Sintesis 7-Hidroksiflavonol dan Fisetin

i

SINTESIS 7-HIDROKSIFLAVONOL DAN FISETIN

NISFIYAH MAFTUHAH

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

i

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis 7Hidroksiflavonol dan Fisetin adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013
Nisfiyah Maftuhah
G44090003

i

ii

ABSTRAK
NISFIYAH MAFTUHAH. Sintesis 7-Hidroksiflavonol dan Fisetin. Dibimbing
oleh BUDI ARIFIN dan SUMINAR S ACHMADI.
Fisetin (7,3’,4’-trihidroksiflavonol) lazim ditemukan dalam buah-buahan
dan sayuran. Fisetin berpotensi sebagai antioksidan, antiradang, dan antidiabetes.
Dalam penelitian ini, fisetin disintesis mengikuti metode sintesis 7hidroksiflavonol. 7-Hidroksiflavonol berhasil disintesis dari resasetofenon dan
benzaldehida. Kedua bahan awal tersebut dilindungi oleh gugus tetrahidropiranil

(THP), lalu dikondensasikan dengan katalis KOH 60% membentuk kalkon
terproteksi-THP. Siklisasi kalkon menjadi 7-hidroksiflavonol terproteksi-THP
dilakukan dengan metode siklisasi oksidatif Algar-Flynn- Oyamada. Deproteksi
gugus pelindung THP dengan asam p-toluenasulfonat menghasilkan 7hidroksiflavonol. Rendemen keseluruhan ialah 22% dengan waktu sintesis selama
7 hari, lebih cepat daripada proses isolasi dari bahan alam. Pengembangan metode
tersebut untuk menyintesis fisetin dari bahan awal resasetofenon dan 3,4dihidroksibenzaldehida baru menghasilkan rendemen 1%. Pengujian gugus
pelindung lain untuk 3,4-dihidroksibenzaldehida serta peragaman komposisi
pereaksi dan kondisi reaksi khususnya dalam tahap sintesis kalkon dianggap perlu
untuk dapat meningkatkan rendemen tersebut. Semua produk sintesis dalam
penelitian ini telah dicirikan titik lelehnya dan juga secara spektroskopi.
Kata kunci: fisetin, flavonol, 7-hidroksiflavonol, resasetofenon

ABSTRACT
NISFIYAH MAFTUHAH. Synthesis of 7-Hydroxyflavonol and Fisetin.
Supervised by BUDI ARIFIN and SUMINAR S ACHMADI.
Fisetin (7,3’,4’-trihydroxyflavonol) is commonly found in fruits and
vegetables. It is potential as antioxidant, anti-inflammation, and antidiabetic. In
this study, fisetin was synthesized by following 7-hydroxyflavonol synthesis
method. 7-Hydroxyflavonol was succesfully synthesized from resacetophenone
and benzaldehyde. Both starting materials were protected by tetrahydropyranyl

(THP) group and then condensed with 60% KOH as catalyst forming THPprotected chalcone. Cyclization of the chalcone into THP-protected 7hydroxyflavonol was carried out by using Algar-Flynn-Oyamada oxidative
cyclization. Deprotection of the THP protecting group with p-toluenesulfonic acid
resulted 7-hydroxyflavonol. The overall yield was 22% with total synthesis time
of 7 days, faster than isolation from natural products. However, development of
this method to synthesize fisetin from resacetophenone and 3,4dihydroxybenzaldehyde as starting materials only gave 1% yield. Further study
with other protecting groups for 3,4-dihydroxybenzaldehide as well as variation of
reactants’ composition and reaction conditions are necessary in order to increase
the fisetin yield. All synthetic products had been characterized by melting point
and spectroscopy analysis.
Key

words:

fisetin,

flavonol,

7-hydroxyflavonol,

resacetophenone


i

ii

SINTESIS 7-HIDROKSIFLAVONOL DAN FISETIN

NISFIYAH MAFTUHAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Program Studi Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


i

iv
Judul Skripsi : Sintesis 7-Hidroksiflavonol dan Fisetin
Nama
: Nisfiyah Maftuhah
NIM
: G44090003

Disetujui oleh

Budi Arifin, SSi, MSi
Pembimbing I

.

Prof Ir Suminar S Achmadi, PhD
Pembimbing II


Diketahui

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
Ketua Departemen Kimia

Tanggal lulus:

iv

v

PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan rasa syukur ke hadirat Allah SWT penulis ucapkan atas
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan
karya ilmiah berjudul Sintesis 7-Hidroksiflavonol dan Fisetin yang dilakukan
pada bulan Januari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen
Kimia, FMIPA, IPB, Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Budi Arifin dan Ibu
Suminar S Achmadi selaku pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan,

arahan, semangat, dan doa. Karya tulis ini merupakan wujud penghargaan untuk
Ibunda dan Ayahanda tercinta, Yatmuni dan Kasmuji yang senantiasa
memberikan semangat dan doa. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kakak
tercinta Bahtaria Rohmah, Ikbar Saifullah, dan Winny K Dzulkarnaen yang selalu
memberikan semangat dalam berlangsungnya pembuatan karya ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sabur, Rika Kurnia,
Febrina Miharti, Sity Adhitia Sarman, Ichsan Irwanto, dan teman-teman peneliti
di Bagian Kimia Organik, FMIPA, IPB atas masukan, saran, kerja sama, dan
kebersamaan dalam menjalankan penelitian. Semoga karya tulis ini bermanfaat
untuk ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Agustus 2013

Nisfiyah Maftuhah

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Langkah Percobaan
Proteksi THP pada Resasetofenon dan 3,4-Dihidroksibenzaldehida
Sintesis 2’-Hidroksi-4’-(tetrahidropiran-2-iloksi)kalkon
Sintesis 7-(Tetrahidropiran-2-iloksi)flavonol
Pelepasan THP dari OH Fenolik
Sintesis Fisetin 1-Wadah
HASIL DAN PEMBAHASAN
2’-Hidroksi-4’-(tetrahidropiran-2-iloksi)asetofenon
2’-Hidroksi-4’-(tetrahidropiran-2-iloksi)kalkon
7-(Tetrahidropiran-2-iloksi)flavonol
7-Hidroksiflavonol
3,4-Dihidroksibenzaldehida-THP
Fisetin
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
viii
viii
1
2
2
3
3
3
4
4
4
4
4
7
10
13

15
18
21
22
24
43

vii

DAFTAR TABEL
1 Rendemen hasil sintesis resasetofenon-THP
2 Analisis NMR resasetofenon-THP (pelarut CDCl3)
3 Rendemen hasil sintesis 2’-hidroksi-4’-(tetrahidropiran-2-iloksi)kalkon
4 Analisis NMR kalkon-THP (pelarut CDCl3)
5 Rendemen hasil sintesis flavonol-THP dari kalkon-THP
6 Rendemen hasil sintesis 1-wadah flavonol-THP
7 Analisis NMR flavonol-THP (pelarut CDCl3)
8 Rendemen deproteksi flavonol-THP menjadi flavonol
9 Rendemen hasil sintesis 3,4-dihidroksibenzaldehida-THP
10 Analisis NMR benzaldehida mono-THP (pelarut CDCl3)

11 Analisis NMR benzaldehida di-THP (pelarut CDCl3)
12 Rendemen hasil sintesis fisetin
13 Analisis NMR fisetin hasil sintesis dibandingkan dengan pustaka

5
6
8
10
12
12
13
14
15
16
17
20
21

viii

DAFTAR GAMBAR
1 Analisis retrosintesis fisetin
2 Reaksi sintesis resasetofenon-THP
3 Kromatogram KLT perbandingan resasetofenon (1) dan resasetofenonTHP (2)
4 Mekanisme reaksi sintesis kalkon butein terproteksi-THP dengan metode
kondensasi Claisen-Schmidt berkataliskan-basa
5 Kromatogram KLT kalkon hasil sintesis, diamati pada 254 nm (a) dan
366 nm (b). Padatan kalkon hasil pemurnian dengan KLT preparatif (c)
6 Kromatogram KLT kalkon hasil pengasaman setelah disimpan 2 hari:
pada 254 nm (a) dan 366 nm (b)
7 Mekanisme siklisasi kalkon dengan metode AFO
8 Padatan flavonol-THP hasil sintesis dari kalkon-THP (a) serta
kromatogram KLT-nya pada 254 nm (b) dan 366 nm (c)
9 Padatan flavonol-THP hasil sintesis 1-wadah dari resasetofenon-THP
dan benzaldehida (a) serta kromatogram KLT-nya pada 254 nm (b) dan
366 nm (c)
10 Padatan flavonol (a) serta kromatogram KLT-nya pada 254 nm (b) dan
366 nm (c)
11 Produk kasar 3,4-dihidroksibenzaldehida-THP (kiri) dan dan kromatogram
KLT-nya pada eluen n-heksana-etil asetat 8:2 (kanan)
12 Kromatogram KLT resasetofenon (a) dan 3,4-dihidroksibenzaldehida
(b) pada 254 nm
13 Campuran kalkon butein-THP hasil sintesis (a) serta kromatogram
KLT-nya pada 254 nm (b) dan 366 nm (c)
14 Campuran fisetin-THP hasil sintesis (a) serta kromatogram KLT-nya
pada 254 nm (b) dan 366 nm (c)
15 Fisetin hasil sintesis (a) dan kromatogram KLT-nya pada 366 nm (b)

2
5
5
7
8
9
11
11

12
14
15
18
19
19
19

DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir penelitian
2 Elusidasi produk resasetofenon-THP
3 Spektrum 1H NMR noda hasil sintesis kalkon pada Rf ~ 0.27 (500 MHz,
CDCl3)
4 Elusidasi produk kalkon-THP
5 Elusidasi produk flavonol-THP
6 Spektrum UV-Vis 7-hidroksiflavonol
7 Elusidasi produk 3,4-dihidroksibenzaldehida-THP
8 Elusidasi produk fisetin

24
25
28
29
32
35
36
41

1

PENDAHULUAN
Flavonol merupakan salah satu kelompok dalam flavonoid yang potensial
sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktivitas sebagai obat. Berbagai
substituen, terutama hidroksil dan metoksil, dapat terikat pada cincin benzena dan
heterosiklik flavonol, menghasilkan beragam jenis flavonol, salah satunya adalah
fisetin (7,3’,4’-tetrahidroksiflavonol). Senyawa ini lazim ditemukan dalam buahbuahan seperti stroberi (160.0 g/g), apel (26.λ g/g), kesemek (10.5 g/g),
anggur (3.λ g/g), kiwi (2.0 g/g), dan persik (0.6 g/g). Selain itu, fisetin
terdapat pada sayuran seperti akar teratai (5.8 g/g), bawang (4.8 g/g), tomat (0.1
g/g), dan mentimun (0.1 g/g) (Arai et al. 2000). Fisetin memiliki potensi
sebagai antihiperlipidemik, antioksidan, antiradang, dan antidiabetes (Raygude et
al. 2012). Akaishi et al. (2008) juga menyatakan bahwa fisetin memiliki
bioaktivitas neurotropik, artinya mampu mengobati penyakit pada sistem saraf
pusat, sehingga potensial sebagai obat alzheimer, parkinson, serta sebagai
peningkat daya ingat.
Fisetin dapat diperoleh melalui proses isolasi dan pemurnian dari bahan
alam. Namun, proses tersebut umumnya memerlukan waktu yang cukup panjang
dan biaya yang besar. Selain itu, upaya menyintesis fisetin perlu dilakukan dalam
rangka memenuhi kebutuhan obat dan pengembangan ilmu pengetahuan, di
antaranya untuk sintesis turunan flavonol atau flavonoid lain yang lebih rumit.
Firmansyah (2009) telah melaporkan sintesis turunan fisetin 7,4’-dialiloksi3’-etoksiflavonol dari resasetofenon dan vanilin (3-etoksi-4-hidroksibenzaldehida). Rendemen intermediet kalkon didapatkan sebesar 47.8% dan
disiklisasi menjadi fisetin melalui reaksi Algar-Flynn-Oyamada (AFO) dengan
rendemen 42.7%. Secara keseluruhan, turunan fisetin tersebut diperoleh dengan
rendemen 17.9%.
Penelitian ini didahului dengan sintesis 7-hidroksiflavonol sebagai struktur
flavonol yang lebih sederhana daripada fisetin. Analisis retrosintesis yang
digunakan diberikan pada Gambar 1. Resasetofenon dan benzaldehida diproteksi
dengan gugus pelindung tetrahidropiran (THP). Kondensasi Claisen-Schmidt
berkataliskan-basa kedua senyawa tersebut menghasilkan kalkon terproteksi
(kalkon-THP). Siklisasi-AFO kalkon-THP dengan basa NaOH dan oksidator
H2O2 (Elsa 2013) membentuk 7-hidroksiflavonol terproteksi (flavonol-THP),
yang selanjutnya dideproteksi dengan katalis asam menjadi 7-hidroksiflavonol.
Metode ini kemudian digunakan untuk sintesis fisetin dengan menggantikan
benzaldehida dengan turunan 3,4-dihidroksi-nya.
Gugus pelindung THP dipilih karena tahan dalam kondisi basa selama
sintesis dan siklisasi kalkon serta mudah dilepaskan dengan hidrolisis-asam
(Nakamura et al. 2002, Won et al. 2005). Gugus pelindung lain yang dapat
digunakan ialah metoksimetil (Jun et al. 2007) dan benzil (Nay et al. 2001).
Metode ini diharapkan dapat menghasilkan 7-hidroksiflavonol dan fisetin dengan
rendemen yang tinggi dan lebih cepat daripada proses isolasi dari bahan alam.

2

Gambar 1 Analisis retrosintesis fisetin

BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2013 di
Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, IPB. Pengukuran spektroskopi
ultraviolet-sinar tampak (UV-Vis) dilakukan di Laboratorium Bersama,
Departemen Kimia, IPB dan spektroskopi resonans magnet inti (NMR) di Pusat
Penelitian Kimia LIPI, Puspiptek, Serpong.

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain radas refluks, radas kromatografi
kolom, pelat kromatografi lapis tipis (KLT) GF254, penguap putar, radas
penentuan titik leleh, dan alat-alat kaca yang lazim di laboratorium serta
instrumen untuk analisis spektroskopi.
Bahan-bahan yang digunakan di antaranya berasal dari Merck®
(resasetofenon, benzaldehida, KOH, etanol, metanol, NaOH, silika gel KLT
GF254, dan H2O2 30%) dan Sigma-Aldrich® (3,4-dihidro-2H-piran (DHP),
piridinium p-toluenasulfonat (PPTS), asam p-toluenasulfonat (PTSA),

3
tetrahidrofuran (THF), dan 3,4-dihidroksibenzaldehida), serta bahan-bahan teknis
meliputi HCl 37%, etil asetat, n-heksana, metilena klorida (MTC), dan aseton.
Semua bahan untuk analisis (p.a) digunakan tanpa praperlakuan. Semua pelarut
teknis didistilasi 2 kali sebelum digunakan.

Langkah Percobaan
Penelitian diawali dengan proteksi resasetofenon dan 3,4-dihidroksibenzaldehida dengan gugus THP, lalu keduanya direaksikan dengan KOH 60%
dalam etanol membentuk kalkon butein terproteksi-THP. Siklisasi oksidatif
kalkon tersebut dengan H2O2 30% dan NaOH dalam metanol-THF (1:1)
membentuk fisetin terproteksi-THP yang melalui deproteksi THP dengan PTSA
dalam metanol menghasilkan fisetin. Sebagai uji pendahuluan, rangkaian reaksi
yang sama dilakukan dengan bahan awal resasetofenon dan benzaldehida,
menghasilkan 7-hidroksiflavonol. Bagan alir sintesis ditunjukkan pada Lampiran
1. Hasil sintesis dicirikan berdasarkan titik lelehnya serta dengan spektrofotometer
UV-Vis dan NMR.

Proteksi THP pada Resasetofenon dan 3,4-Dihidroksibenzaldehida
(modifikasi Nakumura et al. 2002)
Sebanyak 10 mmol (2 ekuivalen) DHP dalam 30 mL MTC ditambahkan
tetes demi tetes ke dalam campuran resasetofenon (5 mmol) dan PPTS (0.12
mmol) dalam 20 mL MTC. Campuran diaduk dengan pengaduk magnet pada suhu
kamar selama 3 jam. Setelah itu, campuran dibilas dengan akuades sebanyak 3
kali, dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat, dan dipekatkan dengan penguap putar.
Hasil resasetofenon-THP langsung digunakan tanpa dimurnikan lebih dulu.
Proteksi 3,4-dihidroksibenzaldehida sama langkahnya, tetapi digunakan 15 mmol
(3 ekuivalen) DHP. Produk kasar (campuran produk mono- dan diproteksi) juga
langsung digunakan tanpa pemurnian.
Sintesis 2’-Hidroksi-4’-(tetrahidropiran-2-iloksi)kalkon
(modifikasi Elsa 2013)
Sebanyak 2.5 mmol resasetofenon-THP dan 2.5 mmol benzaldehida
dicampurkan dengan 10 mL etanol di dalam gelas piala. Setelah itu, ditambahkan
tetes demi tetes KOH 60% sebanyak 6 mL pada suhu 0 oC. Setelah penambahan
basa selesai, campuran diaduk selama 24 jam pada suhu kamar. Campuran lalu
dituang ke dalam 10 mL air es dan dinetralkan dengan HCl 1 N. Padatan dengan
warna kuning terang disaring dan dikeringkan, kemudian dimurnikan dengan
menggunakan KLT preparatif.

4
Sintesis 7-(Tetrahidropiran-2-iloksi)flavonol (modifikasi Elsa 2013)
Ke dalam 1 mmol 2’-hidroksi-4’-(tetrahidropiran-2-iloksi)kalkon ditambahkan 1 mL H2O2 30% dan 1.5 mL NaOH 4 M yang dilarutkan dalam campuran
metanol-THF 1:1 (20 mL/mmol kalkon). Pencampuran dilakukan pada suhu 0 oC,
kemudian suhu dibiarkan naik ke suhu kamar dan diaduk selama 8 jam. Campuran
hasil reaksi ditambahkan HCl 1 M hingga pH 6–7, padatan yang terbentuk
disaring dengan kertas saring.

Pelepasan THP dari OH Fenolik (modifikasi Sogawa et al. 1993)
Sebanyak 1 mmol 7-(tetrahidropiran-2-iloksi)-flavonol dan 1 mmol PTSA
dilarutkan dalam 10 mL metanol. Campuran diaduk selama 3 jam pada suhu
kamar, lalu pelarut diuapkan dengan bantuan vakum (penguap putar). Padatan
yang terbentuk dibilas dengan 10 mL akuades, kemudian dinetralkan dengan
NaHCO3 5% dan diekstraksi beberapa kali dengan etil asetat hingga fraksi etil
asetat tidak memunculkan noda lagi pada pelat KLT. Fase organik digabungkan,
dicuci 3 kali masing-masing dengan 30 mL akuades, dikeringkan dengan Na2SO4
anhidrat, dan dipekatkan.

Sintesis Fisetin 1-Wadah
Sebanyak 5 mmol
resasetofenon-THP dan 5 mmol 3,4dihidroksibenzaldehida-THP dicampurkan dengan 20 mL etanol di dalam gelas
piala. Setelah itu, ditambahkan tetes demi tetes KOH 60% sebanyak 20 mL pada
suhu 0 oC. Setelah penambahan basa selesai, campuran diaduk selama 24 jam
pada suhu kamar, kemudian langsung ditambahkan larutan 5 mL H2O2 30% dan
7.5 mL NaOH 4 M dalam campuran metanol-THF 1:1 (20 mL/mmol kalkon).
Pencampuran dilakukan pada suhu 0 oC, kemudian suhu dibiarkan naik ke suhu
kamar dan diaduk selama 8 jam. Campuran hasil reaksi ditambahkan HCl 1 M
hingga pH 6–7, padatan yang terbentuk disaring dengan kertas saring, kemudian
dideproteksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
2’-Hidroksi-4’-(tetrahidropiran-2-iloksi)asetofenon
Gugus OH-fenolik resasetofenon pada posisi para terhadap gugus asetil
perlu dilindungi dari pengaruh basa selama reaksi (Gambar 2). Hasil proteksi
berupa padatan merah dengan Rf ~ 0.79 pada eluen MTC (Gambar 3). Rendemen
produk mencapai 98% (Tabel 1) dengan titik leleh 68–72 oC, jauh di bawah titik
leleh resasetofenon, yaitu 135–138 oC (Solovky 2013). Penurunan titik leleh ini

5
disebabkan resasetofenon-THP hanya berikatan hidrogen secara intramolekul,
sedangkan resasetofenon juga berikatan hidrogen secara antarmolekul.

Gambar 2 Reaksi sintesis resasetofenon-THP

Rf ~ 0.79

Rf ~ 0.17
Gambar 3 Kromatogram KLT perbandingan resasetofenon (1) dan
resasetofenon-THP (2)
Tabel 1 Rendemen hasil sintesis resasetofenon-THP
Resasetofenon
Resasetofenon-THP
Rendemen
Ulangan
(mmol)
(mmol)
(%)
1
4.7509
4.6452
97.24
2
4.4365
4.1552
98.17
Rerata
97.71
Proteksi resasetofenon dengan 2 ekuivalen DHP merupakan komposisi
terbaik karena menghasilkan produk monoproteksi secara kuantitatif tanpa
menyisakan resasetofenon. Hasil sintesis dengan nisbah mol 1:1 masih
memunculkan noda resasetofenon dengan Rf ~ 0.17 (eluen: MTC) (Gambar 3).
Spektrum UV-Vis memperlihatkan 3 puncak serapan pada panjang
gelombang 313.4, 271.8, dan 211.4 nm (Lampiran 2a) yang menunjukkan bahwa
proteksi berlangsung selektif pada gugus OH para. Gugus OH orto tidak ikut
terproteksi, dibuktikan dengan pergeseran batokromik puncak 313 nm ke 346 nm
(Lampiran 2b) dengan penambahan NaOH serta ke 353 nm dengan penambahan
AlCl3 yang relatif tidak berubah ketika ditambahkan HCl. Pola pergeseran ini
khas untuk gugus OH fenolik yang berikatan hidrogen dengan gugus karbonil.
Basa kuat NaOH mendeprotonasi gugus fenol sehingga meningkatkan delokalisasi
elektron ke dalam cincin aromatik benzena, sedangkan AlCl3 membentuk
kompleks segi enam tahan-asam Al3+ dengan gugus fenol dan karbonil yang
bersebelahan sehingga tidak terurai dengan penambahan HCl (Markham 1988).
Spektrum 1H NMR resasetofenon-THP (Lampiran 1b) yang terangkum
dalam Tabel 2 menunjukkan 13 sinyal. Sinyal singlet khas OH fenolik yang

6
berikatan hidrogen intramolekul muncul di 12.59 ppm dan sinyal singlet khas
proton asetil di 2.53 ppm. Tiga sinyal aromatik diidentifikasi, 2 sinyal di medan
atas (upfield) karena sumbangan-elektron dari atom O di posisi orto atau para.
Sinyal di 6.52 ppm berasal dari H-5’ dan sinyal di 6.58 ppm dari H-3’ berdasarkan
nilai tetapan koplingnya. Pola doblet dari doblet dengan tetapan kopling (J) = 8.45
dan 2.6 Hz sesuai dengan H-5’ yang memiliki atom hidrogen tetangga di posisi
orto (H-6’) dan meta (H-3’), sedangkan pola doblet dengan J = 2.55 Hz sesuai
dengan H-3’ yang berposisi meta terhadap H-5’. Satu sinyal lainnya di 7.60 ppm
berasal dari H-6’, berada di medan bawah (downfield) karena tarikan-elektron dari
gugus asetil di posisi orto. Gugus pelindung THP memunculkan sinyal triplet
(1H) khas di 5.46 ppm hasil tarikan-elektron langsung dari 2 atom O serta sinyal
multiplet (2H) di 3.81 dan 3.60 ppm hasil tarikan-elektron dari 1 atom O. Protonproton metilena tersebut memunculkan 2 sinyal karena sifatnya yang
diastereotopik. Sifat ini pula yang menyebabkan 6 atom H yang lain menghasilkan
sinyal multiplet yang rumit di kisaran 1.57–1.96 ppm. Secara keseluruhan,
terdapat 9H yang sesuai dengan jumlah H pada THP.
Tabel 2 Analisis NMR resasetofenon-THP (pelarut CDCl3)

OH
1
2
1'
2'
3'
4'
5'
6'
1"
2"
3"
4"
5"

H 500 MHz (ppm)
(multiplisitas, J dalam Hz,
jumlah H)
12.59 (s, 1H)
2.53 (s, 3H)
6.58 (d, 2.55, 1H)
6.52 (dd, 8.45, 2.6, 1H)
7.60 (d, 9.05, 1H)
5.46 (t, 1H)

C 125 MHz (ppm)
202.81
26.34
114.58
163.63/164.92
104.04
163.63/164.92
108.56
132.38
96.15

1.57–1.96 (m, 6H)

18.58–30.05

3.81; 3.60 (m, 2H)

62.24

Spektrum 13C NMR resasetofenon-THP (Lampiran 1c) menunjukkan 13
sinyal karbon (Tabel 2) yang mendukung analisis spektrum 1H NMR. Sinyal
karbon karbonil keton terkonjugasi muncul di 202.81 ppm serta sinyal karbon

7
metil di 26.34 ppm. Sinyal karbon di posisi orto dan para terhadap OH bergeser
ke medan atas (104.04 dan 108.56 ppm), sedangkan sinyal karbon di posisi meta
tidak mengalami pergeseran tersebut dan muncul di 132.38 ppm. Karbon ipso
terhadap atom O (C-oksiaril) bergeser jauh ke medan bawah (163.63 dan 164.92
ppm). Karbon ipso terhadap gugus asetil berada di 114.58 ppm. Pergeseran ke
medan atas terjadi karena atom tersebut juga berposisi orto terhadap OH. Sinyal
karbon khas dari gugus pelindung THP diperoleh di 96.15 ppm (karbon asetal)
dan di 62.24 ppm (C-5” yang mengikat atom O). Tiga sinyal karbon THP lainnya
muncul di 18.58, 25.06, dan 30.05 ppm. Analisis spektroskopi telah membuktikan
hasil sintesis sebagai resasetofenon-THP. Masih terdapat sejumlah puncak
pengotor minor, tetapi tidak signifikan.
2’-Hidroksi-4’-(tetrahidropiran-2-iloksi)kalkon
2’-Hidroksi-4’-(tetrahidropiran-2-iloksi)kalkon (kalkon-THP) disintesis
melalui kondensasi Claisen-Schmidt benzaldehida (fragmen C6-C1) dengan
resasetofenon-THP (fragmen C2-C6) menggunakan katalis KOH 60%. Elsa
(2013) melaporkan bahwa katalis basa KOH 60% menghasilkan 2’hidroksikalkon dengan rendemen tertinggi dibandingkan dengan katalis-katalis
lain yang diujikan, yaitu mencapai 56%. Basa akan mengambil hidrogen-α yang
bersifat asam pada resasetofenon-THP sehingga mampu mengadisi benzaldehida
dilanjutkan dengan eliminasi molekul air membentuk kalkon (Gambar 4). Gugus
pelindung THP tahan terhadap kondisi basa yang digunakan dalam reaksi ini.

Gambar 4

Mekanisme reaksi sintesis kalkon butein terproteksi-THP dengan
metode kondensasi Claisen-Schmidt berkataliskan-basa

8
Kromatogram KLT hasil sintesis menunjukkan 3 noda dengan Rf ~ 0.77,
0.72, dan 0.29 (eluen: n-heksana-MTC 1:2), salah satunya adalah sisa
resasetofenon-THP (Rf ~ 0.72) (Gambar 5a dan b). Noda kalkon (Rf ~ 0.77)
bersifat khas, yaitu berwarna kuning yang bertahan lama pada pelat KLT serta
berpendar di bawah sinar UV 254 dan 366 nm (ungu). Pemisahan dengan
menggunakan KLTP menghasilkan kalkon berupa padatan kuning (Gambar 5c)
dengan titik leleh 105–109 oC. Sogawa et al. (1993) melaporkan titik leleh 2’,4’dihiroksikalkon 145–146 oC. Dalam penelitian lain, Tran et al. (2008)
menyebutkan titik leleh 2’-hidroksikalkon 78 oC. Kalkon hasil sintesis masih
mengandung gugus pelindung THP sehingga bobot molekulnya lebih tinggi dan
hanya berikatan hidrogen secara intramolekul.

a

b

c

Gambar 5 Kromatogram KLT kalkon hasil sintesis, diamati pada 254 nm (a)
dan 366 nm (b). Padatan kalkon hasil pemurnian dengan KLT
preparatif (c)
Rendemen kalkon-THP sangat rendah, yaitu 10% (Tabel 3). Senyawa sangat
tidak stabil dan didapat berubah menjadi senyawa dengan Rf ~ 0.29 ketika
diasamkan ke pH 6–7. Analisis dengan NMR tidak dapat menjelaskan struktur
senyawa dengan Rf ~ 0.29 tersebut (Lampiran 3). Menghilangkan proses
pengasaman hanya sedikit menaikkan rendemen kalkon menjadi 13%. Apabila
kalkon hasil pengasaman disimpan selama kira-kira 2 hari, terbentuk noda baru di
Rf ~ 0.05 (Gambar 6), diduga merupakan hasil deproteksi gugus THP yang tidak
tahan-asam. Noda sisa resasetofenon-THP juga selalu teramati meskipun
benzaldehida ditambahkan berlebih. Faktor-faktor ini diduga menyebabkan
rendemen kalkon menjadi rendah, jauh lebih rendah dibandingkan dengan laporan
Sogawa et al. (1λλ3) yang berhasil menyintesis 2’,4’-dihidroksikalkon dengan
rendemen 74%. Dahlen et al. (2006) telah menyintesis berbagai turunan kalkon
dengan rendemen di atas 95%. Nisbah ekuivalen asetofenon-benzaldehida yang
digunakan 1:1.05, menunjukkan bahwa pereaksi benzaldehida selalu dibuat agak
berlebih.
Tabel 3 Rendemen hasil sintesis 2’-hidroksi-4’-(tetrahidropiran-2-iloksi)kalkon
Resasetofenon-THP
Perlakuan
Kalkon (mmol) Rendemen (%)
(mmol)
Pengasaman
2.5137
0.2496
9.93
Tanpa pengasaman
2.5000
0.3341
13.36

9

a

b

Gambar 6 Kromatogram KLT kalkon hasil pengasaman setelah disimpan 2 hari:
pada 254 nm (a) dan 366 nm (b)
Spektrum UV-Vis kalkon-THP menunjukkan 3 puncak serapan pada
panjang gelombang 339.0, 318.6, dan 255.4 nm (Lampiran 4a). Pola serapan ini
serupa dengan yang dihasilkan oleh 2’-hidroksikalkon, yaitu pada 340.0, 316.5,
dan 224.0 nm (Elsa 2013) (Lampiran 4b). Shin et al. (2001) juga menyatakan
bahwa turunan kalkon memiliki puncak serapan UV yang khas di 340.0 dan 276.0
nm (Lampiran 4c). Pergeseran batokromik yang terjadi dibandingkan dengan 2’hidroksikalkon disebabkan oleh tambahan auksokrom O-THP di posisi C4’.
Gugus hidroksil fenolik pada posisi orto dengan gugus karbonil keton juga
menimbulkan pergeseran batokromik dengan AlCl3 seperti pada resasetofenonTHP (Lampiran 4d).
Spektrum 1H NMR kalkon-THP (Lampiran 4e) yang terangkum dalam
Tabel 4 menunjukkan 14 sinyal. Sinyal khas OH-fenolik berikatan hidrogen
intramolekul teramati di 13.28 ppm. Dua sinyal khas di 7.59 dan 7.88 ppm
berturut-turut merupakan sinyal Hα dan Hβ. Keduanya memiliki tetapan kopling
yang sama (J = 15.6 Hz) yang menunjukkan bahwa kalkon ini merupakan isomer
trans. Enam sinyal aromatik terbagi dalam cincin A dan B. Cincin A
menghasilkan 2 sinyal yang masing-masing berasal dari 2 proton ekuivalen di
posisi C2/6 dan C3/5, berturut-turut di 7.65 dan 7.43 ppm. Sinyal di 7.65 ppm ke
medan bawah akibat efek tarikan-elektron dari sistem keton takjenuh-α,β. Sinyal
proton C4 bertumpang tindih dengan sinyal proton C3/5 di 7.43 ppm. Cincin B
memiliki 3 sinyal di 6.60, 6.68, dan 7.84 ppm, pola geseran kimia ini mirip
dengan resasetofenon-THP. Selain itu, terdapat pula sinyal di 1.62–5.51 ppm yang
berasal dari gugus THP.
Spektrum 13C NMR kalkon-THP (Lampiran 4f) menunjukkan 18 sinyal
karbon (Tabel 4) yang mendukung analisis spektrum 1H NMR. Sinyal di 192.14
ppm merupakan sinyal karbon keton terkonjugasi dan 2 sinyal di 120.50 dan
144.61 ppm merupakan sinyal karbon-sp2 dalam sistem takjenuh-α,β. Karbon β
lebih tidak terperisai daripada karbon α karena efek resonans. Terdapat 10 sinyal
aromatik. Empat sinyal berasal dari cincin A. Dua sinyal dengan intensitas lebih
tinggi di 128.71 dan 129.16 ppm dihasilkan oleh 2 atom karbon ekuivalen (C2/6
dan C3/5). Dua sinyal yang lain, salah satunya lebih ke medan bawah (134.94
ppm) karena tarikan-elektron langsung dari sistem keton takjenuh-α,β dan sinyal
lainnya di 130.84 ppm. Cincin B memiliki 6 sinyal dengan geseran kimia yang
serupa dengan resasetofenon-THP. Demikian pula dengan 5 sinyal THP di kisaran
18.66–96.28 ppm. Spektrum NMR telah membuktikan terbentuknya kalkon-THP.

10
Tabel 4 Analisis NMR kalkon-THP (pelarut CDCl3)

OH
C=O
α
β
1
2/6
3/5
4
1'
2'
3'
4'
5'
6'
1"
2"
3"
4"
5"

H 500 MHz (ppm)
(multiplisitas, J dalam
Hz, jumlah H)
13.28 (s, 1H)
7.59 (d, 15.6,1H)
7.88 (d, 15.6,1H)
7.65 (dd, 7.75, 1.95,2H)

C 125 MHz (ppm)

6.68 (d, 2.55,1H)
6.60 (dd, 8.45, 1.95,1H)
7.84 (d, 9.05, 1H)
5.51 (t, 3.2,1H)

192.14
120.50
144.61
134.94
128.71/129.16
128.71/129.16
130.84
114.89
163.84/166.44
104.40
163.84/166.44
108.74
131.40
96.28

1.62–1.99 (m, 6H)

18.66–30.14

3.64; 3.85 (m, 2H)

62.36

7.43 (m, 3H)

7-(Tetrahidropiran-2-iloksi)flavonol
7-(Tetrahidropiran-2-iloksi)flavonol (flavonol-THP) disintesis melalui
reaksi siklisasi-oksidatif AFO pada kalkon-THP dengan menambahkan oksidator
H2O2 dan NaOH dalam campuran 1:1 metanol-THF. H2O2 akan mengoksidasi
ikatan takjenuh-α,β membentuk kalkon epoksida yang kemudian mengalami
reaksi siklisasi intramolekul membentuk flavonol (Gambar 7). Flavonol-THP
yang diperoleh menghasilkan noda tunggal pada Rf ~ 0.34 (eluen: n-heksana-MTC
1:2) dan berupa padatan kuning. Noda tersebut memiliki sifat yang khas, yaitu
berwarna cokelat yang bertahan lama pada pelat KLT serta berpendar di bawah
sinar UV 254 dan 366 nm (kuning) (Gambar 8).

11

Gambar 7 Mekanisme siklisasi kalkon dengan metode AFO (Elsa 2013)

a

Gambar 8

b

c

Padatan flavonol-THP hasil sintesis dari kalkon-THP (a) serta
kromatogram KLT-nya pada 254 nm (b) dan 366 nm (c)

Rendemen sintesis ini sangat tinggi, mencapai 82% (Tabel 5), tetapi karena
rendemen kalkon-THP sangat rendah, secara keseluruhan flavonol-THP yang
dihasilkan sangat sedikit, kurang dari 10%. Oleh karena itu, dilakukan sintesis
flavonol-THP 1-wadah dari resasetofenon-THP dan benzaldehida. Kalkon-THP
langsung disiklisasi menjadi flavonol-THP tanpa diasamkan dan dimurnikan.
Sintesis 1-wadah ini meningkatkan rendemen flavonol-THP menjadi 2 kali lipat,
yaitu 22% dari bobot resasetofenon (Tabel 6). Padatan flavonol-THP yang
diperoleh berwarna cokelat, agak berbeda dari sebelumnya, tetapi memiliki nilai
Rf yang sama, yaitu 0.34 (eluen: n-heksana-MTC 1:2) (Gambar 9). Titik leleh
flavonol-THP adalah 145–148 ˚C.

12
Tabel 5 Rendemen hasil sintesis flavonol-THP dari kalkon-THP
Kalkon
Flavonol-THP
Rendemen
Ulangan
(mmol)
(mmol)
(%)
1
0.2496
0.2064
82.61
2
0.3341
0.2723
81.50
Rerata
82.06
Tabel 6 Rendemen hasil sintesis 1-wadah flavonol-THP
Resasetofenon
Flavonol-THP
Rendemen
Ulangan
(mmol)
(mmol)
(%)
1
4.4365
0.8896
20.05
2
4.4424
1.0200
22.96
Rerata
21.51

a

b

c

Gambar 9 Padatan flavonol-THP hasil sintesis 1-wadah dari resasetofenon-THP
dan benzaldehida (a) serta kromatogram KLT-nya pada 254 nm (b)
dan 366 nm (c)
Spektrum UV-Vis flavonol-THP hasil sintesis dari kalkon-THP
menunjukkan 3 puncak serapan khas pada panjang gelombang 337.6, 318.2, dan
251.8 nm (Lampiran 5a). Pola serapan ini serupa dengan yang dihasilkan oleh
flavonol, yaitu pada 347.0, 320.0, dan 240.5 nm (Elsa 2013) (Lampiran 5b).
Spektrum 1H NMR flavonol-THP ini (Lampiran 5c) terangkum dalam Tabel
7 dan menunjukkan 13 sinyal. Enam sinyal berasal dari proton aromatik. Cincin A
menghasilkan 3 sinyal yang serupa dengan pada resasetofenon-THP di 7.08, 7.23,
dan 8.23 ppm. Cincin B memberikan 3 sinyal di 7.45, 7.53, dan 8.14 ppm yang
khas untuk benzena monosubtitusi dengan gugus penarik-elektron. Sinyal proton
OH-fenolik di C3 tidak teramati. Tujuh sinyal lainnya di 1.74–5.59 ppm
merupakan sinyal proton khas THP.
Spektrum 13C NMR flavonol-THP (Lampiran 5d) menunjukkan 18 sinyal
karbon (Tabel 7) yang mendukung analisis spektrum 1H NMR tersebut. Satu
sinyal di 173.12 ppm berasal dari karbon keton terkonjugasi. Dua karbon
kuaterner pada cincin C menghasilkan sinyal di 144.53 dan 138.28 ppm. Sinyal di
144.53 ppm menunjukkan C2 yang mengalami tarikan-elektron kuat dari atom O1
dan gugus keton dalam sistem keton terkonjugasi-α,β. Sinyal di 138.28 ppm yang
lebih ke medan atas menunjukkan C3. Meskipun mengalami tarikan-elektron dari
OH-fenolik, terjadi pemerisaian akibat sumbangan elektron dari atom O1. Cincin
A menghasilkan 6 sinyal dengan pola geseran kimia yang serupa dengan

13
resasetofenon-THP. Cincin B menghasilkan 6 sinyal dengan pola yang khas untuk
benzena monosubtitusi. Lima sinyal lainnya merupakan sinyal THP yang
ditunjukkan di 18.46–96.67 ppm. Spektrum NMR telah membuktikan
terbentuknya flavonol-THP.
Tabel 7 Analisis NMR flavonol-THP (pelarut CDCl3)

2
3
4
8a
4a
5
6
7
8
1'
2'/6'
3'/5'
4'
1"
2"
3"
4"
5"

H 500 MHz (ppm)
(multiplisitas, J dalam Hz,
jumlah H)
8.23 (d, 7.1, 1H)
7.08 (dd, 9.1, 1.9, 1H)
7.23 (d, 2.6, 1H)
8.14 (d, 9.05, 2H)
7.53 (t, 8.45, 2H)
7.45 (t, 7.15, 1H)
5.59 (t, 2.6, 1H)

144.53
138.28
173.12
157.32/161.83
116.07/115.29
126.79
116.07/115.29
157.32/161.83
103.31
131.42
127.73/128.74
127.73/128.74
130.09
96.67

1.63–2.02 (m, 6H)

18.46–30.19

3.85 (td, 2.6, 10.4, 1H);
3.69 (td, 2.6, 7.15, 1H)

62.19

C 125 MHz
(ppm)

7-Hidroksiflavonol
7-Hidroksiflavonol merupakan hasil deproteksi flavonol-THP dengan
menggunakan PTSA dalam metanol. Gugus pelindung THP stabil terhadap
kondisi basa, oksidator, dan reduktor, tetapi sangat tidak stabil pada kondisi asam
sehingga mudah disingkirkan dengan hidrolisis asam (Kocienski 2005). Asam

14
selain PTSA juga dapat digunakan dalam deproteksi gugus pelindung THP.
Kuethe et al. (2009) telah mendeproteksi tert-butil amino-pirazolopiridina
menggunakan berbagai macam katalis asam, seperti HCl, H2SO4, H3PO4 dalam
pelarut asetonitril, DMF, dan toluena dengan rendemen mencapai 86%.
Deproteksi flavonol-THP menghasilkan padatan flavonol berwarna cokelat
dengan titik leleh 244–249 oC. Titik leleh tersebut jauh lebih tinggi daripada
flavonol-THP. Hal ini membuktikan bahwa gugus THP sudah berhasil dilepaskan
dan menyisakan gugus OH-fenolik yang dapat berikatan hidrogen antarmolekul.
Pemantauan dengan KLT menghasilkan noda tunggal pada Rf ~ 0.46 (eluen: nheksana-etil asetat 9:1). Nilai Rf ini berbeda dengan flavonol-THP di Rf ~ 0.34
(eluen: n-heksana-MTC 1:2). Seperti halnya flavonol-THP, noda 7hidroksiflavonol berwarna cokelat yang bertahan lama pada pelat KLT serta
berpendar di bawah sinar UV 254 dan 366 nm (kuning) (Gambar 10). Rendemen
proses deproteksi ini mencapai 98% (Tabel 8). Maiti dan Roy (1996) telah
melaporkan deproteksi gugus pelindung THP dari beberapa senyawa
alkohol/fenol dengan rendemen 80–92%.
Tabel 8 Rendemen deproteksi flavonol-THP menjadi flavonol
Flavonol-THP
Flavonol
Rendemen
Ulangan
(mmol)
(mmol)
(%)
1
0.1012
0.0992
98.02
2
0.1015
0.0980
96.55
Rerata
97.23

a

b

c

Gambar 10 Padatan flavonol (a) serta kromatogram KLT-nya pada
dan 366 nm (c)

254 nm (b)

Spektrum UV-Vis flavonol menunjukkan 3 puncak serapan khas pada
panjang gelombang 337.8, 320.8 dan 253.0 nm (Lampiran 6a), serupa dengan
flavonol-THP. Pergeseran batokromik ke panjang gelombang 397.6, 341.8, dan
279.8 nm (Lampiran 6b) pada penambahan NaOH membuktikan adanya
substituen OH di posisi C4’. Analisis menggunakan NMR tidak dilakukan, tetapi
senyawa ini diduga 7-hidroksiflavonol berdasarkan analisis di atas.

15
3,4-Dihidroksibenzaldehida-THP
3,4-Dihidroksibenzaldehida memiliki 2 gugus OH yang perlu diproteksi
dengan THP. Metode proteksi sama seperti pada proteksi resasetofenon, tetapi
nisbah 3,4-dihidroksibenzaldehida dengan pereaksi DHP diragamkan, demikian
pula waktu reaksi. Hasil proteksi kasar berwarna kuning dan menunjukkan 2 noda
pada pelat KLT dengan Rf ~ 0.47 dan 0.31 (eluen: n-heksana-etil asetat 8:2)
(Gambar 11). Noda berwarna cokelat pada pelat KLT dan bertahan untuk waktu
yang lama. Noda dengan Rf ~ 0.47 diduga 3,4-bis(tetrahidropiran-2iloksi)benzaldehida (benzaldehida di-THP) dan Rf ~ 0.31 diduga 3/4-hidroksi-3/4(tetrahidropiran-2-iloksi)benzaldehida (benzaldehida mono-THP). Benzaldehida
di-THP lebih nonpolar daripada benzaldehida mono-THP sehingga menghasilkan
Rf lebih besar pada eluen nonpolar.
Semakin tinggi nisbah 3,4-dihidroksibenzaldehida dengan pereaksi DHP
dan semakin lama waktu reaksi, rendemen total semakin kecil (Tabel 9). Seiring
dengan itu, rendemen produk diproteksi cenderung meningkat, sedangkan
rendemen produk monoproteksi menurun. Rendemen total maksimum diperoleh
dengan nisbah 3,4-dihidroksibenzaldehida-DHP 1:3 dan waktu reaksi 3 jam.
Nisbah tersebut sesuai dengan yang dilaporkan Sogawa et al. (1993). Penyebab
turunnya rendemen total pada nisbah pereaksi yang lebih tinggi dan waktu reaksi
yang lebih lama belum diketahui secara pasti.

Rf ~ 0.47
Rf ~ 0.31

Gambar 11 Produk kasar 3,4-dihidroksibenzaldehida-THP (kiri) dan dan
kromatogram KLT-nya pada eluen n-heksana-etil asetat 8:2
(kanan)
Tabel 9 Rendemen hasil sintesis 3,4-dihidroksibenzaldehida-THP
Nisbah 3,4Waktu
Rendemen
Rendemen
Rendemen
dihidroksibenzaldehida- reaksi benzaldehida
benzaldehida
total (%)
DHP (mmol)
(jam)
di-THP (%)
mono-THP (%)
1:3
3
38.21
52.68
90.89
1:6
24
57.06
22.21
79.27
1:6
72
47.70
17.03
64.73
Spektrum UV-Vis noda dengan Rf ~ 0.47 menunjukkan 3 puncak serapan
pada panjang gelombang 297.8, 271.0, dan 225.2 nm (Lampiran 7a). Tidak terjadi
pergeseran dengan penambahan NaOH, yang menunjukkan bahwa kedua OHfenolik telah terproteksi. Spektrum UV-Vis noda dengan Rf ~ 0.31 menunjukkan 3
puncak serapan pada panjang gelombang yang hampir sama, yaitu 300.6, 276.0,

16
dan 229.0 nm (Lampiran 7b). Terjadi pergeseran batokromik ke panjang
gelombang 343.6, 297.0, dan 248,6 nm (Lampiran 7c) dengan penambahan
NaOH, menandakan masih ada OH fenolik.
Spektrum 1H NMR noda dengan Rf ~ 0.31 (Lampiran 7d) yang terangkum
dalam Tabel 10 menunjukkan 10 sinyal. Satu sinyal khas di 9.79 ppm
menunjukkan proton aldehida. Tiga sinyal aromatik diperoleh di 7.03, 7.48, dan
7.61 ppm. Analisis pola pembelahan dan tetapan kopling menunjukkan bahwa
sinyal di 7.48 dan 7.61 ppm berasal dari proton H2 dan H6 yang orto terhadap
aldehida sehingga bergeser ke medan bawah, sedangkan sinyal di 7.03 ppm
berasal dari H5 yang orto terhadap OH/OTHP. Enam sinyal lainnya di 1.66–5.28
ppm merupakan sinyal khas THP. Proton OH-fenolik di posisi C3/C4 tidak
terlihat. Spektrum 13C NMR benzaldehida di-THP (Lampiran 7e) belum dapat
dianalisis karena masih banyak pengotor dan sampel yang dianalisis sangat sedikit
sehingga intensitas sinyal karbon rendah dan sukar dibedakan dengan derau.
Analisis spektrum UV-Vis dan 1H NMR telah membuktikan bahwa hasil sintesis
dengan Rf ~ 0.31 adalah benzaldehida mono-THP.
Tabel 10 Analisis NMR benzaldehida mono-THP (pelarut CDCl3)

C=O
H
1
2
3
4
5
6
1"
2"
3"
4"
5"

H 500 MHz (ppm) (multiplisitas,
J dalam Hz, jumlah H)
9.79 (s, 1H)
7.61 (d, 1.95, 1H)
7.03 (d, 8.40, 1H)
7.48 (dd, 7.80, 1.95, 1H)
5.28 (t, 1.95, 1H)
1.66–1.95 (m, 6H)
3.94 (td, 7.75, 3.25, 1H);
3.64 (m, 1H)

Spektrum 1H NMR noda dengan Rf ~ 0.47 (Lampiran 7f) terangkum dalam
Tabel 11 yang menunjukkan 14 sinyal. Geseran kimia yang diperoleh serupa
dengan benzaldehida mono-THP. Empat sinyal baru dengan 9H muncul di 1.67–

17
5.47 ppm sehingga total proton alifatik berjumlah 18, menunjukkan bahwa kedua
OH-fenolik sudah terproteksi oleh THP. Puncak-puncak sinyal dalam spektrum
1
H NMR semuanya membelah menjadi doblet. Belum diketahui pasti penyebab
hal tersebut, tetapi kemungkinan berhubungan dengan regangan sterik akibat
interaksi 2 gugus OTHP yang berdekatan yang menyebabkan struktur cincin
aromatik pada benzaldehida di-THP menjadi tidak planar (Lampiran 7g).
Perhitungan dengan perangkat lunak Hyperchem versi 8.0 menunjukkan bahwa
benzaldehida di-THP memiliki energi yang sangat tinggi, yaitu 220.81 kkal/mol.
Energi berbanding terbalik dengan kestabilan molekul, maka molekul
benzaldehida di-THP tidak stabil. Optimasi konformasi molekul ini secara
mekanika molekul dengan medan gaya AMBER masih menghasilkan energi
molekul yang tinggi, yaitu 27.78 kkal/mol. Konformasi optimum ini ditampilkan
pada Lampiran 7g.
Tabel 11 Analisis NMR benzaldehida di-THP (pelarut CDCl3)

C=O
H
1
2
3
4
5
6
1"
2"
3"
4"
5"
1"'
2"'
3"'
4"'
5"'

H 500 MHz (ppm)
(multiplisitas, J dalam Hz,
jumlah H)
9.81 (s, 1H)
7.61 (t,1.95, 1H)
7.22 (dd, 8.4, 3.25, 1H)
7.46 (dddd, 8.45, 3.25, 1.95, 1H)
5.54 (dt, 12.5, 3.2, 1H)/ 5.47 (dt,
8.45, 2.6, 1H)
1.58–1.67/1.92 (m, 6H)
3.85/3.95; 3.59 (m, 1H)
5.54 (dt, 12.5, 3.2, 1H)/ 5.47 (dt,
8.45, 2.6, 1H)

C 500 MHz
(ppm)
191.11
130.88
117.79
147.30/152.99
147.30/152.99
116.50
126.40
96.60/97.69
18.30–30.15/
18.56–30.24
61.85/62.05
96.60/97.69

1.58–1.67/1.92 (m, 6H)

18.30–30.15/
18.56–30.24

3.85/3.95; 3.59 (m, 1H)

61.85/62.05

18
Spektrum 13C NMR noda dengan Rf ~ 0.47 (Lampiran 7h) menunjukkan 17
sinyal karbon (Tabel 11) yang mendukung analisis spektrum 1H NMR. Satu sinyal
di 191.11 ppm dihasilkan oleh karbon aldehida terkonjugasi. Enam sinyal
aromatik terdiri atas 4 sinyal di medan bawah, yaitu 2 sinyal karbon ipso terhadap
OTHP (147.30 dan 152.99 ppm), 1 sinyal karbon ipso terhadap asetil (130.88
ppm), dan 1 sinyal karbon orto terhadap aldehida (126.40 ppm) serta 2 sinyal di
medan atas dari karbon orto terhadap OTHP, yaitu di 116.50 dan 117.79 ppm.
Sepuluh sinyal dari gugus THP terdapat di 18.30–97.69 ppm. Puncak-puncak
sinyal dalam spektrum 13C NMR juga membelah menjadi doblet. Analisis
spektrum UV-Vis, 1H dan 13C NMR menunjukkan bahwa hasil sintesis dengan Rf
~ 0.47 adalah benzaldehida di-THP.

Fisetin
Fisetin disintesis dengan mengadaptasi metode sintesis 1-wadah 7hidroksiflavonol. Fisetin tidak berhasil didapatkan ketika sintesis dilakukan tanpa
menggunakan gugus pelindung. Sintesis tersebut mengahasilkan 4 noda, dengan 2
noda utama hasil pemisahan dengan kromatografi kolom dan KLTP bukan kalkon
butein, melainkan bahan awal, yaitu resasetofenon dan 3,4-dihidroksibenzaldehida
dengan Rf berturut-turut ~0.17 (eluen: MTC) dan 0.58 (eluen: MTC-etil asetat 1:1)
(Gambar 12). Sogawa et al. (1993) pernah melaporkan sintesis berbagai turunan
kalkon dengan dan tanpa gugus pelindung THP. Rendemen yang dihasilkan 10%
tanpa gugus pelindung THP dan 40% dengan gugus pelindung THP.

a

b

Gambar 12 Kromatogram KLT resasetofenon (a) dan 3,4-dihidroksibenzaldehida
(b) pada 254 nm
Dalam sintesis 1-wadah fisetin, hasil kondensasi Cleisen-Schmidt berupa
campuran berwarna merah darah yang menghasilkan 3 noda KLT pada Rf ~ 0.79,
0.69, dan 0.63 (eluen: MTC) (Gambar 13). Noda dengan Rf ~ 0.69 dan 0.63
diduga merupakan kalkon butein tri-THP dan di-THP yang berturut-turut berasal
dari benzaldehida di-THP dan mono-THP. Hasil siklisasi AFO berupa campuran
berwarna jingga yang menghasilkan 2 noda KLT dengan Rf ~ 0.79 dan 0.23
(eluen: MTC). Noda pada Rf ~ 0.23 mengekor dan diduga adalah 2 noda fisetin
tri-THP dan di-THP yang hanya berpendar di bawah lampu UV 366 nm (Gambar
14). Noda dengan Rf ~ 0.79 merupakan sisa reaktan resasetofenon-THP.

19

a

b

c

Gambar 13 Campuran kalkon butein-THP hasil sintesis (a) serta kromatogram
KLT-nya pada 254 nm (b) dan 366 nm (c)

a

b

c

Gambar 14 Campuran fisetin-THP hasil sintesis (a) serta kromatogram KLT-nya
pada 254 nm (b) dan 366 nm (c)
Deproteksi hasil siklisasi dilanjutkan pemurnian dengan KLTP
menghasilkan fisetin berupa padatan kuning. Fisetin memberikan noda KLT
tunggal dengan Rf ~ 0.68 (eluen: n-heksana-etil asetat 3:7) di bawah lampu UV
366 nm (putih cerah) (Gambar 15), tetapi tidak berpendar di bawah lampu UV
254 nm.

a

b

Gambar 15 Fisetin hasil sintesis (a) dan kromatogram KLT-nya pada
(b)

366 nm

Rendemen fisetin secara keseluruhan hanya mencapai 0.98% dibandingkan
dengan mmol awal resasetofenon yang digunakan (Tabel 12), jauh lebih rendah
daripada rendemen 7-hidroksiflavonol. Sisa reaktan resasetofenon-THP pada
campuran kalkon butein-THP dan fisetin-THP hasil sintesis didapati sangat
dominan. Pendar yang sangat kuat dihasilkan di bawah lampu UV 254 nm.

20
Halangan sterik yang lebih besar pada benzaldehida mono- dan di-THP
dibandingkan dengan benzaldehida diduga menurunkan reaktivitas dalam reaksi
kondensasi dan siklisasi sehingga hanya sedikit kalkon yang terbentuk.
Menurunkan komposisi resasetofenon-THP, memperlama waktu reaksi, atau
meningkatkan suhu reaksi merupakan beberapa alternatif yang diperkirakan dapat
meningkatkan rendemen.
Tabel 12 Rendemen hasil sintesis fisetin
Dosis (mmol) Resasetofenon (mmol) Fisetin (mmol) Rendemen (%)
1
1.1542
0.0025
0.22
5
4.6284
0.0448
0.98
Spektrum UV-Vis fisetin menunjukkan 3 puncak serapan khas flavonol di
343.6, 324.8, dan 253.4 nm (Lampiran 8a). Pola serapan fisetin ini serupa dengan
7-hidroksiflavonol, tetapi terjadi pergeseran batokromik akibat bertambahnya
substituen OH pada fisetin. Penambahan NaOH menyebabkan pergeseran
batokromik berturut-turut ke 401.8, 337.4, dan 282.4 nm (Lampiran 8b). Hal
tersebut menunjukkan keberadaan gugus OH-fenolik pada fisetin dan keberhasilan
proses deproteksi fisetin-THP. Menurut Roy et al. (2013), spektrum UV fisetin
memiliki 3 puncak serapan di 362.0, 325.0, dan 250.0 nm (Lampiran 8c) yang
hampir sama dengan spektrum fisetin hasil sintesis.
Spektrum 1H NMR fisetin (Lampiran 8d) terangkum dalam Tabel 13 dan
menunjukkan 7 sinyal. Enam sinyal berasal dari proton aromatik. Cincin A
menghasilkan 3 sinyal yang serupa dengan pola sinyal resasetofenon di 7.77, 7.48,
dan 7.42 ppm. Cincin B memberikan 3 sinyal di 6.31, 6.43, dan 6.89 ppm. Satu
sinyal khas di 12.74 ppm merupakan sinyal OH di C3. Tidak ada sinyal khas THP
di daerah alifatik, yang menunjukkan bahwa proses deproteksi berjalan baik.
Proton OH-fenolik di posisi C7, C3’, dan C4’ tidak teramati. Masih terdapat
banyak pengotor di daerah alifatik sehingga analisis 13C NMR tidak dilakukan.
Analisis spektrum 1H NMR fisetin ini serupa dengan yang dilaporkan oleh
Shafaghat dan Salimi (2008) (Tabel 13), tetapi sinyal OH di C3 tidak teramati
sebab pelarut yang digunakan adalah metanol. Analisis spektrum UV-Vis dan 1H
NMR telah membuktikan terbentuknya fisetin.

21
Tabel 13 Analisis NMR fisetin hasil sintesis dibandingkan dengan pustaka

H 500 MHz (ppm)
(multiplisitas, J dalam Hz,
jumlah H) Hasil sintesis
(pelarut aseton-d6)
12.74
7.77 (d, 8.4, 1H)
7.42 (dd, 8.45, 1.95, 1H)
7.48 (d, 1.95, 1H)
6.31 (d, 1.95, 1H)
6.89 (d, 7.8, 1H)
6.43 (dd, 8.4, 1.9, 1H)

OH-3
2
3
4
5
6
7
8
1'
2'
3'
4'
5'
6'
*Hasil isolasi oleh Shafaghat dan Salimi (2008)

H 500 MHz (ppm)
(multiplisitas, J dalam
Hz, jumlah H) Pustaka*
(pelarut metanol-d4)
7.96 (d, 8, 1H)
7.58 (dd, 8.2, 3, 1H)
7.73 (d, 3, 1H)
6.95 (d, 1.9, 1H)
6.94 (d, 8.2, 1H)
6.93 (dd, 8.2, 1.9, 1H)

SIMPULAN DAN SARAN
Senyawa 7-hidroksiflavonol berhasil disintesis melalui reaksi kondensasi
Claisen-Schmidt dan siklisasi-oksidatif AFO dalam 1-wadah. Rendemen yang
diperoleh mencapai 22% dengan waktu sintesis selama 7 hari, lebih cepat
dibandingkan dengan isolasi dari bahan alam. Senyawa fisetin yang disintesis
dengan metode yang sama jauh lebih rendah rendemennya, yaitu 1%.
Perlu pengujian gugus pelindung lain untuk 3,4-dihidroksibenzaldehida,
peragaman komposisi pereaksi dan kondisi reaksi khususnya dalam tahap sintesis
kalkon, memperlama waktu reaksi, dan meningkatkan suhu reaksi kalkon agar
dapat meningkatkan rendemen. Selain itu, perlu diujikan sintesis dengan

22
menggunakan gugus pelindung fenol yang berukuran kecil, seperti metil (Me) dan
metoksimetil (MOM).

DAFTAR PUSTAKA
Akaishi T, Morimoto T, Shibao M, Watanabe S, Sakai-Kato K, Utsunomiya-Tate
N, Abe K. 2008. Structural requirement for the flavonoid fisetin in
inhibiting formation of amyloid β protein. Neurosci Lett. 444(3):280-285.
Arai Y, Watanabe S, Kimira M, Shimoi K, Mochizuki R, Kinae N. 2000. Dietary
intakes of flavonols, flavones and isoflavones by Japanese women and the
inverse correlation between quercetin intake and plasma LDL cholesterol
concentration. J Nutr. 130(9):2243-2251.
Dahlen K, Walln EAA, Grtli M, Luthman K. 2006. Synthesis of 2,3,6,8tetrasubstituted chromone scaffolds. J Org Chem. 71(18):6863-6871.
Elsa L. 2013. Sintesis flavonol melalui 2’-hidroksikalkon [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Firmansyah D. 2009. Sintesis fisetin [tesis]. Bandung (ID): Institut Teknologi
Bandung.
Jun N, Hong G, Jun K. 2007. Synthesis and evaluation of 2’,4’,6’trihydroxychalcones as a new class of tyrosinase inhibitors. Bioorg Med
Chem. 15(6):2396-2404.
Kocienski PJ. 2005. Protecting Groups. Ed ke-3. Stuttgart (DE): Georg Thieme.
Kuethe JT, Tellers DM, Weissman SA, Yasuda N. 2009. Development of a
sequential tetrahydropyran and tertiary butyl deprotection: high-troughput
experimentation, mechanistic analysis, and DOE optimization. Org Proc
Res & Development. 13(3):471-477.
Maiti G, Roy SC. 1996. A mild and efficient method for selective deprotection of
tetrahydropyranyl ethers to alcohol. J Org Chem. 61(17):6038-6039.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Padmawinata K,
penerjemah. Bandung: ITB Pr. Terjemahan dari: Techniques of Flavonoid
Identification.
Nakamura C, Kawasaki N, Miyataka H, Jayachandra E, Kim IH, Krik KL,
Taguchi T, Takeuchi Y, Hori H, Satoh T. 2002. Synthesis and biological
activities of fluorinated chalcone derivatives. Bioorg Med Chem Lett.
10(3):699-706.
Nay B, Arnaudinaud V, Vercauteren J. 2001. Total synthesis of asymmetric
flavonoids: the development and applications of 13C-labelling. C R Chimie.
5:577-581.
Raygude KS, Kandhare AD, Ghosh P, Bodhankar SL. 2012. Anticonvulsant effect
of fisetin by modulation of endogenous biomarkers. Biomed & Prevent
Nutr. 2(3):215-222.
Roy AS, Pandey NK, Dasgupta S. 2013. Preferential binding of fisetin to the
native state of bovine serum albumin: spectroscopic and docking studies.
Mol Biol Report. 40(4):3239-3253.

23
Shafagat A, Salimi F. 2008. Extraction and determining of chemical structure of
flavonoids in Tanacetum parthenium (L.) Schultz Bip. From Iran. J Sci I A
U. 18(68):39-42.
Shin DM, Song DM, Jung KH, Moon JH. 2001. Photochemical transformation of
chalcone derivatives. J Photosci. 8(1):9-12.
Sogawa S, Nihro Y, Ueda H, Izumi A, Miki T, Matsumoto H, Satoh T. 1993. 3,4Dihydroxychalcones as potent 5-lipoxygenase and cyclooxygenase
inhibitor. J Med Chem. 36(24):3904-3909.
Solovky DA. 2013. Sintesis 3-benzoil-7-hidroksiflavon dari resorsinol [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tran T, Park H, Ecker GF, Thai K. 2008. 2’-Hydroxychalcone analogues:
synthesis and structure-PGE2 inhibitory activity relationship. Di dalam:
Seijas BA, Tato MPV, editor. Proceedings of ECSOC-12. 12th International
Electronic Conference on Synthesis Organic Chemistry (ECSOC-12); 2008
Nov 1-30; Basel (CH). MDPI. hlm 1-7.
Won SJ, Liu CT, Tsao LT, Weng JR, Ko HK, Wang JP, Lin CN. 2005. Synthetic
chalcones as potential anti-inflammatory and cancer chemopreventive
agents. Eur J Med Chem. 40(1):103-112.

24

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

: 3,4-dihidroksibenzaldehida
: 3,4-bis(tetrahidropiran-2-iloksi)benzaldehida (benzaldehida di-THP)
: resasetofenon
: 2'-hidr