Rancangan Perangkat Rak Persemaian Bibit Padi dengan Stimulasi Musik Seruling

RANCANGAN PERANGKAT RAK PERSEMAIAN BIBIT
PADI DENGAN STIMULASI MUSIK SERULING

WENNY AMALIAH

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Rancangan Perangkat
Rak Persemaian Bibit Padi dengan Stimulasi Musik Seruling” adalah benar karya
saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Wenny Amaliah
NIM F14090034

ABSTRAK
WENNY AMALIAH. Rancangan Perangkat Rak Persemaian Bibit Padi
dengan Stimulasi Musik Seruling. Dibimbing oleh I WAYAN ASTIKA.
Penyemaian padi membutuhkan lahan yang cukup luas yakni sekitar 5%
dari lahan yang akan ditanami. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang
perangkat rak persemaian padi bibit padi dengan menambahkan stimulasi musik
seruling, dan sekaligus mengujinya. Persemaian dirancang berupa nampan yang
diletakkan pada rak bertingkat empat dengan pelakuan lampu tambahan dan
cahaya matahari. Musik berupa melodi seruling Sunda yang dirancang memiliki
frekuensi 2000-4000 Hz. Penyebaran intensitas cahaya dan keras bunyi diamati
bersama dengan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Hubungan antara
jarak dan iluminasi cahaya lampu yang diperoleh yaitu hubungan eksponensial
dengan R2= 0.8479. Hubungan antara jarak dengan taraf intensitas bunyi musik
yang dihasilkan juga berupa regresi eksponensial dengan R²= 0.6209. Rancangan
yang terbaik adalah perangkat rak persemaian bibit padi dengan menggunakan

cahaya dari matahari serta diberikan stimulasi musik seruling dengan frekuensi
tinggi 2000-4000 Hz tanpa pemberian pupuk daun. Perbedaan intensitas bunyi
antara 84.9-50.2 dB dan 77.7-48.6 dB tidak memberikan pengaruh yang
signifikan.
Kata kunci: bibit padi, rak persemaian, stimulasi musik

ABSTRACT
WENNY AMALIAH. Design of the Rice Nursery Rack with Flute Music
Stimulation. Supervised by I WAYAN ASTIKA.
Rice nursery requires a wide area of about 5% of the land to be planted. The
objective of this research is to design a rack nursery of paddy with music
stimulation, and to observe the plant growth in each design. The designed rack
consists of four levels, trays with lamps and sunlight as the treatment. The music
was composed from Sundanese flute with 2000-4000 Hz frequency. The
distribution of light and sound was observed as well as the growth of the plant.
Relationship between distance and light illumination showed an exponential curve
with R2 = 0.8479. Relationship between the distance to the sound intensity
showed an exponential curve with R² = 0.6209. The best design was the rack
under sunlight with music stimulation and without leaf fertilizer application.
Difference in sound intensity between 50.2-84.9 dB and 48.6-77.7dB did not give

a significant effect.
Key word: rice nursery, nursery rack, music stimulation

RANCANGAN PERANGKAT RAK PERSEMAIAN BIBIT
PADI DENGAN STIMULASI MUSIK SERULING

WENNY AMALIAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judu) Skripsi : Rancangan Perangkat Rak Persemaian Bibit Padi dengan
Stimulasi Musik Seruling
Nama
: Wenny Amaliah
NIM
: F14090034

Disetujui oleh

Dr Ir I Wayan Astika, MSi
Pembimbing

I
.L

ial MEnu

etua Departemen

Tanggal Lulus:


\1 B DEC

2013

Judul Skripsi : Rancangan Perangkat Rak Persemaian Bibit Padi dengan
Stimulasi Musik Seruling
Nama
: Wenny Amaliah
NIM
: F14090034

Disetujui oleh

Dr Ir I Wayan Astika, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Pebruari 2013 ini
persemaian padi dengan judul Rancangan Perangkat Rak Persemaian Benih Padi
dengan Stimulasi Musik Seruling
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir I Wayan Astika, MSi
selaku pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan selama
penelitian, Dr Ir Gatot Pramuhadi, MSi dan Ibu Dr Lenny Saulia, STP MSi selaku
dosen penguji yang telah banyak memberikan masukannya, serta Ust. Tulus dan
Mas Isryad yang telah membantu dalam proses perancangan musik seruling.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik-adik serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa juga saya
sampaikan terimakasih kepada seluruh teman-teman Orion TMB 46 (Tika, Tis’ah,
Icha, Cesar, Naila, Dani, Desi, Ina, Nuzul, Famul, Gege, Aji, Rouf, Hasan dan
masih banyak lagi yang lain) atas bantuan dan kebersamaannya, kepada Ust.

Abdurrahman, Ummi Eni, Ust. Ece, Ummi Tuti sekeluarga, teman-teman Pondok
Pesantren Mahasiwa Al-Ihya Darmaga (Memey, Putri, Uchib, Ii’, Hannim, Ajron,
Quro, Fadholi, Fitri, Martisah, Aini, Nur, Arlin dan yang lainnya) atas doa dan
dukungannya. Terima kasih juga kepada para Teknisi TMB yang sudah banyak
membantu selama penelitian (Pak Harto, Pak Wana, Mas Firman, Pak Ahmad,
Pak Darma, dan Pak Safrudin).
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013
Wenny Amaliah

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2


METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Bahan

3

Alat

3

Prosedur Penelitian

3


HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

8
21

Simpulan

21

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

22

LAMPIRAN


25

RIWAYAT HIDUP

33

DAFTAR TABEL
1 Rata-rata tinggi badan penduduk Indonesia dari berbagai daerah
2 Pengaruh intensitas cahaya kepada pertumbuhan tanaman
3 Pengaruh pemberian stimulasi musik pada pertumbuhan tanaman (tanpa
pupuk daun)
4 Pengaruh pemberian stimulasi musik pada pertumbuhan tanaman
(menggunakan pupuk daun)
5 Pengaruh pemberian pupuk daun pada pertumbuhan tanaman (tanpa
stimulasi musik)
6 Pengaruh pemberian pupuk daun pada pertumbuhan tanaman (dengan
stimulasi musik)
7 Pengaruh iluminasi cahaya matahari terhadap perrtumbuhan tanaman
(intensitas suara musik tinggi: 50.2 – 84.9 dB)
8 Pengaruh iluminasi cahaya matahari terhadap perrtumbuhan tanaman
(intensitas suara musik rendah: 48.6 – 77.7 dB)
9 Pengaruh intensitas suara musik terhadap respon pertumbuhan tanaman

5
14
15
16
17
17
19
19
20

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Diagram perancangan penelitian

Gambar hasil rancangan rak
Grafik hubungan antara jarak dengan iluminasi cahaya lampu
Rak semai padi dengan cahaya lampu
Hubungan jarak tanaman dengan lampu terhadap respon tinggi bibit
Hubungan jarak tanaman dengan lampu terhadap respon klorofil bibit
Hubungan jarak tanaman dengan lampu terhadap respon bobot basah
bibit
Hubungan jarak tanaman dengan lampu terhadap respon bobot kering
bibit
Hubungan jarak tanaman dengan lampu terhadap respon jumlah daun
bibit
Hubungan antara jarak dengan intensitas bunyi
Grafik perubahan iluminasi cahaya matahari dari pagi hingga sore
Grafik perubahan iluminasi cahaya matahari dari pagi hingga sore
Gambar rancangan rak persemaian dengan lampu
Gambar rancangan rak persemaian tanpa lampu
Foto rak semai bibit padi
Hasil persemaian bibit padi tanpa musik

10
11
12
13
14
15
16
17 Hasil persemaian bibit padi dengan musik
18 Hasil persemaian bibit padi pada rak bertingkat dengan cahaya matahari
dan menggunkan musik pada tingkat intensitas bunyi 48.6-77.7 dB
19 Hasil persemaian bibit padi pada rak bertingkat dengan cahaya matahari
dan menggunkan musik pada tingkat intensitas bunyi 50.2-84.9 dB

4

5
9
10
11
11
11
12
12
18
25
25
26
27
28
29
30

31
32

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Grafik Perubahan Iluminasi Cahaya Matahari Rata-rata
Gambar Rancangan Rak Persemaian dengan Pencahayaan Lampu
Gambar Rancangan Rak Persemaian dengan Pencahayaan Matahari
Dokumentasi Rak Semai Bibit Padi
Gambar Tanaman Padi Hasil Persemaian dengan Berbagai Perlakuan

25
26
27
28
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penanaman padi dapat dilakukan secara tanam benih langsung dan dengan
cara tanam pindah. Menurut Herawati (2012) dengan melakukan penyemaian
terlebih dahulu maka penggunaan benih padi akan lebih sedikit dari pada benih
ditebar secara langsung (tabela). Namun, budidaya padi dengan melakukan
penyemaian terlebih dahulu akan membutuhkan banyak lahan dan membutuhkan
tenaga yang lebih untuk melakukan olah tanah lahan penyemaian. Penyemaian
benih padi membutuhkan lahan sebesar 5 % dari lahan yang akan ditanami dan
pengolahan tanah harus dilakukan berulang-ulang yakni dicangkul, dibajak, dan
digaru (Prasetiyo 2002). Hal tersebut menjadikan pekerjaan penyemaian lebih
lama dan juga mengurangi luasan lahan yang akan ditanami untuk budidaya padi.
Pada kenyataannya lahan yang tersedia untuk pertanian kini semakin sempit,
sehingga dibutuhkan inovasi yang dapat menghemat penggunaan lahan untuk
penyemaian.
Adanya permasalahan tersebut menimbulkan ide untuk melakukan
persemaian yang lebih efektif. Metode persemaian yang dirasa efektif yakni
dengan melakukan persemaian padi dengan tray (nampan). Penyemaian padi
dengan tray akan mengurangi kegiatan pengolahan tanah untuh lahan penyemaian,
namun teknik penyemaian dengan tray pun tetap akan membutuhkan lahan yang
luas, untuk mengurangi luasan lahan yang dibutuhkan untuk penyemaian padi
dengan nampan dapat digunakan penyemaian secara bertingkat menggunakan rak.
Menumbuhkan tanaman padi pada rak bertingkat tentunya akan
membutuhkan cahaya pada masing-masing tingkatnya. Maka dalam penelitian ini
dirancang pemberian sinar aktif berupa cahaya lampu agar tanaman tetap dapat
melakukan fotosintesis secara normal. Cahaya lampu untuk dapat menumbuhkan
tanaman secara normal di dalam ruangan yakni 60 W/m2 atau 140 W/m2
(Warrington et al. 1976). Penyemaian dalam ruangan ini didesain agar mudah
dalam pengendalian lingkungan tumbuh tanaman. Metode menumbuhkan
tanaman di dalam ruangan dan menggunakan cahaya buatan berupa lampu
mengadopsi metode plant factory yang sudah banyak dikembangkan di luar negeri.
Metode plant factory telah banyak dibuktikan dapat meningkatkan produktivitas
tanaman dan mempercepat pertumbuhan.
Selain dengan pemberian cahaya aktif juga diberikan stimulasi gelombang
bunyi yang diketahui dari hasil penelitian sebelumnya dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Teknologi efek gelombang bunyi untuk tanaman telah
ditemukan oleh Dan Carlson melalui penelitiannya sejak tahun 1979. Berdasarkan
penelitiaannya, diperoleh intensitas musik yang dapat berpengaruh pada tanaman
sebesar 3000-5000 kHz. Musik yang digunakan menyerupai suara jangkrik atau
burung berkicau. Hasil penemuan ini sudah dikomersialkan menjadi produk
dagang sonic bloom. Suara kriket dan kicauan burung yang diberikan kepada
tanaman secara alami akan mendorong stomata untuk membuka lebih luas
sehingga dapat meningkatkan penyerapan dan translokasi nutrisi ke seluruh
bagian tanaman.

2
Teknologi sonic bloom ini sudah pernah diterapkan di Indonesia pada
berbagai tanaman oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.
Tanaman yang sudah dicoba dengan memanfaatkan Teknologi Sonic Bloom
(TSB) didapatkan hasil panen yang lebih tinggi dari pada tanpa penggunaan TSB,
peningkatan tidak hanya berupa hasil kuantitas, namun juga pada kualitas hasil.
Penelitian yang sudah dilakukan yakni pada tanaman padi dengan peningkatan
hasil panen sebesar 24.36% GKP, tanaman cabai merah dengan peningkatan
42.6%, dan tanaman bawang merah dengan peningkatan hasil panen sebesar
31.88% (Yulianto 2008). Menurut keterangan Carlson (2001) yang diacu dalam
Yulianto (2008), “Teknologi sonic bloom adalah teknik penyuburan tanaman
menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi (3500 – 5000 hertz) seperti suara
kicauan burung yang pemberiannya ditambahkan pupuk daun. Gelombang suara
alam pada frekuensi 3500 – 5000 Hz mampu merangsang pembukaan mulut daun
(stomata) sehingga meningkatkan laju dan efisiensi penyerapan air dan nutrisi
yang diaplikasikan melalui daun yang bermanfaat bagi tanaman”.
Penelitian mengenai pemanfaatan gelombang bunyi untuk memacu
pertumbuhan tanaman tidak hanya sampai disini. Meng et al. (2011) juga
melakukan penelitian pengaruh plant acoustic frequency technology (PAFT) atau
teknologi frekuensi akustik tanaman terhadap respon fotosintesis dan variable
klorofil tanaman strawberi. Hasilnya diketahui bahwa penggunaan PAFT pada
tanaman strawberi dapat meningkatkan pembungaan, pembuahan, dan klorofil.
Begitu juga pada kesempatan ini, dilakukan penelitian mengenai efek
gelombang bunyi terutama musik pada pertumbuhan padi saat kegiatan
persemaian. Musik yang digunakan yakni musik seruling yang merupakan musik
yang cukup dekat dengan alam (Suryana 2012). Seperti halnya dengan produk
sonic bloom yang merupakan paket musik dan nutrisi daun, maka pada penelitian
ini ditambahkan perlakuan berupa pemberian pupuk daun. Hasil penelitian ini
diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para petani khususnya pada
tanaman padi dalam upaya mempercepat pertumbuhan bibit.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Merancang perangkat rak persemaian bibit padi dengan cahaya aktif dan
cahaya matahari disertai dengan stimulasi musik seruling
2. Menguji hasil rancangan rak persemaian padi dengan melihat pertumbuhan
padi.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Oktober 2013 di Laboratorium
Lapangan Siswadhi Soepardjo Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut

3
Pertanian Bogor, untuk pengujian rancangan rak semai dengan menyemaikan
benih padi. Tempat penelitian lainnya yakni Laboratorium Energi dan
Elektrifikasi Pertanian Soepardjo Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,
Institut Pertanian Bogor, untuk mengeringkan bibit padi dengan drying oven agar
diperoleh bobot kering padi.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Benih padi varietas Ciherang
2. Media tanam komersial, tanah, dan pasir, dengan perbandingan 2 : 2 : 1
3. Pupuk SP-36, KCl, dan Urea
4. Pupuk daun
5. Fungisida
6. Garam
7. Air bersih

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Rak bambu berukuran 100 cm x 40 cm x 150 cm
2. Lampu fluorescent jenis neon dengan merk dagang Philip jenis spiral
(Tornado) 24 W dan 42 W
3. Tray (nampan semai)
4. MP3 player
5. Speaker aktif
6. Sprayer
7. Ember
8. Karung
9. Integrating Sound level meter
10. Lux meter
11. Chlorophyl meter SPAD-502Plus merk Konica Minolta
12. Timbangan digital
13. Penggaris
14. Oven
15. Desikator

Prosedur Penelitian
Perancangan Penelitian
Perancangan penelitian ini yakni berupa perancangan rak persemaian bibit
padi dengan batasan perancangan ukuran rak, pencahayaan untuk bibit, dan
pemberian musik seruling untuk stimulasi pertumbuhan bibit padi. Perancangan
penelitian terdiri atas beberapa tahapan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dapat
dilihat pada Gambar 1.

4
mulai
Tahapan Pendahuluan

Identifikasi Masalah

Tahapan Perancangan Rak

Penelitian Pendahuluan

Perancangan
Pencahayaan

Perancangan
Ukuran Rak

Perancangan
Musik Seruling

Rekaman Musik
Seruling
Pengujian Hasil
Rancangan Rak:
Penyemaian Padi dengan
Berbagai Perlakuan

Pengolahan Frekuensi
Musik Seruling

Pengamatan

Musik Seruling
Frekuensi Tinggi

Pengukuran
Intensitas Bunyi

Pengukuran
Iluminasi Cahaya

Pengukuran Respon Tanaman:
Tinggi Tanaman,
Jumlah Daun, Klorofil, Bobot
Basah, Bobot Kering
Data

Pengolahan Data
Hasil Pengukuran
Membandingakan
Hasil Penyemaian
Membuat Rancangan
Rak Persemaian Terbaik

selesai

Gambar 1 Diagram perancangan penelitian

5
Perancangan Rak Persemaian dan Perangkat Sumber Musik
Perancangan rak semai diawali dengan rancangan ukuran rak. Rak semai
dirancang memiliki kapasitas tinggi agar dapat menampung banyak nampan semai
sehingga dapat menghemat lahan. Rak dibuat bertingkat dengan inggi keseluruhan
rak 160 cm yang disesuaikan dengan tinggi manusia khususnya pada tinggi badan
saat berdiri untuk penduduk Indonesia terutama pada penduduk laki-laki. Data
tinggi rata-rata penduduk Indonesia diperoleh dari data sekunder dari hasil
penelitian terdahulu. Data tinggi badan saat berdiri dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata tinggi badan penduduk Indonesia dari berbagai daerah
Daerah Pengukuran
Jetis, Ponorogoa
Wedung, Demakb
Darmagac
Rata-rata

Pria (cm)
161.38
162.09
162.12
161.86

Wanita (cm)
152.30
151.19
151.75

a

Sumber: Putri (2011).
Sumber: Hanani (2012).
c
Sumber: Rahmawan (2011).
b

Rak yang didesain pada awalnya ditujukan untuk persemaian di dalam
ruangan maka dibutuhkan pencahayaan khusus. Hal ini dimaksudkan agar
pertumbuhan padi saat persemaian lebih bagus karena lingkungan mudah
dikendalikan. Selain itu, desain rak yang bertingkat juga mengharuskan masingmasing tingkat membutuhkan cahaya. Guna diperoleh pencahayaan yang sesuai
maka dilakukan perancangan pencahayaan untuk perangkat rak persemaian.
Pencahayaan khusus yang dipilih dalam penelitian ini yakni cahaya lampu.
Perancangan pencahayaan dari lampu ini perlu dilakukan pengujian dengan
percobaan penyemaian padi agar diperoleh bibit padi yang baik. Rincian
rancangan rak ditunjukkan pada Lampiran 2.

Gambar 2 Gambar hasil rancangan rak

6
1. Perancangan Pencahayaan
Pencahayaan untuk rak perlu dirancang agar tanaman pada rak dapat
menerima intensitas cahaya yang cukup untuk pertumbuhan dan juga merata.
Awal perancangan pencahayaan dilakukan dengan pemilihan lampu yang
didasarkan pada literatur dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Lampu yang dapat digunakan untuk budidaya tanaman dengan pertumbuhan
tetap normal memiliki tingkat radiasi 140 W/
dan 60 W/
(Warrington et
al. 1976). Jenis lampu yang sudah digunakan dalam penelitian tersebut yakni
metal-halide, mercury, incandescent dan tungsten iodide selain itu terdapat
juga jenis lampu fluorescent. Jenis-jenis lampu tersebut merupakan lampu yang
dapat menghasilkan cahaya tampak seperti cahaya matahari (Warrington dan
Mitchell 1975). Maka dalam penelitian ini dilakukan penelitian pendahuluan
dengan lampu 24 W atau 60 W/ , yang didasarkan pada perhitungan luasan
masing-masing tingkat rak semai.
Desain rak dengan lampu diuji dengan melihat pertumbuhan tanaman
padi. Pertumbuhan padi pada radiasi 60 W/
ternyata tidak terlalu bagus.
Maka dirancang ulang rak semai padi dengan lampu yang tingkat radiasinya
lebih tinggi. Lampu yang dipilih tingkat radiasinya berada pada 60-140 W/m2.
Lampu yang digunakan yakni jenis spiral 42 W. Sama seperti hasil rancangan
sebelumnya, rancangan ini pun diuji dengan menumbuhkan benih padi. Padi
disemai dengan cahaya lampu dengan berbagai jarak antara tanaman dengan
lampu. Pada periode ini padi disemai dengan beberapa jenis pencahayaan yakni
dengan cahaya lampu, cayaha matahari dengan naungan, dan cahaya matahari
tanpa naungan. Hasil dari persemaian tersebut dibandingkan untuk mengetahui
hasil yang terbaik.
2. Perancangan dan Pemberian Stimulasi Musik Seruling
Rancangan rak semai juga mempertimbangkan stimulasi musik yang
diberikan. Stimulasi musik yang dicoba adalah musik yang sesuai dengan adat
setempat yaitu seruling Sunda. Musik seruling yang digunakan dirancang
dengan frekuensi tinggi yakni 20 – 2000 Hz (Meng et al. 2012) dan 3500 –
5000 Hz yang mengacu pada produk sonic bloom berdasarkan hasil penelitian
Yulianto (2008). Musik dengan frekuensi tinggi ini dibuat dengan bantuan
aplikasi musik digital. Pada awal perekaman musik, seruling dimainkan
langsung. Hasil rekaman tersebut tidak dapat mencapai frekuensi yang
diinginkan, maka dilakukan pengolahan hasil rekaman.
Hasil rekaman musik seruling tersebut diedit menggunakan teknologi
digital audio workstation (DAW). Program DAW yang digunakan yakni
software neundo4port sehingga dihasilkan musik seruling yang sesuai dengan
frekuensi yang dibutuhkan. Frekuensi yang dihasilkan dari perancangan ini
berkisar antara 2000-4000 Hz. Frekuensi musik diketahui melalui aplikasi
tersebut dan juga digunakan aplikasi tambahan dari sistem Android yakni
carltune. Pemberian musik untuk tanaman pada pagi hari pk 04.00 – 09.00 dan
sore hari pada pk 16.00 – 21.00. Pemutaran musik diatur dengan bantuan timer.
Musik diberikan menggunakan speaker aktif sejumlah dua set agar diperoleh
intensitas bunyi mendekati 100 dB pada sumber suara mengacu pada hasil

7
penelitian PAFT (Meng et al. 2012). Pengukuran intensitas bunyi digunakan
alat berupa sound level meter.
Percobaan juga dilakukan untuk mengetahui jarak dan taraf intensitas
bunyi musik seruling yang masih bisa berpengaruh pada tanaman. Pada
penelitian ini digunakan dua jarak tanaman dari sumber suara. Jarak pertama
yakni jarak yang dekat dengan sumber suara sejauh 2 meter dengan taraf
intensitas bunyi yang lebih tinggi dari pada jarak kedua yang sejauh 14 meter.
Hasil persemaian dari kedua jarak tersebut dibandingkan agar dapat diketahui
pengaruh jarak terhadap taraf intensitas musik dan terhadap pertumbuhan
tanaman.
Rancangan rak semai juga akan diuji dengan penggunaan pupuk daun. Hal
ini didasarkan pada hasil penelitian Carlson (2001) bahwa tanaman yang
diberikan stimulus musik akan tumbuh lebih baik dengan nutrisi daun. Pada
penelitian ini nutrisi daun tersebut digantikan oleh pupuk daun yang diberikan
bersamaan dengan penyiraman air di pagi dan sore. Pemberian pupuk daun
dirancang pada saat tanaman berumur 4 HST dan 12 HST sesuai dengan dosis
yang dianjurkan pada produk pupuk daun yang digunakan.
Perlakuan Penyemaian Padi
Penyemaian padi digunakan untuk menguji hasil rancangan perangkat rak.
Penyemaian dilakukan dengan beberapa perlakuan dan hasilnya diamati dengan
berbagai respon. Perlakuan yang dirancang dibedakan berdasarkan pencahayaan
(C), musik (M), dan pemberian pupuk daun (P).
Perlakuan pencahayaan:
C1 : di dalam ruangan menggunakan cahaya lampu (rak tingkat 1 – 3)
C1.1 : nampan 1, dengan iluminasi 706 Lux
C1.2 : nampan 2, dengan iluminasi 6748 Lux
C1.3 : nampan 3, dengan iluminasi 8076 Lux
C1.4 : nampan 4, dengan iluminasi 687 Lux
C2 : di dalam ruangan tanpa cahaya lampu (rak tingkat 4, paling atas)
C3 : cahaya matahari dengan naungan
C3.1 : cahaya matahari dengan naungan nampan di rak tingkat 3, tingkat 2
C3.2 : cahaya matahari dengan naungan nampan di rak tingkat 4, tingkat 3
C4 : cahaya matahari tanpa naungan
C4.1 : cahaya matahari tanpa naungan, nampan di tingkat 4
C4.2 : cahaya matahari tanpa naungan, nampan di luar rak
M0 : tanpa stimulasi musik seruling
M1 : menggunakan stimulasi musik seruling
M1.1 : menggunakan stimulasi musik dengan taraf intensitas bunyi tinggi
M1.2 : menggunakan stimulasi musik dengan taraf intensitas bunyi rendah
P0 : tanpa menggunakan pupuk daun
P1 : dengan menggunakan pupuk daun
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan dibedakan menjadi dua macam, yakni
pengamatan sehari-hari dan pengamatan di akhir persemaian setelah tanaman
mencapai umur 15 hari setelah tanam (HST) dan 21 HST untuk penelitian
pendahuluan. Pengamatan sehari-hari merupakan pengamatan kondisi lingkungan

8
tanaman, yakni intensitas cahaya menggunakan lux meter dan intensitas bunyi
musik seruling menggunakan
sound level meter pada perlakuan musik.
Pengamatan di akhir persemaian yakni pengamatan yang dilakukan pada tanaman
padi dengan dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, klorofil
menggunakan chlorophyll meter SPAD, bobot basah, dan bobot kering.
Pengamatan untuk bobot basah dan bobot kering dalam satu pengukuran tanaman
berjumlah 100 tanaman.
Pengamatan intensitas cahaya lampu dilakukan sekali dalam sehari
berdasarkan jarak tanaman terhadap lampu. Pengukuran intensitas cahaya
matahari dilakukan setiap tiga jam sekali. Intensitas bunyi diukur pada saat
perlakuan musik, pada saat pemutaran musik di pagi dan sore hari. Intensitas
bunyi dari speaker juga diukur dengan berbagai jarak.
Hasil pengamatan jarak lampu dengan intensitas cahaya yang dihasilkan
dianalisis dengan dibuat regresi linearnya. Hasil pengamatan pertumbuhan
tanaman padi yang digunakan untuk menguji rancangan rak semai dianalisis
menggunakan uji anova pada Microsoft excel. Hasil uji inilah yang digunakan
sebagai acuan perancangan akhir rak semai bibit padi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Rak hasil rancangan berukuran panjang 100 cm, lebar 40 cm, dan tinggi
keseluruhan 160 cm. Rak yang dibuat sepanjang 100 cm agar cahaya lampu dapat
menjangkau secara keseluruhan bagian rak dalam satu tingkat dan dengan
kapasitas persemaian yang cukup banyak. Ukuran panjang tersebut juga
disesuaikan dengan ukuran nampan yakni 24.5 cm x 33.5 cm. Panjang rak 100 cm
dapat memuat empat nampan. Lebar rak 40 cm ini disesuaikan dengan ukuran
nampan yang diperoleh dari pasaran yang panjangnya 33.5 cm, sehingga cukup
untuk meletakkan nampan di dalam rak. Tinggi keseluruhan rak 160 cm
disesuaikan dengan tinggi rata-rata penduduk Indonesia khususnya untuk
penduduk pria (Tabel 1).
Tinggi 160 cm tersebut tebagi atas beberapa tingkat rak. Tinggi tingkat 1 rak
dari tanah atau kaki rak 10 cm, dan masing-masing rak untuk tingkat 1, tingkat 2,
dan tingkat 3 tingginya 40 cm, serta untuk tingkat 4 tingginya 30 cm. Tingkat 1
sampai 3 tingginya 40 cm karena perancangan awal digunakan penyinaran aktif
dari lampu sehingga diberikan ruang untuk meletakkan lampu. Hal ini berbeda
pada rak tingkat 4 yang tingginya hanya 30 cm karena tidak digunakan lampu.
Tinggi masing-masing rak juga disesuaikan pada tinggi tanaman sampai pada
akhir persemaian. Persemaian yang dilakukan pada penelitian ini yakni 15-21 hari,
yang pada umumnya pada umur 21 hari tinggi tanaman kurang lebih mencapai 25
cm (Prasetiyo 2002).
Hasil rancangan perangkat rak semai digunakan lampu sebesar 42 W yang
diletakkan di tengah rak di setiap tingkatnya. Hasil ini diperoleh berdasarkan
penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan yakni percobaan penyemaian

9
benih padi dengan tingkat radiasi 60 W/m2 yang menggunakan lampu sebesar 24
W untuk luas rak 0.4 m2. Bibit padi yang dihasilkan dari penelitian pendahuluan
tersebut kurang bagus, bibit mengalami etiolasi yakni tanaman yang kekurangan
cahaya, tumbuh tinggi namun daun berwarna kuning sebagai indikasi kandungan
klorofil yang rendah dan bibit padi tidak mampu berdiri kokoh(batang kurus).
Berdasarkan hasil tersebut, lampu yang digunakan digantikan dengan lampu yang
tingkat radiasinya lebih tinggi lagi. Tingkat radiasi lampu 42 W ini berada di
antara 60-140 W/m2.
Lampu 42 W tersebut menghasilkan iluminasi (Lux) yang berbeda sesuai
dengan jaraknya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan jarak yang
berbeda maka iluminasi yang terukur juga berbeda. Hubungan keduanya dapat
dilihat pada gambar 3. Gambar tersebut merupakan hubungan jarak titik
pengukuran dengan iluminasi cahaya lampu. Grafik tersebut merupakan hasil dari
pengukuran intensitas cahaya lampu sebesar 42 W dari berbagai jarak.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, grafik yang diperoleh merupakan grafik
dengan hubungan eksponensial.

Iluminasi cahaya (Lux)

Persamaan dari hubungan jarak dengan iluminasi cahaya yang dihasilkan
diperoleh dengan meregresikan grafik dengan regresi eksponensial. Tampak pada
gambar R2=0.8479, dapat diartikan bahwa kemampuan peubah penjelas jarak (x)
dapat menggambarkan keragaman peubah terikat iluminasi cahaya lampu (y)
sebesar 85%. Nilai R2 yang diperoleh lebih dari 80% itu menjelaskan bahwa
variabel x memberikan pengaruh secara keseluruhan terhadap variabel y. Maka
dapat disimpulkan bahwa jarak antara lampu dengan objek titik pengukuran
mempengaruhi iluminasi yang terdapat di titik tersebut.

100000
90000
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0

y = 23151e-0.086x
R² = 0.8479

0

10

20

30

40

50

60

Jarak antara tanaman dengan lampu (cm)

Gambar 3 Grafik hubungan antara jarak dengan iluminasi cahaya lampu
Nilai R2 berpengaruh pada persamaan yang dihasilkan dari regresi tersebut.
Persamaan yang dihasilkan jika diuji dengan dilakukan perhitungan maka hasilnya
tidak semua sesuai dengan hasil pengamatan bahkan terdapat beberapa data yang

10
sangat berbeda jauh dengan hasil perhitungan. Hal ini karena persamaan yang
dihasilkan dari pendugaan hanya mampu menggambarkan titik-titik yang
bersinggungan dengan garis, yakni sebesar 85 % dari data yang ada yakni sebesar
nila R2. Titik-titik yang di luar garis merupakan titik yang belum mampu
digambarkan oleh model persamaan yang dihasilkan. Dapat disimpulkan bahwa
model persamaan yang dihasilkan hanya mampu melakukan pendugaan pada data
yang ada sebesar 85 %.

Gambar 4 Rak semai padi dengan cahaya lampu
Perancangan ulang pencahayaan yang diperbaiki dengan mengganti jenis
lampu tersebut juga diuji seperti pada penelitian pendahuluan. Pengujian jenis
lampu pada rak melalui penyemaian bibit padi selama 15 hari. Hasil respon
tanaman yang diamati yakni tinggi tanaman, jumlah daun, klorofil, serta bimassa
tanaman yakni bobot basah dan bibit kering per 100 tanaman. Hasil pengamatan
yang sudah dibahas sebelumnya diketahui bahwa jarak mempengaruhi iluminasi
cahaya yang dihasilkan. Maka hal ini juga mempengaruhi iluminasi cahaya yang
didapatkan tanaman, sesuai dari hasil rancangan bahwa peletakan lampu di tengah
rak di setiap tingkatnya. Tray mendapatkan besarnya pencahayaan yang berbedabeda tergantung pada jaraknya.
Pengukuran jarak tanaman dengan lampu pada setiap nampan dilakukan di
tiga titik dengan tiga kali ulangan. Titik pengukuran yakni pada jarak terjauh,
tengah-tengah dan terdekat nampan dari sumber cahaya lampu. Hasil pengukuran
tersebut dirata-rata dan didapatkan jarak a, b, c, dan d. Jarak a=39 cm, b=41 cm
yang keduanya merupakan nampan yang berada di pinggir kiri dan kanan rak serta
merupakan nampan yang terjauh dari cahaya lampu. Jarak b= 17 cm dan c= 15 cm,
keduanya merupakan nampan yang berada di tengah rak dan merupakan nampan
yang terletak di dekat sumber cahaya lampu. Hasil pengukuran didapatkan
iluminasi cahaya lampu pada masing-masing titik yakni a= 706 Lux, b= 6748 Lux,
c= 8076 Lux, dan d= 687 Lux. Hubungan antara jarak tanaman dengan lampu
terhadap respon pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada grafik pada Gambar 5
sampai Gambar 9.

11

Tinggi tanaman (cm)

30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Jarak antara tanaman dengan lampu (cm)

Gambar 5 Hubungan jarak tanaman dengan lampu terhadap tinggi bibita

Klorofil (Indeks SPAD)

35.0
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Jarak antara tanaman dengan lampu (cm)

Bobot Basah/100 tanaman (g)

Gambar 6 Hubungan jarak tanaman dengan lampu terhadap klorofil bibita

14.5
14
13.5
13
12.5
12
0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Jarak antara tanaman dengan lampu (cm)

Gambar 7 Hubungan jarak tanaman dengan lampu terhadap bobot basah bibita

Bobot Kering /100 tanaman (g)

12

2.5
2
1.5
1
0.5
0
0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Jarak antara tanaman dengan lampu (cm)

Gambar 8 Hubungan jarak tanaman dengan lampu terhadap bobot kering bibita

5

Jumlah Daun

4
3
2
1
0
0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Jarak antara tanaman dengan lampu (cm)

Gambar 9 Hubungan jarak tanaman dengan lampu terhadap jumlah daun bibita
a

Hasil pengamatan dengan perlakuan tanpa musik dan tanpa pupuk daun. Jarak merupakan hasil
rata-rata dari setiap hasil pengukuran jarak peletakan nampan dengan lampu

Berdasarkan hasil pengukuran, jarak yang dekat antara tanaman dengan
sumber cahaya lampu yang berkisar 3-27 cm, jarak tersebut memberikan pengaruh
yang lebih baik terhadap tinggi tanaman, klorofil, dan jumlah daun. Hasil
perlakuan yang terbaik dapat dilihat dari titik maksimum atau minimum sebaran
data respon tanaman. Hasil maksimum dari masing-masing respon yakni tinggi
tanaman 28.3 cm, klorofil 30.77 Indeks SPAD, dan daun berjumlah 4 helai. Hal
ini tidak terjadi pada bobot basah dan bobot kering. Hasil keduanya sangat
beragam dan titik minimum serta maksimum pun hampir sama untuk parameter
bobot basah dengan hasil maksimum 14.32 g. Sedangkan parameter bobot kering
hasil yang lebih baik yakni pada jarak jauh yang berkisar antara 30-51 cm tampak
pada nilai maksimum bobot kering yakni 1.96 g.

13
Sebaran respon tanaman yang beragam seperti yang terlihat pada gambar di
atas, dapat disebabkan oleh pencahayaan yang diperoleh tanaman dalam satu
nampan tidak merata. Intensitas cahaya yang diperoleh tanaman tidak merata
karena ukuran nampan yang panjang sehingga dari ujung satu ke ujung yang lain
nampan pun menerima iluminasi yang berbeda. Seperti halnya pada hasil
pengamatan hubungan jarak lampu dengan tanaman, bahwa semakin jauh
jaraknya maka iluminasi pun akan semakin menurun. Ketidakmerataan cahaya
yang diperoleh tanaman berpengaruh pada pertumbuhannya, sehingga
pengambilan sample tanaman yang dilakukan secara acak pun mempengaruhi
sebaran hasil yang tidak merata meskipun dalam satu nampan yang sama
perlakuannya.
Kelima gambar grafik di atas merupakan hubungan antara pertumbuhan
tanaman terhadap jarak tanaman dengan sumber cahaya lampu. Pada grafik
tersebut tampak bahwa adanya hubungan antara jarak tanaman dengan sumber
cahaya. Jarak tersebut berpengaruh terhadap respon tanaman yakni tinggi tanaman,
jumlah daun, dan klorofil tanaman, namun tidak memberikan pengaruh pada
parameter bobot basah dan bobot kering tanaman. Terlihat pada grafik sampel
tanaman responnya berbeda dan sangat beragam, namun dari sebaran minimum
dan maksimun dapat diketahui perbedaan hasilnya. Secara garis besar dapat
dinyatakan bahwa jarak antara tanaman dengan lampu berpengaruh pada iluminasi
cahaya yang dihasilkan dan berpengaruh juga pada respon tanaman namun tidak
signifikan.
Secara teori cahaya berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, yakni cahaya
mempengaruhi pada proses fotosintesis. Pada saat proses fotosintesis klorofil
menyerap energi dari cahaya. Energi dari cahaya tersebut digunakan pada proses
tumbuhan untuk menghasilkan karbohidrat dan energi lain untuk pertumbuhannya.
Jika cahaya yang diperoleh tanaman kurang atau terganggu maka pertumbuhan
tanaman pun akan terganggu, Jadi, perbedaan cahaya yang didapatkan oleh
tanaman pun dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Seperti pada kasus di
atas, meskipun pada nampan yang sama, namun jika masing-masing tanaman
menerima cahaya tidak sama maka responnya pun tidak sama dan berakibat pada
pertumbuhannya yang bereda-beda.
Hasil Pengujian Rancangan Perangkat Rak Semai
Pengujian hasil rancangan rak semai tahap pertama yakni pengujian
pencahayaannya. Agar diketahui jenis cahaya yang terbaik untuk pertumbuhan
bibit padi maka dilakukan juga penyemaian bibit padi pada jenis pencahayaan lain
selain lampu sebagai pembanding, yakni pada cahaya matahari dengan naungan
dan tanpa naungan. Penyemaian dengan cahaya matahari baik tanpa naungan
maupun dengan naungan, keduanya dilakukan pada nampan yang tidak diletakkan
pada rak. Hasil uji rancangan rak semai dapat dilihat dari hasil pengamatan pada
masing-masing perlakuan. Parameter pengamatan dilihat dari respon tanaman
terhadap perlakuan yang diberikan. Respon tanaman meliputi tinggi tanaman,
jumlah daun, klorofil, serta bobot basah dan bobot kering per 100 tanaman.
Pengujian terhadap rancangan rak yang paling utama yakni uji terhadap lampu.
Iluminasi cahaya yang diperoleh tanaman dari berbagai jenis pencahayaan
tersebut berbeda-beda (Tabel 2).

14
Tabel 2 Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan tanaman
Kode
Perlakuan
C1M0P0
C2.1M0P0
C2.2M0P0
C2.3M0P0
C2.4M0P0
C3M0P0
C4M0P0

Intensitas
Tinggi
Jumlah
Cahaya Tanaman
Daun
(Lux)
(cm)
52
16.58 c
2.23 e
706
19.22 b
2.53 d
6748
19.88 b
2.83 b
8076
18.31 b
2.83 b
687
18.42 b
2.50 d
a
1329
20.30 a
2.60 c
a
35163
16.51 d
3.07 a

Klorofil
(Indeks
SPAD)
6.45 d
11.90 c
15.74 c
14.67 c
12.31 c
15.68 b
19.95 a

Bobot
Basah/100
Tanaman (g)
13.57 b
13.48 b
13.88 b
13.35 b
13.90 b
15.94 a
18.67 a

Bobot
Kering/100
Tanaman (g)
1.72 c
1.67 c
1.67 c
1.67 c
1.74 c
1.80 b
2.44 a

Catatan: perbedaan huruf pada satu kolom menandakan bahwa perlakuan tersebut berbeda nyata
signifikan terhadap perlakuan lainnya (α < 0.05). Nilai yang ditampilkan yakni nilai ratarata dari seluruh tanaman per perlakuan yang diamati. aMerupakan hasil rata-rata
iluminasi cahaya matahari dari pagi sampai sore, untuk data perubahan iluminasinya
dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil terbaik respon dari masing-masing perlakuan tampak berbeda-beda.
Respon tinggi tanaman terbaik yakni pada perlakuan kontrol pencahayaan
matahari dengan naungan. Angka respon tersebut berbeda nyata signifikan
dibandingkan dengan respon tinggi tanaman pada pencahayaan lainnya. Respon
jumlah daun pada tingkat iluminasi yang berbeda diketahui hasil terbaik pada
pencahayaan matahari tanpa naungan. Begitu pun untuk tiga respon lainnya,
klorofil, bobot basah, dan bobot kering cukup signifikan perbedaannya dengan
pencahayaan yang lain.
Bibit padi yang baik untuk dipindah tanam ke lahan menurut Prasetiyo
(2002) adalah bibit yang bebas penyakit, tinggi sekitar 25 cm, batang besar dan
kuat, berdaun 5-7 helai, memiliki banyak akar dan lebih berat. Kualifikasi bibit
menurut Prasetiyo tersebut merupakan bibit yang telah disemai selama 21 hari,
dan bukan jenis bibit yag disiapkan untuk metode SRI. Selain syarat tersebut, bibit
juga harus mampu berdiri kokoh saat dipindah tanam, sehingga tidak mudah rebah
sewaktu ditancapkan ke dalam tanah sawah. Bibit tersebut adalah bibit yang
memiliki biomasa yang besar yakni bobot basah dan bobot kering. Pada penelitian
ini bibit disemaikan selama 15 hari seperti metode pada budidaya SRI. Bibit yang
dibudidayakan sampai umur 15 hari hanya memiliki 2 helai daun (Bakelaar 2001).
Mengacu pada kualifikasi bibit yang baik seperti pada penjelasan di atas,
maka fokus untuk pemilihan bibit yang baik yakni bibit memiliki bobot basah dan
bobot kering yang lebih dari yang lainnya. Biomasa yang besar menjadi indikator
bahwa batang tanaman akan lebih besar sehingga tanaman pun lebih kokoh dan
kuat. Namun, biomasa sendiri dipengaruhi oleh hasil fotosintesis tanaman, karena
hasil fotosintesis akan mempengaruhi pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman. Fotosintesis dengan jumlah klorofil sendiri juga saling mempengaruhi,
karena dengan adanya klorofil maka tumbuhan akan dapat membuat makanannya
sendiri dengan bantuan cahaya yakni melalui proses fotosintesis. Maka, disini
klorofil juga merupakan tolok ukur bibit yang baik melihat fungsi klorofil sebagai
penyerap energi dari cahaya.

15
Berdasarkan penjelasan di atas dan dilihat dari Tabel 3 hasil pengaruh
cahaya terhadap respon tanaman, bibit yang terbaik yakni bibit C4 yakni bibit
yang disemaikan di bawah cahaya matahari secara langsung tanpa naungan. Hasil
respon tanaman pada perlakuan C4 untuk jumlah daun, klorofil, bobot basah dan
bobot kering semuanya merupakan hasil terbaik dari berbagai perlakuan,
sedangkan tinggi tanaman pada perlakuan ini paling pendek dari pada perlakuan
yang lain. Tinggi tanaman yang lebih kecil dari yang lainnya ini karena cahaya
yang diperoleh tanaman dari matahari langsung sangat tinggi jika dibandingkan
dengan pencahayaan yang lainnya. Cahaya yang cukup bagi tanaman dapat
meningkatkan pembukaan helai daun, pemanjangan tangkai daun, pembentukan
klorofil, dan perkembangan kloroplas (Saliburry dan Ross 1995). Namun, cahaya
juga dapat menghambat pemanjangan batang jika terlalu tinggi. Peristiwa inilah
yang terjadi pada tanaman perlakuan C4, cahaya matahari tanpa naungan yang
terkena langsung pada tanaman menjadikan tanaman aktif berfotosintesis dengan
energi yang cukup besar pada daun dan pada saat itu batang menjadi lebih pendek
dan lebih kekar.
Setelah dilakukan pengujian hasil rancangan rak persemaian dengan cahaya
lampu yang dibandingkan hasilnya dengan bibit yang disemaikan pada cahaya
matahari, dapat diketahui hasil yang lebih baik adalah bibit dengan cahaya
langsung dari matahari. Maka dapat disimpulkan bahwa rancangan rak
persemaian dengan cahaya lampu kurang baik hasilnya karena bibit yang
dihasilkan kurang memenuhi persyaratan bibit yang baik. Maka rancangan rak
persemaian yang digunakan yakni rak persemaian dengan cahaya matahari.
Selanjutnya, untuk mengetahui faktor lainnya yang mampu mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dalam tahap persemaian, maka dilakukan lagi pengujian
rancangan persemaian yakni untuk rancangan pemberian stimulasi musik seruling
dengan frekuensi tinggi.
Tabel 3 Pengaruh pemberian stimulasi musik pada pertumbuhan tanaman
(tanpa pupuk daun)
Kode
Perlakuan
C2M1P0
C2M0P0
C3M1P0
C3M0P0
C4M1P0
C4M0P0

Tinggi
Tanaman
(cm)
23.28 a
18.96 c
20.43 b
20.30 b
18.29 d
16.51 e

Jumlah
Daun

Klorofil
(Indeks SPAD)

2.24 d
2.67 b
2.53 c
2.60 c
2.90 a
3.06 a

15.42 c
13.66 d
14.70 c
15.68 c
27.92 a
19.95 b

Bobot
Basah/100
Tanaman (g)
14.93 b
13.65 c
14.68 b
15.94 b
19.87 a
18.67 a

Bobot
Kering/100
Tanaman (g)
1.93 b
1.69 c
1.91 b
1.80 b
2.85 a
2.44 a

Tampak pada Tabel 3, meskipun hampir tidak ada pebedaan yang signifikan,
namun hasil terbaik adalah respon tanaman yang diberikan stimulasi musik. Hasil
yang berbeda nyata secara signifikan antara pertumbuhan tanaman dengan musik
dan tanpa musik yakni pada pencahayaan lampu, namun pada respon jumlah daun

16
hasil yang lebih baik adalah tanpa pemberian musik. Respon jumlah daun ini juga
sama pada seluruh jenis perlakuan cahaya, yakni rata-rata jumlah daun yang lebih
baik pada perlakuan tanpa menggunakan musik. Namun, secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa pemberian stimulasi musik pada tanaman memberikan respon
yang baik.
Tabel 4 Pengaruh pemberian simulasi musik pada pertumbuhan tanaman
(menggunakan pupuk daun)
Kode
Perlakuan
C2M1P1
C2M0P1
C3M1P1
C3M0P1
C4M1P1
C4M0P1

Tinggi
Tanaman
(cm)
22.38 a
18.06 c
20.02 b
18.14 d
16.64 e
16.56 f

Jumlah
Daun

Klorofil
(Indeks SPAD)

2.38 e
2.62 c
2.20 f
2.53 d
2.83 b
3.27 a

14.84 b
14.18 b
12.13 c
9.40 d
21.42 a
20.30 a

Bobot
Basah/100
Tanaman (g)
15.82 c
13.13 d
17.36 b
15.33 b
18.12 a
18.98 a

Bobot
Kering/100
Tanaman (g)
1.98 c
1.66 d
1.91 b
1.78 b
2.57 a
2.50 a

Berdasarkan tabel di atas, pengaruh stimulasi musik baik dengan pupuk
daun maupun tanpa pupuk daun, respon tanaman menunjukkan hasil yang lebih
baik adalah tanaman dengan penambahan stimulasi musik. Meskipun dalam
beberapa respon menunjukkan stimulasi musik tidak memberikan pengaruh.
Bahkan ada beberapa respon yang menunjukkan perlakuan stimulasi musik tidak
lebih baik dari pada perlakuan tanpa musik yakni pada respon jumlah daun dari
semua jenis pencahayaan dan bobot basah pada pencahayaan matahari tanpa
naungan.
Jika fokus pada hasil perlakuan cahaya yang terbaik yakni pada perlakuan
C4 baik untuk dengan perlakuan pemberian pupuk daun maupun tanpa pupuk
daun, dapat dibandingkan antara perlakuan dengan stimulasi musik dan tanpa
stimulasi musik yang berbeda nyata signifikan yakni pada respon tinggi tanaman
dan klorofil. Keduanya berbeda nyata dengan hasil yang terbaik yakni pada
perlakuan pemberian stimulasi musik seruling frekuensi tinggi baik saat diberi
pupuk daun maupun tidak. Hasil ini sama halnya dengan hasil penelitian
sebelumnya pada komoditas strawberi yang menyatakan bahwa perlakuan musik
dapat meningkatkan kandungan klorofil pada tanaman strawberi (Meng et al.
2011). Respon bobot basah dan bobot kering belum terlihat perbedaan secara
nyata, meskipun hasil terbaik yakni pada perlakuan dengan stimulasi musik.
Tinggi tanaman disini juga berbeda nyata signifikan antara perlakuan
stimulasi musik seruling dan tanpa musik seruling. Hasil yang lebih baik
ditunjukkan pada perlakuan dengan stimulasi musik seruling. Penelitian terdahulu
yang menguji pengaruh musik akustik dan musik serangga terhadap pertumbuhan
beberapa jenis sayuran juga diketahui bahwa musik memberikan pengaruh yang
baik terhadap tanaman. Musik dapat meningkatkan tinggi tanaman, biomasa, dan
perakaran tanaman (Bai et al. 2010). Namun pada penelitian ini tidak semua

17
biomasa mengalami peningkatan setelah diberikan stimulasi musik. Pada respon
bobot basah terdapat hasil yang lebih kecil pada perlakuan M1. Hal ini dapat
disebabkan pada saat pengukuran bobot basah kondisi tanaman masih belum
stabil, yakni tanaman masih dipengaruhi oleh suhu lingkungan yang
mempengaruhi kandungan air dalam tanaman. Selain itu, kondisi tanaman
sebelum ditimbang dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran dapat
mempengaruhi bobot basah tanaman jika masih ada air yang menempel pada bibit
contoh.
Tabel 5 Pengaruh pemberian pupuk daun pada pertumbuhan tanaman (tanpa
stimulasi musik)
Kode
Perlakuan
C2M0P0
C2M0P1
C3M0P0
C3M0P1
C4M0P0
C4M0P1

Tinggi
Tanaman
(cm)
18.96 b
18.06 b
20.30 a
18.14 c
16.51 d
16.56 e

Jumlah
Klorofil
Daun (Indeks SPAD)
2.68 b
2.62 b
2.60 c
2.53 c
3.07 a
3.27 a

13.66 c
14.18 c
15.68 b
9.40 d
19.95 a
20.30 a

Bobot
Basah/100
Tanaman (g)
13.65 c
13.13 c
15.94 b
15.33 b
18.67 a
18.98 a

Bobot
Kering/100
Tanaman (g)
1.69 c
1.66 c
1.80 b
1.78 b
2.44 a
2.50 a

Tabel 6 Pengaruh pemberian pupuk daun pada pertumbuhan tanaman (dengan
stimulasi musik)
Kode
Perlakuan
C2M1P0
C2M1P1
C3M1P0
C3M1P1
C4M1P0
C4M1P1

Tinggi
Tanaman
(cm)
23.28 a
22.38 a
20.43 b
20.02 b
18.29 c
16.64 d

Jumlah
Klorofil
Daun (Indeks SPAD)
2.24 d
2.38 c
2.53 b
2.20 e
2.90 a
2.83 a

15.41 c
14.84 c
14.70 d
12.13 e
27.92 a
21.42 b

Bobot
Basah/100
Tanaman (g)
14.68 d
17.36 b
19.87 a
18.12 a
14.93 c
15.82 c

Bobot
Kering/100
Tanaman (g)
1.91 c
1.91 c
2.85 a
2.57 a
1.93 b
1.97 b

Respon terhadap pemberian pupuk pada tanaman hampir semua tidak
memberikan hasil. Secara keseluruhan baik dengan pupuk maupun tanpa pupuk
tidak ada beda yang signifikan. Hasil tersebut berlaku untuk perlakuan dengan
musik dan tanpa musik. Bahkan banyak diantaranya hasilnya lebih bagus tanpa
menggunakan pupuk daun meskipun pada beberapa perlakuan ada yang
berpengaruh. Perlakuan yang diperoleh hasil yang lebih baik dengan pupuk daun
yakni pada pencahayaan matahari tanpa naungan namun tidak semua respon.
Pengujian desain rak dengan pengamatan seperti yang telah dijabarkan di
atas secara garis besar cahaya memberikan pengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Cahaya lampu yang diberikan dengan jarak yang berbeda memberikan pengaruh

18
terhadap respon tanaman namun tidak signifikan. Pengaruh yang signifikan terjadi
pada cahaya matahari dan cahaya lampu, hasil yang terbaik adalah cahaya
matahari secara langsung atau tanpa naungan meskipun hal ini tidak berlaku pada
tinggi tanaman. Mengacu pada hasil dan ulasan di atas, maka disimpulkan
sementara rancangan yang terbaik yakni penggunaan cahaya langsung dari
matahari dan diberikan stimulasi musik seruling dengan frekuensi tinggi 20004000 Hz untuk penyemaian bibit padi.
Maka untuk mengetahui lebih jauh lagi pengaruh intensitas cahaya matahari
terhadap tanaman, dilakukan lagi pengujian desain rak dengan cahaya matahari
yang tanpa naungan dan dengan naungan yang berupa nampan yang berada di
atasnya. Percobaan penyemaian bibit pada rak dengan naungan nampan di atasnya
bertujuan untuk memanfaatkan rak tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3. Selain itu,
pengujian lebih lanjut pada stimulasi musik seruling yakni pengujian pengaruh
taraf intensitas bunyi terhadap respon tanaman. Hasil lain yang diperoleh dari
perngujian tersebut yakni diperoleh juga hubungan antara jarak titik pengukuran
dari sumber suara terhadap taraf intensitas bunyi yang dihasilkan.

120
Intensitas bunyi (dB)

100
80
60
40

y = 92.57e-0.023x
R² = 0.6209

20
0
0

2

4

6

8

10

12

14

16

Jarak (m)

Gambar 10 Hubungan antara jarak dengan intensitas bunyi
Grafik di atas merupakan hubungan antara jarak dengan taraf intensitas
bunyi dari hasil pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan alat sound level meter
menghasilkan grafik dengan regresi eksponensial. Regresi eksponensial dari
hubungan tersebut dihasilkan R² = 0.6209. Nilai R² tersebut belum mampu
menggambarkan secara keseluruhan hubungan antar jarak dengan taraf intensitas
bunyi yang terukur. Sesuai teori semakin jauh jarak titik pengukuran dengan
sumber suara maka taraf intensitas bunyi semakin rendah. Namun dalam
pengukuran menunjukkan data tidak demikian. Faktornya adalah pengukuran
yang dilakukan bukan pada waktu yang sama, sehingga faktor suara lain pun ikut
terukur pada waktu-waktu tertentu.
Nilai R2 tersebut berpengaruh pada model persamaan. Hasil pendugaan
persamaan jika diuji dengan dilakukan perhitungan maka hasilnya tidak semua

19
sesuai dengan hasil pengamatan. Persamaan yang dihasilkan dari pendugaan
hanya mampu menggambarkan titik-titik yang bersinggungan atau berdekatan
dengan garis, yakni sebesar nilai R2. Titik-titik yang di luar garis merupakan titik
yang belum mampu digambarkan oleh model persamaan yang dihasilkan. Dapat
disimpulkan bahwa model persamaan untuk taraf intensitas bunyi yang dihasilkan
hanya mampu melakukan pendugaan pada data yang ada sebesar 62 %.
Tabel 7 Pengaruh iluminasi cahaya matahari terhadap respon pertumbuhan
tanaman (intensitas suara musik tinggi: 50.2-84.9 dB)
Kode
Perlakuan
C4.1M1.1
C4.2M1.1
C3.1M1.1
C3.2M1.1

Iluminasi
Tinggi
Cahaya Tanaman
(Lux) b
(cm)
32365
15.84 b
33443
15.98 b
7927
17.49 a
7964
17.33 a

Jumlah
Daun
2.99 b
3.06 ab
3.02 a
2.94 ac

Klorofil
(Indeks
SPAD)
30.35 a
28.37 b
27.13 c
25.07 d

Bobot
Basah/100
Tanaman (g)
19.79 a
18.87 ac
17.10 b
17.87 bc

Bobot
Kering/100
Tanaman (g)
2.95 a
2.56 bc
2.36 b
2.28 bd

Tabel 8 Pengaruh iluminasi cahaya matahari terhadap respon pertumbuhan
tanaman (intensitas suara musik rendah: 48.6-77.7dB)
Kode
Perlakuan
C4.1M1.2
C4.1M1.2
C3.1M1.2
C3.2M1.2

Iluminasi
Tinggi
Cahaya Tanaman
(Lux) b
(cm)
14.54 c
32365
15.61
b
33443
16.43 a
7927
15.20 bc
7964

Jumlah
Daun
3.04 a
3.09 a
2.96 b
2.74 c

Klorofil
(Indeks
SPAD)
28.25 a
28.96 a
24.74 b
24.93 b

Bobot
Basah/100
Tanaman (g)
20.92 a
19.62 a
16.81 b
15.81 b

Bobot
Kering/100
Tanaman (g)
2.33 ab
2.28 a
2.20 ac
2.29 a

b

Merupakan hasil rata-rata iluminasi cahaya matahari dari pagi sampai sore, untuk d