Peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) dalam Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

PERAN KOPERASI SEPATU SANDAL BOGOR (KOSSEBO)
DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL
ALAS KAKI DI KECAMATAN CIOMAS
KABUPATEN BOGOR

MAMAN SULAIMAN DABIGI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Peran Koperasi
Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) dalam Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki
di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Maman Sulaiman Dabigi
NIM H34104037

ABSTRAK
MAMAN SULAIMAN DABIGI.
Peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor
(KOSSEBO) dalam Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan
Ciomas Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M BAGA.
Industri alas kaki di Kabupaten Bogor merupakan industri yang memiliki
kontribusi terbesar pada sektor manufaktur dan didominasi oleh industri-industri
kecil alas kaki yang tumbuh pesat di Kabupaten tersebut. Namun masalah utama
yang dihadapi industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas adalah modal.
Melakukan kerjasama dengan toko sepatu sandal menjadi solusi yang realistis
untuk industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas. Tetapi hal tersebut membuat
daya tawar industri kecil alas kaki sangat lemah. Oleh karena itu, peran Koperasi

Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) diharapkan dapat menyelesaikan masalah ini.
Tapi, seberapa besar peran KOSSEBO dalam menyelesaikan masalah industri
kecil alas kaki, perlu penelitian untuk mengukur kinerja KOSSEBO. Pada
Penelitian ini digunakan metode deskriptif untuk mempelajari keragaan industri
kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas, analisis pendapatan dan R/C rasio untuk
menganalisis perbandingan tingkat pendapatan industri kecil alas kaki anggota
KOSSEBO dan non-anggota dan Importance and Performance Analysis (IPA)
untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kinerja KOSSEBO sebagai tolak
ukur peran KOSSEBO.
Kata kunci: Industri kecil alas kaki, kinerja, peran koperasi

ABSTRACT
MAMAN SULAIMAN DABIGI. Role of Koperasi Sepatu Sandal Bogor
(KOSSEBO) in Small Shoes Industries Development in Ciomas Bogor.
Supervised by LUKMAN M BAGA.
Shoes industry at Bogor is an industry who has the largest contribution in
manufacturing sectorand it is dominated by small shoes industries are growing
very fast. But the problem small shoes industries in Ciomas is capital.
Cooperation with shoe stores to be a realistic solution for small shoes industries
in Ciomas. But it makes small shoes industries’s bargaining power is so weak.

Because of that, role of Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) is expected to
resolve the problems. But, how big the role of KOSSEBO to resolve small shoes
industries’s problem, need a study to measure the performance of KOSSEBO.
This study are used a descriptive method to determine the variability of small
shoes industries in Ciomas, revenue analysis and R/C ratio to analyze comparison
of small shoes industries’s revenue KOSSEBO’s members and non-members and
the Importance and Performance Analysis (IPA) to measure the level of
KOSSEBO’s importance and the level of KOSSEBO’s performance as a
measurement role of KOSSEBO.
Keys words: Performance, role of cooperative, small shoes industry

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitiann, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PERAN KOPERASI SEPATU SANDAL BOGOR (KOSSEBO)
DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL
ALAS KAKI DI KECAMATAN CIOMAS
KABUPATEN BOGOR

MAMAN SULAIMAN DABIGI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul Skripsi : Peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) dalam

Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor
Nama
: Maman Sulaiman Dabigi
NIM
: H3410403

Disetujui oleh

Ir Lukman M Baga. MA Ec
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi. MS
Ketua Departemen Agribisnis

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Maret
2013 ini ialah koperasi, dengan judul Peran Koperasi Sepatu Sandal Bogor
(KOSSEBO) dalam Pengembangan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan
Ciomas Kabupaten Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Lukman M Baga. MA
Ec, Bapak Amzul Rifin. Ph D dan Bapak Rahmat Yanuar. SP. M Si selaku dosen
pembimbing, penguji utama dan penguji komite akademik yang telah banyak
memberi saran. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Ir Narni
Farmayanti. MS selaku dosen pembimbing akademik, Bapak Moch Yusuf Ali
selaku ketua Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO) yang telah membantu
penulis selama penelitian dan seluruh Pengrajin industri kecil alas kaki di
Kecamatan Ciomas anggota KOSSEBO maupun non anggota yang telah
meluangkan waktu menjadi responden penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga
disampakan kepada Orangtua dan seluruh keluarga atas doa, kasih sayang dan
support yang telah diberikan selama ini, Teman-teman Agribisnis program Alih
Jenis angkatan 1 atas kebersamaan selama kuliah dan seluruh anggota Forum
Wacana Lembah Intelek (FWLI).
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Amin.


Bogor, Mei 2013

Maman Sulaiman Dabigi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Ruang Lingkup
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Studi Terdahulu
Studi Empiris Mengenai Industri Alas Kaki
Studi Empiris Mengenai Peran Koperasi
KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Industri Kecil Alas Kaki
Koperasi
Metode Deskriptif
Analisis Pendapatan
Importance and Performance Analysis (IPA)
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Atribut Pertimbangan Industri Kecil Alas Kaki
Analisis Data
Metode Deskriptif
Analisis Pendapatan
Importance and Performance Analysis (IPA)
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
Profil Indusri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas
Sejarah Indusri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas
Profil Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO)

Sejarah KOSSEBO
Struktur Organisasi KOSSEBO
Asset dan Sumberdaya KOSSEBO
Lingkup Kegiatan KOSSEBO
Program Kerja KOSSEBO
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Industri Kecil Alas Kaki di Kecamatan Ciomas
Karakteristik Industri Kecil Alas Kaki
Sistem Permodalan dan Sistem Kerjasama
Tenaga Kerja dan Sistem Pengupahan
Pemasaran Produk dan Sistem Pembayaran
Analisis Pendapatan Industri kecil Alas Kaki

ii
ii
ii
1
1
4
5

6
6
6
6
6
7
10
10
10
11
13
14
14
16
19
19
19
19
19
20

20
20
21
23
23
23
24
24
25
26
26
27
28
28
28
30
32
33
34

ii

Perbandingan Pendapatan Pengrajin Modal Sendiri, Pinjaman KOSSEBO
dan Kerjasama dengan Toko
Analisis Kinerja Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO)
Kuadran I (Prioritas Utama)
Kuadran II (Pertahankan Prestasi)
Kuadran III (Prioritas Rendah)
Kuadran IV (Berlebihan)
Rekomendasi Tindakan untuk Meningkatkan Kinerja KOSSEBO
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

37
38
40
41
42
43
44
44
46
49

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Data industri pengolahan di Kabupaten Bogor 2007-2011
Jumlah koperasi di Kabupaten Bogor tahun 2008-2012
Jenis kelamin industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas
Usia industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas
Tingkat pendidikan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas
Tanggungan keluarga industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas
Pengalaman usaha industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas
Sumber modal industri kecil alas kaki anggota KOSSEBO
Sumber modal industri kecil alas kaki non-anggota
Jenis kelamin tenaga kerja yang bekerja pada industri kecil alas kaki
di Kecamatan Ciomas
Jumlah dan upah tenaga kerja pada industri kecil alas kaki anggota
KOSSEBO dalam 1 minggu
Jumlah dan upah tenaga kerja pada industri kecil alas kaki nonanggota dalam 1 minggu
Analisis tingkat pendapatan industri kecil alas kaki anggota
KOSSEBO dalam 1 minggu
Analisis tingkat pendapatan industri kecil alas kaki non-anggota
dalam 1 minggu
Perbandingan tingkat pendapatan pengrajin industri kecil alas kaki
berdasarkan sumber modal dalam 1 minggu
Penilaian rata-rata IPA untuk kinerja KOSSEBO

1
4
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
35
35
37
39

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Diagram Importance dan Performance untuk harga
Diagram Importance and Performance Matrix
Kerangka pemikiran operasional
Diagram Importance and Performance Analysis (IPA)
Struktur organisasi KOSSEBO
Diagram IPA untuk kinerja KOSSEBO

15
15
18
22
25
40

DAFTAR LAMPIRAN
1 Foto-foto kegiatan di lapangan
2 Analisis tingkat pendapatan industri kecil alas kaki di Kecamatan
Ciomas dalam 1 minggu

48
49

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengolahan kulit asli dan imitasi menjadi alas kaki merupakan salah satu
bentuk pengolahan yang biasa dilakukan di Indonesia baik dalam skala industri
kecil/rumah tangga maupun industri dalam skala besar. Kabupaten Bogor
termasuk Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki industri pengolahan
alas kaki paling menonjol dibandingkan dengan industri-industri pengolahan
bidang lain. Tekstil, barang kulit dan alas kaki menduduki peringkat pertama
kontribusinya terhadap industri pengolahan di Kabupaten Bogor, data lengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data industri pengolahan di Kabupaten Bogor 2007-2011
Industri pengolahan
Makanan, minuman
dan tembakau
Tekstil, barang kulit
dan alas kaki
Barang kayu dan hasil
hutan lainnya
Kertas dan barang
cetakan
Pupuk, kimia dan
barang dari karet
Semen dan barang
galian nonlogam
Logam dasar besi dan
baja
Alat angkutan mesin
dan peralatannya
Barang lainnya
Total

2007

Kontribusi terhadap industri pengolahan (Rp juta)
2008
2009
2010
2011

3484822

3971169

4641681

6188908

7736135

10174562

11301348

12878048

17170731

21463413

354340

405501

429767

573023

716278

2185698

2506608

2763591

3684788

4605985

2287822

2550189

2746192

3661589

4576987

1472871

1635361

1768975

2358633

2948292

3652802

4053612

4326402

5768536

7210670

8549571

9481910

10694995

14259993

17824992

141768

157400

178607

238143

297678

32304256

36063098

40428258

53904344

67380430

Sumber: Diolah dari BPS Kabupaten Bogor dalam Hermawan (2011)

Tabel 1 menunjukkan industri alas kaki menduduki peringkat pertama dan
angka tersebut juga didominasi oleh industri-industri kecil yang tumbuh pesat di
Kabupaten ini, sebagian besar industri kecil tersebut terkonsentrasi di 3
Kecamatan, yaitu Tamansari, Ciomas dan Dramaga. Dengan keadaan banyak
industri kecil yang tumbuh pesat, maka industri kecil ini menghadapi ketatnya
persaingan antar sesama pengrajin industri kecil alas kaki. Selain itu mereka juga
harus menghadapi pengrajin dari daerah lain seperti industri alas kaki di Bandung
dan bahkan produk alas kaki impor buatan Cina.
Kebijakan Pemerintah Indonesia melakukan kerjasama dengan ACFTA
(Asean Cina Free Trade Agreement) diharapkan tidak mempengaruhi apalagi
memperburuk kondisi industri-industri kecil termasuk sektor industri kecil alas

2

kaki di Indonesia dan khususnya di Kecamatan Ciomas. Walau sebenarnya
kerjasama ini dapat membuka potensi persaingan yang akan memudahkan
masuknya produk alas kaki buatan Cina, sehingga akan mengancam industri kecil
alas kaki di Kecamatan Ciomas sebagai sentra produksi alas kaki di wilayah
Kabupaten Bogor.
Masuknya produk-produk alas kaki dari Cina dapat membahayakan
industri kecil alas kaki lokal karena memiliki kelebihan dari segi harga yang lebih
murah jika dibandingkan dengan harga alas kaki hasil produksi lokal.
Membanjirnya produk alas kaki buatan Cina ini dikhawatirkan akan mengancam
pengrajin-pengrajin industri kecil alas kaki lokal. Padahal menjadi pengrajin alas
kaki merupakan mata pencaharian andalan masyarakat Kecamatan Ciomas.
Menurut Hermawan (2011) dengan adanya penerapan ACFTA khususnya antara
Indonesia dan Cina telah memberikan keuntungan yang sangat besar kepada Cina
dan kerugian bagi negara Indonesia. Hal tersebut menyebabkan produk industri
lokal akan sulit bersaing terutama dari segi harga.
Selain kenyataan persaingan dengan produk impor dari Cina yang harus
dihadapi industri kecil alas kaki Kecamatan Ciomas, industri-indutri kecil tersebut
juga menghadapi masalah dalam bidang produksi. Mereka hanya memproduksi
berdasarkan pesanan dari toko sepatu sandal (Ermayani 2009), adapun hal
tersebut disebabkan mempertimbangkan besarnya biaya produksi yang harus
dikeluarkan, jika memproduksi tanpa tergantung pesanan. Ditambah lagi produk
yang dihasilkan ternyata belum bisa memasok ke industri besar dan juga
perusahaan merk ternama.
Menurut Hermawan (2011) industri alas kaki di Kabupaten Bogor masih
didominasi oleh industri kecil yang sebagian kegiatan produksinya dilakukan di
rumah tangga. Industri alas kaki yang tercatat di Dinas Koperasi UKM
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor adalah sebanyak 103 usaha.
Kondisi pada industri tersebut banyak menghadapi tantangan diantaranya, yaitu
ketergantungan dan keterikatan terhadap toko sepatu sandal sebagai penyedia
modal, bahan baku dan juga pengumpul dalam pemasaran produk.
Ketergantungan dan keterikatan kepada toko sepatu sandal sebagai pihak
penyedia modal disebabkan industri alas kaki ini masih dalam skala kecil dan
belum memiliki modal yang cukup. Selain itu, meminjam kepada pihak bank juga
memiliki beberapa hambatan. Adapun hambatan-hambatan industri jika ingin
meminjam modal kepada pihak bank (Barus 2002), yaitu sebagai berikut:
1 Hambatan-hambatan pada pengusaha sebagian besar adalah legalitas
usaha tidak lengkap (akta pendirian, ijin-ijin usaha, NPWP dll),
administrasi keuangan perusahaan tidak tertib bahkan belum ada,
jaminan kredit yang tidak memadai, kurang mampu menjelaskan
gagasan karena kurangnya informasi, kurang pemahaman tentang cara
kerja bank, kurang teguh dalam memegang kepercayaan yang diberikan
oleh bank;
2 Hambatan-hambatan dari pihak bank adalah sebagai berikut: penerapan
prinsip kehati-hatian yang berlebihan (kaku), menekankan aspek
jaminan secara ketat walaupun kelayakan usaha baik, lebih menekankan
aspek laba sehingga lebih menyukai dan mengerjakan penyaluran kredit
besar, lambat dalam pengambilan keputusan karena tidak lengkapnya
data yang dibutuhkan, pejabat atau tenaga bank kurang memahami

3

seluk beluk usaha nasabah, penyelesaian kredit macet hanya melalui
penjualan barang jaminan, adanya rasa keenganan untuk terus menerus
melakukan bimbingan dan pengawasan karena instrumen pengawasan
tidak berjalan (tidak ada laporan kegiatan usaha).
Ermayani (2009) juga menyatakan faktor utama yang menghambat industri
kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas meminjam kredit kepada bank, dikarenakan
tidak adanya laporan keuangan dari pihak industri kecil, sehingga pihak bank sulit
menganalisis usaha mereka untuk mencairkan dana.
Penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa peminjaman kredit kepada
pihak bank memiliki syarat-syarat yang cukup banyak dan prosedur yang rumit.
Padahal, modal merupakan elemen yang sangat penting untuk keberlangsungan
industri ini. Jika tidak dilakukan suatu upaya maka keberlangsungan industri
kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas akan terancam. Pada kondisi seperti ini,
kerjasama dengan toko sepatu sandal sebagai pihak pemodal menjadi solusi yang
saat ini dapat dilakukan oleh pengrajin industri kecil alas kaki di Kecamatan
Ciomas.
Akibat dari ketergantungan modal dari toko sepatu sandal menjadikan
industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas sangat terikat dan menjadikan
industri kecil memiliki kekuatan tawar menawar yang lemah karena hanya
berperan sebagai price taker. Walaupun kerjasama dengan toko sepatu sandal
memang memberikan jaminan pemasaran, tetapi pengrajin harus menunggu 1
sampai 3 bulan untuk pembayaran produk yang telah mereka setorkan ke toko
sepatu sandal. Oleh karena itu penting untuk mencari upaya jalan keluar dari
keadaan tersebut.
Hal ini dianggap penting karena jumlah industri kecil ini berpotensi untuk
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Masing-masing industri kecil
memiliki jumlah tenaga kerja 3 sampai 5 orang, jika permintaan pasar meningkat
kebutuhan akan tenaga kerja juga bertambah. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
industri kecil tersebut mampu menciptakan prospek penyerapan tenaga kerja, baik
dari industri kecil yang sudah terdaftar dan juga unit industri alas kaki yang belum
terdaftar. Pamungkas (2011) juga menambahkan sektor industri memiliki peran
yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Selain dapat meningkatkan
perekonomian, sektor industri juga dapat menjadi sumber devisa negara, dapat
memperluas kesempatan usaha dan memberikan lapangan pekerjaan.
Melihat keadaan yang memiliki potensi untuk dikembangkan tersebut,
Pemerintah khususnya pemerintah Kabupaten Bogor diharapkan dapat
mendukung sektor industri ini. Selain itu keberadaan suatu lembaga seperti
koperasi diharapkan bisa menaungi industri kecil tersebut, agar dapat menyaingi
dominasi dari produk alas kaki impor buatan Cina dan ketergantungan dengan
toko sepatu sandal sebagai pihak pemodal.
Menurut Fadhli (2009), pengembangan ekonomi rakyat sangat identik
dengan koperasi. Latar belakang sejarah perekonomian nasional maupun global
menunjukkan bahwa koperasi adalah institusi yang diciptakan untuk melindungi
masyarakat miskin dan lemah. Koperasi dapat berperan untuk mempercepat
proses capital ownership reform (memperbaiki kepemilikan modal), karena
koperasi muncul sebagai countervailing power (kekuatan penyeimbang) terhadap
kapitalisme yang tidak terbendung, sehingga koperasi diyakini dapat menjadi
alternatif untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sosial ekonomi Indonesia.

4

Koperasi dapat menjadi solusi menyelesaikan persoalan-persoalan
ekonomi yang dihadapi Rakyat Indonesia, sehingga wajar jika keberadaan
koperasi di Indonesia sebagai lembaga ekonomi rakyat mengalami peningkatan
dari segi jumlah unit koperasi dan jumlah anggota. Dinas Koperasi UKM
Perindustrian dan Perdagangan (DISKOPERINDAG) mencatat jumlah koperasi di
Kabupaten Bogor juga mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan data
tahun-tahun sebelumnya. Data peningkatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah koperasi di Kabupaten Bogor tahun 2008-2012
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012

Jumlah
koperasi (unit)
1489
1536
1588
1588
1663

Status (unit)
Aktif
Tidak aktif
1188
301
889
647
943
645
1026
562
1103
560

Anggota
(orang)
209951
210311
215071
217271
223318

Sumber: DISKOPERINDAG (2013)

Data Tabel 2 menunjukkan Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO)
merupakan salah 1 koperasi dari 1663 koperasi yang berada di Kabupaten Bogor
dan berperan sebagai lembaga ekonomi dalam membantu menyelesaikan
persoalan ekonomi khususnya pengrajin industri kecil alas kaki di Kecamatan
Ciomas.
Mencari keuntungan bukanlah tujuan utama KOSSEBO, tetapi membantu
meningkatkan kesejahteraan para pengrajin-pengrajin industri kecil alas kaki yang
menjadi anggotanya. Pada penerapan kerjanya, KOSSEBO memberikan kekuatan
kepada pengrajin industri kecil alas kaki di Kabupaten bogor untuk meningkatkan
kekuatan tawar (bargaining power) terhadap toko sepatu sandal.
KOSSEBO juga berperan sebagai badan penyalur dana kredit dalam
rangka membantu permodalan industri kecil tersebut. Melalui kegiatan-kegiatan
ini, KOSSEBO dapat menjamin kelancaran proses usaha industri kecil alas kaki,
sehingga industri tersebut dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan
dan meningkatkan pendapatan usaha pengrajin serta upah tenaga kerjanya. Dan
kedepannya diharapkan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas dapat lebih
mengembangkan usahanya.

Perumusan Masalah
Industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas kurang berkembang, karena
memiliki kendala dalam hal permodalan dan faktor pemasaran (Ermayani 2009).
Sehingga sebagian besar pengrajin industri kecil alas kaki melakukan kerjasama
dengan toko sepatu sandal sebagai pihak penyedia modal yang mewajibkan
pengrajin menjual produk alas kakinya kepada toko sepatu sandal. Walaupun
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kerjasama dengan toko sepatu sandal

5

memang memberikan jaminan pemasaran, tetapi pengrajin harus menunggu 1
hingga 3 bulan untuk pembayaran produk yang telah disetorkan. Sehingga
perputaran modal untuk kelancaran usaha mereka menjadi terganggu dan karena
lemah dalam bargaining power industri kecil alas kaki hanya bisa pasrah.
Akibat perputaran modal yang terganggu, tenaga kerja industri kecil alas
kaki di Kecamatan Ciomas, hanya mendapatkan upah minimum dengan nilai
hampir sama dengan Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Bogor yang
berkisar sebesar Rp800 000 perbulannya. Dengan besar pendapatan seperti itu
para tenaga kerja industri tersebut harus menafkahi keluarganya yang berjumlah
minimal 4 orang bahkan ada yang lebih. Oleh karena itu diperlukan kajian untuk
mempelajari keragaan dari industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas, agar
dapat diketahui gambaran keadaan dan hal-hal yang dihadapi industri kecil alas
kaki di Kecamatan Ciomas. Dan dapat dicari jalan keluar yang bisa dijadikan
solusi dalan menyelesaikan hal-hal tersebut.
Kenyataan bahwa industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas sangat
tergantung kepada toko sepatu sandal sebagai pihak penyedia modal memang
tidak dapat dipungkiri. Hal ini disebabkan industri kecil tersebut kesulitan dalam
hal pemasaran dan membutuhkan modal, sedangkan untuk meminjam kepada
bank, para pengrajin industri kecil alas kaki belum mampu.
Oleh sebab itu, KOSSEBO dengan unit usaha-usahanya sangat dibutuhkan
oleh industri-industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas. KOSSEBO dapat
membantu dalam penyediaan bahan baku untuk pengrajin, serta permodalan
dengan sistem yang lebih mudah. KOSSEBO juga dapat membantu mencarikan
pesanan alas kaki, sehingga menjadi solusi kesulitan pemasaran yang dihadapi
industri kecil alas kaki Kecamatan Ciomas.
Tetapi, sejauh mana peran dan kiprah KOSSEBO di lapangan sebagai
organisasi yang menaungi industri kecil alas kaki di Kabupaten Bogor khususnya
Kecamatan Ciomas belum bisa dilihat secara jelas dengan kasat mata. Hal
tersebut disebabkan sampai saat ini masih ada beberapa pengrajin industri kecil
alas kaki di Kecamatan Ciomas yang belum menjadi anggota KOSSEBO. Oleh
karena itu diperlukan kajian tentang mengukur kinerja KOSSEBO. Dari hasil
uraian diatas, adapun masalah yang akan dibahas dirumuskan dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1 Bagaimana keragaan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas?
2 Bagaimana perbandingan tingkat pendapatan industri kecil alas kaki
anggota KOSSEBO dan non anggota?
3 Bagaimana tingkat kepentingan dan kinerja KOSSEBO menurut
anggota koperasi?

Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah diatas,
tujuan dari dilakukannya penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1 Mempelajari keragaan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas.
2 Menganalisis perbandingan tingkat pendapatan indsutri kecil alas kaki
anggota KOSSEBO dan non anggota.

6

3

Menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja KOSSEBO menurut
anggota koperasi.

Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian tesebut adalah sebagai
berikut:
1 Bagi Koperasi Sepatu Sandal Bogor (KOSSEBO), diharapkan dapat
dijadikan rujukan dalam mengembangkan industri kecil alas kaki di
Kecamatan Ciomas.
2 Bagi para pengrajin industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas,
diharapkan semoga kedepannya dapat lebih mengembangkan usahanya
dengan adanya penelitian ini.
3 Bagi Mahasiswa/i dimasa yang akan datang dapat dijadikan bahan
referensi serta tambahan ilmu pengetahuan mengenai topik industri
kecil alas kaki.
4 Bagi penulis sebagai proses belajar dan menambah wawasan sehingga
dapat memperkaya ilmu pengetahuan penulis sebagai bekal di dunia
kerja.

Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di KOSSEBO dan beberapa industri kecil alas
kaki anggota KOSSEBO maupun non-anggota di Kecamatan Ciomas. Alasan
pemilihan Kecamatan Ciomas sebagai tempat penelitian, karena sentra industri
kecil alas kaki Kabupaten Bogor berada di Kecamatan Ciomas.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Studi Terdahulu
Studi Empiris Mengenai Industri Alas Kaki
Penelitian Widiatmoko (2007) yang berjudul Analisis strategi pemasaran
produk sepatu pada CV. Mulia Ciomas, Bogor. Penelitian tersebut mengkaji
tentang strategi pemasaran perusahaan yang telah dijalankan, keadaan lingkungan
internal dan eksternal perusahaan dan menentukan strategi pemasaraan yang tepat
dalam usaha meningkatkan kinerja perusahaan. Adapun dalam kajian ini peneliti
menggunakan metode analisis kualitatif untuk menggambarkan proses kegiatan
usaha. Metode kuantitatif untuk mengkaji alternatif dan mencari prioritas strategi
yang tepat bagi perusahaan, adapun tahapan metode-metode yang digunakan pada
metode kuantitatif-nya, yaitu matriks IFE (Internal Factor Evaluation), matriks
EFE (Eksternal Factor Evaluation), matriks I-E, matriks SWOT dan Quantitative
Strategic Planning Matrix (QSPM). Lokasi penelitian dilakukan secara purposive

7

dengan alasan perusahaan merupakan perusahaan terbesar di Kecamatan Ciomas.
Penentuan responden menggunakan metode purposive sampling.
Penelitian Ermayani (2009) yang berjudul Analisis pengembangan kluster
bisnis sepatu (studi kasus industri sepatu di Kecamatan Ciomas). Mengkaji
tentang kondisi industri sepatu di Kecamatan Ciomas, faktor eksternal dan
internal yang mempengaruhi industri sepatu dan strategi pengembangan industri
sepatu di Kecamatan Ciomas. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis deskriptif untuk memperoleh gambaran perbandingan industri
kecil mandiri dengan pengrajin di Kecamatan Ciomas dan metode perumusan
strategi menggunakan 3 tahapan analisis, yaitu Internal Factor Evaluation (IFE),
External Factor Evaluation (EFE), matriks I-E, analisis SWOT dan Quantitative
Strategic Planning Matrix (QSPM). Penentuan responden menggunakan metode
cluster sampling dengan jumlah responden ditentukan dengan persamaan slovin.
Penelitian Wibowo (2009) yang berjudul Analisis kinerja dan strategi
pengembangan usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor (studi kasus pada CV.
Anugerah Jaya, Desa Suka Makmur, Kecamatan Ciomas). Mengkaji tentang
karakteristik usaha kerajinan sepatu, analisis kinerja usaha kerajinan sepatu dan
analisis strategi pengembangan usaha kerajinan sepatu di Kabupaten Bogor.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
untuk menggambarkan karakteristik usaha kerajinan sepatu di Kabupaten tersebut,
analisis pendapatan usaha, analisis Return on Investment (ROI) dan rasio R/C
untuk menganalisis kinerja usaha kerajinan sepatu di kabupaten Bogor serta
analisis SWOT untuk menjelaskan faktor internal dan faktor eksternal yang
berpengaruh dalam pengembangan usaha kerajinan sepatu. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa CV. Anugerah
Jaya memiliki usaha representatif sehingga dapat mewakili usaha alas kaki di
Kabupaten tersebut. Adapun responden dalam penelitian ini adalah pemiliki CV.
Anugerah Jaya untuk mengetahui kinerja usaha dari sisi pendapatan usaha, ROI
dan Rasio R/C serta strategi pengembangan yang dilakukannya.
Penelitian Hermawan (2011) yang berjudul Strategi pengembangan
industri kecil alas kaki di Kabupaten Bogor. Mengkaji tentang keragaan industri
kecil alas kaki, tingkat pendapatan usaha pelaku industri alas kaki berskala kecil
dan rumusan strategi pengembangan industri kecil alas kaki di Kabupaten Bogor.
Metode analisis yang digunakan pada kajian ini adalah metode deskriptif untuk
memaparkan keragaan industri kecil alas kaki di Kabupaten Bogor, analisis
pendapatan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan industri kecil
tersebut dan metode perumusan strategi menggunakan 3 tahapan analisis, yaitu
Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), analisis
SWOT dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan Kabupaten Bogor memiliki
letak geografis yang strategis dan potensi ekonominya besar. Penentuan
responden peneliti juga menggunakan metode purposive sampling.
Studi Empiris Mengenai Peran Koperasi
Penelitian Pramudyani (2002) yang berjudul Analisis peran koperasi unit
desa dalam peningkatan pendapatan anggota peternak sapi perah (studi kasus:
KUD Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa tengah). Mengkaji tentang kinerja
KUD Mojosongo dalam usaha meningkatkan taraf kesejahteraan anggota. Pada

8

kajian ini peneliti mengkaji tentang keragaan KUD, menganalisis peran KUD
dalam usaha peningkatan pendapatan anggota serta menganalisis kinerja keuangan
KUD Mojosongo sebagai indikator keberhasilan manajemen KUD. Dalam
mengkaji tentang keragaan KUD peneliti menggunakan analisis deskriptif, untuk
menghitung tingkat pendapatan peternak peneliti menggunakan analisis
pendapatan dan analisis R/C sedangkan analisis rasio, analisis trend serta analisis
persentase perkomponen digunakan untuk mengukur kinerja keuangan KUD.
Penentuan respondennya menggunakan stratifikasi terhadap peternak berdasarkan
keanggotaan KUD, anggota dan non anggotoa. Jumlah responden ditentukan dari
hasil perhitungan dengan metode alokasi sebanding. Adapun lokasi penelitian
dipilih secara sengaja (purposive).
Penelitian Harahap (2008) yang berjudul Analisis peranan koperasi simpan
pinjam terhadap pengembangan usaha mikro kecil menegah di Kota
Padangsidimpuan (studi kasus: Koperasi Bersatu Kota Padangsidimpuan). Pada
kajian ini peneliti menganalisis perkembangan KSP Bersatu di Kota
Padangsidimpuan, latar belakang anggota meminjam dana di koperasi
dibandingkan di perbankan dan peranan pinjaman yang disalurkan koperasi
terhadap pendapatan anggota. Peneliti menggunakan metode deskriptif dan
deduktif dengan menghitung seberapa pengaruh positif koperasi terhadap UMK
dilihat dari perkembangan usaha anggota koperasi setelah mendapatkan pinjaman
dari koperasi, perkembangan rumah tangga anggota koperasi setelah mendapatkan
pinjaman dari koperasi dan Peningkatan omset anggota setelah melakukan
pinjaman.
Penelitian Situmorang (2008) yang berjudul Kinerja koperasi unit desa
(KUD) dan dampaknya terhadap kesejahteraan anggota (studi kasus: KUD
SAROHA Aek Natolu, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir).
Metode yang digunakan untuk pemilihan sampel adalah dengan menggunakan
Metode Simple Random Sampling (secara acak sederhana), dimana terdapat 1
koperasi yang diteliti dengan 30 orang yang menjadi responden. Pada kajian ini
peneliti mengkaji tentang struktur dan pelaksanaan fungsi pengurus KUD, kinerja
KUD, dampak kinerja KUD terhadap kesejahteraan anggota dari sudut ekonomi
dan sosial, perkembangan KUD selama 3 tahun terakhir, masalah-masalah yang
dihadapi dalam pengembangan KUD dan upaya-upaya yang dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah KUD. Adapaun Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Penelitian Munigar (2009) yang berjudul Peran koperasi dalam
pengembangan sistem agribisnis Belimbing Dewa (studi kasus pusat koperasi
pemasaran belimbing dewa Depok, Jawa Barat). Mengkaji tentang kinerja
PKPBDD dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada sistem
agribisnis belimbing dewa yang dihadapi oleh petani-petani belimbing dewa
khususnya petani belimbing yang menjadi anggota PKPBDD. Pada kajian ini
peneliti mengkaji 2 aspek, yaitu menganalisis sistem agribisnis belimbing dewa
dan menganalisis kinerja PKPBDD. Dalam menganalisis sistem agribisnis
belimbing dewa, peneliti menggunakan analisis kualitatif, penentuan responden
menggunakan judgement sampling. Sedangkan untuk menganalisis kinerja
PKPBDD, peneliti menggunakan impotance and Performance analysis (IPA)
terhadap kualitas jasa reliability (keandalan), responsiveness (cepat tanggap),
assurance (jaminan), emphaty (empati) dan tangibles (keberwujudan) yang telah

9

dilaksanakan PKPBDD selama ini, penentuan responden menggunakan purposive
sampling, jumlah responden dihitung dengan menggunakan rumus Slovin.
Adapun Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive).
Penelitian Rizky (2011) yang berjudul Peranan koperasi unit desa (KUD)
terhadap pengembangan usaha ternak sapi perah (studi kasus peternakan sapi
perah KUD Mandiri Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut). Mengkaji tentang
Peran KUD Mandiri sebagai salah satu pengembang sistem ekonomi kerakyatan
berbasis peternakan khusunya sapi perah. Pada kajian ini peneliti mengkaji 2
aspek, yaitu menganalisis peranan KUD Mandiri terhadap pengembangan usaha
ternak sapi perah dan menganalisis sistem pengelolaan usaha ternak sapi perah
yang dilakukan KUD selama ini dengan menggunakan analisis deskriptif.
Pengambilan sampel sebagai responden menggunakan metode purposive
sampling, lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive).
Penelitian Sari (2011) yang berjudul Peran koperasi simpan pinjam dalam
perkembangan UMKM agribisnis di Bogor (studi kasus KOSPIN Jasa Bogor).
Pada kajian ini peneliti mengkaji tentang sistem penyaluran kredit yang
diterapkan KOSPIN Jasa kepada UMKM agribisnis dan menganalisis pendapatan
UMKM agribisnis sebelum dan setelah mendapatakan penyaluran kredit dari
KOSPIN Jasa. Dalam menganalisis sistem penyaluran kredit kepada UMKM
agribisnis, peneliti menggunakan analisis kualitatif, sedangkan untuk
menganalisis pendapatan UMKM agribisnis sebelum dan setelah mendapatkan
kredit peneliti menggunakan analisis kuantitatif dengan menghitung pendapatan
bersih atau laba dari selisih penerimaan total dengan biaya total, serta menghitung
nilai R/C Ratio sebelum dan sesudah menerima kredit untuk mengetahui besar
pengaruh kredit tersebut. Penentuan respondennya menggunakan purposive
sampling, lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive).
Penelitian Siagian (2012) yang berjudul Peranan koperasi serba usaha
(KSU) Mangarahon Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir dalam
pengembangan usaha kecil menegah (UKM).
Pada kajian ini peneliti
menganalisis bagaimana perkembangan KSU Mangarahon, menganalisis latar
belakang nasabah meminjam dana di KSU serta menganalisis peranan pinjaman
yang disalurkan KSU. Cara pengumpulan data dengan menggunakan wawancara
dan kuisioner. Dalam penelitian ini penelti menggunakan metode deskriptif dan
deduktif. Untuk mengetahui pengaruh positif koperasi terhadap UMK peneliti
menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan beberapa
indikator seperti peningkatan omset produksi UMKM dan peningkatan
pendapatan rumah tangga pengusaha kecil dan menengah.
Beberapa persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
tempat yang sama, yaitu penelitian dilakukan di Kecamatan Ciomas, seperti
penelitian yang dilakukan widiatmoko (2007), Ermawani (2009) dan Wibowo
(2009). Selain tempat, beberapa metode analisis juga memiliki persamaan, seperti
penelitian yang dilakukan Pramudyani (2002), Hermawan (2011) dan Sari (2011)
dengan analisis pendapatannya, Munigar (2009) dengan impotance and
Performance analysis-nya, Harahap (2008), Situmorang (2008), Ermayani (2009),
Wibowo (2009), Hermawan (2011), Rizki (2011) dan Siagian (2012) dengan
metode deskriptifnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
adalah penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan
keragaan industri kecil alas kaki di Kecamatan Ciomas, jumlah responden yang

10

digunakan untuk metode deskriptif dan analisis pendapatan pada penelitian ini
sebanyak 20 orang dan perbedaan lainnya adalah atribut yang digunakan dalam
impotance and Performance analysis pada penelitian ini diperoleh berdasarkan 7
prinsip koperasi.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Industri Kecil Alas Kaki
Hermawan (2011) memaparkan ada 3 subsektor dalam struktur
perindustrian yaitu industri kecil, sedang dan besar. Perbedaan antara ke-3
subsektor industri tersebut dapat dibedakan berdasarkan modal, jumlah tenaga
kerja, pengelolaan perusahaan, teknologi dan jenis produk yang dihasilkan. Jika
dilihat dari jumlah tenaga kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam
Hermawan (2011) mengklasifikasikan industri sebagai berikut:
1 Industri rumah tangga adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya
berjumlah antara 1 sampai 3 orang,
2 Industri kecil adalah industri yang jumlah tenaga kerjanya berjumlah
antara 4 sampai 19 orang,
3 Industri sedang atau industri menengah adalah industri yang jumlah
tenaga kerja berjumlah antara 20 sampai 99 orang,
4 Industri besar adalah industri yang jumlah tenaga kerja berjumlah
antara 100 orang atau lebih.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan dalam Hermawan (2011)
menggolongkan industri kecil adalah sebagai berikut:
1 Industri kecil pangan, yang meliputi makanan ringan,
2 Industri kecil kimia, agro non-pangan dan hasil hutan yang meliputi
industri minyak atsiri, industri vulkansir ban, industri kayu, industri
komponen karet dan lain-lain,
3 Industri kecil logam, mesin dan elektronik, meliputi industri
pengolahan logam, industri komponen dan suku cadang,
4 Industri kecil sandang, kulit dan aneka meliputi konveksi/pakaian jadi,
tenun adat, tenun ikat, border, industri alas kaki serta industri barang
dan kulit,
5 Industri kerajinan dan umum, meliputi anyaman, industri kerajinan
ukiran dan lain-lain.
Hermawan (2011) menjelaskan bahwa produsen alas kaki dikategorikan
kedalam 2 golongan industri, yaitu pertama, industri alas kaki skala besar.
Industri skala besar umumnya dilengkapi dengan fasilitas produksi yang
berteknologi tinggi dan bersifat padat modal dan juga orientasi penjualan
produknya mayoritas untuk pasar ekspor. Padahal sebenarnya industri alas kaki
skala ini merupakan subkontraktor memproduksi alas kaki ber-merk seperti
Adidas, Nike, Reebok, Umbro dan lain-lain. Oleh karena itu produsen industri
tersebut terikat kontrak produksi dengan perusahaan alas kaki multinasional yang
terkenal tersebut.

11

Kedua, industri alas kaki menegah dan kecil, pada umumnya industri ini
menerapkan teknologi yang sedang hingga sederhana dan kurang didukung
dengan penelitian dan pengembangan yang memadai, sehingga sering mengalami
kendala dalam hal desain. Desain yang digunakan cenderung meniru yang sedang
ramai. Produk industri alas kaki menengah dan kecil dipasarkan dengan orientasi
produk pada segmen pasar domestik dan sebagian besar industri ini merupakan
industri rumah tangga (home industry) karena merk alas kaki industri ini dimiliki
sendiri atau dengan kata lain merk tidak terkenal.
Koperasi
Pengertian koperasi menurut International Co-operative Alliance (ICA)
pada buku Jati Diri terjemahan dari Soedjono (2001), koperasi adalah
perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya
bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama dan dikendalikan secara
demokratis. Menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tentang koperasi,
koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan
hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal
untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di
bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
Pada buku Koperasi Asas-Asas, Teori dan Praktik, Hendrojogi (2007)
pengertian koperasi menurut Dr. Fay, koperasi adalah suatu perserikatan dengan
tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan
selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga
masing-masing sanggup menjalankan kewajiban sebagai anggota dan mendapat
imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.
Menurut Margono Djojohadikoesoemo seorang guru besar dari Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) dalam Hendrojogi (2007) menyatakan,
koperasi ialah perkumpulan manusia seorang-seorang dengan sukanya sendiri
hendak bekerjasama untuk memajukan ekonominya. Lain hal lagi menurut Prof.
Marvin, A. Schaars, seorang guru besar dari University of Wisconsin, Madison
USA, menyatakan koperasi adalah suatu badan usaha yang secara sukarela
dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adalah juga pelanggannya dan
dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nirlaba atau atas dasar
biaya.
Menurut ICA di dalam buku terjemahan Soedjono (2001) prinsip-prinsip
koperasi adalah garis-garis penuntun yang digunakan oleh koperasi untuk
melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam praktek. Ada 7 prinsip koperasi yang
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1 Keanggotaan sukarela dan terbuka
Koperasi adalah perkumpulan sukarela, terbuka bagi semua orang yang
mampu menggunakan jasa-jasa perkumpulan dan bersedia menerima
tanggung jawab keanggotaan, tanpa diskriminasi jender, sosial, politik
dan agama. Kalimat “koperasi adalah organisasi sukarela.” Ini
menegaskan arti penting yang mendasar dari orang-orang yang secara
sukarela memilih untuk membuat komitmen terhadap koperasi mereka,
selanjutnya kalimat “terbuka bagi semua orang yang mampu
menggunakan jasa-jasa koperasi” menegaskan bahwa koperasi

12

diorganisir untuk tujuan-tujuan spesifik.
Pada banyak keadaan,
koperasi hanya dapat memberikan jasa secara efektif kepada jenis
anggota-anggota tertentu atau jumlah terbatas anggota-anggota.
2 Pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis
Koperasi adalah perkumpulan demokratis yang dikendalikan oleh para
anggota yang secara aktif berpatisipasi dalam penetapan kebijakankebijakan perkumpulan dan pengambilan keputusan-keputusan. Lakilaki dan perempuan mengabdi sebagai wakil-wakil yang dipilih dan
bertanggungjawab kepada para anggota. Pada koperasi primer anggotaanggota mempunyai hak suara yang sama (1 anggota 1 suara) dan
koperasi-koperasi pada tingkat lain juga diatur secara demokratis.
3 Partisipasi ekonomi anggota
Anggota-anggota menyumbang secara adil bagi dan mengendalikan
secara demokratis, modal dari koperasi mereka. Sekurang-kurangnya
sebagian dari modal tersebut biasanya merupakan milik bersama dari
koperasi.
4 Otonom dan kebebasan
Koperasi bersifat otonom, merupakan perkumpulan yang menolong diri
sendiri dan dikendalikan oleh anggota-anggota. Jika melakukan
kesepakatan dengan perkumpulan lain, harus memperhatikan
persyaratan yang menjamin adanya pengendalian oleh anggota-anggota
serta dipertahankannya otonomi koperasi.
5 Pendidikan, pelatihan dan informasi
Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggotaanggotanya, para wakil yang dipilih, manajer dan karyawan, sehingga
dengan adanya pendidikan dan pelatihan mereka dapat memberikan
sumbangan yang efektif bagi perkembangan koperasi.
6 Kerjasama diantara koperasi-koperasi
Koperasi akan dapat memberikan pelayanan yang paling efektif kepada
para anggota dan memperkuat gerakan koperasi dengan cara
bekerjasama melalui struktur-struktur lokal, nasional, regional dan
internasional.
7 Kepedulian terhadap komunitas
Koperasi memiliki tanggung jawab khusus untuk menjamin bahwa
pembangunan dari komunitasnya dalam arti ekonomi, sosial dan budaya
dilakukan secara berkesinambungan. Koperasi mempunyai tanggung
jawab untuk bekerja secara meyakinkan bagi perlindungan lingkungan
dari komunitas yang bersangkutan.
Menurut Hendrojogi (2007) pengkriteriaan yang digunakan untuk
pengelompokkan koperasi dari suatu negara ke negara lain berbeda-beda, hal
tersebut diperlukan mengingat karena terdapat banyak perbedaan-perbedaan yang
ditemukan diantara sesama koperasi, baik menyangkut ciri, sifat, fungsi ekonomi,
lapangan usaha, ataupun keanggotaannya. Berdasarkan ketentuan seperti dalam
Peraturan Pemerintah 60/1959 dalam Hendrojogi (2007) terdapat 7 jenis koperasi
(pasal 3) yaitu:
1 Koperasi desa
2 Koperasi Pertanian
3 Koperasi Peternakan

13

4 Koperasi Perikanan
5 Koperasi Kerajinan/Industri
6 Koperasi Simpan pinjam
7 Koperasi Konsumsi
Menurut Ir Kaslan A Tohir dalam buku Hendrojogi (2007) menyebutkan
adanya pengelompokan dari bermacam-macam koperasi menurut klasik hanya
mengenal adanya 3 jenis koperasi, yaitu:
1 Koperasi konsumen/pemakaian (koperasi warung, koperasi sehari-hari,
koperasi distribusi), tujuan dari koperasi ini ialah membeli barangbarang yang dibutuhkan anggota-anggotanya dan membagi barangbarang itu kepada mereka
2 Koperasi produsen/penghasil atau koperasi produksi, tujuan dari
koperasi jenis ini ialah mengerjakan sesuatu pekerjaan bersama-sama.
3 Koperasi simpan pinjam, tujuan dari perkumpulan ini adalah memberi
kesempatan kepada anggota-anggotanya untuk menyimpan dan
meminjam uang.
Undang-Undang No. 12 tahun 1967 tentang koperasi dalam Hendrojogi
(2007) menjelaskan, sumber-sumber modal yang termasuk modal koperasi adalah
sebagai berikut:
1 Simpanan pokok ialah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota
untuk diserahkan kepada koperasi pada saat seseorang masuk menjadi
anggota koperasi tersebut dan besarnya sama untuk semua anggota.
Simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota.
2 Simpanan wajib ialah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada
angggota untuk dibayarkan kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu,
misalnya pada saat penjualan barang-barang atau pada saat anggota
menerima kredit dari koperasi dan sebagainya.
3 Simpanan sukarela ialah simpanan yang diadakan oleh anggota atas
dasar sukarela atau berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturanperaturan khusus.
Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki
(Nazir 1983).
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata
cara yang berlaku di masyarakat, situasi-situasi tertentu termasuk tentang
hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan dan prosesproses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Pada penelitian yang menggunakan metode deskriptif, peneliti juga bisa
membandingkan fenomena-fenomena tertentu ini untuk menjadi suatu studi yang
komparatif. Secara harfiah, metode deskriptif adalah metode penelitian untuk
membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini hanya
akan menggambarkan secara detail data dasar belaka. Namun jika dilihat dalam

14

konteks yang lebih luas penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang
lebih luas dari metode-metode yang lain. Metode ini mengumpulkan data
menggunakan teknik wawancara, kuisioner dan interview (Nazir 1983).
Analisis Pendapatan
Menurut Laswati dalam Hermawan (2011), total penerimaan atau total
revenue (TR) didapat dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga
output. Sedangkan total biaya atau total cost (TC) merupakan penjumlahan dari
seluruh hasil kali input dengan jumlah input, apabila TR bernilai lebih besar dari
TC berarti usaha yang dijalankan menguntungkan.
Keuntungan merupakan tolak ukur keberhasilan dari suatu usaha yang
dijalankan. Keuntungan merupakan selisih dari penerimaan usaha dengan biaya
yang dikeluarkan (π = TR-TC). Manfaat keuntungan menurut Lipsey et al. dalam
Hermawan (2011) merupakan dasar yang dibutuhkan untuk menilai sejauh mana
perusahaan menggunakan sumber dayanya secara optimal. Tingkat keuntungan
yang diperoleh merupakan parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam
penggunaan sumber dayanya. Menurut Mulyadi dalam Hermawan (2011) besar
keuntungan yang diperoleh perusahaan akan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu
volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya produk.
Pengukuran R/C rasio dihitung dengan cara TR dibagi dengan TC. Jika
R/C rasio bernilai 1 berarti
usaha yang dilakukan mendapatkan keuntungan.
Importance and Performance Analysis (IPA)
Importance and Performance Analysis (IPA) merupakan dasar bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus
dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Analisis ini akan menghasilkan
suatu matriks kartesius yang terdiri dari 4 kuadran (Munigar 2009).
Menurut Rangkuti (2006) pengukuran tingkat kepentingan pelanggan
(customer expection) merupakan hal yang harus dilakukan oleh perusahaan agar
menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi. Tetapi untuk menghindari
kesalahan persepsi antara hal yang harus dilakukan perusahaan dengan tindakan
yang diharapkan pelanggan. Maka, istilah expectation diganti dengan importance
atau tingkat kepentingan menurut persepsi pelanggan. Dari berbagai persepsi
tingkat kepentingan pelanggan dirumuskan tingkat kepentingan yang paling
dominan, sehingga dapat ditangkap variabel yang paling penting dan lebih jelas.
Selanjutnya variabel yang penting tersebut dikaitkan dengan kenyataan yang
dirasakan oleh pelanggan (Rangkuti 2006 dan Munigar 2009). Contoh: variabel
harga dipersepsikan pelanggan sebagai variabel yang sangat penting, tetapi
kenyataannya pelanggan merasakan harga sangat mahal, dari ke-2 persepsi
tersebut (importance = high; performance = low