Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Alas Kaki Ciomas, Bogor

(1)

PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

ALAS KAKI CIOMAS, BOGOR

YUNITA HERDIANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Alas Kaki Ciomas, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013 Yunita Herdiana NIM H24090056


(4)

ABSTRAK

YUNITA HERDIANA. Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Alas Kaki Ciomas, Bogor. Dibimbing oleh Drs. Edward H. Siregar, SE. MM.

UMKM Alas Kaki Ciomas merupakan salah satu sentra produksi alas kaki andalan di wilayah Bogor. Penelitian ini bertujuan (1) Mengetahui proses bisnis internal serta aspek pertumbuhan dan pembelajaran pada UMKM Alas Kaki Ciomas, (2) Mengidentifikasi faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi UMKM Alas Kaki Ciomas, (3) Mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi UMKM Alas Kaki Ciomas, dan (4) Menyusun alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat digunakan oleh UMKM Alas Kaki Ciomas. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks IFE (2,509) dan matriks EFE (3,046), maka posisi UMKM Alas Kaki Ciomas berada di sel II pada matriks IE, dengan tipe strategi „tumbuh dan

membangun‟. Alternatif strategi yang menjadi prioritas utama bagi pengembangan

UMKM Alas Kaki Ciomas adalah dengan menjalin kemitraan dengan pemerintah dan instansi terkait.

Kata kunci: usaha alas kaki, pengembangan usaha, strategi

ABSTRACT

YUNITA HERDIANA. Development Strategy of Micro, Small, and Medium Footwear Enterprise in Ciomas, Bogor. Supervised by Drs. Edward H. Siregar, SE. MM.

Footwear enterprise in Ciomas is one of the central footwear production in Bogor. This research aims to (1) Find out the internal business processes and aspects of growth and learning of the micro, small, and medium footwear enterprise in Ciomas, (2) Identify the internal factors which are the strengths and weaknesses of the micro, small, and medium footwear enterprise in Ciomas, (3) Identify the external factors which are the opportunities and threats of the micro, small, and medium footwear enterprise in Ciomas, and (4) formulate the alternative of development strategies that can be used by the micro, small, and medium footwear enterprise in Ciomas. Based on the results obtained from IFE Matrix (2,509) and EFE Matrix (3,046), then the position on matrix IE is in cell II,

with the type of „grow and build‟ strategy. An alternative strategy that became a

top priority for develops the micro, small, and medium footwear enterprise in Ciomas is to establish a partnership with the government and related institutions. Keywords: footwear enterprise, business development, strategy


(5)

RINGKASAN

YUNITA HERDIANA. Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Alas Kaki Ciomas, Bogor. Dibimbing oleh Drs. Edward H. Siregar, SE. MM.

UMKM Alas Kaki Ciomas merupakan salah satu sentra produksi alas kaki andalan di wilayah Bogor. Produk dari UMKM AK Ciomas memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu komoditi ekspor. Namun kelangsungan UMKM AK Ciomas mengalami kendala utama pada sektor pemasaran dan permodalan. Pada umumnya, pemasaran dilakukan dengan cara menjual produk kepada pengumpul untuk dijual kembali oleh para pengumpul di pasar-pasar lokal di Bogor. Dari segi permodalan, modal bagi 90 persen UMKM AK Ciomas berasal dari pemberi pesanan, sehingga para pengrajin tidak memiliki keleluasaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. Agar UMKM AK Ciomas dapat menjadi unit usaha yang mandiri, maka perlu dilakukan studi perancangan strategi bisnis untuk pengembangan usaha pada UMKM AK Ciomas.

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui proses bisnis internal serta aspek pertumbuhan dan pembelajaran pada UMKM Alas Kaki Ciomas, (2) Mengidentifikasi faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi UMKM Alas Kaki Ciomas, (3) Mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi UMKM Alas Kaki Ciomas, dan (4) Menyusun alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat digunakan oleh UMKM Alas Kaki Ciomas.

Penelitian dilaksanakan di tiga desa UMKM alas kaki yang berada di Kecamatan Ciomas, yaitu Desa Parakan, Desa Mekarjaya, dan Desa Ciomas Rahayu. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapangan dan wawancara, dimana wawancara dilakukan secara terstruktur dengan alat bantu kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka, dokumen, dan laporan instansi terkait. Data yang diperoleh dari tahap pengumpulan data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Untuk pengolahan dan analisis data kuantitatif digunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan AHP.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa UMKM pengrajin belum melakukan inovasi, baik dalam proses, produk, pemasaran, maupun manajemen. Sedangkan UMKM mandiri telah melakukan inovasi proses. Dalam aktivitas operasi, UMKM pengrajin memiliki ketergantungan sepenuhnya pada pemberi pesanan, sementara UMKM mandiri tidak memiliki ketergantungan dengan pihak lain. Dalam pelayanan purnajual, UMKM AK Ciomas tidak menyertakan garansi dalam penjualan produknya. Sedangkan untuk aspek pertumbuhan dan pembelajaran, para pengrajin kurang memiliki motivasi untuk mengembangkan diri lewat program-program edukatif yang difasilitasi pemerintah ataupun lembaga lain. Berdasarkan hasil pengolahan dari matriks IFE (2,509) dan matriks EFE (3,046), maka posisi UMKM AK

Ciomas berada di sel II pada matriks IE, dengan tipe strategi „tumbuh dan membangun‟. Alternatif strategi yang menjadi prioritas utama bagi pengembangan UMKM AK Ciomas adalah dengan menjalin kemitraan dengan pemerintah dan instansi terkait.


(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

PERANCANGAN STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

ALAS KAKI CIOMAS, BOGOR

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(7)

(8)

Judul Skripsi : Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Alas Kaki Ciomas, Bogor

Nama : Yunita Herdiana NIM : H24090056

Disetujui oleh

Drs Edward H Siregar SE MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M Munandar MSc Ketua Departemen


(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Alas Kaki Ciomas, Bogor ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai dengan Maret 2013. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Melalui prakata ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Edward H. Siregar, SE. MM selaku pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh responden pakar yang telah membantu selama pengumpulan data. Selain itu, ungkapan terima kasih pun penulis sampaikan kepada keluarga, teman-teman, dan orang terkasih atas doa dan dukungannya.

Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.

Bogor, Mei 2013 Yunita Herdiana


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 4

METODE PENELITIAN 4

Kerangka Pemikiran 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Pengumpulan Data 5

Metode Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Karakteristik UMKM AK Ciomas 6

Perumusan Strategi Pengembangan Usaha 10

Implikasi Manajerial 23

SIMPULAN DAN SARAN 23

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 26


(11)

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan ekspor Indonesia berdasarkan sektor 2009 - 2011 1 2 Pemantauan ekspor kelompok hasil industri alas kaki 2008 - 2011 2 3 Direktori perusahaan pengrajin UMKM alas kaki Ciomas 2 4 Pengelompokkan Desa Parakan, Mekarjaya, dan Ciomas Rahayu 6

5 IFE Matrix UMKM AK Ciomas 12

6 EFE Matrix UMKM AK Ciomas 14

7 SWOT Matrix UMKM AK Ciomas 15

8 Hasil pengolahan horizontal tingkat aktor 19

9 Hasil pengolahan horizontal tingkat tujuan 19

10 Hasil pengolahan horizontal tingkat strategi 20

11 Hasil pengolahan vertikal tingkat faktor 20

12 Hasil pengolahan vertikal tingkat aktor 20

13 Hasil pengolahan vertikal tingkat tujuan 21

14 Hasil pengolahan vertikal tingkat strategi 21

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 4

2 IE Matrix UMKM AK Ciomas 14

3 Struktur hierarki AHP UMKM AK Ciomas 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pembobotan IFE UMKM AK Ciomas 26

2 Pembobotan EFE UMKM AK Ciomas 27


(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industrialisasi merupakan salah satu cara untuk membangun perekonomian sebuah negara. Indonesia memprioritaskan pembangunan nasional pada sektor industri, baik industri besar, industri menengah, maupun industri kecil. Sektor industri memberikan hasil yang positif pada peningkatan perekonomian negara. Saat ini komoditi nonmigas yang memegang peranan penting dalam kontribusi pada peningkatan PDB nasional, seperti tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan ekspor Indonesia berdasarkan sektor tahun 2009 – 2011 (dalam US$)

Sektor 2009 2010 2011 Peran

(%)

I. MIGAS 19.018.296.911 28.039.599.534 41.477.035.636 20,38

1. Minyak Mentah 7.820.256.578 10.402.867.668 13.828.677.857 6,80 2. Hasil Minyak 2.262.327.715 3.967.277.194 4.776.854.837 2,35

3. Gas 8.935.712.618 13.669.454.672 22.871.502.942 11,24

II. NON MIGAS 97.491.729.170 129.739.503.936 162.019.584.424 79,62

1. Pertanian 4.352.754.318 5.001.899.002 5.165.793.669 2,54

2. Industri 73.435.840.877 98.015.076.416 122.188.727.150 60,04 3. Tambang 19.692.338.644 26.712.581.107 34.652.027.382 17,03

4. Lainnya 10.795.331 9.947.411 13.036.223 0,01

TOTAL 116.510.026.081 157.779.103.470 203.496.620.060 100,00 Sumber: Kementerian Perindustrian, 2012

Tingginya peran sektor industri nonmigas terhadap PDB membuat pemerintah terus berupaya mendorong perkembangan sektor ini. Ragam produk dan diversifikasi yang jelas pada jenis komoditas ekspor nonmigas membuat ekspor Indonesia pada tahun 2013 akan tetap tumbuh meskipun dihadapkan pada krisis ekonomi global. Salah satu sektor nonmigas yang diperkirakan akan tetap bisa tumbuh meskipun terpengaruh oleh krisis global adalah industri alas kaki.

Industri alas kaki merupakan salah satu sektor industri yang prospektif bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan alas kaki sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok setiap individu dengan segmen pasar yang luas, mulai dari anak kecil sampai dewasa dalam setiap lapisan masyarakat. Jumlah penduduk yang meningkat serta perubahan gaya hidup masyarakat akan menyebabkan permintaan alas kaki semakin meningkat.

Menurut data Kementerian Perindustrian tahun 2010, kapasitas produksi industri alas kaki nasional sebesar 1,18 miliar pasang dengan total investasi sebesar Rp 4,29 triliun dan menyerap lebih dari 450.000 tenaga kerja. Badan Standardisasi Nasional mengemukakan bahwa faktor yang menjadi pendukung daya saing produk alas kaki nasional adalah harga yang kompetitif, desain unik, tahan lama, serta memiliki bahan yang eksotik dan bervariasi. Dengan keunggulan ini tidak mengherankan apabila angka ekspor produk alas kaki nasional dapat terus bertahan (Lihat Tabel 2.).


(13)

2

Tabel 2. Pemantauan ekspor kelompok hasil industri alas kaki tahun 2008 – 2011 (dalam US$)

Sub Kelompok Hasil Industri 2008 (US$) 2009 (US$) 2010 (US$) 2011 (US$)

Sepatu Sport Kulit 890.111.740 780.374.276 1.088.762.031 1.358.538.951 Sandal & Alas kaki

lainnya dari kulit 292.172.279 254.360.162 401.513.462 546.494.802 Sepatu olah raga dari

karet/plastik/ kanvas 293.967.498 298.684.336 398.639.730 527.177.365 Sepatu Kulit 100.946.652 103.740.296 134.444.328 225.580.660 Sandal & Alas Kaki

lainnya dari karet/ plastik/kanvas

41.468.624 62.306.137 126.811.231 202.824.033 Sepatu Teknik

Lapangan 56.737.555 40.218.986 70.903.211 84.125.093

Bagian-Bagian Sepatu 57.024.840 47.755.648 73.120.937 74.925.713

Total 1,73 miliar 1,59 miliar 2,30 miliar 3,02 miliar

Persentase - Menurun

8,09 %

Meningkat 44,65 %

Meningkat 31,30 % Sumber: Kementerian Perindustrian, 2012

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah potensial penghasil produk alas kaki. Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor tahun 2011 tercatat ada sekitar 4.178 unit usaha yang menampung sekitar 15.295 tenaga kerja dengan perputaran uang yang masuk ke Kota Bogor mencapai Rp 5 miliar per hari. Salah satu usaha mikro, kecil, dan menengah alas kaki (UMKM AK) yang merupakan sentra pembuatan sepatu/sandal andalan di wilayah Bogor berada di Kecamatan Ciomas. Tabel 3. menunjukkan desa-desa produsen alas kaki di Kecamatan Ciomas.

Tabel 3. Direktori perusahaan pengrajin UMKM alas kaki kecamatan Ciomas tahun 2012

No. Nama Desa Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja Jumlah

1. Parakan 286 1319

2. Mekarjaya 169 867

3. Sukamakmur 132 1080

4. Pagelaran 110 887

5. Sukaharja 64 335

6. Kota Batu 59 345

7. Ciomas 40 376

8. Ciapus 33 235

9. Ciomas Rahayu 5 145

10. Padasuka 2 25

11. Laladon 1 3

Total 901 5617

Sumber: Dinas Koperasi UKM Perindag Kabupaten Bogor, 2012

Produk dari UMKM AK Ciomas memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu komoditi ekspor. Namun kelangsungan UMKM AK Ciomas mengalami kendala utama pada sektor pemasaran dan permodalan. Pada umumnya, pemasaran dilakukan dengan cara menjual produk kepada pengumpul untuk dijual kembali oleh para pengumpul di pasar-pasar lokal di Bogor. Dari segi permodalan, modal bagi 90 persen UMKM AK Ciomas berasal dari pemberi pesanan, sehingga para pengrajin tidak memiliki keleluasaan untuk menentukan jumlah, model, serta harga jual alas kaki yang diproduksinya.


(14)

3 Berdasarkan uraian di atas, maka dirasakan perlu untuk melakukan studi perancangan strategi bisnis untuk pengembangan usaha pada UMKM AK Ciomas. Oleh karena itu, penelitian yang berjudul “Perancangan Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Alas Kaki Ciomas, Bogor” dilakukan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana proses bisnis internal serta aspek pertumbuhan dan pembelajaran pada UMKM AK Ciomas?

2. Apakah yang menjadi faktor kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal pada UMKM AK Ciomas?

3. Apakah yang menjadi faktor peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal pada UMKM AK Ciomas?

4. Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat digunakan oleh UMKM AK Ciomas?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses bisnis internal serta aspek pertumbuhan dan pembelajaran pada UMKM AK Ciomas.

2. Mengidentifikasi faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi UMKM AK Ciomas.

3. Mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi UMKM AK Ciomas.

4. Menyusun alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat digunakan oleh UMKM AK Ciomas.

Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Sebagai bahan analisis ilmu manajemen, sehingga diharapkan mampu menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penerapan ilmu.

2. Bagi pihak UMKM AK Ciomas

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam perencanaan strategi pengembangan usaha UMKM AK Ciomas.

3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Sebagai referensi alternatif penyusunan strategi pengembangan usaha bagi UMKM lainnya.


(15)

4

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi hanya mengkaji dan menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal UMKM AK Ciomas dalam penyusunan strategi pengembangan usahanya, dengan menggunakan alat analisis IFE dan EFE pada tahap masukan. Kemudian pada tahap pencocokan digunakan Matriks IE dan Matriks SWOT, dan pada tahap pengambilan keputusan digunakan metode Analytical Hierarchy Process untuk menentukan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diimplementasikan pada UMKM AK Ciomas.

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Skema kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran

UMKM AK CIOMAS

Karakteristik UMKM AK CIOMAS

Strategi UMKM AK CIOMAS

Lingkungan Usaha

Analisis Lingkungan Internal

Analisis Lingkungan Eksternal

Matriks IFE Matriks EFE

Matriks IE

Matriks SWOT

AHP

Rekomendasi Strategi Pengembangan Usaha


(16)

5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tiga desa UMKM alas kaki yang berada di Kecamatan Ciomas, yaitu Desa Parakan, Desa Mekarjaya, dan Desa Ciomas Rahayu. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan Desa Parakan dan Desa Mekarjaya merupakan dua desa dengan jumlah unit usaha terbanyak, sementara Desa Ciomas Rahayu merupakan desa dengan unit usaha yang sudah mandiri. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Januari 2013 sampai Maret 2013.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui survei lapangan dan wawancara. Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan alat bantu kuesioner, yang meliputi: (1) Kuesioner untuk gambaran proses bisnis internal serta aspek pertumbuhan dan pembelajaran UMKM AK Ciomas; (2) Kuesioner untuk penilaian bobot (weight) dan peringkat (rating) faktor strategis internal dan eksternal; serta (3) Kuesioner untuk penilaian strategi prioritas. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka, dokumen, dan laporan instansi terkait. Penyebaran kuesioner 1 menggunakan metode convenience sampling, dimana pengambilan sampel dari populasi dilakukan dengan pertimbangan kemudahan. Sedangkan responden untuk kuesioner 2 dan 3 dipilih secara purposive sampling. Responden yang dipilih adalah responden yang dianggap berkompeten dan sangat paham mengenai kondisi UMKM AK Ciomas.

Jumlah sampel untuk kuesioner 1 adalah 30 responden, dimana responden merupakan pengrajin alas kaki pada Desa Parakan/Mekarjaya/Ciomas Rahayu, dan tidak ada kriteria khusus bagi pengrajin untuk menjadi responden pada kuesioner ini. Sementara untuk kuesioner 2 dan 3, responden ahli (pakar) berjumlah sembilan orang, terdiri dari staf Pelaksanaan Perekonomian Kecamatan Ciomas (1 orang), staf UPT Pengembangan Industri Alas Kaki (1 orang), ketua Koperasi Pengrajin Sepatu Bogor (1 orang), pemasok (1 orang), akademisi (1 orang), dan pengrajin (4 orang). Pengrajin yang dipilih sebagai responden ahli adalah pengrajin dengan lama usaha minimal 25 tahun, dimana 2 responden berasal dari UMKM pengrajin dan 2 responden dari UMKM mandiri.

Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai profil dari UMKM AK Ciomas. Aspek yang dianalisis meliputi karakteristik usaha yang ditekuni, ditinjau dari aspek proses bisnis internal, aspek pertumbuhan dan pembelajaran, serta aspek lingkungan eksternal.

2. Internal Factor Evaluation Matrix (IFE)

Analisis lingkungan internal digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki UMKM AK Ciomas dari seluruh aspek


(17)

6

fungsional manajemen. Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan usaha, maka dilakukan pembobotan menggunakan teknik Pairwise Comparison. 3. External Factor Evaluation Matrix (EFE)

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi UMKM AK Ciomas. Sama seperti pada matriks IFE, setelah mengetahui peluang dan ancaman usaha, maka dilakukan pembobotan menggunakan teknik Pairwise Comparison.

4. Internal - External Matrix (IE)

Matriks IE memperlihatkan posisi perusahaan dalam tampilan sembilan sel, yang didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total skor IFE dan total skor EFE. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama, yaitu daerah „tumbuh dan

kembangkan‟, daerah „jaga dan pertahankan‟, serta daerah „tuai atau divestasi‟. 5. Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats Matrix (SWOT)

Matriks SWOT digunakan untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak bagi perusahaan (bukan untuk memilih strategi terbaik). Pengembangan strategi pada matriks SWOT dilakukan berdasarkan hasil dari matriks IE. 6. Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP adalah suatu model yang luwes dalam pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan pribadi secara logis dengan turut menguji konsistensi penilaian para peserta. AHP menangani secara kuantitatif bermacam hubungan kualitatif dalam suatu jaringan yang kompleks.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik UMKM AK Ciomas

UMKM AK Ciomas merupakan salah satu sentra pembuatan sepatu/sandal andalan di wilayah Bogor. Tabel 4. menunjukkan pengelompokkan dari ketiga desa yang diteliti, yaitu Desa Parakan, Desa Mekarjaya, dan Desa Ciomas Rahayu berdasarkan skala usahanya.

Tabel 4. Pengelompokkan Desa Parakan, Mekarjaya, dan Ciomas Rahayu

Nama Desa Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Total

Parakan 176 109 1 286

Mekarjaya 63 105 1 169

Ciomas Rahayu - - 5 5

Sumber: Dinas Koperasi UKM Perindag Kabupaten Bogor, 2012

Secara umum, UMKM AK Ciomas dikelompokkan kedalam dua kelompok berbeda, yaitu UMKM pengrajin dan UMKM mandiri. UMKM pengrajin merupakan UMKM yang tidak memiliki cukup modal untuk menjalankan aktivitas usahanya, sehingga UMKM ini memiliki ketergantungan sepenuhnya pada pihak pemberi pesanan. Hal itu menyebabkan posisi tawar (bargaining power) UMKM pengrajin sangat lemah. Sedangkan UMKM mandiri merupakan UMKM yang menggunakan sumber keuangan pribadi untuk menjalankan usahanya, sehingga UMKM ini tidak memiliki ketergantungan pada pihak lain.


(18)

7 1. Aspek Proses Bisnis Internal

Merupakan serangkaian aktivitas internal yang dilakukan oleh UMKM AK Ciomas, meliputi:

a. Proses Inovasi

UMKM AK Ciomas, baik UMKM pengrajin maupun mandiri, cenderung belum sepenuhnya melakukan inovasi, baik dalam proses (teknik dan teknologi produksi), produk, pemasaran, maupun manajemen. Proses produksi yang dilakukan di UMKM AK Ciomas dipelajari secara turun-temurun, dan hingga saat ini tidak mengalami pembaharuan atau perubahan dalam teknik produksinya. Untuk teknologi produksi, UMKM pengrajin sama sekali tidak mengikuti perkembangan teknologi, sehingga masih menggunakan cara manual dengan peralatan sederhana. Hal itu menghambat peningkatan kualitas dan kapasitas produksi pada UMKM pengrajin. Sedangkan pada UMKM mandiri, teknologi produksi sudah direspon dengan lebih baik, tercermin dari ketersediaan mesin yang lebih modern untuk proses produksinya.

Berkaitan dengan produk, UMKM AK Ciomas seringkali mengkreasikan produk yang belum ada di pasaran, namun hasil kreasi mereka kurang direspon dengan baik oleh pemberi pesanan. Pihak pemberi pesanan lebih memilih untuk menduplikasi produk yang sedang tren di pasaran. Sehingga UMKM AK Ciomas hanya akan memproduksi produk yang sedang tren, dengan segmen pasar kelas menengah ke bawah dan positioning produk sebagai produk alas kaki murah berkualitas baik. Dalam hal pemasaran, sulit untuk menerapkan metode pemasaran baru dengan kondisi terbatasnya akses dan informasi pasar. Dalam hal manajemen, UMKM AK Ciomas tidak memiliki struktur organisasi dan tanggung jawab manajemen yang jelas, sehingga pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan kebiasaan dan pengalaman sebelumnya.

b. Proses Operasi

Proses operasi UMKM AK Ciomas terdiri dari 3 aktivitas, yaitu pengadaan bahan baku, produksi alas kaki, dan penjualan produk. Dalam pengadaan bahan baku, terdapat mekanisme berbeda antara UMKM pengrajin dan UMKM mandiri. UMKM pengrajin menjalin kemitraan dengan pemberi pesanan untuk pengadaan bahan baku, sedangkan UMKM mandiri menggunakan modal sendiri dalam pembelian bahan bakunya.

Pada UMKM pengrajin, terdapat persetujuan dari pengrajin untuk menjual kembali produknya ke pemberi pesanan dengan harga jual produk yang ditentukan oleh pemberi pesanan. Setelah ada kesepakatan, pemberi pesanan memberikan bon putih kepada pengrajin dimana tertulis jumlah dan harga produk yang dipesan, bahan baku yang diperlukan, serta tempat pembelian bahan baku. Ketergantungan pengrajin pada pemberi pesanan membuat posisi tawar pengrajin dalam mengontrol harga jual sangat lemah, yang berdampak pada kecilnya (bahkan seringkali tidak ada) keuntungan yang diperoleh. Sedangkan pada UMKM mandiri, bahan baku diperoleh dengan cara membeli sendiri ke penjual bahan baku secara tunai ataupun pembayaran dengan tenggang waktu tertentu, dan tidak ada perjanjian UMKM mandiri untuk menjual produknya ke pihak tertentu. Hal ini dikarenakan modal UMKM mandiri berasal dari milik pribadi pemilik usaha.


(19)

8

Dalam kegiatan produksi, pemberi pesanan pada UMKM pengrajin memiliki hak penuh untuk menentukan jumlah, model, dan harga jual alas kaki yang dipesannya. Kegiatan produksi dilakukan secara manual, tanpa menggunakan mesin canggih. Pada UMKM mandiri, produksi alas kaki tidak hanya berdasarkan pesanan saja, tetapi juga secara kontinu memproduksi alas kaki untuk dititipkan ke toko-toko. UMKM mandiri sudah menggunakan peralatan yang lebih modern. Kapasitas produksi UMKM pengrajin berkisar antara 500 – 1000 pasang sepatu per minggu, sedangkan UMKM mandiri dapat mengerjakan 1500 – 2500 pasang sepatu per minggu.

Pada kegiatan penjualan produk, pesanan yang telah selesai diproduksi oleh UMKM pengrajin akan langsung diambil oleh pemberi pesanan untuk dijual kembali ke grosir atau toko. Upah produksi pengrajin akan diberikan satu sampai tiga bulan setelah produk dipasarkan, dengan memperhitungkan modal awal yang telah diambil melalui bon putih. Sedangkan untuk UMKM mandiri, produk yang sudah selesai akan langsung dikirim ke gudang pusat atau dititipkan ke toko-toko. Dengan adanya kebebasan memasarkan produk, UMKM mandiri dapat melakukan negoisasi untuk menentukan harga jualnya sendiri, sehingga berpengaruh pada keuntungan yang akan diperoleh.

c. Pelayanan Purna Jual

Pelayanan purna jual merupakan suatu layanan yang disediakan oleh produsen kepada konsumen setelah produk dibeli. UMKM AK Ciomas sangat jarang menerima retur atau pengembalian barang dari konsumen. UMKM AK Ciomas tidak menyertakan garansi resmi dalam penjualan produknya. Namun jika terdapat pengembalian produk yang rusak parah, UMKM AK Ciomas akan memperbaiki atau menggantinya jika bahan baku produksi masih tersedia. 2. Aspek Pertumbuhan dan Pembelajaran

Terdapat tiga hal yang dikaji dalam aspek pertumbuhan dan pembelajaran, meliputi:

a. Kapabilitas Pekerja

Para pengrajin UMKM AK Ciomas merupakan pengrajin dengan keahlian membuat alas kaki secara turun-temurun, sehingga mereka sudah sangat menguasai teknik-teknik dalam pembuatan alas kaki. Namun terkadang terjadi kesalahan pada proses produksi yang disebabkan oleh ketidaktelitian pekerja. Meskipun begitu para pekerja bertanggungjawab atas kualitas produk dan ketepatan waktu penyelesaian pesanan.

Namun dari segi motivasi pengembangan diri, pengrajin UMKM AK Ciomas cenderung tidak memiliki motivasi untuk mengembangkan diri melalui program-program edukatif, seperti pelatihan/penyuluhan/seminar. Para pengrajin sudah merasa cukup dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Hal itu menghambat pengrajin untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka secara signifikan.

b. Ketersediaan Informasi

UMKM AK Ciomas belum memiliki sistem informasi yang terstruktur atau terkomputerisasi, namun UMKM AK Ciomas tetap mendapat informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keadaan industri melalui media cetak,


(20)

9 media elektronik, media sosial, atau dengan mencari informasi ke industri sejenis. Namun kendala yang dihadapi UMKM AK Ciomas adalah terbatasnya informasi mengenai pasar dan pemasaran. Hal ini disebabkan karena tidak adanya campur tangan pengrajin dalam kegiatan pemasaran produk. Selain itu, kurangnya sosialisasi mengenai pelatihan/penyuluhan menjadi penghambat dalam proses pertumbuhan dan pembelajaran pada UMKM AK Ciomas. c. Iklim Organisasi

Iklim organisasi yang menonjol pada UMKM AK Ciomas adalah adanya hubungan kekeluargaan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja. Hal ini dikarenakan pemilik usaha hanya mempekerjakan orang-orang dalam lingkungan keluarga ataupun kerabat dekat. Karena struktur organisasinya masih sederhana, pemilik merangkap jabatan sebagai pengawas, sedangkan bagian lain diserahkan kepada orang tertentu di lingkungan keluarga atau pekerja yang telah dipercayai.

Pemerintah sebagai pihak eksternal memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan dan pembelajaran UMKM. Namun pada kenyataannya pengrajin merasa bahwa pemerintah kurang mendukung usaha yang mereka jalankan. Pelatihan yang difasilitasi pemerintah dirasa terlalu teoritis dan tidak ada bimbingan lanjutan setelah pelatihan selesai. Selain itu, kurangnya motivasi atau keinginan pengrajin untuk mengikuti pelatihan dapat menyebabkan pelatihan yang diselenggarakan tidak berhasil.

3. Aspek Lingkungan Eskternal Lingkungan Jauh

a. Faktor Politik

Penerapan regulasi pemerintah akan mempengaruhi keberlangsungan usaha pada UMKM AK Ciomas. Salah satu kebijakan nasional yang dirasakan sangat berpengaruh pada usaha pengrajin adalah diberlakukannya CAFTA. Perdagangan bebas membuat produk impor yang memiliki harga jual lebih murah sangat berpotensi mendominasi pasar, terutama produk China. b. Faktor Ekonomi

Kondisi perekonomian yang tidak stabil menyebabkan adanya fluktuasi harga bahan baku produksi. Hal ini menyebabkan tingginya biaya produksi yang tidak diikuti dengan kenaikan harga jual, sehingga menyebabkan kecilnya keuntungan yang diperoleh UMKM AK Ciomas.

c. Faktor Sosial

Salah satu kecenderungan sosial masyarakat saat ini adalah mengikuti tren fashion yang sedang populer. Kini masyarakat memandang sepatu/sandal bukan hanya sebagai kebutuhan, namun juga sebagai pelengkap gaya hidup yang memiliki nilai estetis.

d. Faktor Teknologi

Perkembangan teknologi produksi dan informasi dapat dimanfaatkan oleh UMKM AK Ciomas untuk mengefisiensikan aktivitas usahanya. Teknologi peralatan produksi membuat pengrajin dapat meningkatkan kualitas dan kapasitas output yang dihasilkan. Sedangkan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk memasarkan dan mempromosikan produk.


(21)

10

Lingkungan Industri

a. Ancaman Masuk Pendatang Baru

Masuknya pendatang baru ke dalam sebuah industri bergantung pada hambatan masuk pada industri tersebut. Hambatan untuk memasuki industri alas kaki ini relatif kecil, baik dari skala ekonomi, modal, maupun regulasi. b. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok (Suppliers)

Pemasok memiliki kemampuan untuk menaikkan harga atau mengurangi kualitas bahan baku. Namun pemasok bahan baku untuk UMKM AK Ciomas tersebar di banyak tempat, sehingga kedudukan tawar pemasok tidak terlalu kuat.

c. Kekuatan Tawar-menawar Pembeli (Buyers)

Pembeli memiliki kemampuan untuk mempengaruhi penjual agar menurunkan harga. Namun UMKM AK Ciomas tidak menjual produknya secara langsung kepada kepada konsumen akhir, sehingga konsumen akhir tidak memiliki kekuatan tawar langsung terhadap usaha pengrajin.

d. Ancaman dari Produk Pengganti atau Substitusi

Produk substitusi merupakan produk yang dapat menjadi alternatif karena memberikan fungsi yang sama dengan suatu produk, sehingga dapat menjadi pengganti dari produk tersebut. Namun untuk produk alas kaki, tidak ada produk lain yang dapat memberikan fungsi yang sama.

e. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri

Pada UMKM AK Ciomas, persaingan muncul karena adanya usaha untuk tetap mempertahankan pemberi pesanan dan untuk menarik pemberi pesanan lainnya. Selain itu, terdapat persaingan dengan lingkungan industri daerah lain yang memproduksi produk serupa, dimana citra produk mereka sudah dikenal baik oleh masyarakat, seperti industri alas kaki Cibaduyut.

Perumusan Strategi Pengembangan Usaha

Dalam perumusan strategi pengembangan usaha, peneliti menggunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan AHP serta aplikasi Expert Choice 11 dan Microsoft Excel 2007 dalam pengolahan dan perhitungan data.

1. Analisis Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix

Tahapan ini mengevaluasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki UMKM AK Ciomas. Hasil pengolahan data disajikan dalam matriks IFE (Tabel 5.).

Aspek Kekuatan

a. Tingkat harga produk terjangkau

Harga merupakan salah satu faktor utama yang dipertimbangkan konsumen ketika membeli sebuah produk. Harga produk UMKM AK Ciomas relatif terjangkau dan sesuai untuk kalangan menengah ke bawah.

b. Memiliki SDM terampil dengan keahlian membuat alas kaki secara turun-temurun

Pengrajin pada UMKM AK Ciomas merupakan pengrajin yang sudah berpengalaman secara turun-temurun dalam memproduksi alas kaki, sehingga teknik pembuatan alas kaki sudah dikuasai oleh para pengrajin.


(22)

11 c. Kemudahan memperoleh bahan baku

Tersebarnya pemasok bahan baku di wilayah Ciomas dan sekitarnya membuat UMKM AK Ciomas tidak mengalami kendala untuk mendapatkan bahan baku bagi kegiatan produksinya.

d. Citra produk sudah dikenal baik oleh masyarakat

Harga terjangkau dan desain menarik membuat produk UMKM AK Ciomas digemari oleh masyarakat. Citra produk yang sudah dikenal baik ini dapat meningkatkan penjualan produk UMKM AK Ciomas.

e. Hubungan kekeluargaan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja Para pemilik usaha pada UMKM AK Ciomas hanya mempekerjakan orang-orang dalam lingkungan keluarga dan sekitar tempat tinggal untuk menjalankan aktivitas bisnisnya, sehingga tercipta hubungan kerjasama yang baik dilandasi dengan hubungan kekeluargaan.

Aspek Kelemahan

f. Sistem pemasaran terbatas

Mayoritas UMKM AK Ciomas tidak terlibat sama sekali dalam kegiatan pemasaran produk, karena aktivitas pemasaran dilakukan oleh pihak lain (pemberi pesanan) dan pasar masih terbatas pada wilayah Bogor.

g. Akses permodalan lemah sehingga memiliki ketergantungan modal pada pihak lain

Minimnya modal yang dimiliki UMKM AK Ciomas serta lemahnya akses ke sumber-sumber permodalan membuat pengrajin menyerahkan keberlangsungan usahanya pada pemberi pesanan.

h. Pengelolaan usaha kurang baik (tidak ada perencanaan dan pengawasan)

Pemilik usaha memegang peranan penting dalam pengelolaan aktivitas di dalam bisnisnya. Pada UMKM AK Ciomas, kemampuan manajerial pemilik usaha belum terlalu berkembang. Mereka cenderung tidak melakukan perencanaan dan pengawasan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.

i. Keterbatasan teknologi pada mesin/peralatan produksi

Mayoritas UMKM AK Ciomas masih menggunakan cara manual dan alat sederhana dalam proses produksi, sehingga UMKM AK Ciomas tidak dapat memenuhi pesanan dalam jumlah yang terlalu besar.

j. Jumlah produksi, model, dan harga jual produk dikontrol oleh pihak lain (pengumpul/grosir)

Ketergantungan UMKM AK Ciomas terhadap pemberi pesanan membuat daya tawar pengrajin sangat lemah, karena pihak pemberi pesanan yang memiliki keleluasaan untuk mengatur jumlah, model, dan harga jual produk. k. Belum adanya bimbingan atau kemitraan dengan instansi terkait

UMKM AK Ciomas belum memiliki kemitraan dengan pihak manapun, selain pemberi pesanan. Pengrajin belum pernah menjalin kerjasama dengan pemerintah atau instansi terkait untuk mengembangkan usahanya.

l. Tidak ada merek dagang dan promosi

UMKM AK Ciomas tidak memiliki merek dagang paten untuk memperkuat identitas produk yang dihasilkan. Selain itu, tidak ada promosi yang dilakukan untuk memperkenalkan produk pada pasar yang lebih luas.


(23)

12

m.Pencatatan administrasi dan pelaporan keuangan masih sederhana, bahkkan tidak ada

Mayoritas UMKM AK Ciomas menganggap pencatatan administrasi dan keuangan adalah bagian yang tidak penting dalam menjalankan suatu usaha. Hal tersebut merupakan hambatan untuk mengakses sumber permodalan. Tabel 5. IFE Matrix UMKM AK Ciomas

FAKTOR INTERNAL

Kekuatan Peringkat Bobot Skor

A Tingkat harga produk terjangkau 3,222 0,056 0,180

B Memiliki SDM terampil dengan keahlian membuat

alas kaki secara turun-temurun 3,667 0,121 0,444

C Kemudahan memperoleh bahan baku 3,667 0,118 0,433

D Citra produk sudah dikenal baik oleh masyarakat 3,556 0,091 0,324

E Hubungan kekeluargaan yang erat antara pemilik

usaha dan pekerja 3,778 0,114 0,431

Kelemahan

F Sistem pemasaran terbatas 1,444 0,076 0,110

G Akses permodalan lemah sehingga memiliki

ketergantungan modal pada pihak lain 1,222 0,123 0,150

H Pengelolaan usaha kurang baik (tidak ada

perencanaan dan pengawasan) 1,667 0,039 0,065

I Keterbatasan teknologi pada mesin/peralatan

produksi 1,222 0,085 0,104

J Jumlah produksi, model, dan harga jual produk

dikontrol oleh pihak lain (pengumpul/grosir) 1,444 0,067 0,097

K Belum adanya bimbingan atau kemitraan dengan

instansi terkait 1,778 0,039 0,069

L Tidak ada merek dagang dan promosi 1,556 0,030 0,047

M Pencatatan administrasi dan pelaporan keuangan

masih sederhana, bahkkan tidak ada 1,333 0,042 0,056

Total 1,001 2,509

Sumber: Data diolah, 2013

Dari matriks IFE diketahui faktor yang menjadi kekuatan terbesar pada UMKM AK Ciomas secara berurutan adalah: Memiliki SDM terampil dengan keahlian membuat alas kaki secara turun-temurun (0,444), kemudahan memperoleh bahan baku (0,433), hubungan kekeluargaan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja (0,431), citra produk sudah dikenal baik oleh masyarakat (0,324), dan tingkat harga produk terjangkau (0,180).

Sedangkan pada sisi kelemahan: Akses permodalan lemah sehingga memiliki ketergantungan modal pada pihak lain (0,150), sistem pemasaran terbatas (0,110), keterbatasan teknologi pada mesin/peralatan produksi (0,104), jumlah produksi, model, dan harga jual produk dikontrol oleh pihak lain (0,097), belum adanya bimbingan atau kemitraan dengan instansi terkait (0,069), pengelolaan usaha kurang baik (tidak ada perencanaan dan pengawasan) (0,065), pencatatan administrasi dan pelaporan keuangan masih sederhana, bahkkan tidak ada (0,056), serta tidak ada merek dagang dan promosi (0,047).

Total skor pada matriks IFE sebesar 2,509 mengindikasikan posisi internal UMKM AK Ciomas berada di tingkat rata-rata, yang berarti UMKM AK Ciomas memiliki kemampuan internal yang rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan mengurangi kelemahan usaha yang ada.


(24)

13 2. Analisis External Factor Evaluation (EFE) Matrix

Tahapan ini mengevaluasi peluang dan ancaman yang dihadapi UMKM AK Ciomas. Hasil pengolahan data disajikan dalam matriks EFE (Tabel 6.).

Aspek Peluang

a. Potensi pasar ekspor dan domestik cukup besar

Alas kaki buatan Indonesia berpeluang besar menembus pasar ekspor dan domestik karena kualitas alas kaki yang diproduksi sangat baik. Adanya peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan permintaan alas kaki semakin meningkat pula.

b. Loyalitas konsumen sudah terbentuk

Produk UMKM AK Ciomas sudah memiliki pasar dan pelanggannya sendiri. Hal itu membuat produk UMKM AK Ciomas akan tetap dipilih meskipun banyak produk pesaing.

c. Hubungan baik dengan pemasok bahan baku

Kerjasama yang baik antara UMKM AK Ciomas dengan pemasok bahan baku akan memberikan jaminan bagi pengrajin untuk membeli bahan baku yang tepat, sehingga tidak ada kesulitan untuk memperoleh bahan baku. d. Kemajuan teknologi

Adanya kemajuan teknologi pada peralatan produksi dan informasi dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan produksi dan pemasaran produk UMKM AK Ciomas.

e. Tuntutan gaya hidup dan tren masyarakat

Kini masyarakat memandang alas kaki bukan hanya sebagai kebutuhan, namun juga sebagai tren dan pelengkap gaya hidup dengan nilai estetis.  Aspek Ancaman

f. Fluktuasi harga bahan baku

Peningkatan harga bahan baku akan menyebabkan peningkatan biaya produksi, sementara pengrajin UMKM AK Ciomas tidak dapat meningkatkan harga jual produknya, sehingga keuntungan yang diperoleh akan sangat kecil bahkan tidak ada.

g. Ancaman produk-produk sejenis yang berasal dari impor, khususnya produk dari China

Produk alas kaki buatan China ditawarkan dengan harga yang lebih murah dibanding produk UMKM AK Ciomas, dan mayoritas masyarakat lebih mempertimbangkan harga dibandingkan kualitas ketika membeli produk. h. Muncul banyak pesaing dengan jaringan distribusi yang lebih luas

UMKM AK Ciomas tidak memiliki jaringan distribusi untuk memasarkan produknya. Sementara banyak usaha alas kaki lain yang memiliki jaringan sangat luas untuk mendistribusikan produknya ke daerah lain.

i. Menurunnya pangsa pasar ekspor

Adanya krisis global menyebabkan penurunan pesanan dari luar negeri. Dampak dari penurunan pesanan tersebut bisa menurunkan kinerja industri alas kaki di Indonesia.


(25)

14

Tabel 6. EFE Matrix UMKM AK Ciomas

FAKTOR EKSTERNAL

Peluang Peringkat Bobot Skor

A Potensi pasar ekspor dan domestik cukup besar 3,444 0,141 0,486

B Loyalitas konsumen sudah terbentuk 3,222 0,146 0,470

C Hubungan baik dengan pemasok bahan baku 3,111 0,090 0,280

D Kemajuan teknologi 2,333 0,028 0,065

E Tuntutan gaya hidup dan tren masyarakat 3,444 0,113 0,389

Ancaman

F Fluktuasi harga bahan baku 2,889 0,135 0,390

G Ancaman produk-produk sejenis yang berasal dari

impor, khususnya produk dari China 2,889 0,192 0,555

H Muncul banyak pesaing dengan jaringan distribusi

yang lebih luas 2,667 0,083 0,221

I Menurunnya pangsa pasar ekspor 2,667 0,071 0,189

Total 1,000 3,046

Sumber: Data diolah, 2013

Dari Tabel 6. diketahui peluang terbesar yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh UMKM AK Ciomas secara berurutan adalah: Potensi pasar ekspor dan domestik cukup besar (0,486), loyalitas konsumen sudah terbentuk (0,470), tuntutan gaya hidup dan tren masyarakat (0,389), hubungan baik dengan pemasok bahan baku (0,280), dan kemajuan teknologi (0,065). Sedangkan ancaman dengan skor terbesar secara berurutan yaitu: Ancaman produk-produk sejenis yang berasal dari impor, khususnya produk dari China (0,555), fluktuasi harga bahan baku (0,390), muncul banyak pesaing dengan jaringan distribusi yang lebih luas (0,221), dan menurunnya pangsa pasar ekspor (0,189). Total skor pada matriks EFE adalah 3,046. Hal ini mengindikasikan bahwa UMKM AK Ciomas merespon peluang dan ancaman yang dihadapi dengan baik.

3. Analisis Internal - External (IE) Matrix

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks IFE (2,509) dan matriks EFE (3,046), maka posisi UMKM AK Ciomas pada matriks IE (Gambar 2.).

4,0 3,0 2,0 1,0

3,0

2,0

1,0

Gambar 2. Internal – EksternalMatrix UMKM AK Ciomas

I II III

IV V VI

VII VIII IX

Tinggi 3,0 – 4,0 Rata-Rata

2,0 – 2,99 Rendah 1,0 – 1,99

Kuat 3,0 – 4,0

Rata-Rata 2,0 – 2,99

Lemah 1,0 – 1,99 TOTAL SKOR IFE

T O T A L S K O R E F E


(26)

15 Setelah mengkombinasikan skor pada matriks IFE dan matriks EFE, diketahui posisi UMKM AK Ciomas berada di sel II, yang menggambarkan posisi

perusahaan sedang „tumbuh dan membangun‟. Strategi yang paling sesuai untuk perusahaan dalam tahap ini adalah strategi intensif dan/atau strategi integratif. 4. Analisis Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT) Matrix

Alternatif strategi pengembangan usaha yang direkomendasikan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. SWOT Matrix UMKM AK Ciomas

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN / STRENGTHS (S)

1. Tingkat harga produk terjangkau 2. Memiliki SDM terampil dengan

keahlian membuat alas kaki secara turun-temurun

3. Kemudahan memperoleh bahan baku

4. Citra produk sudah dikenal baik oleh masyarakat

5. Hubungan kekeluargaan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja

KELEMAHAN / WEAKNESSESS (W)

1. Sistem pemasaran terbatas 2. Akses permodalan lemah

sehingga memiliki ketergantungan modal pada pihak lain

3. Pengelolaan usaha kurang baik (tidak ada perencanaan dan pengawasan)

4. Keterbatasan teknologi pada mesin/peralatan produksi 5. Jumlah produksi, model, dan

harga jual produk dikontrol

oleh pihak lain

(pengumpul/grosir)

6. Belum adanya bimbingan atau kemitraan dengan instansi terkait

7. Tidak ada merek dagang dan promosi

8. Pencatatan administrasi dan pelaporan keuangan masih sederhana, bahkan tidak ada

PELUANG / OPPORTUNITIES (O)

1. Potensi pasar ekspor dan domestik cukup besar 2. Loyalitas konsumen sudah

terbentuk

3. Hubungan baik dengan pemasok bahan baku 4. Kemajuan teknologi 5. Tuntutan gaya hidup dan

tren masyarakat

STRATEGI SO

Aktif mencari daerah pemasaran baru dengan turut meningkatkan kualitas dan inovasi produk (S2, S3, S4, O1, O4, O5)

STRATEGI WO

Menjalin kemitraan dengan pemerintah dan instansi terkait (W1, W2, W3, W4, W6, W8, O1, O2, O4, O5)

ANCAMAN / THREATS (T)

1. Fluktuasi harga bahan baku 2. Ancaman produk -produk

sejenis yang berasal dari impor, khususnya produk dari China

3. Muncul banyak pesaing dengan jaringan distribusi yang lebih luas

4. Menurunnya pangsa pasar ekspor

STRATEGI ST

Membangun kerjasama dengan sesama pengrajin untuk menciptakan ciri khas produk dan menawarkan harga bersaing dengan layanan penjualan yang baik (S1, S2, S4, S5, T2, T3, T4)

STRATEGI WT

Fokus pada peningkatan penjualan produk di pasar yang sudah ada dan mempertahankan pelanggan (W1, W7, T2, T3)


(27)

16

Berikut penjelasan alternatif strategi yang dihasilkan pada matriks SWOT: 1. Strategi SO (Strengths – Opportunities)

Aktif mencari daerah pemasaran baru dengan turut meningkatkan kualitas dan inovasi produk (S2, S3, S4, O1, O4, O5).

 Strategi ini bertujuan untuk melibatkan UMKM AK Ciomas secara langsung dalam kegiatan pemasaran produk. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan membangun kesadaran dan inisiatif pengrajin untuk secara aktif mencari informasi mengenai pasar potensial untuk produk alas kaki yang mereka hasilkan. Dengan adanya citra produk yang baik, ditambah keterlibatan aktif pengrajin dalam mencari pasar baru, maka produk UMKM AK Ciomas dapat dikenal pada wilayah yang lebih luas. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan peningkatan kualitas dan inovasi produk agar dapat memuaskan konsumen pada pasar yang baru. Strategi ini digolongkan sebagai strategi pengembangan pasar karena melibatkan upaya untuk memperkenalkan produk yang sudah ada ke berbagai wilayah baru. 2. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities)

Menjalin kemitraan dengan pemerintah dan instansi terkait (W1, W2, W3, W4, W6, W8, O1, O2, O4, O5).

 Dalam strategi ini, pihak UMKM AK Ciomas perlu menjalin kerjasama dengan pemerintah dan/atau instansi terkait untuk bantuan serta bimbingan permodalan, pemasaran, manajerial, dan modernisasi peralatan produksi. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk suatu kelompok yang berisi perwakilan pengrajin untuk mewakili UMKM AK Ciomas saat mengajukan kerjasama dengan pemerintah. Pemerintah memiliki kemampuan untuk memberikan modal selektif, membantu praktek pemasaran dan promosi, menyediakan peralatan produksi modern, membantu aktivitas R&D, serta memberikan program pelatihan/penyuluhan usaha. Hal tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan manajerial pengrajin, serta mendorong pengrajin untuk lebih mandiri. Strategi ini merupakan strategi intensif yang mengkombinasikan strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, serta pengembangan produk sekaligus. 3. Strategi ST (Strengths – Threats)

Membangun kerjasama dengan sesama pengrajin untuk menciptakan ciri khas produk dan menawarkan harga bersaing dengan layanan penjualan yang baik (S1, S2, S4, S5, T2, T3, T4).

 Strategi ini mendorong terjadinya penyatuan potensi yang dimiliki masing-masing unit usaha, dan menjadikan usaha tersebut menjadi lebih efektif, efisien, dan kompetitif. Ketatnya persaingan usaha alas kaki membuat UMKM AK Ciomas harus menciptakan identitas pada produk untuk membedakannya dengan produk pesaing. Untuk mempermudah penciptaan identitas produk, para pengrajin dapat membangun kerjasama agar terjadi transfer ide dan keahlian dari masing-masing pengrajin. Adanya kerjasama dapat mengurangi beban biaya yang harus ditanggung masing-masing pengrajin, sehingga produk yang dihasilkan dapat tetap dijual dengan harga bersaing di pasaran. Untuk memberikan nilai tambah pada produk, para pengrajin perlu memberikan layanan penjualan yang baik. Strategi ini tergolong tipe strategi integrasi horizontal.


(28)

17 4. Strategi WT (Weaknesses – Threats)

Fokus pada peningkatan penjualan produk di pasar yang sudah ada dan mempertahankan pelanggan (W1, W7, T2, T3).

 Strategi ini berfokus untuk melayani pasar yang sudah dikuasai oleh UMKM AK Ciomas. Lemahnya akses pemasaran, promosi, dan belum adanya merek dagang, yang dihadapkan pada tingginya tingkat persaingan

membuat UMKM AK Ciomas harus mempersiapkan strategi „bertahan‟.

Dengan fokus pada pasar yang sudah ada, UMKM AK Ciomas dapat meminimalisir risiko kehilangan pangsa pasar di tengah persaingan yang ketat. UMKM AK Ciomas harus melakukan upaya-upaya pemasaran dan promosi secara intensif kepada para pelanggannya agar mereka tetap memilih produk UMKM AK Ciomas dibanding produk pesaing. Strategi ini digolongkan sebagai strategi penetrasi pasar karena berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar produk yang ada di dalam pasar yang sudah ada. 5. Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Pengembangan menggunakan

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Pada tahap ini dilakukan identifikasi fokus utama, faktor yang berpengaruh, aktor yang berperan, tujuan yang ingin dicapai, dan alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan pada UMKM AK Ciomas.

Faktor yang berpengaruh dalam pengembangan usaha 1. Jaringan dengan pemasok bahan baku (F1)

Ketersediaan bahan baku produksi akan menentukan tingkat produktivitas dari suatu usaha dan tingkat kesiapan usaha untuk berkembang. Hal itu membuat jaringan antara pengrajin dan pemasok bahan baku menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha UMKM AK Ciomas. 2. Teknologi peralatan produksi (F2)

Teknologi peralatan produksi berpengaruh pada kapasitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Dengan adanya teknologi, UMKM AK Ciomas dapat memproduksi alas kaki dalam skala yang lebih besar dan dengan kualitas yang lebih baik.

3. Pengalaman dan kemampuan manajerial pemilik usaha (F3)

Dalam menjalankan suatu usaha, adanya pengalaman terdahulu membuat pemilik usaha dapat mengenal lebih baik bisnis yang mereka jalani. Pengalaman yang didukung dengan kemampuan manajerial akan mendorong suatu usaha dikelola secara terarah dan terencana.

4. Keahlian dan keterampilan tenaga kerja (F4)

Suatu usaha dapat berkembang jika ada dukungan dari para pekerjanya. UMKM AK Ciomas sudah memiliki pengrajin yang ahli dan terampil dalam membuat alas kaki. Hal tersebut harus lebih dimanfaatkan oleh UMKM AK Ciomas karena dapat mendorong usaha untuk lebih berkembang.

5. Kemitraan dengan perbankan atau koperasi (F5)

Hampir seluruh UMKM memiliki keterbatasan pada aspek permodalan. Hal itu membuat UMKM perlu melakukan kerjasama dengan perbankan ataupun koperasi untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut sehingga dapat mengembangkan usahanya.


(29)

18

6. Bantuan dan bimbingan teknis/operasional dari pemerintah (F6)

Bantuan yang diberikan pemerintah secara intensif akan membantu pengembangan usaha UMKM AK Ciomas. Bantuan yang diberikan akan lebih berguna jika disertai dengan bimbingan/arahan dari pihak pemerintah.  Aktor yang berperan dalam pengembangan usaha

1. Pemerintah Daerah (A1)

Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mengembangkan keunikan wilayahnya, salah satu caranya melalui peningkatan peran UMKM. Pemerintah daerah berperan sebagai fasilitator, regulator, dan katalisator dalam pengembangan UMKM.

2. Koperasi Sepatu Sandal Kabupaten Bogor (A2)

Koperasi ini berperan dalam menghimpun dan mengembangkan potensi UMKM AK Ciomas untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi para pengrajin. Koperasi turut memperkenalkan hasil karya UMKM AK Ciomas dan juga membina pengrajin agar lebih mandiri.

3. Perbankan (A3)

Perbankan merupakan suatu lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pengembangan usaha melalui fasilitas kredit dan kemudahan pembayaran/penarikan uang. Perbankan dipercaya untuk melayani segala kebutuhan dana, termasuk kebutuhan UMKM.

4. Pengrajin (A4)

Pengrajin memiliki hak untuk menentukan arah dan tujuan dari usaha yang dijalankan. Kemampuan pengrajin dalam mengelola aktivitas bisnisnya akan mempengaruhi kemampuan usaha tersebut untuk berkembang.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan usaha 1. Menciptakan kontinuitas produksi (T1)

Keberhasilan strategi pengembangan usaha diharapkan dapat membuat UMKM AK Ciomas memproduksi alas kaki secara kontinu, tidak hanya berdasarkan pesanan atau pada musim-musim tertentu saja. Adanya kontinuitas produksi akan berdampak pada kestabilan pendapatan pengrajin. 2. Memperbesar skala usaha (T2)

Pengembangan usaha memungkinkan UMKM AK Ciomas dapat memperbesar skala usahanya, dari segi tenaga kerja, kelayakan bengkel usaha, kuantitas produk yang dihasilkan, dan aspek hukum dalam usaha. 3. Mendorong kemandirian usaha (T3)

Kemandirian usaha membuat UMKM AK Ciomas dapat mengontrol seluruh aktivitas bisnis dan harga jualnya sendiri. Hal itu berdampak pada menguatnya posisi tawar UMKM AK Ciomas dalam penjualan produk dan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh.

Alternatif strategi pengembangan usaha

1. Aktif mencari daerah pemasaran baru dengan turut meningkatkan kualitas dan inovasi produk (S1).

2. Menjalin kemitraan dengan pemerintah dan instansi terkait (S2).

3. Membangun kerjasama dengan sesama pengrajin untuk menciptakan ciri khas produk dan menawarkan harga bersaing dengan layanan penjualan yang baik (S3).

4. Fokus pada peningkatan penjualan produk di pasar yang sudah ada dan mempertahankan pelanggan (S4).


(30)

19 Pengolahan data AHP terdiri dari dua tahap, yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas unsur pada satu level hierarki terhadap unsur yang berada satu level di atasnya. Sedangkan pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap unsur terhadap fokus utama.

Pengolahan Horizontal a. Aktor

Tingkat kepentingan/pengaruh masing-masing aktor terhadap setiap faktor yang berpengaruh dalam pengembangan usaha dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil pengolahan horizontal tingkat aktor

Aktor / Faktor F1 F2 F3 F4 F5 F6

A1 0,294 0,508 0,450 0,340 0,477 0,510 A2 0,198 0,195 0,154 0,149 0,219 0,184

A3 0,097 0,111 0,094 0,095 0,153 0,117

A4 0,411 0,186 0,302 0,416 0,151 0,189

Sumber: Data diolah, 2013

Dari Tabel 8. diketahui bahwa pengrajin (A4) memiliki tingkat kepentingan tertinggi terhadap jaringan dengan pemasok bahan baku (F1). Hal ini dikarenakan pengrajin berhubungan secara langsung dengan pemasok dalam pengadaan bahan baku produksi. Pengrajin juga memiliki peran paling penting dalam mendorong keahlian dan keterampilan tenaga kerja (F4).

Sementara itu, pemerintah daerah (A1) memiliki tingkat kepentingan tertinggi dalam pengadaan teknologi peralatan produksi (F2) serta peningkatan pengalaman dan kemampuan manajerial pemilik usaha (F3). Selain itu, pemerintah daerah (A1) sangat berperan untuk membantu UMKM AK Ciomas dalam menjalin kemitraan dengan perbankan/koperasi (F5) serta memberikan bantuan dan bimbingan teknis/operasional kepada para pengrajin (F6).

b. Tujuan

Bobot setiap tujuan terhadap aktor yang berperan dalam pengembangan UMKM AK Ciomas dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil pengolahan horizontal tingkat tujuan

Tujuan / Aktor A1 A2 A3 A4

T1 0,205 0,169 0,168 0,279

T2 0,190 0,293 0,308 0,351

T3 0,605 0,538 0,523 0,370

Sumber: Data diolah, 2013

Tabel 9. menunjukkan tujuan yang paling diutamakan dan ingin dicapai dalam pengembangan UMKM AK Ciomas bagi setiap aktor, yaitu mendorong kemandirian usaha (T3). Adanya kemandirian usaha akan berpengaruh pada menguatnya posisi UMKM AK Ciomas dalam seluruh aktivitas bisnisnya.

c. Alternatif Strategi


(31)

20

Tabel 10. Hasil pengolahan horizontal tingkat strategi

Strategi / Tujuan T1 T2 T3

S1 0,093 0,143 0,114

S2 0,473 0,429 0,499

S3 0,209 0,268 0,234

S4 0,225 0,160 0,153

Sumber: Data diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 10. alternatif strategi yang paling diminati para pakar untuk mencapai setiap tujuan adalah menjalin kemitraan dengan pemerintah dan instansi terkait (S2).

Pengolahan Vertikal a. Faktor

Tingkat kepentingan setiap faktor terhadap pengembangan usaha dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil pengolahan vertikal tingkat faktor

Faktor Bobot Prioritas

F1 0,064 6

F2 0,246 2

F3 0,129 3

F4 0,067 5

F5 0,128 4

F6 0,366 1

Sumber: Data diolah, 2013

Faktor bantuan dan bimbingan teknis/operasional dari pemerintah (F6) memperoleh bobot tertinggi diantara semua faktor. Bantuan dan bimbingan yang diberikan secara intensif oleh pemerintah akan dapat meminimalisir hambatan-hambatan yang dihadapi UMKM AK Ciomas dalam mengembangkan usahanya. Faktor yang menjadi prioritas kedua bagi pengembangan usaha adalah teknologi peralatan produksi (F2). Faktor pengalaman dan kemampuan manajerial pemilik usaha (F3) menjadi prioritas ketiga yang dipertimbangkan dalam penentuan strategi pengembangan usaha. Faktor yang menjadi pertimbangan berikutnya adalah kemitraan dengan perbankan/koperasi (F5). Dua faktor yang memiliki tingkat kepentingan paling rendah adalah keahlian dan keterampilan tenaga kerja (F4) dan jaringan dengan pemasok bahan baku (F1).

b. Aktor

Bobot aktor terhadap fokus utama ditunjukkan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil pengolahan vertikal tingkat aktor

Aktor Bobot Prioritas

A1 0,472 1

A2 0,186 3

A3 0,114 4

A4 0,227 2


(32)

21 Aktor yang dianggap memiliki peran paling penting dalam pengembangan UMKM AK Ciomas adalah Pemerintah Daerah (A1). Hal ini dikarenakan pemerintah daerah berfungsi sebagai fasilitator, regulator, dan katalisator bagi pemberdayaan UMKM. Pengrajin (A4) merupakan aktor yang memiliki prioritas kedua dalam pengembangan usaha. Sementara itu, aktor yang menjadi prioritas ketiga dan keempat adalah Koperasi Sepatu Sandal Kabupaten Bogor (A2) dan Perbankan (A3).

c. Tujuan

Tabel 13. menunjukkan hasil pengolahan vertikal pada tingkat tujuan. Tabel 13. Hasil pengolahan vertikal tingkat tujuan

Tujuan Bobot Prioritas

T1 0,211 3

T2 0,259 2

T3 0,529 1

Sumber: Data diolah, 2013

Tujuan utama yang ingin dicapai oleh UMKM AK Ciomas adalah mendorong kemandirian usaha (T3). Kemandirian usaha akan membuat UMKM AK Ciomas dapat menjalankan usahanya dibawah kendali mereka sendiri. Sedangkan memperbesar skala usaha (T2) menjadi prioritas kedua dari tujuan pengembangan usaha UMKM AK Ciomas. Prioritas terakhir untuk tingkat tujuan adalah menciptakan kontinuitas produksi (T1).

d. Alternatif Strategi

Tabel 14. memperlihatkan bobot untuk setiap alternatif strategi.

Tabel 14. Hasil pengolahan vertikal tingkat strategi

Strategi Bobot Prioritas

S1 0,118 4

S2 0,474 1

S3 0,238 2

S4 0,170 3

Sumber: Data diolah, 2013

Berdasarkan Tabel 14. diketahui bahwa alternatif strategi yang paling diminati dan menjadi prioritas utama para pakar adalah menjalin kemitraan dengan pemerintah dan instansi terkait (S2). Strategi S2 dinilai paling implementatif karena sesuai dengan kebutuhan dan kondisi faktual UMKM AK Ciomas saat ini. Dengan adanya penerapan strategi ini, terbuka kemungkinan untuk mewujudkan pengembangan usaha pada UMKM AK Ciomas, baik untuk UMKM pengrajin maupun UMKM mandiri.

Strategi yang menjadi prioritas kedua untuk diterapkan adalah membangun kerjasama dengan sesama pengrajin untuk menciptakan ciri khas produk dan menawarkan harga bersaing dengan layanan penjualan yang baik (S3). Strategi ini membuat usaha pengrajin dapat berkembang menjadi lebih efektif, efisien, dan kompetitif di tengah maraknya persaingan produk lokal maupun impor. Namun strategi S3 lebih direkomendasikan untuk UMKM mandiri. Alternatif strategi


(33)

22

berikutnya yang menjadi prioritas ketiga adalah fokus pada peningkatan penjualan produk di pasar yang sudah ada dan mempertahankan pelanggan (S4). Strategi ini

merupakan strategi „bertahan‟ yang dapat diterapkan UMKM AK Ciomas untuk

meminimalisir kelemahan usaha dan dampak ancaman yang dihadapi. Strategi S4 sangat implementatif untuk diterapkan pada UMKM pengrajin. Strategi yang menjadi prioritas keempat adalah aktif mencari daerah pemasaran baru dengan turut meningkatkan kualitas dan inovasi produk (S1). Strategi ini menjadi prioritas terakhir yang dipilih para pakar karena dirasa masih cukup sulit untuk diimplementasikan pada UMKM AK Ciomas saat ini, terutama untuk UMKM pengrajin, dibanding alternatif strategi yang lain.

Struktur hierarki AHP untuk pengembangan UMKM AK Ciomas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Hierarki AHP UMKM AK Ciomas Strategi Pengembangan Usaha pada UMKM

AK Ciomas Teknologi peralatan produksi (0,246) Keahlian/ keteram-pilan tenaga kerja (0,067) Pengalaman dan kemampuan manajerial pemilik usaha (0,129) Jaringan dengan pemasok bahan baku (0,064) Kemitraan dengan perbankan atau koperasi (0,128) Bantuan dan bimbingan teknis/operasi onal dari pemerintah (0,366) Pemerintah Daerah (0,472) Koperasi Sepatu Sandal (0,186) Perbankan (0,114) Pengrajin (0,227) Menciptakan kontinuitas produksi (0,211) Memperbesar skala usaha (0,259) Mendorong kemandirian usaha (0,529) F O K U S F A K T O R A K T O R T U J U A N S T R A T E G I

Aktif mencari daerah pemasaran baru

dengan turut meningkatkan kualitas dan inovasi

produk (0,118)

Menjalin kemitraan dengan pemerintah dan instansi terkait

(0,474)

Membangun kerjasama dengan

sesama pengrajin untuk menciptakan ciri khas produk dan

menawarkan harga bersaing dengan layanan penjualan yang baik (0,238) Fokus pada peningkatan penjualan produk di pasar yang sudah ada dan mempertahankan

pelanggan (0,170)


(34)

23 Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial dalam pengembangan UMKM AK Ciomas dapat dirumuskan dalam beberapa langkah strategis berikut:

1. Dalam kegiatan produksi/operasi, UMKM AK Ciomas perlu menggunakan peralatan modern untuk meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi proses produksi. Adanya keterbatasan modal dan keterbelakangan teknologi membuat pihak UMKM AK Ciomas perlu mengajukan bantuan kepada pemerintah untuk pengadaan mesin-mesin modern. Untuk saat ini, Pemda baru dapat memfasilitasi mesin-mesin modern di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pengembangan Industri Kulit yang dapat digunakan secara gratis oleh pengrajin. UMKM AK Ciomas perlu memanfaatkan fasilitas yang disediakan UPT guna meningkatkan kapasitas dan kualitas output yang dihasilkan.

2. Dari segi pemasaran, besarnya tekanan persaingan membuat UMKM AK Ciomas perlu melakukan kegiatan promosi untuk menjangkau pasar yang lebih luas namun dengan biaya yang rendah, misalnya melalui internet. Selain itu, UMKM AK Ciomas perlu meminta pemerintah/koperasi untuk turut membantu kegiatan promosi dan pemasaran produk, seperti mengadakan pameran, menyediakan display/toko khusus, dan membantu pemasaran ke luar daerah. UMKM AK Ciomas perlu menciptakan merek dagang dan ciri khas produk

agar produknya „berbeda‟ dari produk pesaing.

3. Dari segi keuangan, adanya keterbatasan finansial membuat UMKM AK Ciomas mengalami kesulitan dalam memperoleh modal awal dan modal kerja. UMKM AK Ciomas membutuhkan kredit dari perbankan untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga UMKM AK Ciomas perlu menyusun sistem pembukuan yang sesuai dengan kaidah administrasi pembukuan standar, agar terlihat jelas arus keluar-masuknya uang dalam usaha. Selain itu, UMKM AK Ciomas perlu mengajukan pendanaan selektif dari pihak pemerintah/koperasi untuk menghilangkan ketergantungan modal pada pemberi pesanan.

4. Dalam konteks SDM, UMKM AK Ciomas memiliki keterbatasan dalam aspek kewirausahaan, manajemen, pengembangan produk, akuntansi, quality control, teknik pemasaran, dan organisasi bisnis. Hal itu membuat pemilik usaha perlu mengikuti kegiatan pelatihan, seminar, atau penyuluhan yang diadakan oleh pemerintah ataupun lembaga lain untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan usahanya. Pemilik usaha dan pekerja perlu meningkatkan motivasi dan terus menjaga hubungan kekeluargaan dalam usaha.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut:

1. Terdapat perbedaan antara UMKM pengrajin dan UMKM mandiri dalam proses bisnis internalnya. UMKM pengrajin belum melakukan inovasi, baik dalam proses, produk, pemasaran, maupun manajemen. Sedangkan UMKM


(35)

24

mandiri telah melakukan inovasi proses dengan memanfaatkan teknologi peralatan produksi. Dalam aktivitas operasi, UMKM pengrajin memiliki ketergantungan sepenuhnya pada pemberi pesanan, sementara UMKM mandiri tidak memiliki ketergantungan dengan pihak lain. Dalam pelayanan purnajual, UMKM AK Ciomas tidak menyertakan garansi resmi dalam penjualan produknya. Untuk aspek pertumbuhan dan pembelajaran, para pengrajin UMKM AK Ciomas kurang memiliki motivasi untuk mengembangkan diri lewat program-program edukatif yang difasilitasi pemerintah ataupun lembaga lain. Hal itu menghambat pengrajin untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka secara signifikan.

2. Faktor yang menjadi kekuatan terbesar pada UMKM AK Ciomas secara berurutan adalah: a) memiliki SDM terampil dengan keahlian membuat alas kaki secara turun-temurun (0,444), b) kemudahan memperoleh bahan baku (0,433), c) hubungan kekeluargaan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja (0,431), d) citra produk sudah dikenal baik oleh masyarakat (0,324), dan e) tingkat harga produk terjangkau (0,180). Sedangkan pada sisi kelemahan: a) akses permodalan lemah sehingga memiliki ketergantungan modal pada pihak lain (0,150), b) sistem pemasaran terbatas (0,110), c) keterbatasan teknologi pada mesin/peralatan produksi (0,104), d) jumlah produksi, model, dan harga jual produk dikontrol oleh pihak lain (0,097), e) belum adanya bimbingan atau kemitraan dengan instansi terkait (0.069), f) pengelolaan usaha kurang baik (tidak ada perencanaan dan pengawasan) (0,065), g) pencatatan administrasi dan pelaporan keuangan masih sederhana, bahkkan tidak ada (0,056), dan h) tidak ada merek dagang dan promosi (0,047).

3. Faktor peluang terbesar yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh UMKM AK Ciomas secara berurutan adalah: a) potensi pasar ekspor dan domestik cukup besar (0,486), b) loyalitas konsumen sudah terbentuk (0,470), c) tuntutan gaya hidup dan tren masyarakat (0,389), d) hubungan baik dengan pemasok bahan baku (0,280), dan e) kemajuan teknologi (0,065). Sedangkan ancaman yang dihadapi, yaitu: a) ancaman produk-produk sejenis yang berasal dari impor, khususnya produk dari China (0,555), b) fluktuasi harga bahan baku (0,390), c) muncul banyak pesaing dengan jaringan distribusi yang lebih luas (0,221), dan d) menurunnya pangsa pasar ekspor (0,189).

4. Alternatif strategi yang paling diminati dan menjadi prioritas utama bagi pengembangan UMKM AK Ciomas adalah menjalin kemitraan dengan pemerintah dan instansi terkait (0,474). Strategi ini dinilai paling implementatif, baik bagi UMKM pengrajin maupun UMKM mandiri, karena sesuai dengan kebutuhan dan kondisi faktual UMKM AK Ciomas saat ini. Strategi yang menjadi prioritas kedua adalah membangun kerjasama dengan sesama pengrajin untuk menciptakan ciri khas produk dan menawarkan harga bersaing dengan layanan penjualan yang baik (0,238). Alternatif strategi berikutnya yang menjadi prioritas ketiga, yaitu fokus pada peningkatan penjualan produk di pasar yang sudah ada dan mempertahankan pelanggan (0,170). Strategi yang menjadi prioritas terakhir adalah aktif mencari daerah pemasaran baru dengan turut meningkatkan kualitas dan inovasi produk (0,118).


(36)

25 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal berikut untuk mendorong pengembangan UMKM AK Ciomas:

1. Perlu adanya perbaikan kinerja serta koordinasi dari pemerintah dan koperasi dalam hal pemberdayaan UMKM. Kedua instansi tersebut harus menjamin realisasi dari seluruh rencana program pengembangan UMKM, agar dapat mempercepat kemajuan dan perkembangan UMKM AK Ciomas.

2. Perlu adanya perbaikan infrastruktur dan sarana/prasarana untuk mendorong produktivitas, efektivitas, dan efisiensi dari aktivitas UMKM AK Ciomas. 3. Para pengrajin UMKM AK Ciomas perlu meningkatkan motivasi untuk

mengikuti pelatihan/penyuluhan/seminar yang berkaitan dengan usaha, dalam rangka pengembangan diri dan peningkatan pengetahuan.

4. UMKM AK Ciomas perlu mengembangkan aspek yuridis dari usaha yang dijalankan, karena usaha berbadan hukum cenderung lebih dipercaya perbankan dan lembaga formal lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

[BSN]. Badan Standardisasi Nasional. 2011. BAB 6: Sektor Industri Alas Kaki. [Internet]. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional [diakses 16 agustus

2012]. Tersedia pada:

http://www.bsn.go.id/files/1704711/genapsnibuku/BAB_6.pdf.

[Kemenperin]. Kementerian Perindustrian. 2011. Pemantauan Ekspor Kelompok Hasil Industri. [Internet]. Jakarta (ID): Kementerian Perindustrian

[diakses 9 agustus 2012]. Tersedia pada:

http://www.kemenperin.go.id/statistik/kelompok_sub.php?ekspor=1&kel= 18&n=.

[Kemenperin]. Kementerian Perindustrian. 2012. Perkembangan Ekspor Berdasarkan Sektor. [Internet]. Jakarta (ID): Kementerian Perindustrian

[diakses 29 April 2013]. Tersedia pada:

http://www.kemenperin.go.id/statistik/peran.php?ekspor=1.

David FR. 2006. Strategic Management; Manajemen Strategis, Konsep. Edisi 10. Penerjemah : Ichsan Setiyo Budi. Jakarta (ID): Salemba Empat.

Johan S. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Nitisusastro M. 2010. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung (ID): Alfabeta.

Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan; Bagi Para Pemimpin. Penerjemah : Ir. Liana Setiono. Jakarta (ID): PT Pustaka Binaman Pressindo.


(37)

26

LAMPIRAN


(38)

27 Lampiran 2. Pembobotan EFE UMKM AK Ciomas


(1)

23 Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial dalam pengembangan UMKM AK Ciomas dapat dirumuskan dalam beberapa langkah strategis berikut:

1. Dalam kegiatan produksi/operasi, UMKM AK Ciomas perlu menggunakan peralatan modern untuk meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan efisiensi proses produksi. Adanya keterbatasan modal dan keterbelakangan teknologi membuat pihak UMKM AK Ciomas perlu mengajukan bantuan kepada pemerintah untuk pengadaan mesin-mesin modern. Untuk saat ini, Pemda baru dapat memfasilitasi mesin-mesin modern di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pengembangan Industri Kulit yang dapat digunakan secara gratis oleh pengrajin. UMKM AK Ciomas perlu memanfaatkan fasilitas yang disediakan UPT guna meningkatkan kapasitas dan kualitas output yang dihasilkan.

2. Dari segi pemasaran, besarnya tekanan persaingan membuat UMKM AK Ciomas perlu melakukan kegiatan promosi untuk menjangkau pasar yang lebih luas namun dengan biaya yang rendah, misalnya melalui internet. Selain itu, UMKM AK Ciomas perlu meminta pemerintah/koperasi untuk turut membantu kegiatan promosi dan pemasaran produk, seperti mengadakan pameran, menyediakan display/toko khusus, dan membantu pemasaran ke luar daerah. UMKM AK Ciomas perlu menciptakan merek dagang dan ciri khas produk agar produknya „berbeda‟ dari produk pesaing.

3. Dari segi keuangan, adanya keterbatasan finansial membuat UMKM AK Ciomas mengalami kesulitan dalam memperoleh modal awal dan modal kerja. UMKM AK Ciomas membutuhkan kredit dari perbankan untuk mengatasi masalah tersebut, sehingga UMKM AK Ciomas perlu menyusun sistem pembukuan yang sesuai dengan kaidah administrasi pembukuan standar, agar terlihat jelas arus keluar-masuknya uang dalam usaha. Selain itu, UMKM AK Ciomas perlu mengajukan pendanaan selektif dari pihak pemerintah/koperasi untuk menghilangkan ketergantungan modal pada pemberi pesanan.

4. Dalam konteks SDM, UMKM AK Ciomas memiliki keterbatasan dalam aspek kewirausahaan, manajemen, pengembangan produk, akuntansi, quality control, teknik pemasaran, dan organisasi bisnis. Hal itu membuat pemilik usaha perlu mengikuti kegiatan pelatihan, seminar, atau penyuluhan yang diadakan oleh pemerintah ataupun lembaga lain untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan usahanya. Pemilik usaha dan pekerja perlu meningkatkan motivasi dan terus menjaga hubungan kekeluargaan dalam usaha.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut:

1. Terdapat perbedaan antara UMKM pengrajin dan UMKM mandiri dalam proses bisnis internalnya. UMKM pengrajin belum melakukan inovasi, baik dalam proses, produk, pemasaran, maupun manajemen. Sedangkan UMKM


(2)

24

mandiri telah melakukan inovasi proses dengan memanfaatkan teknologi peralatan produksi. Dalam aktivitas operasi, UMKM pengrajin memiliki ketergantungan sepenuhnya pada pemberi pesanan, sementara UMKM mandiri tidak memiliki ketergantungan dengan pihak lain. Dalam pelayanan purnajual, UMKM AK Ciomas tidak menyertakan garansi resmi dalam penjualan produknya. Untuk aspek pertumbuhan dan pembelajaran, para pengrajin UMKM AK Ciomas kurang memiliki motivasi untuk mengembangkan diri lewat program-program edukatif yang difasilitasi pemerintah ataupun lembaga lain. Hal itu menghambat pengrajin untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka secara signifikan.

2. Faktor yang menjadi kekuatan terbesar pada UMKM AK Ciomas secara berurutan adalah: a) memiliki SDM terampil dengan keahlian membuat alas kaki secara turun-temurun (0,444), b) kemudahan memperoleh bahan baku (0,433), c) hubungan kekeluargaan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja (0,431), d) citra produk sudah dikenal baik oleh masyarakat (0,324), dan e) tingkat harga produk terjangkau (0,180). Sedangkan pada sisi kelemahan: a) akses permodalan lemah sehingga memiliki ketergantungan modal pada pihak lain (0,150), b) sistem pemasaran terbatas (0,110), c) keterbatasan teknologi pada mesin/peralatan produksi (0,104), d) jumlah produksi, model, dan harga jual produk dikontrol oleh pihak lain (0,097), e) belum adanya bimbingan atau kemitraan dengan instansi terkait (0.069), f) pengelolaan usaha kurang baik (tidak ada perencanaan dan pengawasan) (0,065), g) pencatatan administrasi dan pelaporan keuangan masih sederhana, bahkkan tidak ada (0,056), dan h) tidak ada merek dagang dan promosi (0,047).

3. Faktor peluang terbesar yang dapat dimanfaatkan dengan baik oleh UMKM AK Ciomas secara berurutan adalah: a) potensi pasar ekspor dan domestik cukup besar (0,486), b) loyalitas konsumen sudah terbentuk (0,470), c) tuntutan gaya hidup dan tren masyarakat (0,389), d) hubungan baik dengan pemasok bahan baku (0,280), dan e) kemajuan teknologi (0,065). Sedangkan ancaman yang dihadapi, yaitu: a) ancaman produk-produk sejenis yang berasal dari impor, khususnya produk dari China (0,555), b) fluktuasi harga bahan baku (0,390), c) muncul banyak pesaing dengan jaringan distribusi yang lebih luas (0,221), dan d) menurunnya pangsa pasar ekspor (0,189).

4. Alternatif strategi yang paling diminati dan menjadi prioritas utama bagi pengembangan UMKM AK Ciomas adalah menjalin kemitraan dengan pemerintah dan instansi terkait (0,474). Strategi ini dinilai paling implementatif, baik bagi UMKM pengrajin maupun UMKM mandiri, karena sesuai dengan kebutuhan dan kondisi faktual UMKM AK Ciomas saat ini. Strategi yang menjadi prioritas kedua adalah membangun kerjasama dengan sesama pengrajin untuk menciptakan ciri khas produk dan menawarkan harga bersaing dengan layanan penjualan yang baik (0,238). Alternatif strategi berikutnya yang menjadi prioritas ketiga, yaitu fokus pada peningkatan penjualan produk di pasar yang sudah ada dan mempertahankan pelanggan (0,170). Strategi yang menjadi prioritas terakhir adalah aktif mencari daerah pemasaran baru dengan turut meningkatkan kualitas dan inovasi produk (0,118).


(3)

25 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan hal-hal berikut untuk mendorong pengembangan UMKM AK Ciomas:

1. Perlu adanya perbaikan kinerja serta koordinasi dari pemerintah dan koperasi dalam hal pemberdayaan UMKM. Kedua instansi tersebut harus menjamin realisasi dari seluruh rencana program pengembangan UMKM, agar dapat mempercepat kemajuan dan perkembangan UMKM AK Ciomas.

2. Perlu adanya perbaikan infrastruktur dan sarana/prasarana untuk mendorong produktivitas, efektivitas, dan efisiensi dari aktivitas UMKM AK Ciomas. 3. Para pengrajin UMKM AK Ciomas perlu meningkatkan motivasi untuk

mengikuti pelatihan/penyuluhan/seminar yang berkaitan dengan usaha, dalam rangka pengembangan diri dan peningkatan pengetahuan.

4. UMKM AK Ciomas perlu mengembangkan aspek yuridis dari usaha yang dijalankan, karena usaha berbadan hukum cenderung lebih dipercaya perbankan dan lembaga formal lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

[BSN]. Badan Standardisasi Nasional. 2011. BAB 6: Sektor Industri Alas Kaki. [Internet]. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional [diakses 16 agustus

2012]. Tersedia pada:

http://www.bsn.go.id/files/1704711/genapsnibuku/BAB_6.pdf.

[Kemenperin]. Kementerian Perindustrian. 2011. Pemantauan Ekspor Kelompok Hasil Industri. [Internet]. Jakarta (ID): Kementerian Perindustrian

[diakses 9 agustus 2012]. Tersedia pada:

http://www.kemenperin.go.id/statistik/kelompok_sub.php?ekspor=1&kel= 18&n=.

[Kemenperin]. Kementerian Perindustrian. 2012. Perkembangan Ekspor Berdasarkan Sektor. [Internet]. Jakarta (ID): Kementerian Perindustrian

[diakses 29 April 2013]. Tersedia pada:

http://www.kemenperin.go.id/statistik/peran.php?ekspor=1.

David FR. 2006. Strategic Management; Manajemen Strategis, Konsep. Edisi 10. Penerjemah : Ichsan Setiyo Budi. Jakarta (ID): Salemba Empat.

Johan S. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Nitisusastro M. 2010. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung (ID): Alfabeta.

Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan; Bagi Para Pemimpin. Penerjemah : Ir. Liana Setiono. Jakarta (ID): PT Pustaka Binaman Pressindo.


(4)

26

LAMPIRAN


(5)

27 Lampiran 2. Pembobotan EFE UMKM AK Ciomas


(6)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Yunita Herdiana yang dilahirkan pada tanggal 18 Juni 1991 di Bogor, merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Herry Mulyana, SE. MM dan Ibu Ida Eriana. Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Bogor pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor).

Selama masa perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Direktorat Public Relation pada Himpunan Profesi Departemen Manajemen, Centre of Management (COM@) periode 2011-2012. Penulis juga berpartisipasi di beberapa kegiatan kepanitiaan, seperti Sportakuler 2010, The 2nd Extravaganza 2011, Unilever Goes to Campus 2012, COMIC with MSIG 2012, dan kepanitiaan lainnya. Dalam mengisi kegiatan di luar perkuliahan, penulis pernah menjadi tutor pada program Kumulasi Pengantar Akuntansi yang diselenggarakan oleh Centre of Management pada tahun 2011.