Partisipasi Masyarakat dalam Program Rehabilitasi Karang dan Dampaknya terhadap Lingkungan, Ekonomi dan Sosial di Pulau Pramuka
PAR
RTISIPAS
SI MASYA
ARAKAT
T DALAM
M PROGR
RAM
RE
EHABILIITASI KA
ARANG DAN
D
DAM
MPAKNY
YA
TERH
HADAP LINGKUN
NGAN, EK
KONOMII DAN SO
OSIAL
DI PUL
LAU PRA
AMUKA
RIZ
ZKA AND
DINI
DEPAR
RTEMEN SAINS KO
OMUNIK
KASI DAN PENGEM
MBANGAN
N MASYA
ARAKAT
F
FAKULTA
AS EKOL
LOGI MAN
NUSIA
INSTITU
UT PERTA
ANIAN BO
OGOR
BOGO
OR
2013
3
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Masyarakat
dalam Program Rehabilitasi Karang dan Dampaknya Terhadap Lingkungan,
Ekonomi dan Sosial di Pulau Pramuka adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Rizka Andini
NIM: I34090101
iv
ABSTRAK
RIZKA ANDINI. Partisipasi Masyarakat dalam Program Rehabilitasi Karang dan
Dampaknya terhadap Lingkungan, Ekonomi dan Sosial di Pulau Pramuka.
Dibimbing oleh SAHARRUDIN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis masyarakat dalam
program rehabilitasi karang dan dampaknya terhadap lingkungan, sosial dan
ekonomi. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor
individual dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat, dan
hubungan antara tingkat patisipasi dengan lingkungan, ekonomi dan sosial.
Sampel penelitian adalah seluruh anggota PERNITAS di Pulau Pramuka.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif menggunakan
kuesioner serta panduan wawancara mendalam. Secara keseluruhan, perilaku
nelayan di Pulau Pramuka sudah sangat baik mengenai rehabillitasi karang ini.
Mereka memiliki tingkat kemauan yang sangat tinggi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat berada pada tingkat tokenisme
dalam keseluruhan tahapan program. Hasil pengujian hipotesis menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara variabel kemampuan dan kesempatan dengan
tingkat partisipasi. Selanjutnya hubungan yang nyata juga ditunjukan oleh
variabel lingkungan dan sosial yang memiliki hubungan dengan tingkat
partisipasi.
Kata kunci: partisipasi, rehabilitasi karang, lingkungan sosial ekonomi
ABSTRACT
RIZKA ANDINI. Coommunity Participation in The Program Rehabillitation of
Coral and its Impact on economic and social environment in Pramuka Island.
Supervised by SAHARRUDIN
The purpose of this study was to analyze the Coral Community
Rehabilitation Program and its impact on the Environmet, Social and Economic.
This study also aims to examine the relationship between individual and external
factors with the level of community participation, and the relationship between the
level of participation with environmental, economic and social. The samples were
all members of PERNITAS at Pramuka Island. This study was conducted using
quantitative and qualitative interviews using questionnaires and in depth guide.
Overall, the behavior of fisherman at Pramuka Island has been very good about
this reef rehabilitation . They have a very high level of wilingness. Result of this
study indicate that the level of community participation is at the level tokenisme in
all stages of the program. Result of testing hypothesis states that there is a
relationship between the abilty and opportunity to variable levels of participation.
The next real relationship was also demonstrated by the social and environmental
variables that have a relationship with the level of participation
v
Keywords : participation,reef rehabilitation, socio economic enviroment
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI
KARANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN,
EKONOMI, DAN SOSIAL DI PULAU PRAMUKA
RIZKA ANDINI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
vi
vii
Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat dalam Program Rehabilitasi Karang dan
Dampaknya terhadap Lingkungan, Ekonomi dan Sosial di Pulau
Pramuka
Nama
: Rizka Andini
NIM
: I34090101
Disetujui oleh
Dr Ir Saharuddin, Msi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
viii
ix
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya tulis
yang dimulai sejak bulan Maret 2013 ini berjudul Partisipasi Masyarakat dalam
Program Rehabilitasi Karang dan Dampaknya Terhadap Lingkungan, Ekonomi
dan Sosial di Pulau Pramuka.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Saharudin MSi,
selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan saran, kritik, dan motivasi
selama proses penulisan karya tulis ini. Penulis juga berterima kasih kepada
seluruh warga Pulau Pramuka. Tidak lupa penulis menyampaikan hormat dan rasa
terima kasih kepada keluarga tercinta, Ibunda Noverini, Ayahanda Soegiharto,
kakakku Arinta Satya Poetri yang dengan segenap jiwa dan raganya selalu
memberikan semangat, doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.
Terima kasih kepada teman sekaligus tutor yang sangat luar biasa, Mollin,
Arif rachman, Tyas, Anggi, Linda, Fadil, Faris, Dika, Sita, Indra, Hamdani, Zaki,
Bahari, Jabar, Suheri, Iqbal, Ninish, Yosa, Yandra, Siska, Elbie, Benji, Bagus,
Gilang, Ika, Yuli, Yanita, Liby, Adis, Rendy atas persahabatan luar biasa yang
kalian berikan.
Terima kasih sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada Keluarga
Besar Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
(SKPM) angkatan 46 yang dengan segala kemurahan hatinya selalu bisa
menerima penulis apa adanya menjadi bagian dari mereka. Serta semua pihak
yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan, dan kerja samanya
selama ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Penulis menyadari bahwa dalam karya ini terdapat banyak
kesalahan, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan.
Bogor, Juni 2013
Rizka Andini
1
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR LAMPIRAN
6
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang .....................................................................................................1
Masalah Penelitian ...............................................................................................3
Tujuan Penelitian .................................................................................................4
Kegunaan Penelitian ............................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA
6
Pengertian Ekosistem Terumbu Karang...............................................................6
Faktor-faktor Pertumbuhan Terumbu Karang......................................................6
Manfaat dari Keberadaannya Terumbu Karang ...................................................8
Nilai Sosio Ekonomi Terumbu Karang ................................................................8
Transplantasi Terumbu Karang ............................................................................8
Dampak Pemanfaatan Ekowisata .........................................................................9
Prinsip-Prinsip Pengembangan Ekowisata.........................................................11
Partisipasi ...........................................................................................................12
Tingkat Partisipasi..............................................................................................14
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekowisata ......................................17
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ..................................................18
Kerangka Pemikiran ...........................................................................................20
Hipotesis.............................................................................................................22
Definisi Konseptual............................................................................................22
Definisi Operasional ..........................................................................................22
PENDEKATAN LAPANG
25
Metode Penelitian ..............................................................................................25
Lokasi dan Waktu ..............................................................................................25
Teknik Sampling ................................................................................................25
Pengumpulan Data .............................................................................................26
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...............................................................26
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
29
Letak Geografis dan Kondisi Alam....................................................................29
2
Penduduk dan Mata Pencaharian....................................................................... 30
Sarana dan Prasarana ......................................................................................... 32
PROGRAM REHABILITASI KARANG DAN MASYARAKAT
34
Teknis Pelaksanaan Program Rehabilitasi dan Penangkaran Karang di
Pulau Pramuka ................................................................................................... 36
Sistem Kemitraan .............................................................................................. 37
Penurunan Eksistansi Program Rehabilitasi Karang ......................................... 38
Karakteristik Responden ................................................................................... 40
Usia Responden
40
Tingkat Pendidikan
41
Tingkat Pendapatan
42
HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDUAL DAN EKSTERNAL DENGAN
TINGKAT PARTISIPASI
44
Tingkat Kemauan .............................................................................................. 44
Tingkat Kemampuan ......................................................................................... 45
Tingkat Kesempatan .......................................................................................... 45
Pengaruh dari Faktor Eksternal ......................................................................... 46
Tingkat Partisipasi ............................................................................................. 47
Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan................................. 49
Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan ................................. 51
Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi ....................................... 53
Tingkat Partisipasi Tahap Menikmati Hasil ..................................................... 55
ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDUAL DAN EKSTERNAL
DENGAN PARTISIPASI
58
Hubungan Tingkat Kemauan dengan Partisipasi............................................... 59
Hubungan Tingkat Kemampuan dengan Partisipasi ......................................... 59
Hubungan Tingkat Kesempatan dengan Partisipasi .......................................... 60
Hubungan Faktor Eksternal dengan Partisipasi ................................................. 62
PARTISIPASI DAN SOSIAL LINGKUNGAN DAN EKONOMI
64
Hubungan Partisipasi dengan Lingkungan ........................................................ 65
Hubungan Partisipasi dengan Ekonomi ............................................................. 66
Hubungan Partisipasi dengan Dampak Sosial ................................................... 67
penutup
70
Kesimpulan ........................................................................................................ 70
Saran .................................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
74
3
LAMPIRAN
77
RIWAYAT HIDUP
94
4
5
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Pengukuran skor tingkat partisipasi
Jumlah kepala keluarga dan jumlah penduduk di Pulau Panggang dan
Pramuka
Jenis mata pencaharian penduduk Kelurahan Pulau Panggang
Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Panggang pada tingkat endidikan
tahun 2007
Partisipasi masyarakat dalam program rehabilitasi terumbu karang
Korelasi antara faktor individual dengan partisipasi
Korelasi antara dampak dengan partisipasi
23
30
31
31
48
58
64
DAFTAR GAMBAR
1 Delapan tingkatan dalam tangga partisipasi masyarakat
2 Kerangka Pemikiran Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengembangan
Ekowisata
dan
Dampaknya
Terhadap
Lingkungan,Sosial dan Ekonomi
3 Persentase responden berdasarkan usia di Pulau Pramuka Kelurahan
Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten
Kepulauan Seribu tahun 2013
4 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan di Pulau
Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara Kabupaten Kepulauan Seribu Tahun 2013
5 Persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan di Pulau
Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara Kabupaten Kepulauan Seribu Tahun 2013
6 Persentase responden berdasarkan tingkat kemauan di Pulau Pramuka
Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara
Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
7 Persentase responden berdasarkan tingkat kemampuan di Pulau
Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
8 Persentase responden berdasarkan tingkat kesempatan di Pulau
Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
9 Persentase responden berdasarkan faktorEksternal di Pulau Pramuka
Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara
Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
10 Persentase responden berdasarkan Tingkat partisipasi secara
keseluruhan di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu Tahun 2013
11 Persentase responden berdasarkan Tingkat partisipasi tahap
Perencanaan di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu Tahun 2013
17
21
41
41
42
44
45
46
46
48
50
6
12 Persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap
pelaksanaan secara keseluruhan di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau
Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan
Seribu tahun 2013
13 Persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi tahap evaluasi di
Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan
Serib Utara Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
14 Persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi tahap menikmati
hasil di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
15 Persentase responden berdasarkan dampak lingkungan dari program
rehabilitasi karang di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu
tahun 2013
16 Persentase responden berdasarkan dampak ekonomi dari program
rehabilitasi karang di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu
tahun 2013
17 Persentase responden berdasarkan dampak sosial dari program
rehabilitasi karang di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu
tahun 2013
52
54
55
65
66
67
DAFTAR LAMPIRAN
Rencana kegiatan penelitian
77
Kuesioner
78
Denah lokasi penelitian
84
Daftar nama kerangka sensus dan responden penelitian
85
Peta lokasi rehabilitasi karang
86
Daftar Kerjasama Mutualistik Trasnplantasi Karang Nelayan dan Perusahaan
di Kepulauan Seribu
87
7 Poster budidaya karang hias
89
8 Tabel Korelasi
90
9 Dokumentasi
93
1
2
3
4
5
6
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan hasil laut yang potensial.
Luas perairan Indonesia terdiri dari Laut Teritorial seluas 284 210.90 km, Zona
Ekonomi Eksklusif seluas 2 981.211 km2, dan laut 12 Mil 279 322.00 km2,
dengan panjang garis pantai 104.000 km2. Dengan luas perairan yang begitu besar
maka Indonesia memiliki kekayaan yang sangat berlimpah. Salah satu kekayaan
yang ada adalah potensi pesisir baik dari segi hayati dan non hayati. Tri (2005)
menyatakan potensi pesisir diantaranya adalah potensi hayati dan non hayati.
Potensi hayati diantaranya perikanan dan terumbu karang, sedangkan potensi non
hayati diantaranya mineral dan bahan tambang serta pariwisata.
Keanekaragaman hayati merupakan aset bangsa yang harus dimanfaatkan
secara bijak dan hati-hati agar tidak rusak dan berguna tidak hanya bagi negara
Indonesia saja tetapi juga bagi negara lain. Konsep taman nasional muncul
sebagai upaya untuk melakukan konservasi terhadap keanekaragaman hayati yang
ada di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan pembangunan, konsep taman
nasional juga mengalami perkembangan tidak hanya sebagai daerah konservasi
saja maka diperkenalkanlah pariwisata alam sebagai perwujudan konsep
ekowisata Tri 2005.
Kepulauan Seribu dengan luas perairan laut 6 997.50 km2 mempunyai
potensi kelautan yang sangat besar. Potensi laut yang besar dengan
keanekaragaman hayatinya yang tinggi menjadikan wilayah laut di sekitar
kepulauan seribu sangat potensial untuk pengembangan ekonomi yang berbasis
kelautan. Keanekaragaman hayati laut di sekitar perairan Kepulauan Seribu di
tandai dengan beragamnya ekosistem yang ada di wilayah tersebut, seperti
ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, ekosistem pantai berpasir dan lain
sebagainya. Beragamnya ekosistem yang ada juga memberikan ruang hidup bagi
beranekaragam jenis ikan dan berbagai biota laut lainya, seperti moluska, kepiting
dan sebagainya. Di samping itu, kondisi terumbu karang di Kepulauan Seribu
yang begitu eksotis memberikan peluang bagi pengembangan pariwisata bahari
(Dinas perikanan dan Kelautan 2007).
Salah satu kenakeragaman yang ada di Kepulauan Seribu adalah terumbu
karang. Ekosistem terumbu karang merupakan suatu komunitas laut yang unik
karena di dalamnya terdapat ke anekaragaman biota yang sangat tinggi di
bandingkan dengan ekosistem lainya. Terumbu karang mempunyai dua manfaat,
yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Pemanfaatan sumberdaya
terumbu karang, ikan karang, pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota laut
lainya termasuk dalam kategori manfaat tidak langsung, sedangkan fungsi
terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai dan hempasan gelombang serta
tempat berkembangnya keanekaragaman hayati merupakan manfaat langsung.
(Bengen 2008).
Kondisi ekosistem karang pada saat ini telah mengalami kerusakan dan
penurunan yang disebabkan antara lain oleh pengeboman ikan, pengambilan ikan
dengan menggunakan bahan beracun serta pengambilan dan perdagangan karang
hias illegal. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) –
2
LIPI tahun 2002, dari 556 lokasi yang tersebar di perairan Indonesia menunjukan
bahwa 6,83 persen dalam kondisi sangat baik, 25,72 persen dalam kondisi baik,
36,87 persen dalam kondisi sedang, dan 30,58 persen dalam kondisi rusak
(Suharsono 2002). Laporan hasil penelitian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia), bahwa terumbu karang di Indonesia hanya tujuh persen yang berada
dalam kondisi sangat baik, 24 persen dalam kondisi baik, 29 persen dalam kondisi
sedang dan 40 persen dalam kondisi buruk (Suharsono 2002). Diperkirakan
terumbu karang akan berkurang sekitar 70 persen dalam waktu 40 tahun jika
pengelolaannya tidak segera dilakukan.
Karang hias merupakan biota dari ordo Scleractinia yang termasuk jenis
tidak dilindungi undang-undang, namun dalam perdagangannya termasuk dalam
daftar Appendiks II CITES, berarti didalam perdagangan harus diawasi seeara
ketat untuk mencegah kemungkinan terjadinya eksploitasi berlebihan yang dapat
mengakibatkan punahnya jenis-jenis karang tersebut dimana perdagangan karang
hias dilakukan berdasarkan mekanisme kuota yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam selaku pelaksana Otoritas
Pengelola (Management Authority)
CITES setelah mendapat pertimbangan dari LIPI selaku pemegang
Otoritas Ilmiah (Scientific Authority) CITES di Indonesia. Dalam upaya
menanggulangi masalah kerusakan ekosistem karang di habitat alami serta
mencari alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap pemanfaatan
sumberdayanya, perlu dilakukan upaya yang dapat ditempuh dengan beberapa
cara, antara lain mengembangkan karang buatan (artificial reef), mengembangkan
teknik penutupan areal, translokasi karang, dan transplantasi karang (coral
transplantation).
Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam telah mewajibkan perusahaan yang melakukan perdagangan karang hias
dari alam untuk melakukan transplantasi atau rehabilitasi karang hias. Kebijakan
tersebut telah tercantum dalam keputusan izin usaha perdagangannya. Saat ini
upaya kontrol individu dari Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya
Alam (UPT KSDA) dan kontrol independen dengan hadirnya Indonesian Coral
Reef Working Group (ICRWG) dilakukan secara terus menerus terutama dalam
hal pemanfaatan dan peredaran karang hias yang lestari.
Wilayah Pulau Pramuka merupakan daerah yang berada di kawasan
Taman Nasional Kepulauan Seribu yang memiliki potensi transplantasi karang.
Kegiatan transplantasi terumbu karang telah di lakukan atau di prakarsai oleh
Suku Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Seribu. Kegiatan
transplantasi ini bertujuan untuk merehabilitasi kembali terumbu karang yang
telah rusak akibat kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan potasium oleh
penduduk.
Masyarakat setempat atau mereka yang bertempat tinggal di sekitar daerah
tempat transplantasi karang mempunyai peran yang amat penting dalam
menunjang keberhasilan program rehabilitasi karang ini. Peran serta masyarakat
di dalam memelihara lingkungan tidak dapat diabaikan. Hal yang terpenting
adalah upaya memberdayakan masyarakat setempat dengan mengikutsertakan
mereka dalam kegiatan ini (Sugiarti 2000). Untuk itu pengelola harus dapat
menghimbau masyarakat agar bersedia berpartisipasi aktif secara positif dalam
3
perkembangan rehabilitasi karang dengan memelihara lingkungan di sekitar
mereka.
Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, salah
satunya adalah berdasarkan kekuasaan komunitas dalam melakukan kontrol atas
suatu program. Hal ini merupakan konsep partisipasi yang dikemukakan oleh
Arnstein (1969) “A Ladder of Citizen Participation” atau tangga partisipasi
masyarakat. Konsep tersebut membagi partisipasi masyarakat ke dalam tiga
derajat, yaitu derajat paling rendah/non-partisipasi (terdiri dari manipulasi dan
terapi), derajat semu/tokenismee (informasi, konsultasi, dan penenangan), dan
terakhir derajat tertinggi atau Citizen Power (kemitraan, pendelegasian kekuasaan,
dan kontrol masyarakat).
Mengingat pentingnya ekosistem terumbu karang di daerah tersebut dan
peran serta masyarakat, maka di rasa perlu untuk melakukan penelitian untuk
menjawab pertanyaan bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Program
Rehabilitasi Karang dan Dampaknya terhadap Lingkungan, Sosial dan
Ekonomi?
Masalah Penelitian
Berdasarkan Pasal 3 UU Konservasi Hayati (UUKH) tahun 1990 yang
menyatakan bahwa Sumber daya alam hayati merupakan unsur ekosistem yang
dapat dimanfaatkan untuk mennigkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu
kehidupan manusia. Pasal ini menjelaskan bahwa agar pemanfaatan sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas secara
langsung maupun tidak langsung, maka diperlukan kcsempatan sama pada
masyarakat untuk berusaha dalam memanfaatkan sumberdaya alam termasuk
ekowisata (Hardjasoemantri 1991). Keberhasilan pelaksanaan program rehabilitasi
karang ini sangat ditentukan oleh keterlibatan masyarakat yang merupakan aktor
utama dalam pembangunan, yang harus diprioritaskan partisipasinya dimulai dari
proses sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program untuk
mewujudkan tujuan utama dari rehabilitasi karang serta keberlanjutan program di
kawasan Pulau Pramuka itu sendiri. Melalui kerjasama dengan masyarakat dalam
pengembangan program rehabilitasi karang dan seluruh pihak yang
berkepentingan nantinya mampu memahami program secara utuh mulai dari
proses perencanaan sampai evaluasi. Penempatan masyarakat dalam tingkat
partisipasi yang tepat dapat mendukung masyarakat sebagai subyek pembangunan
wilayah melalui program rehabilitasi karang
Menurut Sastropoetro (1988), partisipasi adalah keterlibatan mental atau
pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha
mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap usaha pembangunan yang
bersangkutan. Batasan dari partisipasi adalah keterlibatan komunitas setempat
dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaan program termasuk bantuan yang
diberikan demi kelancaran program. Termasuk dalam program rehabilitasi karang,
maka dibutuhkan partisipasi masyarakat yang dalam hal ini dilihat dari
keterwakilan masyarakat, dimana setiap tahapan memiliki jenis aktivitas yang
berbeda-beda. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat juga
mempengearuhi sikap sesorang dalam dalam berpartisipasi dalam program
4
rehabilitasi karang, maka diperlukan analisis: Bagaimana hubungan faktor
individual masyarakat terhadap tingkat partisipasi dalam pengelolaan
program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka ? Selain faktor individual
terdapat faktor eksternal, maka diperlukan analisis Bagaimana hubungan faktor
eksternal masyarakat terhadap tingkat partisipasi dalam pengelolaan
program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka ?
Yoeti (2008) mengemukakan bahwa kegiatan ekowisata memberikan dampak
pada berbagai aspek seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Masyarakat
setempat atau mereka yang bertempat tinggal di sekitar daerah tujuan program
mempunyai peran yang amat penting dalam menunjang keberhasilan
perkembangan suatu pogram. Peran serta masyarakat di dalam memelihara
lingkungan yang menjadi daya tarik utama lingkungan tidak dapat diabaikan.
Prinsip-prinsip pengembangan ekowisata berkelanjutan berbasis masyarakat,
meliputi aspek ekonomi, sosial dan lingkungan .Hal yang terpenting adalah upaya
memberdayakan masyarakat setempat dengan mengikutsertakan mereka dalam
berbagai kegiatan (Sugiarti 2000). Untuk itu maka perlu di kaji mengenai
bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi dengan dampak sosial,
ekonomi dan lingkungan yang diterima oleh masyarakat lokal sebagai akibat
dari hadirnya program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah di uraikan maka tujuan yang
ingin dicapai melalui penelitian ini adalah
1. Menganalisis hubungan faktor individual masyarakat terhadap tingkat
partisipasi dalam program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka
2. Menganalisis hubungan faktor eksternal masyarakat terhadap tingkat
partisipasi dalam program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka
3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan dampak sosial,
ekonomi dan lingkungan yang diterima oleh masyarakat lokal sebagai
akibat dari hadirnya program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi pemerintah, sebagai suatu sumbangan pemikiran tentang komponen yang
harus disiapkan dalam pengembangan kawasan rehabilitasi karang.
2. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi tentang peluang (ruang)
berpartisipasi dalam pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
bagi kelangsungan hidupnya.
3. Bagi Akademisi, sebagai acuan dan referensi bagi peneliti lainnya untuk
mengembangkan pengetahuan tentang partisipasi masyarakat terhadap
rehabilitasi karangsebagai pendekatan pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan secara lebih komprehensif.
5
6
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Ekosistem Terumbu Karang
Istilah terumbu karang sebenarnya mempunyai makna gabungan antara
terumbu dan karang. Terumbu secara umum dapat diartikan sebagai suatu substrat
keras di perairan laut yang menjadi habitat berbagai biota laut. Sedangkan karang
adalah sekelompok binatang dari filum Coelenterata atau lebih khusus lagi dari
ordo Scleractinia yang dapat membangun struktur habitat keras yang dibangun
oleh binatang karang (Supriharyono 2000). Terumbu karang adalah suatu
kumpulan hewan bersel satu yang membentuk koloni dan mempunyai rumah yang
terbuat dari bahan kapur (Ca-karbonat). Mengingat dalam ekositem terumbu
karang terdapat berbagai jenis organisme, maka dapat pula dikatakan sebagai
sebuah komunitas biologis yang berada di dasar perairan laut yang membentuk
struktur padat yang kokoh dan terbuat dari bahan kapur. Oraganisme yang
kebanyakan terdiri dari coral dan algae (Wibisono 2005). Ekosistem ini
mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi demikian pula
keanekaragaman biota yang ada di dalamnya. Komponen biota terpenting di suatu
terumbu karang ialah hewan karang batu (stony coral), hewan yang tergolong
Scleractinia yang kerangkanya terbuat dari bahan kapur (Nontji 2005).
Menurut Dawes (1981) dalam Supriharyono (2000), terumbu karang (coral
reefs) merupakan masyarakat organisme yang hidup di dasar perairan laut dangkal
terutama di daerah tropis. Terumbu karang terutama disusun oleh anthozoa dari
klas Scleractinia, yang mana termasuk hermatypic coral atau jenis-jenis terumbu
karang yang mampu membuat bangunan atau kerangka terumbu karang dari
kalsium karbonat. Struktur bangunan batuan kapur tersebut (CaCO 3 ) cukup kuat,
sehingga koloni terumbu karang mampu menahan gaya gelombang air laut.
Sedangkan asosiasi organisme-organisme yang dominan hidup disini di samping
scleractinian coral adalah algae yang banyak diantaranya juga mengandung
kapur.
Faktor-faktor Pertumbuhan Terumbu Karang
Sebagaimana organisme yang termasuk kelompok yang besifat sessil di
dasar perairan, terumbu karang rentan dengan terjadinya perubahan lingkungan,
karena tidak memiliki kemampuan untuk menghindar dari perubahan kondisi
lingkungan sebagaimana kelompok hewan yang biasa bergerak bebas (Thamrin
2006). Faktor-faktor fisik-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan
dan/atau laju pertambahan terumbu karang. Sedangkan faktor biologis, biasanya
berupa predator atau pemangsanya (Supriharyono 2000). Berikut ini adalah adalah
beberapa faktor lingkungan pembatas kehidupan terumbu karang :
1. Suhu
Menurut Supriharyono (2000), suhu merupakan faktor penting yang
menentukan kehidupan terumbu karang. Menurut (Nontji, 2005), suhu yang baik
untuk kehidupan terumbu karang adalah berkisa antara 25 - 30ºC. Sedangkan
menurut Kinsman (1964) dalam Supriharyono (2000), batas minimum suhu
berkisar antara 16 - 17ºC dan batas maksimum suhu adalah 36ºC. Pada suhu di
atas 33 oC dapat menyebabkan gejala pemutihan (bleaching), yaitu keluarnya
7
zooxanthellae dari polip terumbu karang dan akibat selanjutnya dapat mematikan
terumbu karang (Supriharyono 2000).
Suhu mempunyai peran penting dalam membatasi sebaran terumbu
karang. Oleh karena itu terumbu karang tidak ditemukan di daerah dingin,
sebaliknya pembuangan air panas akan menyebabkan terumbu karang menjadi
mati. Sebagai contoh air panas yang dibuang dari instalasi pencairan gas alam
(LNG) di Bontang suhunya mencapai 37ºC dan mematikan terumbu karang yang
ada di depannya (Nontji 1987).
2. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas yang sangat penting bagi
terumbu karang. Organisme karang hidup sangat baik pada salinitas 35 persen,
atau sama dengan salinitas rata-rata lautan (Samudra). Menurut (Wibisono 2005)
pertambahan terbaik berkisar antara 30 persen sampai 35 persen. Sedangkan
menurut (Nontji 2005) terumbu karang masih mempunyai toleransi terhadap
salinitas sekitar 27 – 40 persen Jika penurunan salinitas pada waktu yang
mendadak dan dalam waktu yang singkat biasanya terumbu karang masih dapat
bertahan hidup, akan tetapi bila penurunan salinitas mencapai 15-10 persen dalam
waktu 24 jam atau lebih terumbu karang akan mati (Suharsono 2002).
3. Cahaya dan kedalaman
Intensitas cahaya sangat mempengaruhi kehidupan terumbu karang pada
fotosintesa zooxanthellae yang produknya kemudian disumbangkan ke polip
terumbu karang. Intensitas cahaya berhubungan erat dengan kedalaman
(Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut 2006). Cahaya adalah salah satu
faktor yang paling penting yang membatasi terumbu karang. Cahaya yang cukup
harus tersedia agar fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan
terumbu karang dapat terlaksana. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan
berkurang dan bersama dengan itu kemampuan terumbu karang untuk
menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu karang akan berkurang
pula. Titik kompensasi untuk terumbu karang nampaknya merupakan kedalaman
dimana intensitas cahaya berkurang sampai 15-20 persen dari intensitas
permukaan (Nybakken 1992).
Menurut Thamrin (2006) terumbu karang hermatypic, ditemukan di daerah
permukaan atau dari daerah intertidal sampai kedalaman 70 m, akan tetapi pada
umumnya ditemukan sampai kedalaman 50 m. Sebagian besar hidup dengan subur
sampai kedalaman 20 m. Kecerahan diperlukan untuk penetrasi cahaya kedalam
air dan menjaga jangkauan indra organisme. Meningatkan kebutuhan ini maka
binatang terumbu karang umumnya tersebar di daerah tropis. Menurut Kinsman
(1964) dalam Supriharyono (2000), beberapa jenis karang seperti Acropora sp
tumbuh baik pada kedalaman kurang dari 20 meter.
4. Arus
Pergerakan air mempengaruhi faktor paling besar atau kuat dalam
menentukan bentuk dan pertambahan panjang dan lebar bagi terumbu karang.
Bagian dari terumbu karang yang terekspose (berhadapan) dengan arus adalah
yang pertama masuknya air dan bersamanya terbawa zat-zat hara, makanan yang
bersifat planktonis, rekruitment larva, endapan dan pollutan (Naamin 2001).
Arus diperlukan dalam proses pertambahan panjang dan lebar terumbu
karang dalam hal menyuplai makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan
dalam proses pembersihan dari endapan-endapan material berasal dari laut lepas
8
(Dahuri 2003). Arus dan gelombang juga dapat membersihkan polip dari kotoran
yang menempel. Oleh karena itu pertambahan terumbu karang di tempat yang
airnya selalu teraduk oleh arus dan ombak, lebih baik dari pada di perairan yang
tenang dan terlindung (Nontji 2005).
Manfaat dari Terumbu Karang
Menurut (Ikawati et al. 2001) keberadaan terumbu karang memiliki
berbagai manfaat :
1. Terumbu karang yang sehat merupakan rumah untuk berbagai jenis hewan dan
tumbuhan.
2. Terumbu karang melindungi ikan-ikan kecil dari makhluk laut lainnya dari
serangan hewan pemangsa.
3. Terumbu karang merupakan tempat berlindung makhluk laut dari ombak besar
dan arus yang kencang.
4. Terumbu karang menyediakan makanan untuk berbagai jenis ikan, udang,
kima, kerang dan cumi-cumi.
5. Terumbu karang merupakan tempat berkembang biak dan tumbuh dewasa
berbagai jenis ikan dan makhluk laut lainnya.
6. Terumbu karang yang sehat menghasilkan tangkapan ikan empat kali lebih
banyak dari pada terumbu karang yang rusak.
7. Terumbu karang yang sehat menyediakan peluang kerja bagi generasi muda
sehingga mereka tidak harus pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
8. Terumbu karang yang sehat mendukung berbagai kegiatan usaha dan
pekerjaan serta dapat meningkatkan penghasilan.
Nilai Sosio Ekonomi Terumbu Karang
Menurut Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut (2006)
komunitas karang saling berinteraksi antara komponen biotik dan abiotik yang
sangat dibutuhkan untuk mendukung perekonomian masyarakat, antara lain :
1. Perikanan terumbu karang, baik tradisional maupun komersial memberikan
sumbangan yang besar untuk meningkatkan kehidupan masyarakat pesisir dan
perekonomian nasional.
2. Kegiatan wisata bahari yang bertumpu pada terumbu karang memiliki nilai
estetika tinggi memberikan peranan dalam meningkatkan pendapatan daerah
dan nasional.
3. Keanekaragaman terumbu karang dan ikan hias merupakan potensi
perdagangan yang cukup besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan
akuarium laut dalam dan luar negeri.
Transplantasi Terumbu Karang
Kerusakan ekosistem terumbu karang terjadi karena eksploitasi besarbesaran tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam upaya
menanggulangi masalah kerusakan ekosistem terumbu karang di habitat alami
serta mencari alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap pemanfaatan
sumberdayanya, perlu dilakukan upaya yang dapat ditempuh dengan beberapa
cara, antara lain mengembangkan terumbu karang buatan (artificial reef),
9
mengembangkan teknik penutupan areal, translokasi terumbu karang, dan
transplantasi terumbu karang (coral transplantation) (Balai Taman Nasional
Kepulauan Seribu 2007).
Transplantasi terumbu karang merupakan suatu upaya memperbanyak
koloni karang dengan metode fragmentasi dimana koloni tersebut diambil dari
suatu induk koloni tertentu (Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, 2007).
Menurut Harriot dan Fisk (1988) dalam Direktorat Konservasi dan Taman
Nasional Laut (2002), transpalantasi terumbu karang merupakan kegiatan
pencangkokan atau pemotongan terumbu karang hidup untuk ditanam di tempat
lain atau di tempat yang terumbu karangnya telah mengalami kerusakan.
Transplantasi terumbu karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu
karang yang telah rusak, dan dapat pula digunakan untuk membangun daerah
terumbu karang baru yang sebelumnya tidak ada. Pencangkokan ini dapat
dilakukan dengan mengikatkan potongan terumbu karang sehat pada substrat
buatan, seperti ubin, besi, plastik ataupun terumbu karang mati (Razak, et al.
2005).
Kegiatan transplantasi terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai
penyedia bibit melalui pembuatan kebun bibit yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan perdagangan ataupun rehabilitasi (Direktorat Konservasi dan Taman
Nasional Laut 2006). Transplantasi terumbu karang harus memenuhi persyaratan
bahwa kondisi tempat terumbu karang ditransplantasikan mempunyai kondisi
lingkungan yang sama dengan habitat asalnya, seperti aliran air, kecerahan,
temperatur dan sebagainya (Murdiyanto 2003).
Dimasa mendatang transplantasi terumbu karang akan memiliki banyak
kegunaan antara lain; untuk melapisi bangunan-bangunan bawah laut sehingga
lebih kokoh dan kuat, untuk memadatkan spesies terumbu karang yang jarang atau
terancam punah, dan untuk kebutuhan pengambilan terumbu karang hidup bagi
hiasan aquarium (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut 2002).
Sedangkan menurut (Johan, et al. 2007) transaplantasi terumbu karang memiliki
tujuan dan manfaat antar lain; rehabilitasi kondisi terumbu karang, menjaga
kelestarian jenis terumbu karang, perlindungan tehadap erosi pantai, pariwisata,
peningkatan produksi perikanan, serta penelitian dan perdagangan.
Dampak Pemanfaatan Program Rehabilitasi Karang
Kristanto (2004) mendefinisikan dampak sebagai adanya suatu benturan
antara dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan pembangunan dengan
kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik. Dampak yang
diartikan dari benturan antara dua kepentingan itupun masih kurang tepat karena
yang tercermin dari benturan tersebut hanyalah kegiatan yang menimbulkan
dampak negatif. Pengertian ini pula yang dahulunya banyak di tentang oleh para
pemilik atau pengusul pogram. Dalam perkembangan selanjutnya, yang dianalisis
bukan hanya dampak negatifnya saja melainkan juga dampak positifnya dan
dengan bobot analisis yang sama. Apabila didefinisikan lebih lanjut, maka
dampak adalah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya
aktifitas manusia. Disini tidak disebutkan karena adanya pogram, karena pogram
sering diartikan sebagai bangunan fisik saja, sedangkan banyak pogram yang
bangunan fisiknya relatif kecil atau tidak ada, tetapi dampaknya besar. Jadi yang
10
menjadi objek pembahasan bukan saja dampak pogram terhadap lingkungan,
melainkan juga dampak lingkungan terhadap pogram.
Yoeti (2008) mengemukakan bahwa pariwisata (termasuk ekowisata)
sebagai katalisator dalam pembangunan karena dampak yang diberikannya
terhadap kehidupan perekonomian di negara yang dikunjungi wisatawan.
Kegiatan ekowisata memberikan dampak pada berbagai aspek seperti sosialbudaya, ekonomi, dan lingkungan.
Tipologi ekowisata yang menjadi alternatif kegiatan bahari saat ini adalah
kegiatan ekoturisme (wisata alam) yang mengandalkan keindahan alam. Dari
dimensi ekologis kegiatan ini jelas mengandalkan keindahan alam sehingga
kegiatan ini akan mendorong tindakan konservasi untuk mempertahankan daya
tariknya agar keuntungan ekonomi dari kegiatan ekowisata ini dapat
dipertahankan. Sementara itu aspek sosial masyarakat setempat dimana kegiatan
ekoturisme ini berlangsung sering mendapat manfaat ekonomi dari pengembangan
kegiatan jasa pendukung wisata, selain itu juga gangguan terhadap kehidupan
tradisional masyarakat umumnya sangat kecil sekali (Dahuri et al. 1996).
Saifullah (2000) mengungkapkan bahwa ada beberapa dampak pemanfaatan
ekowisata:
1. Bidang ekonomi
a. Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
b. Meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan
devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain.
c. Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja
wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada
masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung.
d. Meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar.
e. Menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cenderung
tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan demikian amat berperan
dalam menunjang pembangunan daerah.
2. Bidang sosial budaya
Keanekaragaman kekayaan sosial budaya merupakan modal dasar dari
pengembangan ekowisata. Sosial budaya merupakan salah satu aspek penunjang
karakteristik suatu kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Sosial budaya dapat memberikan ruang bagi kelestarian sumber daya alam,
sehingga hubungan antar sosial budaya masyarakat dan konservasi sumber daya
alam memiliki keterkaitan yang erat. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan
dan mengembangkan budaya yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan
lapisan sosial masyarakat.
3. Bidang lingkungan
Karena pemanfaatan potensi sumber daya alam untuk ekowisata pada
dasarnya adalah lingkungan dan ekosistem yang masih alami, menarik, dan
bahkan unik,maka pengembangan wisata alam dan lingkungan senantiasa
menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui perencanaan yang
teratur dan terarah. Atraksi-atraksi yang dikembangkan harus sesuai dengan
kaidah-kaidah alami sehingga katerkaitan antara potensi ekosistem dengan
kegiatan wisata dapat berjalan seiring saling melengkapi menjadi satu paket
11
ekowisata. Menurut Ismudiyanto (2000), meningkatnya tuntutan dan kebutuhan
wisatawan yang harus dipenuhi dalam pemasaran dan pengembangan obyek
wisata alam adalah pembangunan sarana dan prasarana fisik untuk pelayanan
umum dan lingkungan berdasarkan rencana induk pengembangan kawasan,
rencana tapak (site plan) dan block plan, dan detail-detail perancangan termasuk
fasilitas dan utilitas. Fasilitas yang harus disiapkan dalam pengembangan lokasi
obyek wisata alam antara lain: persyaratan lokasi dan kemudahan pencapaian,
peruntukkan lahan dan tata guna tanah (land use), jalan umum, terminal dan
parkir kendaraan, fasilitas umum, kesehatan, komunikasi dan akomodasi, tempat
rekreasi dan sebagainya.
Pembangunan lapangan terbang, pelabuhan, jalan-jalan menuju obyek
wisata, pengembangan hotel dan akomodasi lainnya, sarana transportasi yang
harus diperluas, pengadaan tenaga listrik, penyediaan air bersih dan sarana
telekomunikasi lainnya, semuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diatur disesuaikan dengan kapasitas suatu
daerah.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Ekowisata
Menurut Santosa seperti yang dikutip dalam Afif (1992). Prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ekowisata adalah sebagai berikut:
1. Konservasi
a. Pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak sumber daya alam itu
sendiri. Relatif tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kegiatannya bersifat ramah lingkungan.
b.Dapat dijadikan sumber dana yang besar untuk membiayai pembangunan
konservasi.
c. Dapat memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari.
d.Meningkatkan daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk
berperan serta dalam program konservasi. Mendukung upaya pengawetan
jenis.
e. Pendidikan Meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku
masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
2. Ekonomi
a. Dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola kawasan,
penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat.
b. Dapat memacu pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal, regional
mapun nasional.
c. Dapat menjamin kesinambungan usaha.
d. Dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh kabupaten/kota,
propinsi bahkan nasional.
3. Peran Aktif Masyarakat
a. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat
b. Pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak proses perencanaan hingga
tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi.
c. Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk
pengembangan ekowisata.
12
d. Memperhatikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar
tidak terjadi benturan kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat.
e. Menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal mungkin
bagi masyarakat sekitar kawasan.
4. Wisata
a. Menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan bagi
pengunjung.
b. Kesempatan menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai
fungsi konservasi.
c. Memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian
lingkungan.
d. Memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengunjung.
Partisipasi
Konsep partisipasi berasal dari bahasa Inggris ”participation” yang berarti
turut ambil bagian. Nasdian (2006) mengartikan partisipasi sebagai proses aktif
dan inisiatif yang diambil oleh warga komunitas itu sendiri, dibimbing oleh cara
mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Kategori partisipasi
meliputi: (1) warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan
atau dirancang dan dikontrol oleh orang lain; (2) partisipasi merupakan proses
pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak
partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan
tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar. Dengan partisipasi, program yang
dilaksanakan akan lebih berkelanjutan karena disusun berdasarkan kebutuhan
dasar yang sesungguhnya dari masyarakat setempat. Sementara menurut Davis
dalam Sastropoetro (1988), partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran dan
emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta
turut bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan. Batasan dari
partisipasi adalah keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam
pengambilan keputusan atau pelaksanaannya terhadap pogram-pogram
pembangunan. Menurut Tanjung (2003), definisi dari partisipasi adalah
keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi sosial
tertentu yang berarti seseorang berpartisipasi dalam suatu kelompok jika ia
mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tersebut melalui bermacam sikap
“berbagi”, yaitu berbagi nilai tradisi, berbagi perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggung jawab bersama, serta melalui persahabatan pribadi.
Partisipasi masyarakat terbagi menjadi empat tahap menurut Uphoff
(1979), yaitu:
1. Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatankegiatan yang merencanakan program pemberdayaan yang akan dilaksanakan
di desa, serta menyusun rencana kerjanya.
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pemberdayaan,
sebab inti dari pemberdayaan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
13
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan
sebagai anggota pogram.
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pemberdayaan,
maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut
berhasil mengenai sasaran.
4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan program selanjutnya.
Pembangunan partisipatif merupakan model pembangunan yang melibatkan
stakeholders dalam semua proses, mulai dari perencanaan, implementasi,
monitoring dan evaluasi. Pelaku pembangunan tersebut adalah semua unsur yang
ada dalam komunitas yang terdiri atas pemerintah dan masyarakat (civil society).
Perumusan rencana pembangunan perlu dilakukan secara demokratis, professional
dan terukur artinya dapat mewujudkan kebutuhan masa depan, handal, teruji, dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada semua stakeholders untuk itu pembangunan
daerah harus menganut prinsip-prinsip: Partisipasi artinya seluruh anggota
masyarakat diharapakan berperan aktif dalam perencanan, pelaksanaan, dan
pengawasan seluruh kegiatan pembangunan. Transparansi artinya setiap kegiatan
dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dari seluruh kegiatan dapat di
RTISIPAS
SI MASYA
ARAKAT
T DALAM
M PROGR
RAM
RE
EHABILIITASI KA
ARANG DAN
D
DAM
MPAKNY
YA
TERH
HADAP LINGKUN
NGAN, EK
KONOMII DAN SO
OSIAL
DI PUL
LAU PRA
AMUKA
RIZ
ZKA AND
DINI
DEPAR
RTEMEN SAINS KO
OMUNIK
KASI DAN PENGEM
MBANGAN
N MASYA
ARAKAT
F
FAKULTA
AS EKOL
LOGI MAN
NUSIA
INSTITU
UT PERTA
ANIAN BO
OGOR
BOGO
OR
2013
3
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Masyarakat
dalam Program Rehabilitasi Karang dan Dampaknya Terhadap Lingkungan,
Ekonomi dan Sosial di Pulau Pramuka adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Rizka Andini
NIM: I34090101
iv
ABSTRAK
RIZKA ANDINI. Partisipasi Masyarakat dalam Program Rehabilitasi Karang dan
Dampaknya terhadap Lingkungan, Ekonomi dan Sosial di Pulau Pramuka.
Dibimbing oleh SAHARRUDIN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis masyarakat dalam
program rehabilitasi karang dan dampaknya terhadap lingkungan, sosial dan
ekonomi. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor
individual dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat, dan
hubungan antara tingkat patisipasi dengan lingkungan, ekonomi dan sosial.
Sampel penelitian adalah seluruh anggota PERNITAS di Pulau Pramuka.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif menggunakan
kuesioner serta panduan wawancara mendalam. Secara keseluruhan, perilaku
nelayan di Pulau Pramuka sudah sangat baik mengenai rehabillitasi karang ini.
Mereka memiliki tingkat kemauan yang sangat tinggi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat berada pada tingkat tokenisme
dalam keseluruhan tahapan program. Hasil pengujian hipotesis menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara variabel kemampuan dan kesempatan dengan
tingkat partisipasi. Selanjutnya hubungan yang nyata juga ditunjukan oleh
variabel lingkungan dan sosial yang memiliki hubungan dengan tingkat
partisipasi.
Kata kunci: partisipasi, rehabilitasi karang, lingkungan sosial ekonomi
ABSTRACT
RIZKA ANDINI. Coommunity Participation in The Program Rehabillitation of
Coral and its Impact on economic and social environment in Pramuka Island.
Supervised by SAHARRUDIN
The purpose of this study was to analyze the Coral Community
Rehabilitation Program and its impact on the Environmet, Social and Economic.
This study also aims to examine the relationship between individual and external
factors with the level of community participation, and the relationship between the
level of participation with environmental, economic and social. The samples were
all members of PERNITAS at Pramuka Island. This study was conducted using
quantitative and qualitative interviews using questionnaires and in depth guide.
Overall, the behavior of fisherman at Pramuka Island has been very good about
this reef rehabilitation . They have a very high level of wilingness. Result of this
study indicate that the level of community participation is at the level tokenisme in
all stages of the program. Result of testing hypothesis states that there is a
relationship between the abilty and opportunity to variable levels of participation.
The next real relationship was also demonstrated by the social and environmental
variables that have a relationship with the level of participation
v
Keywords : participation,reef rehabilitation, socio economic enviroment
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM REHABILITASI
KARANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN,
EKONOMI, DAN SOSIAL DI PULAU PRAMUKA
RIZKA ANDINI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
vi
vii
Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat dalam Program Rehabilitasi Karang dan
Dampaknya terhadap Lingkungan, Ekonomi dan Sosial di Pulau
Pramuka
Nama
: Rizka Andini
NIM
: I34090101
Disetujui oleh
Dr Ir Saharuddin, Msi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
viii
ix
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya tulis
yang dimulai sejak bulan Maret 2013 ini berjudul Partisipasi Masyarakat dalam
Program Rehabilitasi Karang dan Dampaknya Terhadap Lingkungan, Ekonomi
dan Sosial di Pulau Pramuka.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Saharudin MSi,
selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan saran, kritik, dan motivasi
selama proses penulisan karya tulis ini. Penulis juga berterima kasih kepada
seluruh warga Pulau Pramuka. Tidak lupa penulis menyampaikan hormat dan rasa
terima kasih kepada keluarga tercinta, Ibunda Noverini, Ayahanda Soegiharto,
kakakku Arinta Satya Poetri yang dengan segenap jiwa dan raganya selalu
memberikan semangat, doa, dukungan, dan kasih sayang kepada penulis.
Terima kasih kepada teman sekaligus tutor yang sangat luar biasa, Mollin,
Arif rachman, Tyas, Anggi, Linda, Fadil, Faris, Dika, Sita, Indra, Hamdani, Zaki,
Bahari, Jabar, Suheri, Iqbal, Ninish, Yosa, Yandra, Siska, Elbie, Benji, Bagus,
Gilang, Ika, Yuli, Yanita, Liby, Adis, Rendy atas persahabatan luar biasa yang
kalian berikan.
Terima kasih sebesar-besarnya juga saya sampaikan kepada Keluarga
Besar Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
(SKPM) angkatan 46 yang dengan segala kemurahan hatinya selalu bisa
menerima penulis apa adanya menjadi bagian dari mereka. Serta semua pihak
yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan, dan kerja samanya
selama ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Penulis menyadari bahwa dalam karya ini terdapat banyak
kesalahan, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan.
Bogor, Juni 2013
Rizka Andini
1
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR LAMPIRAN
6
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang .....................................................................................................1
Masalah Penelitian ...............................................................................................3
Tujuan Penelitian .................................................................................................4
Kegunaan Penelitian ............................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA
6
Pengertian Ekosistem Terumbu Karang...............................................................6
Faktor-faktor Pertumbuhan Terumbu Karang......................................................6
Manfaat dari Keberadaannya Terumbu Karang ...................................................8
Nilai Sosio Ekonomi Terumbu Karang ................................................................8
Transplantasi Terumbu Karang ............................................................................8
Dampak Pemanfaatan Ekowisata .........................................................................9
Prinsip-Prinsip Pengembangan Ekowisata.........................................................11
Partisipasi ...........................................................................................................12
Tingkat Partisipasi..............................................................................................14
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekowisata ......................................17
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ..................................................18
Kerangka Pemikiran ...........................................................................................20
Hipotesis.............................................................................................................22
Definisi Konseptual............................................................................................22
Definisi Operasional ..........................................................................................22
PENDEKATAN LAPANG
25
Metode Penelitian ..............................................................................................25
Lokasi dan Waktu ..............................................................................................25
Teknik Sampling ................................................................................................25
Pengumpulan Data .............................................................................................26
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...............................................................26
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
29
Letak Geografis dan Kondisi Alam....................................................................29
2
Penduduk dan Mata Pencaharian....................................................................... 30
Sarana dan Prasarana ......................................................................................... 32
PROGRAM REHABILITASI KARANG DAN MASYARAKAT
34
Teknis Pelaksanaan Program Rehabilitasi dan Penangkaran Karang di
Pulau Pramuka ................................................................................................... 36
Sistem Kemitraan .............................................................................................. 37
Penurunan Eksistansi Program Rehabilitasi Karang ......................................... 38
Karakteristik Responden ................................................................................... 40
Usia Responden
40
Tingkat Pendidikan
41
Tingkat Pendapatan
42
HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDUAL DAN EKSTERNAL DENGAN
TINGKAT PARTISIPASI
44
Tingkat Kemauan .............................................................................................. 44
Tingkat Kemampuan ......................................................................................... 45
Tingkat Kesempatan .......................................................................................... 45
Pengaruh dari Faktor Eksternal ......................................................................... 46
Tingkat Partisipasi ............................................................................................. 47
Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan................................. 49
Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksanaan ................................. 51
Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Evaluasi ....................................... 53
Tingkat Partisipasi Tahap Menikmati Hasil ..................................................... 55
ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDUAL DAN EKSTERNAL
DENGAN PARTISIPASI
58
Hubungan Tingkat Kemauan dengan Partisipasi............................................... 59
Hubungan Tingkat Kemampuan dengan Partisipasi ......................................... 59
Hubungan Tingkat Kesempatan dengan Partisipasi .......................................... 60
Hubungan Faktor Eksternal dengan Partisipasi ................................................. 62
PARTISIPASI DAN SOSIAL LINGKUNGAN DAN EKONOMI
64
Hubungan Partisipasi dengan Lingkungan ........................................................ 65
Hubungan Partisipasi dengan Ekonomi ............................................................. 66
Hubungan Partisipasi dengan Dampak Sosial ................................................... 67
penutup
70
Kesimpulan ........................................................................................................ 70
Saran .................................................................................................................. 71
DAFTAR PUSTAKA
74
3
LAMPIRAN
77
RIWAYAT HIDUP
94
4
5
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
Pengukuran skor tingkat partisipasi
Jumlah kepala keluarga dan jumlah penduduk di Pulau Panggang dan
Pramuka
Jenis mata pencaharian penduduk Kelurahan Pulau Panggang
Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Panggang pada tingkat endidikan
tahun 2007
Partisipasi masyarakat dalam program rehabilitasi terumbu karang
Korelasi antara faktor individual dengan partisipasi
Korelasi antara dampak dengan partisipasi
23
30
31
31
48
58
64
DAFTAR GAMBAR
1 Delapan tingkatan dalam tangga partisipasi masyarakat
2 Kerangka Pemikiran Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengembangan
Ekowisata
dan
Dampaknya
Terhadap
Lingkungan,Sosial dan Ekonomi
3 Persentase responden berdasarkan usia di Pulau Pramuka Kelurahan
Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten
Kepulauan Seribu tahun 2013
4 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan di Pulau
Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara Kabupaten Kepulauan Seribu Tahun 2013
5 Persentase responden berdasarkan tingkat pendapatan di Pulau
Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara Kabupaten Kepulauan Seribu Tahun 2013
6 Persentase responden berdasarkan tingkat kemauan di Pulau Pramuka
Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara
Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
7 Persentase responden berdasarkan tingkat kemampuan di Pulau
Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
8 Persentase responden berdasarkan tingkat kesempatan di Pulau
Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu
Utara Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
9 Persentase responden berdasarkan faktorEksternal di Pulau Pramuka
Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara
Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
10 Persentase responden berdasarkan Tingkat partisipasi secara
keseluruhan di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu Tahun 2013
11 Persentase responden berdasarkan Tingkat partisipasi tahap
Perencanaan di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu Tahun 2013
17
21
41
41
42
44
45
46
46
48
50
6
12 Persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada tahap
pelaksanaan secara keseluruhan di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau
Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan
Seribu tahun 2013
13 Persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi tahap evaluasi di
Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan
Serib Utara Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
14 Persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi tahap menikmati
hasil di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan
Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu tahun 2013
15 Persentase responden berdasarkan dampak lingkungan dari program
rehabilitasi karang di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu
tahun 2013
16 Persentase responden berdasarkan dampak ekonomi dari program
rehabilitasi karang di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu
tahun 2013
17 Persentase responden berdasarkan dampak sosial dari program
rehabilitasi karang di Pulau Pramuka Kelurahan Pulau Panggang
Kecamatan Kepulauan Seribu Utara Kabupaten Kepulauan Seribu
tahun 2013
52
54
55
65
66
67
DAFTAR LAMPIRAN
Rencana kegiatan penelitian
77
Kuesioner
78
Denah lokasi penelitian
84
Daftar nama kerangka sensus dan responden penelitian
85
Peta lokasi rehabilitasi karang
86
Daftar Kerjasama Mutualistik Trasnplantasi Karang Nelayan dan Perusahaan
di Kepulauan Seribu
87
7 Poster budidaya karang hias
89
8 Tabel Korelasi
90
9 Dokumentasi
93
1
2
3
4
5
6
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan hasil laut yang potensial.
Luas perairan Indonesia terdiri dari Laut Teritorial seluas 284 210.90 km, Zona
Ekonomi Eksklusif seluas 2 981.211 km2, dan laut 12 Mil 279 322.00 km2,
dengan panjang garis pantai 104.000 km2. Dengan luas perairan yang begitu besar
maka Indonesia memiliki kekayaan yang sangat berlimpah. Salah satu kekayaan
yang ada adalah potensi pesisir baik dari segi hayati dan non hayati. Tri (2005)
menyatakan potensi pesisir diantaranya adalah potensi hayati dan non hayati.
Potensi hayati diantaranya perikanan dan terumbu karang, sedangkan potensi non
hayati diantaranya mineral dan bahan tambang serta pariwisata.
Keanekaragaman hayati merupakan aset bangsa yang harus dimanfaatkan
secara bijak dan hati-hati agar tidak rusak dan berguna tidak hanya bagi negara
Indonesia saja tetapi juga bagi negara lain. Konsep taman nasional muncul
sebagai upaya untuk melakukan konservasi terhadap keanekaragaman hayati yang
ada di Indonesia. Sejalan dengan perkembangan pembangunan, konsep taman
nasional juga mengalami perkembangan tidak hanya sebagai daerah konservasi
saja maka diperkenalkanlah pariwisata alam sebagai perwujudan konsep
ekowisata Tri 2005.
Kepulauan Seribu dengan luas perairan laut 6 997.50 km2 mempunyai
potensi kelautan yang sangat besar. Potensi laut yang besar dengan
keanekaragaman hayatinya yang tinggi menjadikan wilayah laut di sekitar
kepulauan seribu sangat potensial untuk pengembangan ekonomi yang berbasis
kelautan. Keanekaragaman hayati laut di sekitar perairan Kepulauan Seribu di
tandai dengan beragamnya ekosistem yang ada di wilayah tersebut, seperti
ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, ekosistem pantai berpasir dan lain
sebagainya. Beragamnya ekosistem yang ada juga memberikan ruang hidup bagi
beranekaragam jenis ikan dan berbagai biota laut lainya, seperti moluska, kepiting
dan sebagainya. Di samping itu, kondisi terumbu karang di Kepulauan Seribu
yang begitu eksotis memberikan peluang bagi pengembangan pariwisata bahari
(Dinas perikanan dan Kelautan 2007).
Salah satu kenakeragaman yang ada di Kepulauan Seribu adalah terumbu
karang. Ekosistem terumbu karang merupakan suatu komunitas laut yang unik
karena di dalamnya terdapat ke anekaragaman biota yang sangat tinggi di
bandingkan dengan ekosistem lainya. Terumbu karang mempunyai dua manfaat,
yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Pemanfaatan sumberdaya
terumbu karang, ikan karang, pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota laut
lainya termasuk dalam kategori manfaat tidak langsung, sedangkan fungsi
terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai dan hempasan gelombang serta
tempat berkembangnya keanekaragaman hayati merupakan manfaat langsung.
(Bengen 2008).
Kondisi ekosistem karang pada saat ini telah mengalami kerusakan dan
penurunan yang disebabkan antara lain oleh pengeboman ikan, pengambilan ikan
dengan menggunakan bahan beracun serta pengambilan dan perdagangan karang
hias illegal. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) –
2
LIPI tahun 2002, dari 556 lokasi yang tersebar di perairan Indonesia menunjukan
bahwa 6,83 persen dalam kondisi sangat baik, 25,72 persen dalam kondisi baik,
36,87 persen dalam kondisi sedang, dan 30,58 persen dalam kondisi rusak
(Suharsono 2002). Laporan hasil penelitian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia), bahwa terumbu karang di Indonesia hanya tujuh persen yang berada
dalam kondisi sangat baik, 24 persen dalam kondisi baik, 29 persen dalam kondisi
sedang dan 40 persen dalam kondisi buruk (Suharsono 2002). Diperkirakan
terumbu karang akan berkurang sekitar 70 persen dalam waktu 40 tahun jika
pengelolaannya tidak segera dilakukan.
Karang hias merupakan biota dari ordo Scleractinia yang termasuk jenis
tidak dilindungi undang-undang, namun dalam perdagangannya termasuk dalam
daftar Appendiks II CITES, berarti didalam perdagangan harus diawasi seeara
ketat untuk mencegah kemungkinan terjadinya eksploitasi berlebihan yang dapat
mengakibatkan punahnya jenis-jenis karang tersebut dimana perdagangan karang
hias dilakukan berdasarkan mekanisme kuota yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam selaku pelaksana Otoritas
Pengelola (Management Authority)
CITES setelah mendapat pertimbangan dari LIPI selaku pemegang
Otoritas Ilmiah (Scientific Authority) CITES di Indonesia. Dalam upaya
menanggulangi masalah kerusakan ekosistem karang di habitat alami serta
mencari alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap pemanfaatan
sumberdayanya, perlu dilakukan upaya yang dapat ditempuh dengan beberapa
cara, antara lain mengembangkan karang buatan (artificial reef), mengembangkan
teknik penutupan areal, translokasi karang, dan transplantasi karang (coral
transplantation).
Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam telah mewajibkan perusahaan yang melakukan perdagangan karang hias
dari alam untuk melakukan transplantasi atau rehabilitasi karang hias. Kebijakan
tersebut telah tercantum dalam keputusan izin usaha perdagangannya. Saat ini
upaya kontrol individu dari Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya
Alam (UPT KSDA) dan kontrol independen dengan hadirnya Indonesian Coral
Reef Working Group (ICRWG) dilakukan secara terus menerus terutama dalam
hal pemanfaatan dan peredaran karang hias yang lestari.
Wilayah Pulau Pramuka merupakan daerah yang berada di kawasan
Taman Nasional Kepulauan Seribu yang memiliki potensi transplantasi karang.
Kegiatan transplantasi terumbu karang telah di lakukan atau di prakarsai oleh
Suku Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Seribu. Kegiatan
transplantasi ini bertujuan untuk merehabilitasi kembali terumbu karang yang
telah rusak akibat kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan potasium oleh
penduduk.
Masyarakat setempat atau mereka yang bertempat tinggal di sekitar daerah
tempat transplantasi karang mempunyai peran yang amat penting dalam
menunjang keberhasilan program rehabilitasi karang ini. Peran serta masyarakat
di dalam memelihara lingkungan tidak dapat diabaikan. Hal yang terpenting
adalah upaya memberdayakan masyarakat setempat dengan mengikutsertakan
mereka dalam kegiatan ini (Sugiarti 2000). Untuk itu pengelola harus dapat
menghimbau masyarakat agar bersedia berpartisipasi aktif secara positif dalam
3
perkembangan rehabilitasi karang dengan memelihara lingkungan di sekitar
mereka.
Partisipasi masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, salah
satunya adalah berdasarkan kekuasaan komunitas dalam melakukan kontrol atas
suatu program. Hal ini merupakan konsep partisipasi yang dikemukakan oleh
Arnstein (1969) “A Ladder of Citizen Participation” atau tangga partisipasi
masyarakat. Konsep tersebut membagi partisipasi masyarakat ke dalam tiga
derajat, yaitu derajat paling rendah/non-partisipasi (terdiri dari manipulasi dan
terapi), derajat semu/tokenismee (informasi, konsultasi, dan penenangan), dan
terakhir derajat tertinggi atau Citizen Power (kemitraan, pendelegasian kekuasaan,
dan kontrol masyarakat).
Mengingat pentingnya ekosistem terumbu karang di daerah tersebut dan
peran serta masyarakat, maka di rasa perlu untuk melakukan penelitian untuk
menjawab pertanyaan bagaimana Partisipasi Masyarakat dalam Program
Rehabilitasi Karang dan Dampaknya terhadap Lingkungan, Sosial dan
Ekonomi?
Masalah Penelitian
Berdasarkan Pasal 3 UU Konservasi Hayati (UUKH) tahun 1990 yang
menyatakan bahwa Sumber daya alam hayati merupakan unsur ekosistem yang
dapat dimanfaatkan untuk mennigkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu
kehidupan manusia. Pasal ini menjelaskan bahwa agar pemanfaatan sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas secara
langsung maupun tidak langsung, maka diperlukan kcsempatan sama pada
masyarakat untuk berusaha dalam memanfaatkan sumberdaya alam termasuk
ekowisata (Hardjasoemantri 1991). Keberhasilan pelaksanaan program rehabilitasi
karang ini sangat ditentukan oleh keterlibatan masyarakat yang merupakan aktor
utama dalam pembangunan, yang harus diprioritaskan partisipasinya dimulai dari
proses sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program untuk
mewujudkan tujuan utama dari rehabilitasi karang serta keberlanjutan program di
kawasan Pulau Pramuka itu sendiri. Melalui kerjasama dengan masyarakat dalam
pengembangan program rehabilitasi karang dan seluruh pihak yang
berkepentingan nantinya mampu memahami program secara utuh mulai dari
proses perencanaan sampai evaluasi. Penempatan masyarakat dalam tingkat
partisipasi yang tepat dapat mendukung masyarakat sebagai subyek pembangunan
wilayah melalui program rehabilitasi karang
Menurut Sastropoetro (1988), partisipasi adalah keterlibatan mental atau
pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha
mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap usaha pembangunan yang
bersangkutan. Batasan dari partisipasi adalah keterlibatan komunitas setempat
dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaan program termasuk bantuan yang
diberikan demi kelancaran program. Termasuk dalam program rehabilitasi karang,
maka dibutuhkan partisipasi masyarakat yang dalam hal ini dilihat dari
keterwakilan masyarakat, dimana setiap tahapan memiliki jenis aktivitas yang
berbeda-beda. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat juga
mempengearuhi sikap sesorang dalam dalam berpartisipasi dalam program
4
rehabilitasi karang, maka diperlukan analisis: Bagaimana hubungan faktor
individual masyarakat terhadap tingkat partisipasi dalam pengelolaan
program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka ? Selain faktor individual
terdapat faktor eksternal, maka diperlukan analisis Bagaimana hubungan faktor
eksternal masyarakat terhadap tingkat partisipasi dalam pengelolaan
program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka ?
Yoeti (2008) mengemukakan bahwa kegiatan ekowisata memberikan dampak
pada berbagai aspek seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Masyarakat
setempat atau mereka yang bertempat tinggal di sekitar daerah tujuan program
mempunyai peran yang amat penting dalam menunjang keberhasilan
perkembangan suatu pogram. Peran serta masyarakat di dalam memelihara
lingkungan yang menjadi daya tarik utama lingkungan tidak dapat diabaikan.
Prinsip-prinsip pengembangan ekowisata berkelanjutan berbasis masyarakat,
meliputi aspek ekonomi, sosial dan lingkungan .Hal yang terpenting adalah upaya
memberdayakan masyarakat setempat dengan mengikutsertakan mereka dalam
berbagai kegiatan (Sugiarti 2000). Untuk itu maka perlu di kaji mengenai
bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi dengan dampak sosial,
ekonomi dan lingkungan yang diterima oleh masyarakat lokal sebagai akibat
dari hadirnya program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah di uraikan maka tujuan yang
ingin dicapai melalui penelitian ini adalah
1. Menganalisis hubungan faktor individual masyarakat terhadap tingkat
partisipasi dalam program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka
2. Menganalisis hubungan faktor eksternal masyarakat terhadap tingkat
partisipasi dalam program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka
3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan dampak sosial,
ekonomi dan lingkungan yang diterima oleh masyarakat lokal sebagai
akibat dari hadirnya program rehabilitasi karang di Pulau Pramuka
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi pemerintah, sebagai suatu sumbangan pemikiran tentang komponen yang
harus disiapkan dalam pengembangan kawasan rehabilitasi karang.
2. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi tentang peluang (ruang)
berpartisipasi dalam pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
bagi kelangsungan hidupnya.
3. Bagi Akademisi, sebagai acuan dan referensi bagi peneliti lainnya untuk
mengembangkan pengetahuan tentang partisipasi masyarakat terhadap
rehabilitasi karangsebagai pendekatan pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan secara lebih komprehensif.
5
6
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Ekosistem Terumbu Karang
Istilah terumbu karang sebenarnya mempunyai makna gabungan antara
terumbu dan karang. Terumbu secara umum dapat diartikan sebagai suatu substrat
keras di perairan laut yang menjadi habitat berbagai biota laut. Sedangkan karang
adalah sekelompok binatang dari filum Coelenterata atau lebih khusus lagi dari
ordo Scleractinia yang dapat membangun struktur habitat keras yang dibangun
oleh binatang karang (Supriharyono 2000). Terumbu karang adalah suatu
kumpulan hewan bersel satu yang membentuk koloni dan mempunyai rumah yang
terbuat dari bahan kapur (Ca-karbonat). Mengingat dalam ekositem terumbu
karang terdapat berbagai jenis organisme, maka dapat pula dikatakan sebagai
sebuah komunitas biologis yang berada di dasar perairan laut yang membentuk
struktur padat yang kokoh dan terbuat dari bahan kapur. Oraganisme yang
kebanyakan terdiri dari coral dan algae (Wibisono 2005). Ekosistem ini
mempunyai produktivitas organik yang sangat tinggi demikian pula
keanekaragaman biota yang ada di dalamnya. Komponen biota terpenting di suatu
terumbu karang ialah hewan karang batu (stony coral), hewan yang tergolong
Scleractinia yang kerangkanya terbuat dari bahan kapur (Nontji 2005).
Menurut Dawes (1981) dalam Supriharyono (2000), terumbu karang (coral
reefs) merupakan masyarakat organisme yang hidup di dasar perairan laut dangkal
terutama di daerah tropis. Terumbu karang terutama disusun oleh anthozoa dari
klas Scleractinia, yang mana termasuk hermatypic coral atau jenis-jenis terumbu
karang yang mampu membuat bangunan atau kerangka terumbu karang dari
kalsium karbonat. Struktur bangunan batuan kapur tersebut (CaCO 3 ) cukup kuat,
sehingga koloni terumbu karang mampu menahan gaya gelombang air laut.
Sedangkan asosiasi organisme-organisme yang dominan hidup disini di samping
scleractinian coral adalah algae yang banyak diantaranya juga mengandung
kapur.
Faktor-faktor Pertumbuhan Terumbu Karang
Sebagaimana organisme yang termasuk kelompok yang besifat sessil di
dasar perairan, terumbu karang rentan dengan terjadinya perubahan lingkungan,
karena tidak memiliki kemampuan untuk menghindar dari perubahan kondisi
lingkungan sebagaimana kelompok hewan yang biasa bergerak bebas (Thamrin
2006). Faktor-faktor fisik-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan
dan/atau laju pertambahan terumbu karang. Sedangkan faktor biologis, biasanya
berupa predator atau pemangsanya (Supriharyono 2000). Berikut ini adalah adalah
beberapa faktor lingkungan pembatas kehidupan terumbu karang :
1. Suhu
Menurut Supriharyono (2000), suhu merupakan faktor penting yang
menentukan kehidupan terumbu karang. Menurut (Nontji, 2005), suhu yang baik
untuk kehidupan terumbu karang adalah berkisa antara 25 - 30ºC. Sedangkan
menurut Kinsman (1964) dalam Supriharyono (2000), batas minimum suhu
berkisar antara 16 - 17ºC dan batas maksimum suhu adalah 36ºC. Pada suhu di
atas 33 oC dapat menyebabkan gejala pemutihan (bleaching), yaitu keluarnya
7
zooxanthellae dari polip terumbu karang dan akibat selanjutnya dapat mematikan
terumbu karang (Supriharyono 2000).
Suhu mempunyai peran penting dalam membatasi sebaran terumbu
karang. Oleh karena itu terumbu karang tidak ditemukan di daerah dingin,
sebaliknya pembuangan air panas akan menyebabkan terumbu karang menjadi
mati. Sebagai contoh air panas yang dibuang dari instalasi pencairan gas alam
(LNG) di Bontang suhunya mencapai 37ºC dan mematikan terumbu karang yang
ada di depannya (Nontji 1987).
2. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas yang sangat penting bagi
terumbu karang. Organisme karang hidup sangat baik pada salinitas 35 persen,
atau sama dengan salinitas rata-rata lautan (Samudra). Menurut (Wibisono 2005)
pertambahan terbaik berkisar antara 30 persen sampai 35 persen. Sedangkan
menurut (Nontji 2005) terumbu karang masih mempunyai toleransi terhadap
salinitas sekitar 27 – 40 persen Jika penurunan salinitas pada waktu yang
mendadak dan dalam waktu yang singkat biasanya terumbu karang masih dapat
bertahan hidup, akan tetapi bila penurunan salinitas mencapai 15-10 persen dalam
waktu 24 jam atau lebih terumbu karang akan mati (Suharsono 2002).
3. Cahaya dan kedalaman
Intensitas cahaya sangat mempengaruhi kehidupan terumbu karang pada
fotosintesa zooxanthellae yang produknya kemudian disumbangkan ke polip
terumbu karang. Intensitas cahaya berhubungan erat dengan kedalaman
(Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut 2006). Cahaya adalah salah satu
faktor yang paling penting yang membatasi terumbu karang. Cahaya yang cukup
harus tersedia agar fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan
terumbu karang dapat terlaksana. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan
berkurang dan bersama dengan itu kemampuan terumbu karang untuk
menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk terumbu karang akan berkurang
pula. Titik kompensasi untuk terumbu karang nampaknya merupakan kedalaman
dimana intensitas cahaya berkurang sampai 15-20 persen dari intensitas
permukaan (Nybakken 1992).
Menurut Thamrin (2006) terumbu karang hermatypic, ditemukan di daerah
permukaan atau dari daerah intertidal sampai kedalaman 70 m, akan tetapi pada
umumnya ditemukan sampai kedalaman 50 m. Sebagian besar hidup dengan subur
sampai kedalaman 20 m. Kecerahan diperlukan untuk penetrasi cahaya kedalam
air dan menjaga jangkauan indra organisme. Meningatkan kebutuhan ini maka
binatang terumbu karang umumnya tersebar di daerah tropis. Menurut Kinsman
(1964) dalam Supriharyono (2000), beberapa jenis karang seperti Acropora sp
tumbuh baik pada kedalaman kurang dari 20 meter.
4. Arus
Pergerakan air mempengaruhi faktor paling besar atau kuat dalam
menentukan bentuk dan pertambahan panjang dan lebar bagi terumbu karang.
Bagian dari terumbu karang yang terekspose (berhadapan) dengan arus adalah
yang pertama masuknya air dan bersamanya terbawa zat-zat hara, makanan yang
bersifat planktonis, rekruitment larva, endapan dan pollutan (Naamin 2001).
Arus diperlukan dalam proses pertambahan panjang dan lebar terumbu
karang dalam hal menyuplai makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan
dalam proses pembersihan dari endapan-endapan material berasal dari laut lepas
8
(Dahuri 2003). Arus dan gelombang juga dapat membersihkan polip dari kotoran
yang menempel. Oleh karena itu pertambahan terumbu karang di tempat yang
airnya selalu teraduk oleh arus dan ombak, lebih baik dari pada di perairan yang
tenang dan terlindung (Nontji 2005).
Manfaat dari Terumbu Karang
Menurut (Ikawati et al. 2001) keberadaan terumbu karang memiliki
berbagai manfaat :
1. Terumbu karang yang sehat merupakan rumah untuk berbagai jenis hewan dan
tumbuhan.
2. Terumbu karang melindungi ikan-ikan kecil dari makhluk laut lainnya dari
serangan hewan pemangsa.
3. Terumbu karang merupakan tempat berlindung makhluk laut dari ombak besar
dan arus yang kencang.
4. Terumbu karang menyediakan makanan untuk berbagai jenis ikan, udang,
kima, kerang dan cumi-cumi.
5. Terumbu karang merupakan tempat berkembang biak dan tumbuh dewasa
berbagai jenis ikan dan makhluk laut lainnya.
6. Terumbu karang yang sehat menghasilkan tangkapan ikan empat kali lebih
banyak dari pada terumbu karang yang rusak.
7. Terumbu karang yang sehat menyediakan peluang kerja bagi generasi muda
sehingga mereka tidak harus pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
8. Terumbu karang yang sehat mendukung berbagai kegiatan usaha dan
pekerjaan serta dapat meningkatkan penghasilan.
Nilai Sosio Ekonomi Terumbu Karang
Menurut Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut (2006)
komunitas karang saling berinteraksi antara komponen biotik dan abiotik yang
sangat dibutuhkan untuk mendukung perekonomian masyarakat, antara lain :
1. Perikanan terumbu karang, baik tradisional maupun komersial memberikan
sumbangan yang besar untuk meningkatkan kehidupan masyarakat pesisir dan
perekonomian nasional.
2. Kegiatan wisata bahari yang bertumpu pada terumbu karang memiliki nilai
estetika tinggi memberikan peranan dalam meningkatkan pendapatan daerah
dan nasional.
3. Keanekaragaman terumbu karang dan ikan hias merupakan potensi
perdagangan yang cukup besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan
akuarium laut dalam dan luar negeri.
Transplantasi Terumbu Karang
Kerusakan ekosistem terumbu karang terjadi karena eksploitasi besarbesaran tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam upaya
menanggulangi masalah kerusakan ekosistem terumbu karang di habitat alami
serta mencari alternatif untuk mengurangi tekanan terhadap pemanfaatan
sumberdayanya, perlu dilakukan upaya yang dapat ditempuh dengan beberapa
cara, antara lain mengembangkan terumbu karang buatan (artificial reef),
9
mengembangkan teknik penutupan areal, translokasi terumbu karang, dan
transplantasi terumbu karang (coral transplantation) (Balai Taman Nasional
Kepulauan Seribu 2007).
Transplantasi terumbu karang merupakan suatu upaya memperbanyak
koloni karang dengan metode fragmentasi dimana koloni tersebut diambil dari
suatu induk koloni tertentu (Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, 2007).
Menurut Harriot dan Fisk (1988) dalam Direktorat Konservasi dan Taman
Nasional Laut (2002), transpalantasi terumbu karang merupakan kegiatan
pencangkokan atau pemotongan terumbu karang hidup untuk ditanam di tempat
lain atau di tempat yang terumbu karangnya telah mengalami kerusakan.
Transplantasi terumbu karang berperan dalam mempercepat regenerasi terumbu
karang yang telah rusak, dan dapat pula digunakan untuk membangun daerah
terumbu karang baru yang sebelumnya tidak ada. Pencangkokan ini dapat
dilakukan dengan mengikatkan potongan terumbu karang sehat pada substrat
buatan, seperti ubin, besi, plastik ataupun terumbu karang mati (Razak, et al.
2005).
Kegiatan transplantasi terumbu karang juga dapat berfungsi sebagai
penyedia bibit melalui pembuatan kebun bibit yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan perdagangan ataupun rehabilitasi (Direktorat Konservasi dan Taman
Nasional Laut 2006). Transplantasi terumbu karang harus memenuhi persyaratan
bahwa kondisi tempat terumbu karang ditransplantasikan mempunyai kondisi
lingkungan yang sama dengan habitat asalnya, seperti aliran air, kecerahan,
temperatur dan sebagainya (Murdiyanto 2003).
Dimasa mendatang transplantasi terumbu karang akan memiliki banyak
kegunaan antara lain; untuk melapisi bangunan-bangunan bawah laut sehingga
lebih kokoh dan kuat, untuk memadatkan spesies terumbu karang yang jarang atau
terancam punah, dan untuk kebutuhan pengambilan terumbu karang hidup bagi
hiasan aquarium (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut 2002).
Sedangkan menurut (Johan, et al. 2007) transaplantasi terumbu karang memiliki
tujuan dan manfaat antar lain; rehabilitasi kondisi terumbu karang, menjaga
kelestarian jenis terumbu karang, perlindungan tehadap erosi pantai, pariwisata,
peningkatan produksi perikanan, serta penelitian dan perdagangan.
Dampak Pemanfaatan Program Rehabilitasi Karang
Kristanto (2004) mendefinisikan dampak sebagai adanya suatu benturan
antara dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan pembangunan dengan
kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik. Dampak yang
diartikan dari benturan antara dua kepentingan itupun masih kurang tepat karena
yang tercermin dari benturan tersebut hanyalah kegiatan yang menimbulkan
dampak negatif. Pengertian ini pula yang dahulunya banyak di tentang oleh para
pemilik atau pengusul pogram. Dalam perkembangan selanjutnya, yang dianalisis
bukan hanya dampak negatifnya saja melainkan juga dampak positifnya dan
dengan bobot analisis yang sama. Apabila didefinisikan lebih lanjut, maka
dampak adalah setiap perubahan yang terjadi dalam lingkungan akibat adanya
aktifitas manusia. Disini tidak disebutkan karena adanya pogram, karena pogram
sering diartikan sebagai bangunan fisik saja, sedangkan banyak pogram yang
bangunan fisiknya relatif kecil atau tidak ada, tetapi dampaknya besar. Jadi yang
10
menjadi objek pembahasan bukan saja dampak pogram terhadap lingkungan,
melainkan juga dampak lingkungan terhadap pogram.
Yoeti (2008) mengemukakan bahwa pariwisata (termasuk ekowisata)
sebagai katalisator dalam pembangunan karena dampak yang diberikannya
terhadap kehidupan perekonomian di negara yang dikunjungi wisatawan.
Kegiatan ekowisata memberikan dampak pada berbagai aspek seperti sosialbudaya, ekonomi, dan lingkungan.
Tipologi ekowisata yang menjadi alternatif kegiatan bahari saat ini adalah
kegiatan ekoturisme (wisata alam) yang mengandalkan keindahan alam. Dari
dimensi ekologis kegiatan ini jelas mengandalkan keindahan alam sehingga
kegiatan ini akan mendorong tindakan konservasi untuk mempertahankan daya
tariknya agar keuntungan ekonomi dari kegiatan ekowisata ini dapat
dipertahankan. Sementara itu aspek sosial masyarakat setempat dimana kegiatan
ekoturisme ini berlangsung sering mendapat manfaat ekonomi dari pengembangan
kegiatan jasa pendukung wisata, selain itu juga gangguan terhadap kehidupan
tradisional masyarakat umumnya sangat kecil sekali (Dahuri et al. 1996).
Saifullah (2000) mengungkapkan bahwa ada beberapa dampak pemanfaatan
ekowisata:
1. Bidang ekonomi
a. Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
b. Meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan
devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain.
c. Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja
wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada
masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung.
d. Meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar.
e. Menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cenderung
tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan demikian amat berperan
dalam menunjang pembangunan daerah.
2. Bidang sosial budaya
Keanekaragaman kekayaan sosial budaya merupakan modal dasar dari
pengembangan ekowisata. Sosial budaya merupakan salah satu aspek penunjang
karakteristik suatu kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Sosial budaya dapat memberikan ruang bagi kelestarian sumber daya alam,
sehingga hubungan antar sosial budaya masyarakat dan konservasi sumber daya
alam memiliki keterkaitan yang erat. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan
dan mengembangkan budaya yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan
lapisan sosial masyarakat.
3. Bidang lingkungan
Karena pemanfaatan potensi sumber daya alam untuk ekowisata pada
dasarnya adalah lingkungan dan ekosistem yang masih alami, menarik, dan
bahkan unik,maka pengembangan wisata alam dan lingkungan senantiasa
menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui perencanaan yang
teratur dan terarah. Atraksi-atraksi yang dikembangkan harus sesuai dengan
kaidah-kaidah alami sehingga katerkaitan antara potensi ekosistem dengan
kegiatan wisata dapat berjalan seiring saling melengkapi menjadi satu paket
11
ekowisata. Menurut Ismudiyanto (2000), meningkatnya tuntutan dan kebutuhan
wisatawan yang harus dipenuhi dalam pemasaran dan pengembangan obyek
wisata alam adalah pembangunan sarana dan prasarana fisik untuk pelayanan
umum dan lingkungan berdasarkan rencana induk pengembangan kawasan,
rencana tapak (site plan) dan block plan, dan detail-detail perancangan termasuk
fasilitas dan utilitas. Fasilitas yang harus disiapkan dalam pengembangan lokasi
obyek wisata alam antara lain: persyaratan lokasi dan kemudahan pencapaian,
peruntukkan lahan dan tata guna tanah (land use), jalan umum, terminal dan
parkir kendaraan, fasilitas umum, kesehatan, komunikasi dan akomodasi, tempat
rekreasi dan sebagainya.
Pembangunan lapangan terbang, pelabuhan, jalan-jalan menuju obyek
wisata, pengembangan hotel dan akomodasi lainnya, sarana transportasi yang
harus diperluas, pengadaan tenaga listrik, penyediaan air bersih dan sarana
telekomunikasi lainnya, semuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diatur disesuaikan dengan kapasitas suatu
daerah.
Prinsip-Prinsip Pengembangan Ekowisata
Menurut Santosa seperti yang dikutip dalam Afif (1992). Prinsip-prinsip
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ekowisata adalah sebagai berikut:
1. Konservasi
a. Pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak sumber daya alam itu
sendiri. Relatif tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan
kegiatannya bersifat ramah lingkungan.
b.Dapat dijadikan sumber dana yang besar untuk membiayai pembangunan
konservasi.
c. Dapat memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari.
d.Meningkatkan daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta untuk
berperan serta dalam program konservasi. Mendukung upaya pengawetan
jenis.
e. Pendidikan Meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku
masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
2. Ekonomi
a. Dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola kawasan,
penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat.
b. Dapat memacu pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal, regional
mapun nasional.
c. Dapat menjamin kesinambungan usaha.
d. Dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh kabupaten/kota,
propinsi bahkan nasional.
3. Peran Aktif Masyarakat
a. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat
b. Pelibatan masyarakat sekitar kawasan sejak proses perencanaan hingga
tahap pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi.
c. Menggugah prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat untuk
pengembangan ekowisata.
12
d. Memperhatikan kearifan tradisional dan kekhasan daerah setempat agar
tidak terjadi benturan kepentingan dengan kondisi sosial budaya setempat.
e. Menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal mungkin
bagi masyarakat sekitar kawasan.
4. Wisata
a. Menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan bagi
pengunjung.
b. Kesempatan menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang mempunyai
fungsi konservasi.
c. Memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam pelestarian
lingkungan.
d. Memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengunjung.
Partisipasi
Konsep partisipasi berasal dari bahasa Inggris ”participation” yang berarti
turut ambil bagian. Nasdian (2006) mengartikan partisipasi sebagai proses aktif
dan inisiatif yang diambil oleh warga komunitas itu sendiri, dibimbing oleh cara
mereka sendiri dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Kategori partisipasi
meliputi: (1) warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan
atau dirancang dan dikontrol oleh orang lain; (2) partisipasi merupakan proses
pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak
partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan
tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar. Dengan partisipasi, program yang
dilaksanakan akan lebih berkelanjutan karena disusun berdasarkan kebutuhan
dasar yang sesungguhnya dari masyarakat setempat. Sementara menurut Davis
dalam Sastropoetro (1988), partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran dan
emosi/perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta
turut bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan. Batasan dari
partisipasi adalah keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam
pengambilan keputusan atau pelaksanaannya terhadap pogram-pogram
pembangunan. Menurut Tanjung (2003), definisi dari partisipasi adalah
keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi sosial
tertentu yang berarti seseorang berpartisipasi dalam suatu kelompok jika ia
mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tersebut melalui bermacam sikap
“berbagi”, yaitu berbagi nilai tradisi, berbagi perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggung jawab bersama, serta melalui persahabatan pribadi.
Partisipasi masyarakat terbagi menjadi empat tahap menurut Uphoff
(1979), yaitu:
1. Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatankegiatan yang merencanakan program pemberdayaan yang akan dilaksanakan
di desa, serta menyusun rencana kerjanya.
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pemberdayaan,
sebab inti dari pemberdayaan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
13
sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan
sebagai anggota pogram.
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pemberdayaan,
maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut
berhasil mengenai sasaran.
4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan program selanjutnya.
Pembangunan partisipatif merupakan model pembangunan yang melibatkan
stakeholders dalam semua proses, mulai dari perencanaan, implementasi,
monitoring dan evaluasi. Pelaku pembangunan tersebut adalah semua unsur yang
ada dalam komunitas yang terdiri atas pemerintah dan masyarakat (civil society).
Perumusan rencana pembangunan perlu dilakukan secara demokratis, professional
dan terukur artinya dapat mewujudkan kebutuhan masa depan, handal, teruji, dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada semua stakeholders untuk itu pembangunan
daerah harus menganut prinsip-prinsip: Partisipasi artinya seluruh anggota
masyarakat diharapakan berperan aktif dalam perencanan, pelaksanaan, dan
pengawasan seluruh kegiatan pembangunan. Transparansi artinya setiap kegiatan
dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dari seluruh kegiatan dapat di