Nama Petani Umur Pendidikan
Pekerjaan Utama
Luas Lahan
Jagung (Ha) Status Kepemilikan Lahan
Jumlah Tanggungan
Lama berusahatani
64. Sarno 62 SD Petani 1 Sewa 2 7
65. Jueni 25 SMP Petani 0,5 Sewa 2 7
66. Gimun 60 SD Petani 0,5 Sewa 1 20
67. Sopian Ginting 30 SMA Petani 1 Sendiri 2 3
68. Obor Ginting 58 SMP Petani 3 Sendiri 2 15
69. Peste Sebayang 60 SD Petani 1 Sendiri 1 15
70. Hermine br. Sebayang 58 SMP Petani 2,5 Sendiri 1 5
71. Usaha Sembiring 65 SD Petani 2 Sendiri 1 10
72. Sederhana Ginting 42 SMP Petani 1 Sewa 3 2
73. Darius Sebayang 25 SMP Petani 0,5 Sewa 3 2
74. Tenggolan Sebayang 55 SD Petani 2 Sendiri 3 20
75. Umur Perangin-angin 53 SMP Petani 1 Sendiri 6 5
76. Mazmur Perangin-angin 42 SMA Wiraswasta 1,5 Sendiri 4 10
77. Andi Ginting 37 SMP Petani 1 Sendiri 4 5
78. Semoga Ginting 30 SMA Petani 1 Sendiri 4 5
79. Surya Sebayang 44 SMA Petani 3 Sendiri 3 10
80. Nepos Ginting 47 SMA Petani 4 Sewa 6 10
81. Apulita Ginting 44 SMA Petani 2 Sewa 2 6
(64)
Lampiran 2a. Jumlah dan Biaya Input Produksi Usahatani Jagung
No. Bibit
Pupuk
NPK 16-16 Urea TSP KCL
Varietas Jumlah(kg) Harga (Rp) Jumlah(kg) Harga (Rp) Jumlah(kg) Harga (Rp) Jumlah(kg) Harga (Rp) Jumlah(kg) Harga (Rp)
1. NK 22 45 2565000 550 4125000 800 1600000 400 2200000 200 1560000
2. NK 22 16 912000 150 1125000 200 400000 100 550000 50 390000
3. NK 22 70 3990000 725 5437500 1000 2000000 500 2750000 250 1950000
4. NK 22 67 3819000 750 5625000 1000 2000000 500 2750000 250 1950000
5. NK 22 7,5 427500 50 375000 60 120000 25 165000 12,5 97500
6. NK 22 17 969000 200 1500000 325 650000 200 893750 100 780000
7. NK 22 25 1425000 300 2250000 400 800000 250 1100000 150 1170000
8. NK 22 26 1482000 300 2250000 450 900000 250 1237500 150 1170000
9. NK 22 18 1026000 150 1125000 300 600000 150 825000 75 585000
10. NK 22 30 1710000 375 2812500 550 1100000 300 1512500 150 1170000
11. NK 22 15 855000 200 1500000 300 600000 150 825000 100 780000
12. NK 22 27 1539000 325 2437500 450 900000 250 1237500 150 1170000
13. NK 22 31 1767000 325 2437500 500 1000000 300 1375000 150 1170000
14. NK 22 92 5244000 860 6450000 1300 2600000 575 3575000 287,5 2242500
15. NK 22 15 855000 200 1500000 300 600000 175 825000 100 780000
16. NK 22 16 912000 175 1312500 339 678000 200 932250 100 780000
17. NK 22 15 855000 175 1312500 325 650000 200 893750 100 780000
18. NK 22 11 627000 75 562500 100 200000 50 275000 25 195000
19. NK 22 15 855000 180 1350000 300 600000 200 825000 100 780000
(1)
Lampiran Lampiran 9. Efisiensi Teknis Usahatani Jagung
Input-Oriented VRS Optimal Multipliers DMUNo. DMU Name Efficiency seed fertilizer gramoxone labour
total production Free Variable Returns to Scale 41 Misno 1,00000 0,00000 0,00364 0,00000 0,00000 0,00018 0,27273 Increasing 42 Raskita Pelawi 0,79095 0,00462 0,00037 0,00314 0,01069 0,00006 0,14551 Increasing 43 Rahman 1,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,05000 0,00000 1,00000 Increasing 44 Jusak Bangun 0,97704 0,00073 0,00000 0,02287 0,01838 0,00005 0,27874 Increasing 45 Amran 1,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,05000 0,00000 1,00000 Increasing 46 Santo 1,00000 0,01483 0,00047 0,01186 0,03280 0,00013 0,48988 Increasing 47 Suranta Sebayang 1,00000 0,02182 0,00070 0,01757 0,00000 0,00009 0,00000 Constant 48 Surianto 1,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,05000 0,00000 1,00000 Increasing 49 Suasana br. Purba 1,00000 0,00000 0,00016 0,00000 0,02075 0,00006 0,00000 Constant 50 Tirtanadi Sebayang 1,00000 0,00000 0,00018 0,00212 0,00000 0,00001 0,00000 Constant 51 Ngajar Bana br. Sembiring 1,00000 0,00000 0,00000 0,25000 0,00000 0,00001 0,96429 Increasing 52 Sopianto Sebayang 1,00000 0,00000 0,00000 0,04998 0,03563 0,00009 0,56266 Increasing 53 Parningotan Simarmata 1,00000 0,00000 0,00005 0,24708 0,00000 0,00001 0,95914 Increasing 54 Sabarita br. Sebayang 0,79674 0,00724 0,00060 0,01250 0,01219 0,00008 0,22225 Increasing 55 Bahagia Sebayang 0,75570 0,00724 0,00060 0,01250 0,01219 0,00008 0,22225 Increasing 56 Langit Tarigan 1,00000 0,00830 0,00027 0,00000 0,01096 0,00006 0,08163 Increasing 57 Masriadi 1,00000 0,00000 0,00400 0,00000 0,00000 0,00000 1,00000 Increasing 58 Spontan Sebayang 1,00000 0,00000 0,00102 0,02651 0,00000 0,00006 0,13579 Increasing 59 Biasa Purba 1,00000 0,00000 0,00400 0,00000 0,00000 0,00020 0,30000 Increasing 60 Ukur Malem br. Tarigan 0,90286 0,02857 0,00103 0,00000 0,00000 0,00010 0,17429 Increasing
(2)
Lanjutan Lampiran 9. Efisiensi Teknis Usahatani Jagung
Input-Oriented VRS Optimal Multipliers DMUNo. DMU Name Efficiency seed
fertilize r
gramoxon
e labour
total production Free Variable Returns to Scale 61 Tera Sembiring 1,00000 0,06667 0,00000 0,00000 0,00000 0,00011 0,00000 Constant 62 Masang Sembiring 1,00000 0,03947 0,00053 0,00000 0,00000 0,00011 0,00000 Constant 63 Moga Sembiring 0,86556 0,04225 0,00056 0,00000 0,00000 0,00010 0,14853 Increasing 64 Sarno 0,87345 0,04218 0,00000 0,00000 0,00993 0,00008 0,24069 Increasing 65 Jueni 1,00000 0,03846 0,00231 0,00000 0,00000 0,00000 1,00000 Increasing 66 Gimun 1,00000 0,00000 0,00000 0,20000 0,00000 0,00000 1,00000 Increasing 67 Sopian Ginting 0,84392 0,02653 0,00012 0,00000 0,01285 0,00008 0,21181 Increasing 68 Obor Ginting 0,95798 0,00000 0,00000 0,05882 0,00000 0,00004 -0,05042 Decreasing 69 Peste Sebayang 0,87345 0,04218 0,00000 0,00000 0,00993 0,00008 0,24069 Increasing 70 Hermine br. Sebayang 0,92739 0,00000 0,00016 0,02435 0,00725 0,00004 0,13085 Increasing 71 Usaha Sembiring 0,96374 0,02176 0,00000 0,00000 0,00939 0,00006 0,15145 Increasing 72 Sederhana Ginting 0,79070 0,02326 0,00000 0,09302 0,00000 0,00005 0,48837 Increasing 73 Darius Sebayang 1,00000 0,00000 0,00000 0,20000 0,00000 0,00000 1,00000 Increasing 74 Tenggolan Sebayang 1,00000 0,02381 0,00000 0,00000 0,00708 0,00006 0,04762 Increasing 75 Umur Perangin-angin 0,91563 0,04218 0,00000 0,00000 0,00993 0,00008 0,24069 Increasing 76 Mazmur Perangin-angin 0,89303 0,00000 0,00000 0,05511 0,01297 0,00006 0,31442 Increasing
(3)
Lanjutan Lampiran 9. Efisiensi Teknis Usahatani Jagung
Inputs Outputs
seed total production
fertilizer gramoxone labour
Input-Oriented
VRS
Optimal
Multipliers
DMU
No. DMU Name Efficiency seed fertilizer gramoxone labour
total production
Free Variable
Returns to Scale 81 Apulita Ginting 1,00000 0,00000 0,00077 0,00000 0,00000 0,00007 0,00000 Constant 82 Sakeus Sembiring 1,00000 0,00000 0,00121 0,00000 0,00000 0,00010 0,23232 Increasing
(4)
(5)
Lampiran 10. Perhitungan Nilai R/C serta BEP Volume dan BEP Harga
�
/
�
=
�����
����������
�����
�����
�
/
�
=
2.709.525.000
1.513.197.460
= 1,79
���
�����
=
�����
�����
��������
(
��
)
�����
��������
(
��
)
���
�����
=
1.513.197.460
962.000
= 1.572,97
���
������
=
�����
�����
��������
(
��
)
ℎ����
������
��
�������
������
(
�� ��
⁄
)
���
������
=
1.513.197.460
(6)