Peningkatan Daya Saing UMKM Alas Kaki di Ciomas, Kabupaten Bogor dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran

(1)

PENINGKATAN DAYA SAING UMKM ALAS KAKI DI

CIOMAS, KABUPATEN BOGOR DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP STRATEGI PEMASARAN

AYATUSYIFA NURZAMZAMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peningkatan Daya Saing UMKM Alas Kaki di Ciomas, Kabupaten Bogor dan Implikasinya terhadap Strategi Pemasaran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Ayatusyifa Nurzamzami


(4)

ABSTRAK

AYATUSYIFA NURZAMZAMI. Peningkatan Daya Saing UMKM Alas Kaki di Ciomas, Kabupaten Bogor dan Implikasinya terhadap Strategi Pemasaran. Dibimbing oleh EDWARD H SIREGAR.

Salah satu sektor industri manufaktur yang akan tetap tumbuh dan berkembang adalah industri alas kaki. UMKM alas kaki di Kabupaten Ciomas, Bogor merupakan salah satu wilayah pengrajin home industry yang sangat berpotensial untuk menghasilkan produk yang bergerak di bidang alas kaki. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan daya saing produk, menganalisis faktor internal dan eksternal, menyusun strategi serta membuat prioritas strategi untuk meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Hasil analisis kekuatan utama adalah memiliki hubungan jangka panjang yang baik dengan para pemasok dan pelanggan dengan skor 0,488, analisis kelemahan utama adanya ketergantungan modal pada pihak grosir dengan skor 0,155, analisis peluang utama adanya potensi pasar yang cukup besar dengan skor 0,534, analisis ancaman utama adalah semakin lengkap dan inovatif desain fitur produk pesaing yang didukung teknologi canggih dengan skor 0,372. Alternatif strategi yang prioritasnya paling tinggi untuk dipilih adalah strategi mengembangkan dan memperluas pasar dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk dengan bobot 0,316.

Kata kunci : alas kaki, analisis daya saing, dan strategi.

ABSTRACT

AYATUSYIFA NURZAMZAMI. The Product Competitive Ability of UMKM Footwear in Ciomas, Bogor Region and Its Implication Towards The Marketing Strategy. Supervised by EDWARD H SIREGAR.

One of the manufacture industry sector which will always be growing and developing is the footwear industry. UMKM footwear in Ciomas Region, Bogor is one of the home industry area, which is very potential to produce the footwear products. The aim of this research is to know the factors that effects the improvement of the product competitive ability, to analize the internal and external factors, to organize the strategy, and to make the priority strategy to improve the UMKM footwear competitive ability in Ciomas. The strongest point of the analysis result is to have good and long lasting relationship with suppliers and customers as shown in the score of 0,488, while the weakest point is the finansial capital dependence towards the order as shown in the score of 0,155, and the main opportunity is the big potential market as shown in the score of 0,534, in the main threat analysis is the more complete and innovative of products design from the competitors supported by the high technology with the score 0,372. The highest priority that can be chosen as the alternative strategy is the strategy to developing and enlarging market strategy by improving quality ang product inovation with the score of 0,316.


(5)

RINGKASAN

AYATUSYIFA NURZAMZAMI. Peningkatan Daya Saing UMKM Alas Kaki di Ciomas, Kabupaten Bogor dan Implikasinya terhadap Strategi Pemasaran. Dibimbing oleh EDWARD H SIREGAR.

Salah satu sektor industri manufaktur yang akan tetap tumbuh dan berkembang adalah industri alas kaki. Industri alas kaki merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan setelah pemerintah menggalakan ekspor dalam sektor nonmigas dari berbagai komoditi lainnya. Menurut Kementerian Perindustrian, ekspor Indonesia pada tahun 2007-2011 berdasarkan sektor nonmigas (79,62%) lebih besar dibandingkan sektor migas (20,38%). Dilihat dari peran sub sektor industri terhadap ekspor sektor nonmigas, sektor industri (75,42%) lebih besar dibandingkan sektor lainnya (24,58%). UMKM alas kaki di Kabupaten Ciomas, Bogor merupakan salah satu wilayah pengrajin home industry yang sangat berpotensial untuk menghasilkan produk yang bergerak di bidang alas kaki. Menurut data Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor tahun 2012 terdapat sebelas desa pengrajin alas kaki di Kecamatan Ciomas, dengan total unit usaha sebanyak 901 unit dan jumlah tenaga kerja sebanyak 5617 orang.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan daya saing produk UMKM alas kaki di Ciomas sehingga mampu berdaya saing dengan produk lainnya baik dari dalam maupun luar negeri, menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing UMKM alas kaki di Ciomas, menyusun strategi dalam meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas, dan membuat prioritas strategi untuk meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Analisis dalam penelitian ini menggunakan Porter’s Diamond Model, Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, Matriks SWOT dan AHP. Dan pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program Expert Choice dan Microsoft Excel 2007.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden. Selain itu juga dilakukan pengamatan langsung di lapangan memperoleh informasi tambahan yang mendukung seperti dengan mengetahui faktor daya saing, faktor internal dan eksternal. Pengumpulan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka (literatur) serta data laporan internal industri alas kaki. Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari dan menelaah buku-buku, jurnal, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan topik penelitian ini. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan salah satu metode non probability sampling

(pengambilan sampel non acak atau disengaja), yaitu teknik purposive sampling. Hasil analisis kekuatan utama adalah memiliki hubungan jangka panjang yang baik dengan para pemasok dan pelanggan dengan skor 0,488, analisis kelemahan utama adanya ketergantungan modal pada pihak grosir dengan skor 0,155, analisis peluang utama adanya potensi pasar yang cukup besar dengan skor 0,534, analisis ancaman utama adalah semakin lengkap dan inovatif desain fitur produk pesaing yang didukung teknologi canggih dengan skor 0,372. Sehingga dapat dirumuskan strategi yang dapat diberikan untuk dapat meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas adalah mengadakan pelatihan motivasi,


(6)

kewirausahaan, dan peningkatan kinerja manajemen mutu untuk pengrajin, memperluas pangsa pasar di Indonesia dengan memanfaatkan media promosi, Mengembangkan dan memperluas pasar baru dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk, fokus pada peningkatkan kualitas bahan baku dan peningkatan kuantitas produk, membangun kerja sama dengan berbagai mitra usaha untuk menjaga kualitas dan memunculkan ciri produk untuk mengantisipasi persaingan usaha, menggunakan teknologi modern untuk menghasilkan produk yang inovatif dan bermutu didukung dengan strategi promosi yang efektif. Alternatif strategi yang prioritasnya paling tinggi untuk dipilih adalah strategi Mengembangkan dan memperluas pasar baru dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk dengan bobot 0,316. Strategi tersebut dapat meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas.


(7)

(8)

(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

PENINGKATAN DAYA SAING UMKM ALAS KAKI DI

CIOMAS, KABUPATEN BOGOR DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP STRATEGI PEMASARAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(10)

(11)

Judul Skripsi :Peningkatan Daya Saing UMKM Alas Kaki di Ciomas, Kabupaten Bogor dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran

Nama : Ayatusyifa Nurzamzami NIM : H24090060

Disetujui oleh

Drs Edward H Siregar, SE MM Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M Munandar, MSc Ketua Departemen


(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan karya ilmiah yang berjudul Peningkatan Daya Saing UMKM Alas Kaki di Ciomas, Kabupaten Bogor dan Implikasinya terhadap Strategi Pemasaran ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Maret 2013. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Melalui prakata ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs Edward H Siregar, SE MM selaku pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Yayat selaku koordinator kepala UPT, Ibu Rosiana selaku staf pelaksanaan perekonomian kecamatan Ciomas, Bapak Asri Sujana selaku ketua koperasi pengrajin sepatu Bogor, responden pakar dan pengrajin UMKM alas kaki di Ciomas yang telah membantu selama pengumpulan data. Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, dan teman-teman atas doa dan dukungannya.

Penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis juga memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.

Bogor, Mei 2013


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

METODE PENELITIAN 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Jenis dan Metode Pengumpulan Data 5 Pengambilan Sampel 5 Pengolahan dan Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Gambaran Umum UMKM Alas Kaki di Ciomas 8 Analisis Faktor Daya Saing 10 Tahapan Pengambilan Strategi 16

Analisis Pengambilan Keputusan Strategi 20

Interpretasi Hasil Pengolahan Data 21

Implikasi Manajerial 27

SIMPULAN DAN SARAN 28

DAFTAR PUSTAKA 30 LAMPIRAN 31 RIWAYAT HIDUP 36


(14)

DAFTAR TABEL

1 Ekspor produk alas kaki Indonesia 1

2 Direktori perusahaan pengrajin UMKM alas kaki 2

Kecamatan Ciomas tahun 2012

3 Nilai skala banding berpasangan 8

4 Faktor yang berpengaruh terhadap daya saing 10

UMKM alas kaki di Ciomas

5 Pemantauan impor dan ekspor kulit, barang kulit, 13 dan sepatu/alas kaki tahun 2009-2011

6 Matriks IFE UMKM alas kaki di Ciomas 16

7 Matriks EFE UMKM alas kaki di Ciomas 17

8 Matriks SWOT UMKM alas kaki di Ciomas 19

9 Susunan bobot hasil pengolahan horizontal pada tingkat 3 22 10 Susunan bobot hasil pengolahan horizontal pada tingkat 4 22 11 Susunan bobot hasil pengolahan horizontal pada tingkat 5 23

12 Bobot faktor secara vertikal 24

13 Bobot aktor secara vertikal 24

14 Bobot tujuan secara vertikal 25

15 Bobot strategi secara vertikal 25

DAFTAR GAMBAR

1 Perkembangan ekspor Indonesia berdasarkan sektor pada 1 tahun 2007-2011

2 Kerangka pemikiran penelitian 3

3 Analisis daya saing UMKM alas kaki di Ciomas 15

4 Matriks IE UMKM alas kaki di Ciomas 18

5 Struktur AHP pada UMKM alas kaki di Ciomas 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Pembobotan IFE UMKM alas kaki di Ciomas 32

2 Pembobotan EFE UMKM alas kaki di Ciomas 33

3 Perbandingan faktor terhadap goal 34

4 Perbandingan strategi terhadap strategi 34


(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan industri manufaktur tidak terlepas dari peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tahun 2011 industri manufaktur mengalami pertumbuhan sebesar 6,8%. Hal ini akan mendorong kontribusi industri manufaktur tetap terbesar yakni 24,3% dari produk domestik broto (PDB). Semakin besar peran manufaktur terhadap PDB, maka kondisi perekonomian Indonesia akan stabil. Dengan tidak mengabaikan peran sektor pertanian dan sektor lainnya. Peningkatan PDB harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas, daya saing ekspor, serta nilai tambah industri manufaktur. Pada November 2012, Indonesia termasuk 15 besar negara manufaktur dunia ditinjau dari kontribusi nominal nilai tambah manufaktur karena Indonesia memiliki potensi industri manufaktur padat karya dengan sumber daya manusia yang produktif (Diatmoko, 2013). Salah satu sektor industri manufaktur yang akan tetap tumbuh dan berkembang adalah industri alas kaki. Industri alas kaki merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan setelah pemerintah menggalakan ekspor dalam sektor nonmigas dari berbagai komoditi lainnya. Menurut Kementerian Perindustrian, ekspor Indonesia pada tahun 2007-2011 berdasarkan sektor nonmigas (79,62%) lebih besar dibandingkan sektor migas (20,38%). Dilihat dari peran sub sektor industri terhadap ekspor sektor nonmigas, sektor industri (75,42%) lebih besar dibandingkan sektor lainnya (24,58%).

Gambar 1 Perkembangan ekspor Indonesia berdasarkan sektor pada tahun 2007-2011 (Kementerian Perindustrian, 2012)

Badan Standardisasi Nasional mengemukakan bahwa faktor yang menjadi pendukung daya saing produk alas kaki nasional di antaranya adalah harga yang kompetitif, desain unik, tahan lama dan memiliki bahan yang eksotik dan bervariasi. Dengan keunggulan ini, tidak mengherankan apabila angka ekspor produk alas kaki nasional dapat terus bertahan (lihat Tabel 1).

Tabel 1 Ekspor produk alas kaki Indonesia

Tahun Juta US $ Pertumbuhan (%)

2005 1,43 -

2006 1,6 12

2007 1,64 2

2008 1,88 15

2009 1,74 7


(16)

2

Dorongan untuk melakukan kegiatan ekspor semakin relevan bagi UMKM. Hal ini terlihat bahwa kinerja ekspor nasional pada Agustus 2010, ketika ekspor nonmigas Indonesia mencapai US$ 11,8 miliar. Penguatan kinerja ini didorong oleh meningkatnya ekspor produk industri sebesar 14,7% dari bulan sebelumnya, dan lebih tinggi 88% dibanding bulan yang sama tahun 2009. Sementara ekspor kumulatif nonmigas periode Januari-Agustus 2010 meningkat sebesar 36,3% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sampai saat ini 10 produk utama nonmigas yang berkontribusi dalam ekspor adalah tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronik, sawit, produk karet, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, kakao, udang serta kopi. Kecuali kopi, komoditas ekspor utama itu mengalami pertumbuhan (Sudarmadi, 2010). Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya alam yang melimpah dapat menghasilkan devisa yang besar bagi negara, sehingga karet alam dapat meningkatkan peringkat Indonesia dalam komoditas global pada peringkat dunia ke-2 dengan nilai ekspor 2009 yaitu 3,243,980 (dalam ribu US$). Selain itu, produk alas kaki Indonesia dalam komoditas global menempati peringkat dunia ke-11 dengan nilai ekspor 2009 yaitu 1,167,412 (dalam ribu US$) (BPEN dalam majalah SWA, 2010).

UMKM alas kaki di Ciomas merupakan titik awal munculnya pengrajin sepatu sendal di wilayah Bogor. Daerah tersebut dijadikan sebagai salah satu sentra pembuatan alas kaki selain kecamatan Tamansari dan Darmaga. Menurut data Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor tahun 2012 terdapat sebelas desa pengrajin alas kaki di Kecamatan Ciomas, dengan total unit usaha sebanyak 901 unit dan jumlah tenaga kerja sebanyak 5617 orang (Tabel 2).

Tabel 2 Direktori perusahaan pengrajin UMKM alas kaki Kecamatan Ciomas tahun 2012

No. Nama Desa Jumlah Unit Industri

Jumlah Tenaga Kerja

1. Parakan 286 1319

2. Mekarjaya 169 867

3. Sukamakmur 132 1080

4. Pagelaran 110 887

5. Sukaharja 64 335

6. Kota Batu 59 345

7. Ciomas 40 376

8. Ciapus 33 235

9. Ciomas Rahayu 5 145

10. Padasuka 2 25

11. Laladon 1 3

Total 901 5617

Sumber : Dinas Koperasi UKM Perindag Kabupaten Bogor (2012)

UMKM alas kaki di Kabupaten Ciomas, Bogor merupakan salah satu wilayah pengrajin home industry yang sangat berpotensial untuk menghasilkan produk yang bergerak di bidang alas kaki. Pemerintah daerah (Pemda) memiliki


(17)

3

tanggung jawab untuk berperan dalam mengembangkan industri didaerahnya, dan harus dapat menjamin terjadinya peningkatan produksi yang dilakukan dengan cara mengeluarkan kebijakan seperti penyediaan modal pinjaman, menciptakan iklim usaha yang kondusif, serta peningkatan peran kelembagaan koperasi yang mendukung.

Potensi industri alas kaki yang cukup besar disadari bagi para pelaku UMKM. Konsekuensinya sampai saat ini sudah cukup banyak perusahaan maupun UMKM yang menggeluti usaha ini sehingga menimbulkan munculnya para pesaing yang bergerak di bidang alas kaki. Munculnya para pesaing seperti produk buatan Cibaduyut dan China, menuntut UMKM alas kaki di daerah Ciomas dapat meningkatkan kualitas produknya agar memiliki keunggulan kompetitif di pasar. Untuk keberlanjutan usaha ini, UMKM alas kaki di Ciomas dipengaruhi oleh adanya pengembangan usaha alas kaki itu sendiri, yaitu karakteristik industri, karakteristik usaha, motivasi usaha pengrajin, kebijakan Pemda dan kerja sama dengan mitra. Skema kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, akan dirumuskan sebagai berikut: (1) Faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan daya saing produk UMKM alas kaki di Ciomas sehingga mampu berdaya saing dengan produk lainnya baik dari dalam maupun luar negeri? (2) Apa saja yang menjadi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing UMKM alas kaki di Ciomas? (3) Bagaimana menyusun strategi dalam meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas? dan (4)

Persaingan industri alas kaki

Identifikasi faktor keunggulan kompetitif menggunakan Porter’s Diamond Model

Perumusan strategi yang tepat menggunakan matriks IE dan matriks SWOT

Strategi daya saing yang dipilih menggunakan AHP Potensi sumberdaya alam Indonesia

Menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal menggunakan matriks IFE dan matriks EFE


(18)

4

Apakah prioritas strategi untuk meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan daya saing produk UMKM alas kaki di Ciomas sehingga mampu berdaya saing dengan produk lainnya baik dari dalam maupun luar negeri, (2) Menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing UMKM alas kaki di Ciomas, (3) Menyusun strategi dalam meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas, dan (4) Membuat prioritas strategi untuk meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas.

Manfaat Penelitian

Penelitan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, baik bagi perusahaan, penulis, maupun pembaca. Bagi perusahaan, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi UMKM alas kaki di Ciomas dalam menerapkan strategi peningkatan daya saing. Bagi penulis, diharapkan dapat berguna untuk menambah dan memperdalam pengetahuan serta sebagai media untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada lingkup bahasan yang berfokus pada pengkajian keunggulan kompetitif dalam UMKM alas kaki. Penelitian ini juga berusaha untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Analisis lingkungan internal mencakup faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dimilki oleh perusahaan, sedangkan analisis lingkungan eksternal mencakup peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Penelitian ini dilakukan di Ciomas Kabupaten Bogor dalam ruang lingkup manajemen strategi, khususnya mengenai perumusan strategi.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa UMKM yang berlokasi di Ciomas, Kabupaten Bogor yang bergerak dalam bidang usaha alas kaki. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan karena daerah tersebut merupakan salah satu


(19)

5

sentra UMKM kerajinan alas kaki di kota Bogor dan telah melakukan ekspor ke beberapa negara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2013 untuk mengumpulkan data yang diperlukan pada penelitian ini.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan terdiri atas dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner oleh responden yaitu pengrajin, pemasok, ketua koperasi, akademisi, koordinator, dan staff kecamatan pada bidang perekonomian yang berperan sebagai pengambil keputusan strategis dalam industri tersebut. Selain itu juga dilakukan pengamatan langsung di lapangan memperoleh informasi tambahan yang mendukung seperti dengan mengetahui faktor daya saing, faktor internal dan eksternal.

Sedangkan pengumpulan data dengan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka (literatur) yang mendukung penelitian. Studi literatur dilakukan dengan cara mempelajari dan menelaah buku-buku, jurnal, dan artikel-artikel yang berhubungan dengan topik penelitian ini. Data sekunder ini bersumber dari data laporan internal industri alas kaki dan juga data penunjang yang merupakan kumpulan data dan informasi dari berbagai sumber yang terkait, seperti internet, perpustakaan IPB, Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Kementrian Perdagangan.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan salah satu metode

non probability sampling (pengambilan sampel non acak atau disengaja), yaitu teknik purposive sampling. Kriteria responden yang akan diteliti yaitu memiliki pengetahuan dan/atau memiliki pengalaman tentang objek yang diteliti. Responden yang dipilih mewakili perusahaan yang dianggap memiliki pemahaman mendalam mengenai kondisi persaingan dan kondisi perusahan secara keseluruhan, seperti koordinator industri (1 orang), ketua koperasi (1 orang), pemasok (2 orang), pengrajin (4 orang), akademisi (1 orang) dan staff kecamatan di bidang perekonomian (1 orang).

Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Porter’s Diamond Model untuk mengidentifikasikan faktor keunggulan kompetitif UMKM alas kaki di Ciomas serta dengan menganalisis faktor lingkungan internal dan eksternal industri melalui analisis SWOT dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kemudian untuk menyusun dan menetapaka strategi meningkatkan daya saing perusahan diperlukan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam merumuskan strategi yang terbaik bagi industri kecil dan menengah di daerah Ciomas. Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan program Expert Choice dan Microsoft Excel 2007.


(20)

6

Porter’s Diamond Model

Menurut Porter (1990), alat yang digunakan untuk mengidentifikasikan faktor keunggulan kompetitif UMKM alas kaki di Ciomas adalah Porter’s

Diamond Model. Analisis dilakukan pada tiap komponen yang terdapat pada Porter’s Diamond Model, komponen tersebut meliputi:

a. Factor Condition, yaitu keadaan faktor-faktor produksi dalam suatu industri seperti tenaga kerja dan infrastruktur.

b. Demand Condition, yaitu keadaan permintaan atas barang dan jasa dalam suatu negara.

c. Related and Supporting Industries, yaitu keadaan para penyalur dan industri lainnya yang saling mendukung dan berhubungan.

d. Firm Strategy, Structure, and Rivalry, yaitu strategi yang dianut perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam suatu industri domestik.

Selain itu ada komponen lain yang terkait dengan keempat komponen utama tersebut yaitu faktor pemerintah dan kesempatan. Keempat faktor utama dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi. Dari hasil analisis komponen penentu daya saing, kita dapat menentukan komponen yang menjadi keunggulan dan kelemahan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Hasil keseluruhan interaksi antar komponen yang saling mendukung sangat menentukan perkembangan yang dapat menjadi competitive advantage dari suatu industri. Perumusan Strategi dalam Manajemen Strategis

a. Internal Factor Evaluation Matrix (Matriks IFE)

Menurut David (2009), analisis lingkungan internal yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki UMKM alas kaki di Ciomas yang mencakup kondisi keuangan, kegiatan operasional, pemasaran, dan sumber daya manusia.

b. External Factor Evaluation Matrix (Matriks EFE)

Menurut David (2009), analisis eksternal yang memengaruhi kinerja industri dilakukan dengan melakukan analisis terhadap faktor politik, ekonomi, sosial, teknologi, serta kondisi persaingan dalam industri sejenis. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman bagi UMKM alas kaki di Ciomas serta untuk melihat kemampuan industri dalam menghadapi perubahan eksternalnya.

c. Internal - External Matrix (Matriks IE)

Menurut David (2009) menjelaskan bahwa penggabungan matriks IFE dan matriks EFE akan menghasilkan matriks IE yang memosisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Matriks IE dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda, yaitu: daerah tumbuh dan membangun (grow and build), daerah menjaga dan mempertahankan (hold and maintain), dan daerah panen atau divestasi (harvest or divestiture).


(21)

7

d. Matriks SWOT

Menurut David (2009), matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Matriks SWOT) adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang dapat membantu para manajer mengembangkan empat strategi: Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), dan Strategi WT (kelemahan-ancaman). Mencocokan faktor-faktor eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik. Tujuan dari alat ini adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana yang terbaik. Tidak semua strategi yang dikembangkan dalam matriks SWOT akan dipilih untuk implementasi. Matriks ini dapat dikembangkan menjadi empat tipe strategi, yaitu:

a. Strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi ini memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Ketika suatu perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika sebuah organisasi dihadapkan ancaman yang besar, maka perusahaan akan berusaha untuk menghindarinya dan berkonsentrasi pada peluang.

b. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Kadang terdapat peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya untuk memanfaatkan peluang tersebut.

c. Strategi ST (Strengths-Threats), strategi ini menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam lingkungan eksternal.

d. Strategi WT (Weaknesses-Threats), strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal benar-benar dalam posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya, perusahaan semacam itu mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi.

e. Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

AHP merupakan metode berdasarkan aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif digunakan untuk mendefinisikan personal dan menyusun hierarki, sedangkan kuantitatif digunakan untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi. Langkah-langkah menggunakan metode AHP menurut Saaty (1991), antara lain:

1. Identifikasi sistem 2. Penyusunan struktur

3. Membuat matriks perbandingan komparasi berpasangan. Nilai skala banding berpasangan dapat dilihat pada Tabel 3.


(22)

8

4. Melakukan tahap perbandingan dan penilaian

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan peringkat matriks di langkah tiga.

Tabel 3 Nilai skala banding berpasangan Intensitas

pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu. 3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada

elemen yang lain

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas

elemen yang lainnya 5

Elemen yang satu esensial atau sangat penting daripada elemen

yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen

atas elemen yang lainnya 7

Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen

yang lainnya

Satu unsur dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam

praktik 9

Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen

yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainmemiliki tingkat

penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2, 4, 6, 8

Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang

berdekatan

Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan

Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila

dibandingkan dengan i

Sumber : Saaty (1991)

5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasang itu dan memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama, prioritas dicari dan konsistensi diuji.

6. Laksanakan langkah 3, 4, dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hierarki itu.

7. Pengolahan vertikal dan perhitumngan vektor prioritas 8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirearki

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum UMKM Alas Kaki di Ciomas

UMKM alas kaki di Ciomas dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu UMKM pengrajin dan UMKM mandiri. Secara umum, UMKM pengrajin memiliki ketergantungan sepenuhnya pada pemberi order yang berkaitan dengan aspek permodalan, pangadaan bahan baku dan pemasaran. Sementara pada


(23)

9

UMKM mandiri yang memiliki modal sendiri, tidak tergantung pada pemberi order. Keahlian membuat alas kaki yang dimiliki sebagian besar para pengrajin diperoleh secara turun-temurun serta dari pengalaman mereka, yang sebelumnya pernah bekerja sebagai buruh di bengkel-bengkel alas kaki sehingga mereka sangat menguasai teknik-teknik dalam pembuatan alas kaki.

Berdasarkan organisasi, UMKM alas kaki di Ciomas tidak memiliki bentuk organisasi yang jelas dan terstruktur. Pemilik usaha menjabat sebagai pengawas, sementara pekerja lainnya bertugas pada bidang produksi, keuangan, pemasaran, dan penjualan yang telah memiliki keahlian tersebut. Pada posisi keuangan yang memegang peranan penting diberikan kepada orang yang telah dipercayai seperti sanak keluarga. Setiap pekerja saling berinteraksi dan bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaannya. Bentuk organisasi seperti ini dilakukan oleh pemilik usaha untuk meminimalisir pengeluaran gaji tenaga kerja, sehingga sulit untuk mengembangkan usaha ini.

Pada UMKM pengrajin, permasalahan utama yang dihadapi oleh pengrajin adalah permodalan. Keterbatasan permodalan membuat mereka melibatkan pemilik modal besar yang memperkenalkan sistem pembayaran dengan menggunakan ‘bon putih’. Sistem bon putih adalah sistem kerja sama produksi antara pihak pengrajin alas kaki dan pihak pemberi order (grosir). Dalam sistem ini, grosir memberikan bon putih kepada pengrajin dengan cap atau identitas grosir, dimana tertulis bahan baku yang diperlukan dan jumlah order serta tempat pembelian bahan baku. Pengrajin tinggal memperlihatkan bon putih tersebut ke pemasok yang ditunjuk oleh pemberi order (grosir). Setelah pesanan selesai, dilakukan proses pengiriman barang. Pihak grosir akan memberikan sejumlah uang untuk membayar tenaga kerja, dengan memperhitungkan modal awal yang telah diambil melalui bon putih sisanya dibayar dengan giro berjangka (satu atau dua bulan) yang dapat ditukarkan dengan uang tunai, namun dikenakan potongan tertentu. Dengan adanya potongan serta rendahnya harga jual alas kaki menyebabkan kurang berkembangnya usaha ini.

Sementara UMKM mandiri, membeli bahan baku sendiri ke penjual bahan baku secara tunai maupun dengan sistem pembayaran berjangka. Hal ini dikarenakan modal UMKM mandiri berasal dari milik pribadi. Tapi ketersediannya modal UMKM mandiri juga terbatas, sehingga tidak dapat memenuhi permintaan pasar pada skala yang besar. Pada dasarnya keterbatasan modal merupakan kelemahan yang dimiliki pada UMKM alas kaki di Ciomas.

Dilihat dari segi kualitasnya, produk UMKM alas kaki di Ciomas memiliki kualitas baik dengan harga yang terjangkau. Para pengrajin tidak pernah mendesain model produk alas kaki sendiri, tapi mereka hanya menduplikasi produk alas kaki yang sedang tren di pasaran. Produk alas kaki yang dipasarkan diberi merek sesuai dengan merek pemasar atau pemberi order. Merek pemasar yang digunakan belum dipatenkan oleh pemberi order, yang digunakan untuk dikenal sehingga pembeli dapat mengingatnya. Umumnya beberapa merek

branded untuk segmen menengah ke atas yang dijual di mall-mall besar merupakan pemesan UMKM alas kaki di Ciomas dengan merek yang telah dipatenkan seperti Yongki Komaladi dan Bata. Hal ini membuktikan bahwa UMKM alas kaki di Ciomas sudah memiliki pengalaman dalam memproduksi sepatu yang bermutu dengan varian model yang disesuaikan dengan permintaan pasar.


(24)

10

Analisis Faktor Daya Saing

Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Faktor-faktor tersebut dianalisis berdasarkan Porter’s Diamond Model, seperti faktor kondisi, faktor kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung, persaingan industri, peran pemerintah dan peran kesempatan. Dalam menentukan faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan daya saing yang menggunakan sepuluh responden dan menggunakan skala 1-4 berdasarkan tingkat yang menentukan faktor terhadap daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Nilai 4 (sangat menentukan), nilai 3 (menentukan), nilai 2 (sedikit menentukan), nilai 1 (tidak menentukan). Untuk mengetahui lebih jelasnya lihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Faktor yang berpengaruh terhadap daya saing UMKM alas kaki di Ciomas

No. Atribut Nilai Responden Rata-rata nilai 1 2 3 4

Faktor Kondisi

1. Sumberdaya manusia 10 10 4,00

2. Sumberdaya modal 3 7 10 3,70

3. Sumberdaya alam dan

lingkungan 10 10 4,00

4. Teknologi 10 10 4,00

5. Infrastruktur 2 6 2 10 3,00

Kondisi Permintaan 6. Jumlah pembeli dan tingkat

pertumbuhan 4 6 10 3,60

7. Preferensi konsumen 10 10 4,00

Industri Terkait dan Industri Pendukung

8. Pemasok 2 8 10 3,60

9. Pengrajin alas kaki 2 5 3 10 3,10

Persaingan Industri 10. Tingkat persaingan industri

alas kaki 10 10 4,00

11. Strategi bersaing 2 6 2 10 3,00

Peran Pemerintah

12. Regulasi 5 5 10 2,50

Peran Kesempatan

13. Iklim bisnis 2 5 3 10 3,10

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa atribut yang memiliki nilai tertinggi adalah sumber daya manusia, sumber daya alam dan lingkungan, teknologi, preferensi konsumen, dan tingkat persaingan yang masing-masing bernilai 4,00. Sementara atribut yang memiliki nilai paling rendah adalah regulasi yang bernilai 2,50.


(25)

11

Faktor Kondisi

1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor penentu dalam peningkatan dinamika pembangunan suatu negara. Sumber daya manusia dapat menjadi faktor penggerak sumber daya lain yang bersifat statis. Sumber daya manusia sangat penting untuk meningkatkan daya saing terutama dalam suasana persaingan yang sangat ketat. Hal ini terkait dengan UMKM alas kaki di Ciomas yang memiliki jumlah tenaga kerja yang tersedia baik di bagian hulu hingga hilir serta kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.

Karakteristik pengrajin alas kaki merupakan lulusan SD, SMP, dan SMA. Para pengrajin yang tidak pernah menginjak pendidikan formal seperti perguruan tinggi akan menyebabkan lemahnya posisi pengrajin alas kaki sehingga rentan terhadap penipuan dan kerugian. Namun, kesadaran akan pendidikan formal yang lebih tinggi menyebabkan pengrajin mencari solusi untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Pemda. Dengan mengikuti pelatihan sangat bermanfaat bagi mereka sehingga dapat memajukan usaha mereka.

Keahlian membuat alas kaki yang dimiliki sebagian besar para pengrajin diperoleh berdasarkan pengalaman mereka, yang sebelumnya pernah bekerja sebagai buruh di bengkel-bengkel alas kaki sehingga mereka sangat menguasai teknik-teknik dalam pembuatan alas kaki. Dengan bermodalkan pengalaman yang dimiliki, maka mereka beralih untuk mendirikan usaha alas kaki secara mandiri. UMKM alas kaki di Ciomas menggunakan tenaga kerja yang melibatkan sanak keluarga atau kerabat dekat.

2. Sumber Daya Modal

Sumber daya modal termasuk salah satu yang mempengaruhi daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Pada UMKM pengrajin masalah permodalan merupakan faktor utama yang dihadapi. Dengan adanya sistem pembayaran ‘bon putih’ dapat membantu pengrajin melanjutkan kegiatannya. Pada kenyataannya bon putih dapat merugikan pengrajin alas kaki, kerena adanya beberapa potongan serta rendahnya harga jual yang diterima pengrajin. Pemerintah melalui kosebo telah mengeluarkan beberapa program berkaitan dengan permodalan. Tapi kosebo ini tidak berlangsung lama. Para pengrajin tidak ingin melakukan pinjaman kepada bank, karena pinjaman yang diberikan memiliki bunga yang cukup tinggi (lebih dari 15%) dan adanya persyaratan yang diberikan kepada pelaku usaha.

Pada UMKM mandiri memiliki keterbatasan dalam hal permodalan. Permodalan UMKM mandiri mengeluarkan biaya yang cukup besar karena banyaknya pesanan dibanding UMKM pengrajin. UMKM mandiri berusaha secara mandiri mengeluarkan modal sendiri yang bersumber dari keluarga. UMKM mandiri beranggapan bahwa dengan modal sendiri akan menguntungkan usaha mereka dan menekan risiko yang besar. KPSB yang saat ini berdiri sangat membantu pengrajin alas kaki yang telah terdaftar menjadi anggota koperasi. Program bantuan modal yang diberikan KPSB sedikit mengurangi beban pengrajin untuk melakukan usahanya. Sehingga tidak sepenuhnya pengrajin alas kaki yang menggantungkan usahanya pada bon putih.


(26)

12

3. Sumber Daya Fisik atau Alam

Sumber daya fisik atau alam yang memengaruhi daya saing UMKM alas kaki di Ciomas adalah ketersediaan bahan baku, baik berupa kulit maupun imitasi. Bahan baku penunjang lainnya juga dapat dipengaruhi seperti lem murni (latex) yang langsung diambil dari pohon karet.

4. Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi sangat menentukan kemajuan suatu industri. Ketersediaan sumber-sumber pengetahuan dan teknologi juga ditunjang oleh lembaga lain seperti Pemda yang mendirikan UPT, perguruan tinggi, laporan penelitian, asosiasi perindustrian dan perdagangan, serta sumber pengetahuan dan teknologi lainnya. Lembaga pendidikan mengadakan beberapa bentuk kerja sama dengan beberapa pengrajin alas kaki di Ciomas. Kerja sama yang dilakukan seperti mengadakan kegiatan pelatihan, penyuluhan, diskusi maupun seminar. Kegiatan tersebut mengenai kewirausahaan, motivasi, desain dan pemasaran. Selain itu, adanya UPT dan KPSB sebagai sarana para pengrajin untuk dapat berdiskusi mengenai usaha mereka.

Teknologi merupakan hal yang sangat krusial bagi keberlangsungan usaha alas kaki. Tapi nyatanya, pada UMKM pengrajin masih menggunakan cara manual dengan peralatan sederhana seperti mesin jahit dan peralatan lainnya yang sederhana. Berbeda dengan UMKM mandiri yang memiliki mesin yang lebih modern untuk proses produksinya. Dengan didirikannya UPT oleh Pemda, tersedianya beberapa alat teknologi yang modern untuk pembuatan alas kaki agar dapat mempermudah pengrajin menyelesaikan pesanan dalam skala besar.

5. Infrastruktur

Kondisi infrastruktur fisik yang cukup lengkap dan dalam kondisi yang baik merupakan salah satu pendukung peningkatan daya saing UMKM alas kaki. Infrastruktur yang mempengaruhi daya saing UMKM alas kaki di Ciomas meliputi jalan raya, transportasi yang tersedia, energi listrik, dan sistem komunikasi. Kondisi infrastruktur ini juga dipengaruhi oleh dukungan Pemda setempat.

Bengkel pengrajin yang terletak di Kabupaten Bogor yaitu Ciomas, jauh dari pendistribusian produk jadi yaitu ke Pasar Anyar. Kondisi jalan raya yang sempit, yang dilalui untuk proses pendistribusian bahan baku maupun produk jadi, dari pemasok ke pengrajin dan pengrajin ke pemesan. Selain itu, kondisi jalan yang sempit dan banyaknya angkutan umum juga kendaraan pribadi memacu terjadinya kemacetan dimana-mana. Jalan yang rusak juga dapat menyebabkan kemacetan. Keadaan ini membuat proses pendistribusian semakin lama.

Listrik juga merupakan hal yang sangat krusial bagi kegiatan produksi alas kaki. Bogor memiliki curah hujan yang cukup tinggi karena letaknya berada di dataran tinggi. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi pemadaman listrik yang menyebabkan seringnya kegiatan produksi berhenti. Tapi ada beberapa UMKM mandiri yang memiliki generator set (genset).

Kondisi infrastruktur untuk UMKM alas kaki saat ini dapat dikategorikan masih rendah. Infrastruktur yang ada harus diperbaiki


(27)

13

kondisinya, sehingga mampu menunjang peningkatan daya saing UMKM alas kaki.

Kondisi Permintaan

1. Jumlah Pembeli dan Tingkat Pertumbuhan

Alas kaki saat ini sudah menjadi kebutuhan utama atu primer yang dicari oleh banyak konsumen. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut konsumen memilih produk alas kaki yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Para pengrajin alas kaki di Ciomas terus mengikuti tren dan model yang ada di pasar, sehingga dapat meningkatkan jumlah permintaan alas kaki. Permintaan alas kaki yang terus meningkat dari dalam negeri maupun luar negeri.

Tabel 5 Pemantauan impor dan ekspor kulit, barang kulit, dan sepatu/alas kaki tahun 2009-2011

Keterangan 2009 (US$) 2010 (US$) 2011 (US$) Trend (%) Impor 415.336.326 707.339.676 967.237.790 37,24 Ekspor 1.888.082.911 2.665.634.728 3.450.898.952 15,71

Sumber: Kementerian Perindustrian, 2012

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa pasar domestik terhadap kulit, barang kulit dan sepatu/alas kaki rata-rata per tahun 37,24% lebih tinggi dibandingkan pasar internasional hanya 15,71%. Data tersebut memperlihatkan bahwa pola pertumbuhan untuk komoditas kulit, barang kulit, dan sepatu/alas kaki baik impor dan ekspor memiliki pola pertumbuhan yang meningkat.

2. Preferensi Konsumen

Kondisi preferensi masyarakat terhadap alas kaki buatan Ciomas berbeda-beda ini juga menimbulkan persaingan antara industri sejenis. Menurut koordinator UPT, produk alas kaki buatan Ciomas dimata konsumen memiliki kualitas yang baik, model bervarisasi dan harga yang terjangkau. Pesaing seperti alas kaki buatan China lebih awet dan cocok untuk dipakai saat kondisi hujan. Melihat pesaing yang bermunculan UMKM alas kaki di Ciomas terus memperbaiki kualitas dan kesesuaian dengan pesanan konsumen. Dengan begitu, UMKM alas kaki di Ciomas mampu bersaing dengan industri yang sejenis.

Industri Terkait dan Industri Pendukung

Industri terkait dan pendukung merupakan industri yang terlibat secara langsung dalam industri alas kaki dari hulu hingga hilir. Industri terkait dengan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas adalah pemasok bahan baku. Sedangkan industri pendukung terdiri dari lembaga-lembaga yang secara tidak langsung mendukung keberlangsungan kegiatan industri ini, seperti lembaga pemerintahan, lembaga penelitian, asosiasi, dan lembaga lainnya.


(28)

14

Persaingan Industri

a. Potensi masuknya pesaing baru

Masuknya pesaing baru pada UMKM alas kaki di Ciomas, sangat berpotensial. Dalam mendirikan bengkel usaha tidak harus memiliki modal yang besar, tapi tergantung pada kelas usaha. Pemerintah sendiri tidak memberikan hambatan berarti bagi para pengusaha untuk memasuki industri ini. Hal ini didukung oleh lemahnya kebijakan dan regulasi pemerintah.

b. Daya Tawar Pemasok

Pemasok bahan baku UMKM alas kaki di Ciomas yang tersebar di berbagai tempat atau daerah baik di dalam daerah Ciomas maupun luar Ciomas. Banyak pemasok yang menawarkan produk dengan harga tinggi atau rendah. Pengrajin ataupun pemberi order akan memilih bahan baku pada pemasok yang menawarkan harga rendah dengan kualitas baik.

c. Daya Tawar Konsumen

Pada UMKM alas kaki di Ciomas tidak menjual produknya secara langsung kepada konsumen, tapi dijual kepada pemberi order. Sehingga pemberi order memiliki daya tawar terhadap pengrajin, sedangkan konsumen tidak berpengaruh langsung terhadap pengrajin.

d. Potensi Pengembangan Produk-Produk Pengganti

Pada UMKM alas kaki di Ciomas tidak adanya ancaman dari produk pengganti. Ancaman yang muncul dari produk alas kaki pesaing dari segi model, daya tahan, maupun harga. Karena tidak adanya produk lain yang dapat memberikan fungsi yang sama.

e. Persaingan Antarperusahaan Saingan

Banyaknya jumlah unit usaha alas kaki yang berdekatan di daerah Ciomas, dapat memunculkan persaingan antarproduk sejenis. Persaingan muncul karena adanya usaha ini. Persaingan yang muncul di lingkungan industri daerah lain seperti industri alas kaki Cibaduyut. Industri alas kaki Cibaduyut memiliki citra yang baik di masyarakat. Selain itu, produk-produk yang berasal dari luar negeri dapat menjadi pesaing yaitu China. Banyaknya produk China yang beredar serta menawarkan harga murah dan tahan lama dapat menicu persaingan yang cukup ketat. UMKM alas kaki di Ciomas harus tetap mempertahankan kualitasnya ditengah-tengah persaingan industri sejenis. Peran Pemerintah

Peran serta pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator pengawasan perekonomian untuk menjalankan komoditas alas kaki sangat diharapkan. Persaingan global yang dihadapi saat ini membutuhkan pemerintahan yang kuat untuk pengembangan ekonomi domestik. Peranan pemerintah tercermin melalui kebijakan, regulasi maupun dukungan terhadap upaya-upaya pengembangan suatu bisnis.Pemerintah yang telah mendirikan UPT Pengembangan Industri Kulit sangat membantu pengrajin dari segi teknologi. Selain itu, adanya program yang diberikan KPSB juga membantu pengrajin menyelesaikan masalah internalnya. Kondisi infrastruktur yang kurang baik seperti kemacetan, kerusakan jalan dan jalan yang sempit masih sangat perlu untuk dibenahi. Buruknya kondisi infrastruktur ini menjadi tanggung jawab pemerintah untuk melakukan pembenahan.


(29)

15

Peran Kesempatan

Peran kesempatan merupakan faktor yang berada diluar kendali pengrajin, pemasok maupun pemerintah. Kesempatan tersebut dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Prospek pasar produk alas kaki yang sangat besar, hal ini terlihat adanya tren masyarakat yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun dalam menggunakan alas kaki. Berbagai macam model, dan desain yang menarik di mata konsumen. Seiring berkembangnya zaman, perkembangan teknologi yang modern dalam pembuatan alas kaki juga dapat bermunculan. Para pengrajin dapat menggunakan teknologi tersebut agar dapat mempermudah kegiatan produksi dan mengefisienkan waktu produksi. Kualitas alas kaki akan tetap terjaga, sehingga dapat bersaing.

Era perdagangan bebas membuat hampir seluruh bentuk perdagangan tidak memiliki batas. Setiap negara dapat masuk ke negara lain dan membuka usaha atau melakukan kerja sama. Era ini dapat membuat hambatan perdagangan menjadi berkurang, hal ini merupakan peluang untuk komoditas alas kaki agar dapat di ekspor ke negara lain. Namun, tidak semua negara akan melonggarkan peraturan di negaranya.

Gambar 3 Analisis daya saing UMKM alas kaki di Ciomas

Keterangan:

Garis ( ) menunjukan keterkaitan antara komponen utama yang saling mendukung Garis ( ) menunjukan keterkaitan antara komponen penunjang yang mendukung

komponen utama

Garis ( ) menunjukan keterkaitan antara komponen utama yang tidak saling mendukung Garis ( ) menunjukan keterkaitan antara komponen penunjang yang tidak terjalin atau

tidak mendukung komponen utama

Peran Kesempatan 1. Teknologi modern 2. Trend masyarakat

Kondisi Permintaan: 1. Permintaan domestik 2. Preferensi konsumen Kondisi Faktor:

1. SDM 2. Modal

3. SDA dan lingkungan 4. Teknologi 5. Infrastruktur

Industri Terkait dan Industri Pendukung:

1. Pemasok

2. Pengrajin alas kaki

Peran Pemerintah 1. Fasilitas teknologi 2. Penyediaan bahan

baku

3. UPT pengembangan kulit

4. Pelatihan Persaingan industri:

1. Tingkat persaingan 2. Strategi pesaing


(30)

16

Tahapan Pengambilan Strategi

Internal Factor Evaluation Matrix (Matriks IFE)

Analisis terhadap kondisi lingkungan internal UMKM alas kaki di Ciomas melalui aspek fungsional yang meliputi aspek keuangan, pemasaran, operasional, dan sumber daya manusia sehingga menghasilkan beberapa faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor internal dianalisis dengan menggunakan metode analisis Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation Matrix-IFE). Hasil dari matriks IFE UMKM alas kaki di Ciomas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Matriks IFE UMKM alas kaki di Ciomas

No. Faktor Bobot Peringkat Skor Kekuatan

1. Harga produk yang kompetitif dan

terjangkau 0,052 3,200 0,166

2. Didukung oleh pengrajin yang

berpengalaman 0,118 3,700 0,437

3. Memiliki hubungan yang erat antara

pemilik usaha dan pekerja 0,125 3,900 0,488 4. Desain unik dan bervariasi yang dapat

memenuhi selera konsumen 0,049 3,300 0,162 5. Kemudahan memperoleh bahan baku 0,101 3,700 0,374 6. Citra roduk yang dikenal baik oleh

masyarakat 0,080 3,500 0,280

Kelemahan

1. Kurangnya fasilitas peralatan dan

teknologi yang mendukung 0,099 1,200 0,119 2. Promosi yang belum efektif dan

berkesinambungan 0,050 1,600 0,080

3. Pengawasan yang kurang terhadap hasil

kerja produksi dan mutu rendah 0,055 1,600 0,088 4. Adanya ketergantungan modal pada pihak

grosir 0,141 1,100 0,155

5. Produksi sepatu berdasarkan pesanan 0,089 1,300 0,116 6. Sikap pengrajin tidak berani mengambil

risiko 0,042 1,700 0,071

Total 1,000 2,535

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa faktor kekuatan UMKM alas kaki di Ciomas tertinggi diperoleh secara berurutan adalah memiliki hubungan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja (0,488), didukung oleh pengrajin yang berpengalaman (0,437), kemudahan memperoleh bahan baku (0,374), citra produk yang dikenal baik oleh masyarakat (0,280), harga produk yang kompetitif dan terjangkau (0,166), dan terakhir desain unik dan bervariasi yang dapat memenuhi selera konsumen (0,162).

Sedangkan dari faktor kelemahan secara berurutan adalah adanya ketergantungan modal pada pihak grosir (0,155), kurangnya fasilitas peralatan dan


(31)

17

teknologi yang mendukung (0,119), produksi sepatu berdasarkan pesanan (0,116), pengawasan yang kurang terhasap hasil kerja produksi dan mutu rendah (0,088), promosi yang belum efektif dan berkesinambungan (0,080), dan terakhir sikap pengrajin tidak berani mengambil risiko (0,071).

External Factor Evaluation Matrix (Matriks EFE)

Analisis terhadap kondisi lingkungan eksternal UMKM alas kaki di Ciomas meliputi lingkungan jauh dan lingkungan industri. Analisis menghasilkan beberapa faktor yang menjadi peluang dan ancaman. Faktor-faktor eksternal dianalisis dengan menggunakan metode analisis Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation Matrix-EFE). Hasil dari Matriks EFE UMKM alas kaki di Ciomas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Matriks EFE UMKM alas kaki di Ciomas

No. Faktor Bobot Peringkat Skor Peluang

1. Memiliki hubungan jangka panjang yang baik dengan para pemasok dan pelanggan

0,109 3,400 0,371 2. Banyaknya tenaga kerja 0,080 3,000 0,240 3. Potensi pasar yang cukup besar 0,157 3,400 0,534 4. Teknologi yang berkembang 0,038 2,100 0,080 5. Meningkatnya pertumbuhan pusat

perbelanjaan atau mall 0,052 3,000 0,156 6. Tren gaya hidup masyarakat sehingga

alas kaki sudah menjadi barang konsumsi utama atau primer

0,104 3,400 0,354 Ancaman

1. Semakin gencarnya promosi competitor 0,058 2,600 0,151 2. Semakin lengkap dan inovatif desain

fitur produk pesaing yang didukung teknologi canggih

0,124 3,000 0,372 3. Situasi ekonomi yang tidak dapat

diprediksi 0,120 2,800 0,336

4. Infrastruktur yang masih kurang baik 0,088 3,000 0,264 5. Tingkat persaingan yang cukup tinggi

dalam industri alas kaki 0,071 2,600 0,185

Total 1,000 3,041

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa faktor peluang UMKM alas kaki di Ciomas tertinggi diperoleh secara berurutan adalah potensi pasar yang cukup besar (0,534), memiliki hubungan jangka panjang yang baik dengan pemasok dan pelanggan (0,371), tren gaya hidup masyarakat sehingga alas kaki sudah menjadi barang kebutuhan utama atau primer (0,354), banyaknya tenaga kerja (0,240), meningkatnya pertumbuhan pusat perbelanjaan atau mall (0,156), dan terakhir teknologi yang berkembang (0,080).

Dari faktor ancaman secara berurutan adalah semakin lengkap dan inovatif desain fitur produk pesaing yang didukung teknologi canggih (0,372), situasi ekonomi yang tidak dapat diprediksi (0,336), infrastruktur yang masih kurang


(32)

18

baik (0,264), tingkat persaingan yang cukup tinggi dalam industri alas kaki (0,185), dan terakhir semakin gencarnya promosi kompetitor (0,151).

Internal - External Matrix (Matriks IE)

Berdasarkan hasil yang didapat dari matriks IFE (2,535) dan matriks EFE (3,041), maka dapat digambarkan matriks IE sebagai berikut:

4,0 3,0 2,535 2,0 1,0

33,041 3,0

2,0

1,0

Gambar 4 Matriks IE UMKM alas kaki di Ciomas

Setelah nilai skor matriks IFE dan matriks EFE dicocokkan dengan matriks IE, terlihat posisi UMKM alas kaki di Ciomas berda pada sel II. Sel I, II, dan IV menggambarkan bahwa UMKM alas kaki berada pada daerah

‘tumbuh dan membangun’. Pada daerah ini sebuah badan usaha harus

menjalankan strategi intensif atau strategi integratif. Strategi intensif dapat berupa strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Strategi integratif dapat berupa strategi integrasi ke belakang (melakukan akuisi terhadap pemasok), integrasi ke depan (melakukan akuisi terhadap distributor), dan integrasi horizontal (melakukan akuisi terhadap perusahaan pesaing yang sejenis). Posisi perusahaan harus cocok dengan tipe strategi yang dihasilkanpada matriks SWOT, yaitu strategi yang sifatnya penetrasi pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk.

Matriks SWOT

Setelah melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal yaitu dengan menggunalan matriks IFE dan matriks EFE, maka dapat dibuat matriks SWOT (lihat pada Tabel 8). Strategi yang ada pada matriks SWOT harus sesuai dengan strategi yang direkomendasikan pada matriks IE. Dengan menggunakan matriks SWOT, strategi yang dihasilkan terdiri atas strategi SO (menggunakan kekuatan dengan memanfaatkan peluang yang ada), strategi WO (mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada), strategi ST (menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman), dan strategi WT (meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman).

I II III

IV V VI

VII VIII IX

Tinggi 3,0 – 4,0

Sedang 2,0 – 2,99

Rendah 1,0 – 1,99

Kuat 3,0 – 4,0

Sedang 2,0 – 2,99

Lemah 1,0 – 1,99 TOTAL SKOR IFE

T O T A L S K O R E F E


(33)

19

Tabel 8 Matriks SWOT UMKM alas kaki di Ciomas

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN / STRENGTHS (S)

1. Memiliki hubungan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja

2. Didukung oleh pengrajin yang berpengalaman 3. Kemudahan memperoleh

bahan baku

KELEMAHAN / WEAKNESSESS (W)

1. Sikap pengrajin tidak berani mengambil risiko

2. Promosi yang belum efektif dan berkesinambungan 3. Pengawasan yang kurang

terhadap hasil kerja produksi dan mutu rendah

PELUANG / OPPORTUNITIES (O)

1. Potensi pasar yang cukup besar 2. Memiliki hubungan jangka

panjang yang baik dengan para pemasok dan pelanggan

STRATEGI SO

1. Mengembangkan dan memperluas pasar baru dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk (S1, S2, S3, O1, O2)

2. Fokus pada peningkatkan kualitas bahan baku dan peningkatan kuantitas produk (S1, S2, S3, O1, O2)

STRATEGI WO

1. Mengadakan pelatihan motivasi, kewirausahaan, dan peningkatan (pengawasan) kinerja manajemen mutu untuk pengrajin (W1, W3, O1, O2)

2. Memperluas pangsa pasar di Indonesia dengan memanfaatkan media promosi (W2, O1,O2)

ANCAMAN /THREATS (T)

1. Semakin lengkap dan inovatif desain fitur produk pesaing yang didukung teknologi canggih 2. Situasi ekonomi yang tidak dapat

diprediksi

STRATEGI ST

1. Membangun kerja sama dengan stakeholder (pemasok dan pesaing) untuk menjaga kualitas dan memunculkan ciri produk untuk mengantisipasi persaingan usaha (S1, S2, S3, T1, T2)

STRATEGI WT

1. Menggunakan teknologi modern (desain) untuk menghasilkan produk yang inovatif dan bermutu didukung dengan strategi promosi yang efektif (W1, W2, W3, T1, T2)

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Strategi SO

1. Mengembangkan dan memperluas pasar baru dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk (S1, S2, S3, O1, O2)

Strategi ini dapat diterapkan dengan mempertimbangkan kekuatan yang ada seperti pengrajin yang berpengalaman, kemudahan memperoleh bahan baku, serta adanya hubungan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja dalam meraih peluang yaitu potensi pasar yang cukup besar serta memiliki hubungan jangka panjang yang baik dengan pemasok dan pelanggan.

2. Fokus pada peningkatkan kualitas bahan baku dan peningkatan kuantitas produk (S1, S2, S3, O1, O2).

Kemudahan memperoleh bahan baku dengan memanfaatkan hubungan jangka panjang yang baik dengan pemasok dan pelanggan, dapat meningkatkan kualitas bahan baku dalam proses produksi. Peningkatkan kuantitas produk dapat terbentuk dengan adanya hubungan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja dan pengrajin yang berpengalaman dengan memanfaatkan pasar yang cukup besar.

Strategi WO

1. Mengadakan pelatihan motivasi, kewirausahaan, dan peningkatan (pengawasan) kinerja manajemen mutu untuk pengrajin (W1, W3, O1, O2). Sikap pengrajin yang tidak berani mengambil risiko dapat diatasi dengan memberikan pelatihan kepada pengrajin, seperti pelatihan motivasi dan


(34)

20

kewirausahaan. Pelatihan yang dilakukan dengan tujuan me-refresh agar pekerja maupun pemilik usaha yang mengalami kejenuhan dapat hilang dan segar kembali dalam bekerja, sehingga dapat merubah mindset pengrajin menjadi lebih berdaya saing. Pengawasan yang kurang terhadap hasil kerja produksi dapat diatasi dengan peningkatan kinerja manajemen mutu. Dari kelemahan utama tersebut pengrajin dapat memanfatkan peluang yang ada seperti pasar yang cukup besar dan hubungan jangka panjang yang baik dengan pemasok dan pelanggan.

2. Memperluas pangsa pasar di Indonesia dengan memanfaatkan media promosi (W2, O1,O2).

Strategi ini dapat diterapkan untuk pengrajin yang memiliki kelemahan dalam hal promosi yang belum efektif dan berkesinambungan dengan memanfaatkan pasar yang cukup besar dan adanya hubungan jangka panjang yang baik dengan pemasok dan pelanggan. Memanfaatkan media promosi dapat dilakukan seperti internet dan keikutsertaan dalam pameran UKM.

Strategi ST

1. Membangun kerja sama dengan stakeholder (pemasok dan pesaing) untuk menjaga kualitas dan memunculkan ciri produk untuk mengantisipasi persaingan usaha (S1, S2, S3, T1, T2).

Dalam strategi ini, pengrajin alas kaki baik UMKM pengrajin dan UMKM mandiri memiliki kekuatan yaitu adanya hubungan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja, didukung oleh pengrajin yang berpengalaman, dan kemudahan memperoleh bahan baku dengan mengantisipasi pesaing yang didukung teknologi canggih dan situasi ekonomi yang tidak dapat diprediksi. Pengrajin yang dapat menjaga kualitas dan memunculkan ciri produk dapat mengantisipasi persaingan usaha, karena dapat menimbulkan image konsumen yang baik.

Strategi WT

1. Menggunakan teknologi modern (desain) untuk menghasilkan produk yang inovatif dan bermutu didukung dengan strategi promosi yang efektif (W1, W2, W3, T1, T2).

Ketatnya persaingan usaha diantara pengrajin menyebabkan penggunaan teknologi modern yang menjadi penting dan mempermudah proses produksi dalam skala besar dengan efisien. Penggunaan teknologi modern dapat menghasilkan produk yang inovatif dan bermutu dibandingkan dengan pesaing. Strategi promosi yang efektif dapat dilakukan dengan menggunaka teknologi modern.

Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Faktor

Faktor yang berpengaruh dalam penyusunan strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas, yaitu:

1. Persaingan Industri (F1) 2. Peran Kesempatan (F2) 3. Kondisi Permintaan (F3)


(35)

21

5. Faktor Kondisi (F5) Aktor

Dalam kaitannya dengan implementasi strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas terdapat aktor-aktor yang berperan penting, yaitu :

1. Pengrajin (A1) 2. Pemasok (A2)

3. Pemerintah Daerah (A3) 4. Koperasi (A4)

Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai UMKM dalam kaitannya dengan keberhasilan strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Tujuan tersebut yaitu :

1. Memperluas Pangsa Pasar (T1)

2. Meningkatkan Kualitas Dan Mutu Produk (T2) 3. Meningkatkan Penjualan (T3)

Alternatif Strategi

Alternatif strategi yang dapat diambil berkaitan dengan strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas, yaitu:

1. Mengadakan pelatihan motivasi, kewirausahaan, dan peningkatan (pengawasan) kinerja manajemen mutu untuk pengrajin (S1)

2. Memperluas pangsa pasar di Indonesia dengan memanfaatkan media promosi (S2)

3. Mengembangkan dan memperluas pasar baru dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk (S3)

4. Fokus pada peningkatkan kualitas bahan baku dan peningkatan kuantitas produk (S4)

5. Membangun kerja sama dengan stakeholder (pemasok dan pesaing) untuk menjaga kualitas dan memunculkan ciri produk untuk mengantisipasi persaingan usaha (S5)

6. Menggunakan teknologi modern (desain) untuk menghasilkan produk yang inovatif dan bermutu didukung dengan strategi promosi yang efektif (S6)

Interpretasi Hasil Pengolahan Data

Pengolahan data menggunakan AHP memiliki dua sudut pandang pandang yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Pengolahan horizontal menunjukan besarnya tingkat pengaruh suatu unsur dengan unsur lainnya terhadap hierarki di atasnya. Sedangkan pengolahan vertikal menunjukan pengaruh masing-masing unsur dalam suatu hierarki terhadap fokus utama.

Pengolahan Horizontal 1. Aktor

Hasil pengolahan horizontal dari tingkat ke 3 pada hierarki pengambilan keputusan strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Tingkat kepentingan masing-masing aktor untuk setiap faktor yang


(36)

22

mempengaruhi dalam penyusunan strategi peningkatan daya saing (lihat pada Tabel 9).

Tabel 9 Susunan bobot hasil pengolahan horizontal pada tingkat 3

Aktor/Faktor F1 F2 F3 F4 F5

A1 0,396 0,391 0,336 0,378 0,447

A2 0,341 0,360 0,355 0,377 0,282

A3 0,115 0,133 0,152 0,133 0,129

A4 0,148 0,116 0,127 0,112 0,142

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa aktor yang berpengaruh terhadap faktor yaitu pengrajin (A1). Dimana pengrajin memiliki keterkaitan dengan persaingan industri (F1), peran kesempatan(F2), industri terkait dan pendukung (F4), dan faktor kondisi (F5). Pengrajin memiliki nilai tertinggi pada F5 karena pengrajin dapat menentukan SDM, SDA, modal, teknologi dan infrastruktur yang akan digunakan dalam kegiatan produksi. Dalam lingkungan industri, pengrajin memiliki nilai tertinggi pada F1 karena pengrajin dapat menentukan strategi, struktur dan persaingan industri yang akan diterapkan oleh pengrajin untuk ketahanan bersaing. Pada F2, dimana pengrajin dapat melihat iklim bisnis yang dapat menguntungkan seperti saat lebaran. Selain itu, pengrajin dapat menentukan pemasok bahan baku yang menawarkan harga rendah dengan kualitas baik.

2. Tujuan

Hasil pengolahan horizontal dari tingkat ke 4 pada hierarki pengambilan keputusan strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Tingkat kepentingan masing-masing tujuan untuk setiap aktor yang mempengaruhi dalam penyusunan strategi peningkatan daya saing (lihat pada Tabel 10). Meningkatkan kualitas dan mutu produk menjadikan tujuan utama para responden. Para responden yang mengetahui informasi atau terlibat langsung dalam kegiatan produksi memandang bahwa peningkatan daya saing harus didukung dengan peningkatan kualitas dan mutu produk itu sendiri.Maka untuk setiap aktor yang berperan dalam mengembangkan UMKM alas kaki di Ciomas, tujuan utama yang ingin dicapai adalah menigkatkan kualitas dan mutu produk.

Tabel 10 Susunan bobot hasil pengolahan horizontal pada tingkat 4

Tujuan/Aktor A1 A2 A3 A4

T1 0,294 0,258 0,318 0,282

T2 0,464 0,454 0,439 0,434

T3 0,242 0,288 0,243 0,284

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa tujuan utama yang berpengaruh terhadap semua aktor adalah meningkatkan kualitas dan mutu produk (T2). Kemudian tujuan yang menjadi prioritas selanjutnya adalah memperluas pangsa pasar (T1) dan meningkatkan penjualan (T3). Dari sisi pengrajin dapat menentukan kualitas dan mutu produk alas kaki yang dihasilkan, pemasok dapat menentukan kualitas dan mutu bahan baku yang


(37)

23

digunakan oleh pengrajin, pemda dapat menentukan kualitas dan mutu produk dengan menyediakan fasilitas teknologi, serta koperasi dapat menentukan sejauh mana kualitas dan mutu produk alas kaki yang dipasarkan dengan memberikan bantuan modal, membantu penyaluran produk serta memasarkan produk.

3. Alternatif Strategi

Hasil pengolahan horizontal dari tingkat ke 5 pada hierarki pengambilan keputusan strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Tingkat kepentingan masing-masing strategi untuk setiap tujuan yang mempengaruhi dalam penyusunan strategi peningkatan daya saing (lihat pada Tabel 11).

Tabel 11 Susunan bobot hasil pengolahan horizontal pada tingkat 5

Strategi/Tujuan T1 T2 T3

S1 0,059 0,062 0,060

S2 0,068 0,067 0,083

S3 0,306 0,334 0,297

S4 0,285 0,257 0,279

S5 0,172 0,181 0,174

S6 0,109 0,100 0,108

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa alternatif strategi tiga menjadi alternatif yang diminati oleh responden ahli untuk setiap tujuan. Strategi mengadakan pelatihan motivasi, kewirausahaan, dan peningkatan kinerja manajemen mutu untuk pengrajin (S1), strategi mengembangkan dan memperluas pasar baru dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk (S3), dan strategi membangun kerja sama dengan berbagai mitra usaha untuk menjaga kualitas dan memunculkan ciri produk untuk mengantisipasi persaingan usaha (S5) memiliki nilai tertinggi dengan tujuan meningkatkan kualitas dan mutu produk.

Strategi fokus pada peningkatkan kualitas bahan baku dan peningkatan kuantitas produk (S4) dan strategi menggunakan teknologi modern untuk menghasilkan produk yang inovatif dan bermutu didukung dengan strategi promosi yang efektif (S6) memiliki nilai tertinggi dengan tujuan memperluas pangsa pasar. Sementara strategi memperluas pangsa pasar di Indonesia dengan memanfaatkan media promosi (S2) memiliki nilai tertinggi dengan tujuan meningkatkan penjualan.

Pengolahan Vertikal 1. Faktor

Hasil pengolahan vertikal pada tingkat faktor untuk pengambilan keputusan strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas (lihat pada Tabel 12).


(38)

24

Tabel 12 Bobot Faktor Secara Vertikal

Faktor Bobot Prioritas

F1 0,100 5

F2 0,114 4

F3 0,213 2

F4 0,202 3

F5 0,371 1

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 20, faktor yang menjadi prioritas utama untuk meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas adalah faktor kondisi (0,371). Karena dengan adanya SDM, SDA, modal, teknologi, dan infrastruktur yang mendukung para pengrajin dapat memilih kualitas bahan baku yang tinggi, tenaga kerja yang berkompeten, dan dapat membeli alat teknologi yang canggih, sehingga dapat berdaya saing dengan pesaing lain. Faktor kedua yang dapat meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas adalah kondisi permintaan (0,213). Faktor ini menjadi penting karena dalam melakukan kegiatan produksi dilakukan sesuai dengan jumlah permintaan produk alas kaki.

Selanjutnya faktor industri terkait dan pendukung (0,202) menjadi prioritas ketiga yang menjadi pertimbangan untuk meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas. Dengan adanya pemasok bahan baku dan industri pendukung lainnya dapat memajukan UMKM alas kaki sehingga menjadi unggul dalam perekonomian daerah. Di prioritas keempat, faktor peran kesempatan (0,114) menjadi nilai penting, untuk mengetahui sejauh mana industri dapat berkembang sesuai dengan iklim bisnis atau usahanya. Faktor yang paling kecil tingkat kepentingannya menurut responden adalah persaingan industri (0,100). Dimana struktur, strategi, dan persaingan industri alas kaki yang dapat menentukan industri tersebut dapat bersaing atau bertahan dengan strategi yang diterapkannya.

2. Aktor

Hasil pengolahan vertikal pada tingkat aktor untuk pengambilan keputusan strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas (lihat pada Tabel 13).

Tabel 13 Bobot Aktor Secara Vertikal

Aktor Bobot Prioritas

A1 0,398 1

A2 0,332 2

A3 0,134 3

A4 0,130 4

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Aktor yang berperan penting dan memiliki prioritas utama dalam peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas adalah pengrajin alas kaki (0,398). Dimana pengrajin yang membuat produk, sehingga dapat menentukan produk akhir alas kaki menjadi produk yang memiliki kualitas baik. Pemasok (0,332) merupakan aktor kedua yang berperan (prioritas kedua). Pemasok juga dapat mempengaruhi daya saing suatu produk, adanya


(39)

25

berbagai macam kualitas bahan baku yang ditawarkan dan dengan harga yang beragam.

Aktor yang menjadi peran ketiga (prioritas ketiga) adalah pemerintah daerah (0,134). Pemda juga berkontribusi untuk meningkatkan keunggulan komoditi daerah. Dengan cara menyediakan teknologi, dan melakukan proses pengawasan. Aktor yang terakhir dengan prioritas keempat adalah koperasi (0,130). Koperasi dapat memberikan bantuan modal dan memasarkan produk. Sehingga akan terlihat jumlah permintaan suatu industri dapat berdaya saing dengan industri yang sejenis.

3. Tujuan

Hasil pengolahan vertikal pada tingkat tujuan untuk pengambilan keputusan strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas (lihat pada Tabel 14).

Tabel 14 Bobot Tujuan Secara Vertikal

Tujuan Bobot Prioritas

T1 0,282 2

T2 0,451 1

T3 0,261 3

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 14, tujuan utama yang ingin dicapai oleh UMKM alas kaki di Ciomas dalam penyusunan strategi peningkatan daya saing adalah meningkatkan kualitas dan mutu produk (0,451). Dengan meningkatnya kualitas dan mutu produk yang diberikan kepada konsumen, UMKM alas kaki di Ciomas mampu meningkatkan daya saing produknya. Sehingga dapat mengembangkan usaha menjadi luas. Selanjutnya, tujuan yang menjadi prioritas kedua adalah memperluas pangsa pasar (0,282). Hal ini membuktikan dengan meningkatnya kualitas dan mutu produk, maka pangsa pasar akan menjadi luas sehingga akan meningkatnya penjualan atau permintaan pasar. Meningkatnya penjualan (0,261) merupakan tujuan pada prioritas ketiga.

4. Strategi

Hasil pengolahan vertikal pada tingkat alternatif strategi untuk pengambilan keputusan strategi peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas (lihat pada Tabel 15).

Tabel 15 Bobot Strategi Secara Vertikal

Strategi Bobot Prioritas

S1 0,059 6

S2 0,071 5

S3 0,316 1

S4 0,271 2

S5 0,176 3

S6 0,107 4

Sumber: Data primer, diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 15, alternatif strategi yang paling banyak dipilih oleh responden adalah alternatif strategi ketiga yaitu mengembangkan


(40)

26

dan memperluas pasar baru dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk (0,316). Pengrajin dapat memperluas pasar di berbagai kota untuk mendapatkan pelanggan baru dengan memperhatikan kualitas dan inovasi produk. Alternatif strategi kedua yaitu fokus pada peningkatkan kualitas bahan baku dan peningkatan kuantitas produk (0,271). Dalam pembuatan proses produksi, pengrajin harus memperhatikan kualitas bahan baku yang digunakan serta melakukan peningkatan kuantitas produk karena potensi pasar yang cukup besar terhadap permintaan alas kaki. Strategi membangun kerja sama dengan stakeholder terkait untuk menjaga kualitas dan memunculkan ciri produk untuk mengantisipasi persaingan usaha (0,176) menempati prioritas ketiga. Membangun kerja sama dengan stakeholder terkait dapat berupa strategi promosi untuk peningkatan penjualan maupun perluasan pasar serta terjalinnya hubungan antara pengrajin dengan pemasok, pemda, dan pemberi order.

Alternatif strategi keempat yaitu menggunakan teknologi modern untuk menghasilkan produk yang inovatif dan bermutu didukung dengan strategi promosi yang efektif (0,107). Strategi ini dapat menyediakan produk dengan kualitas baik yang sesuai permintaan, mengurangi kesalahan maupun kecacatan dalam produksi, proses produksi dalam skala besar dan efisien. Alternatif strategi kelima yaitu memperluas pangsa pasar di Indonesia dengan memanfaatkan media promosi (0,071) dan strategi yang terakhir yaitu mengadakan pelatihan motivasi, kewirausahaan, dan peningkatan kinerja manajemen mutu untuk pengrajin (0,059). Struktur AHP pada UMKM alas kaki di Ciomas dapat dilihat pada Gambar 5.


(41)

27

Gambar 5 Struktur AHP pada UMKM alas kaki di Ciomas Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, dapat dilakukan kegiatan peningkatan manajerial maupun produksi. Pengrajin diharapkan dapat memanfaatkan jaringan yang dimilikinya dengan melakukan promosi seperti melakukan kerja sama dengan ikut berpartisipasi pada pameran-pameran (event), penyebaran pamflet dan brosur di berbagai daerah, pengrajin juga dapat menawarkan harga produk alas kaki yang lebih rendah dibanding pesaing dengan memperhatikan kualitas produk yang tinggi dan dengan memberikan potongan diskon 5% pada pembelian produk diatas 10 pasang (dan kelipatannya). Strategi

Goal

Aktor Faktor

Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM Alas Kaki Di Ciomas

Persaingan Industri (0,100) Kondisi Permintaan (0,213) Industri terkait dan pendukung (0,202) Faktor Kondisi (0,371) Peran Kesempatan (0,114) Pengrajin (0,398)

Pemasok (0,332) Pemerintah daerah (0,134) Koperasi (0,130) Tujuan Memperluas pangsa pasar (0,282) Meningkatkan kualitas dan mutu produk (0,451)

Meningkatkan penjualan (0,261) Strategi Mengadakan pelatihan motivasi, kewirausahaan, dan peningkatan (pengawasan) kinerja manajemen mutu untuk pengrajin (0,059) Mengembangkan dan memperluas pasar dengan meningkatkan kualitas dan inovasi produk (0,316) Fokus pada peningkatkan kualitas

bahan baku dan peningkatan kuantitas

produk (0,271)

Membangun kerja sama dengan pemasok dan pesaing untuk menjaga

kualitas dan memunculkan ciri

produk untuk mengantisipasi persaingan usaha (0,176)

Memperluas pangsa pasar di Indonesia

dengan memanfaatkan media

promosi (0,071)

Menggunakan teknologi modern (desain) untuk menghasilkan produk yang

inovatif dan bermutu didukung dengan strategi promosi yang efektif (0,107)


(42)

28

produk yang dilakukan pengrajin seperti membuat sepatu khusus ABRI, sepatu bayi, sepatu olahraga, sepatu khusus kerja, dan sepatu/sendal santai. Proses pendistribusian produk di berbagai daerah yang dilakukan pengrajin dalam mengembangkan dan memperluas pasar dilakukan dengan cara menawarkan harga yang lebih murah untuk daerah pedesaan dan harga yang lebih tinggi untuk daerah perkotaan.

Pengrajin harus memanfaatkan jaringan promosi yang ada untuk segmen demografis yang berdasarkan usia, pendapatan dan jenis kelamin karena sasaran utama pengrajin adalah konsumen menengah ke bawah. Pencitraan produk yang ada dibenak konsumen terhadap alas kaki buatan Ciomas merupakan alas kaki yang menawarkan harga yang murah dan beragam model. Pengembangan dan perluasan pasar dilakukan karena alas kaki sudah menjadi kebutuhan utama konsumen yang saat ini sudah menjadi tren gaya hidup masyarakat dengan beragamnya variasi produk alas kaki. Peningkatan kualitas produk dapat didukung dengan penerapan teknologi modern agar alas kaki memiliki kualitas yang tinggi serta memiliki daya tahan produk yang lama dan dapat membantu dalam pengerjaan kapasitas produksi massal yang tinggi dan mengefisienkan waktu produksi. Teknologi yang dapat diterapkan berupa mesin cutting press, mesin seset, mesin posbet jarum 1 dan 2, mesin embos (untuk pemberian merek).Inovasi produk yang dilakukan pengrajin sebaiknya memperhatikan model yang sedang tren di pasar dengan melihat model di majalah, internet, televisi, dan toko pesaing.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas adalah sumber daya manusia, sumber daya alam dan lingkungan, teknologi, preferensi konsumen, dan tingkat persaingan yang masing-masing bernilai 4,00. Sedangkan faktor yang memiliki pengaruh paling rendah adalah regulasi yang bernilai 2,50. Kekuatan utama dari UMKM alas kaki di Ciomas adalah memiliki hubungan jangka panjang yang baik dengan para pemasok dan pelanggan dengan skor 0,488. Sedangkan kelemahan utama adanya ketergantungan modal pada pihak grosir dengan skor 0,155. Total skor dari kondisi internal sebesar 2,535, yang menunjukan kondisi internal UMKM alas kaki di Ciomas cukup kuat. Potensi pasar yang cukup besar merupakan peluang utama dengan skor 0,534. Sedangkan ancaman utama semakin lengkap dan inovatif desain fitur produk pesaing yang didukung teknologi canggih dengan skor 0,372. Total skor dari kondisi eksternal sebesar 3,041 yang berarti UMKM alas kaki di Ciomas memiliki kemampuan yang baik dalam merespon faktor-faktor eksternal.

Rumusan strategi yang dapat diberikan untuk dapat meningkatkan daya saing UMKM alas kaki di Ciomas adalah mengadakan pelatihan motivasi, kewirausahaan, dan peningkatan kinerja manajemen mutu untuk pengrajin,


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 3 Perbandingan faktor terhadap goal


(5)

Lampiran 5 Pengolahan AHP vertikal Pengolahan aktor

Faktor F1 F2 F3 F4 F5 Bobot

Aktor Prioritas VP Faktor 0,100 0,114 0,213 0,202 0,371

A1 0,396 0,391 0,336 0,378 0,447 0,398 1

A2 0,341 0,360 0,355 0,377 0,282 0,332 2

A3 0,115 0,133 0,152 0,133 0,129 0,134 3

A4 0,148 0,116 0,127 0,112 0,142 0,130 4

Pengolahan tujuan

Aktor A1 A2 A3 A4 Bobot

Tujuan Prioritas VP Aktor 0,390 0,343 0,132 0,129

T1 0,294 0,258 0,318 0,282 0,282 2

T2 0,464 0,454 0,439 0,434 0,451 1

T3 0,242 0,288 0,243 0,284 0,261 3

Pengolahan strategi

Tujuan T1 T2 T3 Bobot

Strategi Prioritas VP Tujuan 0,282 0,451 0,261

S1 0,059 0,062 0,060 0,059 6

S2 0,068 0,067 0,083 0,071 5

S3 0,306 0,334 0,297 0,316 1

S4 0,285 0,257 0,279 0,271 2

S5 0,172 0,181 0,174 0,176 3


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ayatusyifa Nurzamzami biasa dipanggil dengan Aya, dilahirkan pada tanggal 15 Desember1991 di Tangerang, merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Drs H Saiful Bahri dan Ibu Hj Iffah Natiqoh CH. Penulis menempuh pendidikan formal di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu KH. Abdullah Bin Nuh di Bogor pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor pada tahun 2006 dan lulus pada tahun 2009. Selama masa SMA penulis aktif dalam berorganisasi, seperti Karya Ilmiah Remaja menjabat sebagai Ketua Umum tahun 2007-2008, dan Pecinta Alam SMA Negeri 2 (PALASDA).

Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor). Selama masa perkuliahan penulis menjadi anggota SES-C IPB tahun 2011. Penulis juga berpartisipasi di beberapa kegiatan kepanitiaan, seperti Unilever Goes to Campus

2012, COMIC with MSIG 2012, Stock Day 2012, Economic Contest 2011 dan kepanitiaan lainnya.