Analisis faktor-faktor yang memengaruhi infotmasi perusahaan alas kaki yang beraglomerasi dan daya saing UMKM industri alas kaki studi kasus di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI INFORMASI

PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG BERAGLOMERASI DAN

DAYA SAING UMKM INDUSTRI ALAS KAKI

(Studi Kasus Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

OLEH

ADNAN

H14080001

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013


(2)

RINGKASAN

ADNAN. Analisis Faktor yang Memengaruhi Informasi Perusahaan Alas Kaki yang Beraglomerasi dan Daya Saing Umkm Industri Alas Kaki Studi Kasus Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor (dibimbing oleh YETI LIS

PURNAMADEWI)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) banyak berjalan di Indonesia meski sumbangsih terhadap perekonomian tidak sebesar dibandingkan pengusaha besar yang hampir seluruh bentuk usaha masih berbentuk UMKM. Tenagakerja di Indonesia bekerja untuk UMKM sebesar 98 persen dari total tenagakerja Indonesia. Salah satu industri UMKM yang berkontribusi besar terhadap PDB Indonesia adalah UMKM industri pengolahan. Berdasarkan studi terdahulu dan data sekunder yang ada, Kabupaten Bogor memiliki banyak UMKM industri pengolahan dan salah satu yang beraglomerasi dalam industri pengolahan adalah industri pengolahan kulit dan imitasi hal ini adalah industri pengerajin sepatu dan sandal sebagai turunan dari kulit dan imitasi. Menurut Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor tahun 2009, Kecamatan Ciomas memiliki industri alas kaki dalam jumlah besar, ada tiga desa yang memiliki industri ini dalam sekala besar yaitu adalah Desa Parakan, Desa Pasir Eurih dan Desa Mekarjaya. Menurut studi terdahulu, informasi dirasa penting untuk perusahaan dikarenakan infromasi menentukan keputusan perusahaan baik dalam proses produksi maupun pemasaran produk. Keuntungan industri beraglomerasi salah satunya dapat meningkatkan kemungkinan perolehan informasi dan menekan biaya transportasi sehingga keputusan kebijakan perusahaan dapat menentukan biaya produksi rendah kemudian produk yang dihasilkan dapat dijual dengan harga yang murah dan berdaya saing.

Upaya pengembangan aglomerasi UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan terkait faktor internal seperti modal, sumberdaya manusia, lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Permasalahan dari faktor-faktor eksternal seperti iklim usaha yang belum kondusif, terbatasnya sarana dan prasarana dan perdagangan bebas serta krisis financial global. Hal ini didukung kenyataan dilapangan bahwa UMKM sulit untuk memperoleh permodalan selain modal yang diberikan oleh konsumen/grosir. Belum ada titik temu antara debitur dan kreditur baik dari sisi agunan, beban bunga dan persyaratan yang mereka terima. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mempelajari karakteristik unit usaha alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya, (2) Mengklarifikasi penyebab kelimpahan informasi dalam perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya dan (3) Mempelajari faktor yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya.

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara yang dipandu oleh kuisioner. Metode pengambilan sampel menggunakan metode quota sampling. Sampel yang diwawancarai sebanyak 35 sampel. Responden dalam penelitian merupakan pemilik usaha alas kaki di Desa Mekarjaya dengan klasifikasi yang dilakukan


(3)

dalam pengambilan sampel melalui jumlah tenagakerja yang digunakan. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dalam menerangkan karakteristik responden dan mengkaji faktor yang memengaruhi tingkat daya saing menurut model diamond porter. Analisis logit digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kelimpahan informasi dalam perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya

Sebanyak 63 persen responden memulai industrinya lebih dari 11 tahun yang lalu dikarenakan rata-rata usaha alas kaki dijalankan secara turun temurun. Pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) mendominasi pendidikan terakhir responden alas kaki, yaitu sebanyak 63 persen responden. Menurut klasifikasi Keputusan Menteri Keuangan dengan mengacu kepada omset tahunan, unit usaha mikro sebanyak 88 persen, unit usaha kecil sebanyak 9 persen dan usaha menengah hanya 3 persen dengan rata-rata omset tahunan responden sebesar Rp. 188.000.000. Besarnya penggunaan input per satuan kodi (20 pasang sepatu) ditentukan oleh variasi produk alas kaki yang dihasilkan. Penggunaan input yang terendah sebesar Rp. 110.000 menghasilkan alas kaki jenis sandal hotel dan yang tertinggi sebesar Rp. 726.000 menghasilkan alas kaki jenis sepatu kulit asli. Upah yang diberikan setiap responden kepada tenagakerja tergantung tingkat kesulitan dalam tahapan produksi dan produktivitas tenaga kerja per minggu. Rata-rata upah yang diberikan unit usaha per minggu sebesar Rp.170.000 atau Rp. 680.000 per bulan. Nilai upah ini masih dibawah upah minimum Kabupaten Bogor yang sebesar Rp, 1.200.000 per bulan. Modal produksi yang digunakan masih tergantung pada konsumen/grosir melalui bon putih. Sebesar 26 persen responden tidak menggantungkan sumber pendanaannya dari pihak konsumen/grosir dikarenakan memiliki sumber pendanaan lain.

Setiap faktor daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya memiliki keunggulan atau kelemahan menurut model diamond porter. Faktor-faktor yang memiliki keunggulan dalam industri alas kaki yaitu faktor kondisi sumberdaya dan faktor kesempatan. Keunggulan dari faktor-faktor ini menyebabkan daya saing industri alas kaki tersebut dapat dikatakan tinggi, tetapi faktor-faktor lain melemahkan daya saing industri lebih banyak dibandingkan faktor keunggulan. Faktor-faktor yang merupakan kelemahan daya saing industri alas kaki yaitu faktor industri terkait dan pendukung, faktor persaingan dan strategi industri,faktor permintaan dan faktor pemerintah. Keterkaitan antar faktor tidak terjalin secara sempurna menyebabkan faktor keunggulan industri alas kaki tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk mendukung faktor daya saing lain yang lemah. Maka daya saing dalam penelitian ini studi kasus industri alas kaki di Desa Mekarjaya dinyatakan lemah menurut analisis diamond Porter.

Perusahaan alas kaki beraglomerasi di Desa Mekarjaya dengan tujuan untuk mengoptimalkan pengelolaannya. Informasi dalam penelitian ini adalah suatu faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan yang mengoptimalkan pengelolaan perusahaan dalam aglomerasi yang terjadi di Desa Mekarjaya. Hasil dari analisis logit dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perolehan informasi adalah lama usaha dan tenagakerja yang digunakan. Saat musim sepi permintaan tiba, perolehan dari informasi cenderung sulit didapatkan.


(4)

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI INFORMASI

PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG BERAGLOMERASI DAN

DAYA SAING UMKM INDUSTRI ALAS KAKI

(Studi Kasus Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

OLEH

ADNAN

H14080001

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa : Adnan

Nomor Registrasi Pokok : H14080001 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi

Infotmasi Perusahaan Alas Kaki yang

Beraglomerasi dan Daya Saing UMKM Industri Alas Kaki Studi Kasus di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

dapat diterima sebagai syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc. NIP. 19641018 199103 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec. NIP. 19641022 198903 1 003


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Maret 2013

Adnan H14080001


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Adnan lahir pada tanggal 29 Maret 1991 di Bogor. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Ir. Maderiyanto dan Almarhumah Ir. Keny Dihartini. Jenjang pendidikan penulis diawali dengan bersekolah di TK Insan Kamil Bogor dan tamat pada Tahun 1997. Kemudian pada Tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SD Insan Kamil Bogor dan tamat pada Tahun 2003. Selanjutnya penulis melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Insan Kamil Bogor dan tamat pada Tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Insan Kamil Bogor. Penulis menamatkan sekolah menengah atasnya pada Tahun 2008.

Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ,yaitu perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di program studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM).


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allaah SWT atas Rahman dan Rahim-Nya. Tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya dan semangat dalam islam dan ilmu-Nya di dunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Informasi Perusahaan Alas Kaki yang Beraglomerasi dan Daya Saing UMKM Industri Alas Kaki Di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yeti Lis Purnamadewi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teoritis maupun teknis serta waktu yang diluangkan selama proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

2. Dr. Ir. Sri Mulatsih sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Ir. Dewi Ulfah sebagai dosen penguji komisi pendidikan yang telah

memberikan kritik dan saran mengenai tata cara penulisan

4. Kedua orangtua penulis, yaitu Maderiyanto dan Almarhumah Keny Dihartini yang telah memberikan motivasi, semangat dan doa.

5. Kakak dan adik penulis, yaitu Hani‟ah dan Salma yang telah memberikan motivasi, semangat dan doa.

6. Seluruh pengurus dan pengajar Departemen Ilmu Ekonomi atas kerjasama dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di IPB.

7. Maria Ulfah, Mega Kusyuniarti, Kak Ade Holis dan Kak Mutiara yang telah membantu dalam penulisan skripsi.

8. Teman-teman satu bimbingan skripsi Nurazizah Inayah, Fauziah Seftyandra, Theresia Shintauli dan Ahmad Fadhli F. atas semangat, bantuan dan kerjasamanya.

9. Teman-teman penulis di Ilmu Ekonomi 45 yang telah membantu selama bersama-sama menuntut ilmu di Departemen Ilmu Ekonomi


(9)

Masih banyak pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah berjasa baik selama penulisan skripsi maupun selama menempuh pendidikan di IPB. Pada akhirnya penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2013

Adnan H14080001


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. iii

DAFTAR GAMBAR ……… iv

DAFTAR LAMPIRAN ………. v

I. PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 5

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 6

1.4 Manfaat Penelitian ……… 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ……… 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 8

2.1 Tinjauan Konsep dan Teori ……… .. 8

2.1.1 Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah ………... .. 8

2.1.2 Definisi Informasi dan Faktor yang Memengaruhinya ………... 9

2.1.3 Aglomerasi ……… 10

2.1.4 Teori Daya Saing Keunggulan Komparatif Diamond Porter… 15 2.1.4.1 Kondisi Faktor (Factor Condition) ………... 16

2.1.4.2 Kondisi Permintaan (Demand Condition) ……… 16

2.1.4.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung (related and supporting industry) ………... 16

2.1.4.4 Persaingan, Struktur Dan Strategi Perusahaan (Firm Strategy, Structure, and rivalry) ……… 17

2.1.4.5 Peran Pemerintah (Government) ………... 17

2.1.4.6 Peran Kesempatan (Chance Event) ………...17

2.2 Tinjauan Hasil Studi Sebelumnya ……….. 18

2.3 Kerangka Pemirikan Penelitian ……….. 21

III METODE PENELITIAN ……….. 23

3.1 Lokasi Penelitian ……….... 23

3.2 Jenis, Sumber dan Metode Pengambilan Data ……… 23

3.3 Metode Pengambilan Sampel ……….. 23

3.3 Metode Analisis ……….. 25


(11)

3.3.2 Model Analisis Logistik….……….. 27

3.4 Definisi Operasional Variabel ……… 30

IV KERAGAAN DAN KARAKTERISTIK UNIT USAHA ALAS KAKI DI DESA MEKARJAYA... 32

4.1 Geografis dan Pemerintahan Kabupaten Bogor ………. 32

4.2 Sejarah Industri Kerajinan Sepatu di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor ………... 32

4.3 Keragaan Perusahaan Alas Kaki di Kecamatan Ciomas…..…………. 33

4.4 Karakteristik Responden Penelitian Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya………... 35

4.5 Kondisi Perkembangan Responden Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Selama 3 Tahun Terakhir….……... 43

V ANALISIS FAKTOR YANG MENENTUKAN TINGKAT DAYA SAING INDUSTRI DAN KELIMPAHAN INFORMASI DALAM PERUSAHAAN ALAS KAKI YANG BERAGLOMERASI DI DESA MEKARJAYA ……… 45

5.1 Analisis Faktor yang Menentukan Tingkat Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya dengan Model Diamond Porter……… 45

5.1.1 Keragaan Faktor Yang Menentukan Tingkat Daya saing …… 45

5.1.1.1 Kondisi Faktor Sumberdaya………... 45

5.1.1.2 Kondisi Permintaan……….……… 46

5.1.1.3 Faktor Industri Pendukung dan Terkait………. 47

5.1.1.4 Faktor Strategi Perusahaan dan Pesaing ………. 48

5.1.1.5 Peran Pemerintah ……… 49

5.1.1.6 Peran Kesempatan ……….. 49

5.1.2 Analisis Berdasarkan Kelemahan dan Kekuatan dari Faktor Tingkat Daya Saing Diamond Porter dari Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya……… 50

5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perolehan Informasi Sebuah Perusahaan dalam Aglomerasi di Desa Mekarjaya……… 51

VI KESIMPULAN DAN SARAN ……… 55

6.1 Kesimpulan ……… 55

6.2 Saran ……….. 56

DAFTAR PUSTAKA ………... 57


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Keci Menengah (UMKM) dan

Usaha Besar (UB) Tahun 2010-2011 ……… . 2

1.2 Produk Domestri Bruto (PDB) Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2010-2011 (Trilyun Rupiah)………. . 3

1.3 Data Perkembangan Industri Kecil Kabupaten Bogor 2010-2011 …. . 4

2.1 Penelitian Terdahulu ………... 20

3.1 Jenis-Jenis Data yang Diambil dalam Penelitian ………... 24

3.2 Klasifikasi Responden Penelitian Alas kaki di Desa Mekarjaya ……… 25

4.1 Jumlah dan Proporsi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sepatu Menurut Desa di Kecamatan Ciomas Pada Tahun 2010 ……… 34

4.2 Jarak Antara Kantor Desa di Kecamatan Ciomas dengan Pasar Anyar Bogor……… 35

4.3 Karakteristik Responden Alas Kaki di Desa Mekarjaya ………. 36

4.4 Karakteristik Responden Bedasarkan Tenagakerja ……… 37

4.5 Karakteristik Responden Bedasarkan Lama Usaha ……… 38

4.6 Karakteristik Responden Bedasarkan Persaingan ………….………. 43

4.7 Data Perkembangan Responden UMKM Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya Tiga Tahun Terakhir ……….. 44

5.1 Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Faktor Sumberdaya (Orang Responden) ………… 45

5.2 Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Faktor Permintaan (Orang Responden) ………… 46

5.3 Data Responden UMKM Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Menurut Kondisi Industri Pendukung dan Terkait (Orang Responden)……….. 47

5.4 Keunggulan dan Kelemahan Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya Berdasarkan Diamond Porter………. 50

5.5 Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Peluang Perolehan Informasi Dari Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya ………. 52


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Segitiga Lokasional (locational Triangel) dari Weber …………... 13

2.2 Kurva Isodapan dari Weber ………... 14

2.3 Isodapan Kritis dan Lokasi Agloberasi .………. 15

2.4 Kerangka Penelitian ………... 22

3.1 Bagan Interaksi dari Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Daya Saing dalam Model Diamond Porter…………...……… 27

4.1 Peta Aglomerasi Alas Kaki di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor 35 4.2 Persentase Pendidikan Terakhir dari Responden Perusahaan Alas kaki di Desa Mekarjaya ………. 38

4.3 Persentase Omset Per Bulan dari Responden Perusahaan Alas Kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah ……… 39

4.4 Persentase Pemberian Upah Tenagakerja oleh Responden Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah ………. 39

4.5 Persentase Penggunaan Input Bahan Baku Perusahaan Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah ………. 40

4.6 Persentase Penggunaan Modal Produksi oleh Industri Alas kaki Di Desa Mekarjaya Per Juta Rupiah ………... 40

4.7 Persentase Biaya yang Digunakan Untuk Mesin dan Teknologi Per Ribu Rupiah……… 41

4.8 Persentase Pangsa Pasar Produk Responden Alas kaki di Desa Mekarjaya Per Ribu Rupiah ………... 42

4.9 Karakteristik Responden Menurut Persentase Tenagakerja Terampil yang Digunakan………..………. 43

5.1 Bagan Diamond Porter dari Tingkat Daya Saing Industri Alas Kaki di Desa Mekarjaya.………. 51


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Panduan Wawancara Penelitian ………. 60

2 OutputAnalisis Regresi Logistik……… 70

3 Karakteristik Responden ……… 73

4 Data Faktor Input ……….. 74

5 Data Faktor Permintaan ………. 75

6 Data Faktor Industri Terkait ……….. 76

7 Data Faktor Strategi Perusahaan dan Pesaing ………….……….. 77

8 Data Faktor Modal Sosial ……….. 78


(15)

7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ditujukan untuk mensejahterakan seluruh masyarakat yang ikut serta dalam kinerja pertumbuhan dan pembangunan ekonomi dalam sebuah sistem ekonomi. Pembangunan ekonomi Indonesia masih ditopang oleh segelintir kelompok yang sangat dominan berpengaruh dalam perekonomian Indonesia itu sendiri sedangkan sebagian besar masyarakat masih bergelut dengan usaha mikro, kecil dan menengah, baik usaha itu formal maupun nonformal. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia dengan sumbangsih terhadap perekonomian tidaklah sebesar dibandingkan pengusaha besar yang minoritas.

Dapat dilihat pada Tabel 1.1 bahwa UMKM di Indonesia sangat mendominasi jalannya perekonomian dicirikan dari jumlahnya sangat mendominasi usaha di Indonesia. Hampir 100 persen tepatnya 99.99 persen usaha di Indonesia dalam bentuk UMKM sedangkan sisanya adalah usaha besar. Unit usaha yang besar ini signifikan setiap tahun tanpa ada penurunan bagi jumlah unit usaha UMKM di Indonesia. Jumlah unit usaha mencirikan tenagakerja yang berada di Indonesia diserap oleh UMKM sebesar 97,24 persen dari total tenagakerja. Membuktikan peran UMKM memberi lapangan pekerjaan bagi tenagakerja di Indonesia yang potensian baik dalam bentuk formal berbadan hukum maupun non formal. Peran UMKM inilah yang memberikan kekuatan ketahanan krisis ekonomi baik krisis 1998 maupun krisis ekonomi 2008 yang lalu. UMKM belum memberikan kontribusi yang besar bagi Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan ekspor Indonesia tidak sebesar jumlah unit usahanyanya. PDB Indonesia dihasilkan oleh UMKM hanya sebesar 57,49 persen pada tahun 2011 dibandingkan dengan Usaha Besar (UB) dengan unit usahanya sebesar 0,01 persen. Produktifitas UMKM belumlah optimal sehingga belum memberikan sumbangsih yang nyata kepada PDB indonesia. Kemudian ekspor non migas yang diberikan oleh UMKM sangatlah kecil dengan besaran 16,44 persen dibandingkan dengan UB yang sebesar 84,56 persen. Dari data ini UMKM masih memproduksi untuk memenuhi kebutuhan didalam negeri sehingga


(16)

8 orientasi UMKM terhadap ekspor belum dianggap serius. Perizinan dan birokrasi yang dirasakan oleh UMKM masih menghalangi perkembangannya. Oleh sebab itu UMKM belum dapat mengoptimalkan produksinya untuk diorientasikan kepada ekspor.

Tabel 1.1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB)Tahun 2010 - 2011

NO SATUAN

TAHUN 2010

TAHUN 2011 JUMLAH JUMLAH 1 UNIT USAHA (Unit) 53.828.569

(100)

55.211.396 (100) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM)

(Unit) 53.823.732 (99,99)

55.206.444 (99,99) B. Usaha Besar (UB) (Unit) 4.838

(0,01)

4.952 (0,01) 2 TENAGAKERJA (Orang) 102.241.486

(100)

104.613.681 (100) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM)

(Orang) 99.401.775 (97,22)

101.722.458 (97,24) B. Usaha Besar (UB) (Orang) 2.839.711

(2,78)

2.891.224 (2,76) 3 PDB ATAS DASAR HARGA

BERLAKU

(Rp. Milyar) 6.068.762,8 (100)

7.427.086,1 (100) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM)

(Rp. Milyar) 3.466.393,3 (57,12)

4.303.571,5 (57,94) B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 2.602.369,5

(42,88)

3.123.514,6 (42,06) 4 TOTAL EKSPOR NON MIGAS (Rp. Milyar) 1.112.719,9

(100)

1.140.451,1 (100) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM)

(Rp. Milyar) 175.894,9 (15,81)

187.441,82 (16,44) B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 936.825,0

(84,19)

953.009,3 (83,56) 5 INVESTASI ATAS DASAR HARGA

BERLAKU

(Rp. Milyar) 1.923.437,2 (100)

1.982.721,2 (100) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM)

(Rp. Milyar) 927.117,5 (48,20)

992.205,2 (50,04) B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar) 996.319,7

(51,80)

990.516,0 (49,96) Sumber : Departemen Koprasi Nasional. 2012

Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%)

Hal terakhir yang membuktikan peran UMKM sangat penting dalam perekonomian Indonesia adalah dengan peningkatan kontribusi UMKM terhadap


(17)

9 GDP Indonesia setiap tahunnya. Tahun 2010 GDP 3.466,39 trilyun Rupiah dan meningkat pada tahun 2011 sebesar 4.303,57 trilyun Rupiah kontribusi ini meningkat signifikan setiap tahunnya. Data ini membuktikan bahwa kontribusi UMKM sangat nyata terhadap perekonomian Indonesia.

Dapat dilihat pada Tabel 1.2, GDP yang disumbangkan oleh UMKM berdasarkan sektor perekonomian di Indonesia. Kontribusi tertinggi disumbangkan oleh perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 1.185,65 trilyun Rupiah. Kontribusi kedua terbesar diberikan oleh pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 957,63 trilyun Rupiah. Kontribusi ketiga terbesar diberikan oleh industri pengolahan dengan nilai pada tahun 2011 sebesar 585,65 trilyun Rupiah.

Tabel 1.2 Produk Domestik Bruto (PDB) Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2010-2011 (Trilyun Rupiah)

Sektor 2010)* 2011)**

Rp. Trilyun Persentase Rp. Trilyun Persentase 1. Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan

758.69 21.84 957.63 22.25

2. Pertambangan dan Penggalian

59.57 1.72 69.03 1.60

3. Industri Pengolahan 478.36 13.77 585.65 13.61 4. Listrik, Gas dan Air

Bersih

5.01 0.14 7.05 0.16

5. Bangunan 265.51 7.64 342.61 7.96 6. Perdagangan, Hotel dan

Restoran

960.65 27.66 1185.65 27.55

7. Pengangkutan dan Komunikasi

251.68 7.25 302.98 7.04

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

354.57 10.21 436.65 10.15

9. Jasa-jasa 339.24 9.77 415.75 9.66 TOTAL PDB UMKM 3473.28 100.00 4303.00 100.00 Sumber : Departemen Koperasi Nasional. 2012

Keterangan : * Data Sementara

** Data Sangat Sementara

Kontribusi yang diberikan oleh UMKM terhadap Indonesia adalah dengan memberikan lapangan pekerjaan, peningkatan GDP UMKM dari tahun ke tahun dan jumlahnya terbesar dari seluruh unit usaha di Indonesia. UMKM yang banyak dan berkembang pesar salah satunya di Kabupaten Bogor hal ini terlihat


(18)

10 dari jumlah produsen yang selalu meningkat setiap tahunnya. Salah satu industri UMKM yang paling berkembang di Kabupaten Bogor adalah industri kulit yang salah satu produknya berupa alas kaki. Data sementara jumlah industri kecil di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 adalah 940 unit industri, jenis industri yang berbahan baku dari kulit sebesar 163 . Industri ini merupakan industri ketiga yang terbanyak setelah industri logam yang berada di Kabupaten Bogor.

Tabel 1.3 Data Perkembangan Industri Kecil Kabupaten Bogor (2010-2011) Jenis Industri Kecil Jumlah Unit Usaha

2010 2011)*

1. Industri Logam 160 164

2. Industri Mesin 70 72

3. Industri Alat Angkut 30 31

4. Industri Elektronika 6 7

5. Industri Tekstil 350 361

6. Industri Aneka 9 11

7. Industri Barang Dari Kulit 151 163 8. Ind. Kimia & Barang Kimia 59 63 9. Ind. Plastik & Barang Plastik 53 68

Total 888 940

Sumber : Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2012 Keterangan : * Data Sementara

Alas kaki merupakan salah satu produk yang terbuat dari kulit, imitasi kulit dan kain. Pengerajin sepatu di Kabupaten Bogor tersebar di 5 kecamatan. Yaitu di Taman Sari, Ciomas, Dramaga, Ciawi dan Parung. Tercatat pada tahun 2010 Usaha Kecil Menengah (UKM) jenis ini mencapai 5.398 Unit yang memperkerjakan 39.871 orang (Radar Bogor. 2011). Sedangkan menurut Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor tercatat pada tahun yang sama bahwa terdapat 1.811 Unit usaha UMKM alas kaki yang bergerak di Kecamatan Ciomas.

Data Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor dan studi terdahulu dapat dilihat bahwa telah terjadi aglomerasi industri alas kaki di Kecamatan Ciomas sejak 20 tahun yang lalu. Dalam Priyarsono, Et al

(2007) menyatakan bahwa sebuah aglomerasi dapat meningkatkan kekuatan

economies of scale and scope. Rantai analisis aglomerasinya yaitu unit usaha memilih sebuah tempat untuk memulai produksi dikarenakan mencari biaya minimal dari transportasi baik input maupun output. Tempat tersebut merupakan


(19)

11 tempat yang relatif dekat dengan input, konsumen atau keduanya. Penghematan ini bisa menekan biaya produksi yang rendah sehingga harga output industri rendah. Harga output yang rendah dapat menjadi pilihan konsumen yang rasional. Konsumen memilih output yang rendah kemudian meningkatkan omset perusahaan secara keseluruhan. Peningkatan omset dengan biaya produksi yang rendah meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga dapat berkembang. Perkembangan perusahaan ini menjadi alasan untuk para investor maupun kreditur baik dari sektor keuangan dan sebagainya datang untuk membiayai industri ini. Contoh perkembangan perusahaan dalam sebuah wilayah industri adalah kawasan industri yang disediakan oleh pemerintah salah satunya adalah PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (PT JIEP) di Jakarta seluas 1550 hektar.

Contoh pola aglomerasi usaha yang ditunjukan PKL di beberapa daerah dewasa ini bahkan ikut menjadi bahasan penting dalam dunia akademis, hal ini menjadikan konsep spasial ekonomi eksistensinya terus berkembang, khusunya awal tahun 1990-an. Menurut Soepono (2002) dalam Amor (2004) mengklasifikasikan jenis usaha PKL dan pedagang umumnya sebagai bentuk aglomerasi pemasaran. Aglomerasi atau pengelompokan usaha dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu aglomerasi pada industri manufatur, seperti Belt Manufacture (Inggris), Cibaduyut (Bandung), Silicon Valley (AS), dan aglomerasi pada industri pemasaran, dikenal dengan usaha jasa atau usaha dagang, misalnya Pasar Turi (Surabaya), Pasar tanah Abang (Jakarta), Malioboro (Jogjakarta) dan lain-lain. Dasar aglomerasi ini disebabkan oleh melimpahnya informasi yang tersedia didaerah tersebut. Informasi yang beredar dalam perusahaan yang beraglomerasi dirasa penting untuk perusahaan dikarenakan infromasi menentukan keputusan perusahaan baik dalam proses produksi maupun pemasaran produk.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk menghindari folatilitas yang tidak dapat diperkirakan dari bahan baku pembuatan alas kaki ini, sulitnya mendapatkan modal kredit dari badan keuangan formal dan informasi yang beredar. Industri alas kaki melakukan aglomerasi untuk menciptakan iklim industri yang kondusif dalam penciptaan wilayah industri efisien dan efektif baik dalam memperoleh modal, bahan baku


(20)

12 input alas kaki, tenagakerja yang produktifitas tinggi dengan harga murah dan mudah, serta kepastian pasar output pemasaran alas kaki di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan studi terdahulu, Upaya pengembangan UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan-permasalahan yang melemahkan daya saing terkait dengan faktor internal seperti modal, sumberdaya manusia, lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Faktor eksternal seperti iklim usaha yang belum kondusif, terbatasnya sarana dan prasarana dan perdagangan bebas, kekurangan informasi serta krisis finansial global.

Hal ini didukung dengan kenyataan dilapangan terutama bahwa UMKM masih sulit untuk memperoleh permodalan selain modal yang diberikan oleh konsumen/grosir. Belum ada titik temu antara debitur dan kreditur baik dari sisi agunan, beban bunga dan persyaratan yang mereka terima untuk memperoleh pinjaman.

Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor yang apa memengaruhi kelimpahan informasi dalam aglomerasi perusahaan alas kaki di Desa Mekarjaya?

2. Faktor-faktor apa yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mempelajari karakteristik unit usaha alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya

2. Mempelajari faktor yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya.

3. Mengklarifikasi penyebab kelimpahan informasi dalam perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagaimana mengembangkan industri alas kaki yang sudah beraglomerasi terutama di Desa Mekarjaya.


(21)

13 dan minat terhadap perkembangan aglomerasi industri alas kaki serta diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dan literatur untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dibatasi pada analisis kajian kondisi umum industri alas kaki di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas serta faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan informasi dalam aglomerasi unit usaha alas kaki seperti yang diungkapkan Marshall, dan daya saing industri alas kaki yang diungkapkan pada

diamond Porter yaitu faktor input, faktor permintaan, faktor industri pendukung dan terkait, faktor strategi perusahaan dan pesaing, faktor kesempatan dan faktor pemerintah. Data yang digunakan adalah data Primer dengan metode wawancara. Sedangkan metode pengambilan sampelnya berdasarkan metode quota sampling


(22)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Konsep dan Teori

2.1.1 Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Industri kecil menurut Biro Pusat statistik (BPS) tahun 1997 adalah sebuah perusahaan industri yang memiliki jumlah tenagakerja 5-19 orang, termasuk pekerja yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak dibayar. Perusahaan yang memiliki pekerja kurang dari 5 orang diklasifikasikan sebagai industri rumah tangga atau kerajinan rakyat. Perusahaan yang memiliki pekerja antara 20-99 orang termasuk industri menengah. Adapun definisi dari usaha kecil dan menengah (UKM). Ditinjau dari berbagai peraturan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1995, usaha kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang bersekala kecil serta memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah)

c. Milik warga negara Indonesia

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahan yang dimili, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

e. Bentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbaddan hukum, termasuk koperasi.

2. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan atau usaha yang memiliki penjualan/omset pertahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000,- atau aset/aktiva maksimal Rp.600.000.000,- (di luar tanah dan bangunan yang ditempati terdiri dari:


(23)

15 b. Perorangan (pengerajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa dan lain-lain)

3. Definisi usaha menengah bedasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha kecil. Biasanya memiliki aset Rp.10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah), tidak termasuk tanah, bangunan tempat usaha dan omset tahunan Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah). 4. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.250/KMK/04/1995 perusahaan

menengah adalah perusahaan yang memiliki penjualan bersih dalam setahun tidak melebihi Rp. 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

Selain ketentuan diatas. Usaha kecil dan menengah dapat pula dibedakan berdasarkan jumlah tenagakerja yang dipekerjakaan. Oleh Badan Pusat Statistik (BPS.1994) dikatakan usaha kecil jika jumlah tenagakerja yang dimiliki antara 5 sampai 19 orang, sedangkan usaha menengah mempekerjakan antara 15 sampai 99 orang. Dan lebih dari itu dikategorikan sebagai usaha besar.

2.1.2 Definisi Informasi dan Faktor yang Memengaruhinya

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna untuk membuat keputusan. Informasi berguna untuk pembuat keputusan karena informasi menurunkan ketidakpastian (atau meningkatkan pengetahuan). Informasi menjadi penting, karena berdasarkan informasi itu para pengelola dapat mengetahui kondisi obyektif perusahaannya. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang dikumpulkan dengan metode ataupun cara – cara tertentu. Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan.

Sumber dari informasi adalah data, data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian adalah sesuatu yang terjadi pada saat tertentu. Di dalam dunia bisnis, kejadian-kejadian yang sering terjadi adalah transaksi perubahan dari suatu nilai yang disebut transaksi. Kesatuan nyata adalah berupa suatu obyek nyata seperti tempat,


(24)

16 benda dan orang yang betul-betul ada dan terjadi.

Pengertian informasi menurut Jogiyanto HM (1999), informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian

– kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi informasi dalam sebuah perusahaan yaitu pengalaman usaha, relasi antara industri hulu dan industri hilir, pengaruh dari faktor eksternal seperti persaingan dan faktor internal seperti manajemen dan sumber daya manusia yang digunakan.

2.1.3 Aglomerasi

Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain. Transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendirikan industri maupun pemekaran wilayah industri yang erat kaitannya dengan aglomerasi.

Aglomerasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Aglomerasi primer adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya dengan perusahaan lama yang sudah terdapat di wilayah aglomerasi,

2. Aglomerasi sekunder jika perusahaan yang baru beroperasi adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang lama.

Terdapat 3 jenis aglomerasi, yaitu :

1. Internal return to scale, timbul karena perusahaan memiliki skala ekonomi yang besar.

2. Lokalisasi ekonomi, terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam satu industri yang sejenis yang terletak pada lokasi yang sama,

3. Urbanisasi Ekonomi, timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor industri yang berbeda-beda yang mengelompok di lokasi yang sama.

Porter (1990) mendefinisikan klaster sebagai suatu kelompok perusahaan-perusahaan yang terkait dalam aktifitas yang hampir sama dan


(25)

17 berhubungan dalam perekonomian nasional. Porter selanjutnya mendefinisikan klaster sebagai konsentrasi secara geografis dari perusahaan-perusahaan dan instituisi yang saling terkait pada sektor tertentu. Keterkaitan yang terjadi antara perusahaan-perusahaan tersebut sangat penting dalam menghadapi kompetisi.

Menurut Marshall (1920) dalam Priyarsono, et al (2007), perusahaan cenderung berkelompok di lokasi tertentu. Hal ini menandakan bahwa skala pengembalian yang meningkat (increasing return to scale) dapat dicapai oleh perusahaan-perusahaan dalam kelompok tersebut. Jika hal tersebut tidak terjadi, maka pengelompokan dari perusahaan-perusahaan tersebut hanya bersifat sementara.

Penentuan lokasi suatu perusahaan individual merupakan keputusan yang didasarkan pada perpaduan dari berbagai faktor yang memengaruhi seperti biaya transportasi, harga faktor lokal, kemungkinan produksi dan subtitasi, struktur pasar, kompetisi dan informasi. Suatu perusahaan akan memutuskan apakan menguntungkan untuk berdiri sendiri atau memutuskan untuk berlokasi dekat dengan perusahaan-perusahaan sejenis.

Aglomerasi disini dikaitkan dengan konsep “penghematan aglomerasi”

malalui konsep eksternalitas yang terdiri dari 2 pembedaan (Scott & Storper, 1992) yaitu:

1. Penghematan internal dan eksternal (internal eonomies dan ekseternal economiers). Penghematan internal merupakan pengurangan biaya secara internal dalam suatu perusahaan atau pabrik seperti pembagian kerja yang baik, mengganti tenaga manusia dengan mesin, melakukan sub kontrak beberapa aktifitas proses produksi ke perusahaan lain dan menjaga titik optimal operasi yang meminimalkan biaya. (Toyne. 1974). Sedangkan penghematan eksternal merupakan pengurangan biaya yang terjadi akibat aktifitas di luar lingkup perusahaan atau pabrik seperti adanya tenaga terampil, bahan baku yang berasal dari daerah itu sendiri dan adanya persaingan antara jenis perusahaan yang sama dalam memperoleh pasar atau konsumen.

2. Penghematan akibat sekala ekonomis dan cakupan (economies of scale dan economies of scope). Penghematan ini muncul apabila perusahaan menambah produksi dengan cara memperbesar pabrik (skala ekonomi) sehingga biaya


(26)

18 produksi per-unit dapat ditekan. Sedangkan penghematan cakupan dapat terjadi karena sejumlah aktifitas atau sub unit usaha secara internal maupun eksternal dapat dilakukan pada saat yang bersamaan.

Teori klasik disempurnakan oleh tiga jalur paradigma, yaitu:

1. Melalui eksternalitas dinamis yang menekan peranan transfer informasi dan inovasi, dipercaya bahwa akumulasi informasi pada suatu lokasi tertentu akan meningkatkan produktifitas dan kesempatan kerja (Glaeser, et al, 1992). Dalam eksternalitas dinamis versi marshall-Arror-Romer ditekankan pentingnya transfer pengetahuan (knowledge spillovers) antar perusahaan dalam suatu jenis industri yang diperoleh lewat komunikasi yang terus berlangsng antar perusahaan lokal dalam industri yang sama sehingga teori ini penting dalam mempertahankan industri yang telah ada. Porter (1990), membuat argumen bahwa pertumbuhan industri didorong oleh transfer pengetahuan pada industri yang berspesialisasi pada produk tertentu dan terkonsentrasi secara spasial. Di lain pihak, Jacobs (1969), percaya sumber transfer pengetahuan yang paling penting berasal dari luar industri inti. Sebagai contoh, industri pakaian dalam wanita tumbuh dari inovasi para desainer pakaian yang bukan berasal dari industri pakaian. Jadi inovasi dan pertumbuhan mengalir dari keanekaragaman industri-industri yang saling berekatan lokasinya sehingga teori ini merupakan hal yang penting dalam menarik industri baru.

2. Analisis biaya transaksi menurut Coase (1995), biaya transaksi mempengaruhi barang dan jasa yang diproduksi yang tentunya mempengaruhi atau mendorong munculnya perusahaan disamping mendorong terjadinya keterkaitan antara hukum, ilmu ekonomi, kelembagaan. Williamson (1996), mengatakan bahwa biaya transaksi ada 2 macam, yaitu biaya tak langsung yang terdiri dari biaya menyusun konsep kesepakatan, negosiasi dan penjagaan dan biaya transaksi yang telah terjadi meliputi biaya salah adaptasi yang terjadi ketika transaksi melenceng, biaya tawar menawar, biaya penyusunan dan pengelolaan, dan biaya pengikatan. Semua biaya itu sangat terpengaruh terhadap proses aglomerasi.


(27)

19 Weber (1929) menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada biaya transportasi dan tenagakerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenagakerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Biaya transportasi dan biaya upah tenagakerja merupakan faktor umum yang secara fundmental menentukan pola lokasi (Priyarsono, et al 2007).

Biaya transportasi bertambah secara proposional dengan jarak, jadi titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional. Berat lokasional adalah berat total semua barang berupa input yang harus diangkut ke tempatt produksi untuk menghasilkan satuan output dimana berat output akan dibawa ke pasar.

Konsep ini dinyatakan sebagai segitiga lokasi atau locational triangle. Pada Gambar 2.1 dimisalkan ada dua sumber bahhan baku yang lokasinya berbeda, yaitu M1 dan M2 dengan pasar berada pada arah yang lain. Dengan demikian, terdapat 3 arah lokasi sehingga biaya angkut termurah adalah pada pertemuan ketiga arah. Gambar tersebut terlihat bahwa lokasi optimum adalah titik T. untuk menunjukan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM) sebagai berikut. Jika IM > 1, perusahaan akan berlokasi dekat bahan baku, dan apabila IM < 1, perusahaan akan berlokasi dekat dengan pasar.

��= ℎ

�� ℎ��

Gambar 2.1 Segitiga Lokasional (locational Triangel) dari Weber Dimana :

T = Lokasi Optimum

I1, I2 = Lokasi Input

P = Pasar

a,b,c = Jarak lokasi input dan output


(28)

20 Biaya tenagakerja adalah faktor kedua yang dapat mempengaruhi lokasi industri. Hal ini dapat terjadi apabila penghematan biaya tenagakerja perunit produksi lebih besar dari pada tambahan biaya transportasi per unit produksi karena berpindahnya lokasi ke dekat sumber tenagakerja. Penggabungan kedua jenis biaya tersebut melahirkan pendekatan biaya terendah seperti Gambar 2.2

Gambar 2.2 Kurva Isodapan dari Weber

Gambar 2.2 mengambarkan tentang isodapan, maka isodapan (isodapane) adalah kurva yang menggambarkan berbagai lokasi industri yang memberikan tingkap biaya transportasi yang sama untuk sebuah lokasi biaya tenagakerja. Dalam Gambar tersebut diluar titik T, terdapat isodapan 1,2 dan titik L adalah lokasi pasar tenagakerja di dalam isodapan 2 dan perusahaan akan melihat apakah tetap berada di titik T atau berpindah ke lokasi dimana terdapat pasar buruh dengan upah yang rendah.

Terjadinya aglomerasi menurut Weber adalah sebagai berikut. Jika titik T merupakan tempat dengan biaya transportasi minimum, maka diluar T dapat dibuat isodapan. Isodapan bisa menggambarkan deviasi biaya transportasi yang sama besarnya dari titik T. Jika selisih biaya salah satu kurva tersebut dari titik T adalah sama dengan keuntungan non-transporasi yang dapat diperoleh pada satu tempat alternatif, maka kurva ini dinamakan isodapan kritis. Keuntungan non transportasi antara lain, upah buruh yang lebih murah/lebih mudah diperoleh, lebih tersedianya fasilitas pendukung seperti perbengkelan, pasar untuk kebutuhan sehari-hari, fasilitas sosial. Artinya, apabila industri memilih lokasi di tempat tersebut, tambahan biaya transportasi akan diimbangi oleh penghematan di luar biaya transportasi. Jika tempat ini berada lebih ke dalam dari kurva isodapan kritis maka lokasi tersebut adalah tempat produksi yang lebih efisien dari T. Weber

Keterangan :

T = Lokasi biaya transportasi minimum L = Lokasi biaya tenagakerja minimum


(29)

21 menggambarkan dalam diagram yang menjelaskan terjadinya aglomerasi dapat dilihat pada Gambar 2.3

Dalam diagram pada Gambar 2.3 digambarkan ada 3 industri yang masing-masing memiliki lokasi biaya transportasi minimum pada titik T1, T2, dan T3. Masing-masing industri memiliki isodapan kritis yang saling berpotongan di lokasi A.

Gambar 2.3 Isodapan Kritis dan Lokasi Agloberasi

Dengan demikian, aglomerasi akan terjadi pada titik A karena lokasi itu lebih efisien dibandingkan dengan titik T masing-masing. Akan tetapi, apabila isodapan kritis dari masing-masing industri tidak berpotongan maka aglomerasi tidak akan terjadi. Weber juga menyadari bahwa hal ini jarang terjadi karena industri-industri yang baru cenderung tidak mampu bernegosiasi terlebih dahulu untuk menentukan lokasi mereka. Umumnya yang terjadi adalah industri baru memilih lokasi dekat dengan industri yang sudah ada atau memilih berlokasi pada titik T-nya.

2.1.4 Teori Daya Saing dan Keunggulan Kompetitif Diamond Porter

Daya saing sering diidentikkan dengan produktifitas (tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan). Peningkatan produktifitas meliputi, peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan, dan peningkatan teknologi (total faktor produktifitas).

Menurut Michael E Porter dalam bukunya yang berjudul Competitive Advantage of Nations terdapat empat faktor utama yang menentukan keunggulan bersaing industri, yaitu kondisi faktor (factor condition), kondisi permintaan


(30)

22 (demand condition), industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industry), dan struktur, persaingan dan strategi industri (firm strategy, structure, and rivalry). Selain keempat faktor tersebut terdapat dua faktor yang mempengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (government). Secara bersamasama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter’s Diamond theory. Berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai Porter’s Diamond theory.

2.1.4.1 Kondisi Faktor (Factor Condition)

Kondisi faktor merupakan suatu gambaran faktor sumberdaya yang dimiliki suatu negara yang berkaitan dengan proses produksi suatu industri. Peran faktor sumberdaya sangat penting dalam proses industri, karena faktor sumberdaya merupakan modal utama dalam membangun keunggulan kompetitif suatu industri. Menurut Porter, faktor sumberdaya diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), modal, dan infrastruktur. Kelima kelompok tersebut akan menggambarkan keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara dan segala potensi yang dapat dikembangkan oleh negara tersebut.

2.1.4.2 Kondisi Permintaan (Demand Condition)

Kondisi permintaan merupakan faktor penting yang mempengaruhi posisi daya saing nasional. Mutu produk dan produktivitas suatu negara akan mempengaruhi kondisi permintaan dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keunggulan kompetitif suatu negara mutu persaingan di tingkat global memberikan tantangan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya. Dalam pengembangan mutu, perusahaan-perusahaan akan melakukan inovasi serta peningkatan kualitas produk agar sesuai dengan permintaan konsumen.

2.1.4.3 Industri Terkait dan Industri Pendukung (related and supporting industry)

Industri terkait dan industri pendukung merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi posisi daya saing suatu industri. Untuk itu perlu dijaga hubungan dan koordinasi dengan para pemasok, khususnya untuk menjaga dan


(31)

23 memelihara rantai nilai produksi dari industri hulu hingga industri hilir. Keberadaan industri hulu mampu menyediakan bahan baku untuk proses produksi suatu industri sedangkan industri hilir menggunakan bahan baku tersebut untuk diproses menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah. Rantai nilai produksi antara industri hulu dan industri hilir yang terhubung dengan baik akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi suatu negara.

2.1.4.4 Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan (Firm Strategy, Structure, and rivalry)

Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan untuk mengembangkan produk baru, memperbaiki produk yang telah ada, menurunkan harga dan biaya, mengembangkan teknologi baru dan memperbaiki mutu serta pelayanan. Pada akhirnya, persaingan di dalam negeri yang kuat akan mendorong perusahaan untuk mencari pasar internasional (berorientasi ekspor). Globalisasi ekonomi akan menyebabkan terjadinya ketergantungan antar negara. Masing-masing negara membangun perekonomiannya berdasarkan kekayaan yang dimiliki, yang merupakan keunggulan komparatifnya. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut lebih ditentukan pada keunggulan kompetitifnya dikarenakan ada pesaing-pesaing yang dekat, yaitu negara lain yang membangun keunggulan perekonomian mereka di sektor atau jenis industri yang sama dengan strategi serupa.

2.1.4.5 Peran Pemerintah (government)

Peran pemerintah merupakan faktor yang menentukan posisi daya saing suatu industri. Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara tidak langsung pemerintah dapat mempengaruhi permintaan melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, sedangkan peran pemerintah secara langsung adalah dengan bertindak sebagai pembeli produk dan jasa. Pemerintah juga dapat mempengaruhi berbagai sumber daya yang tersedia, berperan sebagai pembuat kebijakan yang menyangkut tenagakerja, pendidikan, pembentukan modal, sumber daya alam dan standar produk.

2.1.4.6 Peran Kesempatan (chance event)

Kesempatan memainkan peranan dalam membentuk lingkungan bersaing karena peluang merupakan peristiwa yang terjadi di luar kendali perusahaan,


(32)

24 industri dan pemerintah. Selain itu terjadinya peningkatan permintaan produk serta kondisi politik yang stabil juga merupakan kesempatan yang dapat diambil oleh para pelaku usaha. Peran kesempatan merupakan suatu hal yang bersifat kecelakaan (accidental), sehingga dalam kenyataan peran kesempatan bisa terjadi atau tidak terjadi. Dalam hal ini peran kesempatan bisa menguntungkan atau merugikan para pelaku usaha.

Menurut Michael Porter (2000) dalam BI (2009) Klaster adalah kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara geografis dengan institusiinstitusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi. Faktor-faktor pembentuk klaster disebut sebagai Diamond Model, yang terdiri dari faktor input, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, strategi perusahaan dan pesaing.

2.2 Tinjauan Hasil Studi Sebelumnya

Pada kenyataan yang terjadi sekarang ini, industri sepatu Ciomas kurang berkembang karena beberapa kendala antara lain faktor pemasaran dan permodalan. Amor (2004) menyatakan bahwa permodalan yang ada pada sebagai besar Industri Kecil (IK) sepatu ciomas berasal dari pengumpul atau gosir. Pemberi order dalam hal ini adalah grosir yang menetapkan jumlah dan model pesanan, harga jual sekaligus menyediakan modal yang diperlukan IK tersebut. Pemasaran yang terjadi selama ini dimana produk sepatu Dikumpulkan untuk dijual kembali ke para pengumpul di pasar-pasar lokal di Bogor. Namun ada juga beberapa IK sepatu yang tidak meminjam atau menerima order dari grosir, berusaha dengan modal sendiri serta memasarkan sendiri produk sepatu ke toko-toko.

Dalam penelitian Agung Wibowo (2009) menyatakan bahwa ada beberapa kekuatan serta kelemahaan dalam kinerja dan strategi pengembangan usaha kerajinan alas kaki di Kabupaten Bogor studi kasus di CV Anugrah Jaya, Desa Sukamakmur. Kekuatan yang dimiliki yaitu tenagakerja yang berpengalaman sehingga menghasilkan alas kaki yang berkualitas. Harga yang diberikan terjangkau dan dekatnya pemasok dan pasar dari perusahaan. Kelemahan yang dimiliki ialah kurangnya manajerial dalam perusahaan sehingga produk kurang dikenal pasar, pesaing dari perusahaan lain, kekuatan tawar grosir input sehingga


(33)

25 tidak bisa menekan biaya produksi dan faktor-faktor eksternal diluar kendali

Dalam penelitian Dhina Ermayani (2009) menyatakan bahwa ada beberapa kekuatan serta kelemahaan dalam pengembangan klaster UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor studi kasus di Kecamatan Ciomas. Kekuatan yang dimiliki yaitu faktor input tenagakerja yang berpengalaman, harga produk yang terjangkau dan memiliki hubungan baik dengan pemasok bahan baku, distributor serta toko besar. Kelemahan yang dimiliki oleh industri kerajinan alas kaki ini ialah kekurangan modal untuk melakukan produksi, kurangnya manajerial dalam perusahaan sehingga produk kurang dikenal pasar dan kurangnya hubungan dengan badan pendukung produksi seperti badan keuangan serta badan pemerintahan.

Dan hasil penelitian Widyastutik, et al (2010). Menyatakan bahwa ada beberapa faktor utama penciri utama keragaman faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan UMKM alas kaki di Kota Bogor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor input (Input Condition), faktor permintaan (Demand Condition), industri pendukung yang terkait (Related and Supporting Industries), serta startegi perusahan dan pesaing (Content Firm and Stategy) dan modal sosial (Sosial Capital). Dari hasil penelitian yang berpengaruh signifikan terhadap klaster industri alas kaki adalah sumber daya sosial dan kondisi permintaan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah apakah faktor-faktor pengembangan klaster industri alas kaki yang berdaya saing dikembangkan oleh Widyastutik, et al itu berlaku dalam industri alas kaki di Kabupaten Bogor studi kasus di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas. Desa Mekarjaya merupakan tiga besar desa yang memiliki banyak industri alas kaki di Kecamatan Ciomas dan memiliki industri yang sudah relatif lama dalam memproduksi alas kaki ini. Analisis deskriprif kualitatis untuk mengkaji karakteristik perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya, kemudian dalam menganalisis faktor-faktor yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki digunakan analisis deskiptif menggunakan Diamond Porter. Analisis Regresi logit digunakan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi kelimpahan informasi dengan variabel dependen kelimpahan informasi sebagai salah satu yang melandasi aglomerasi perusahaan alas kaki. Penelitian-penelitian terdahulu telah dirangkum dalam Tabel 2.1.


(34)

26 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu :

No Nama Peneliti

Tahun Lingkup Wilayah Penelitian

Metode Hasil

1 Agung Wibowo

2009 CV Anugrah Jaya, Desa Sukamakmur, Kecamatan Ciomas Analisis Deskriptif, Analisis Pendapatan Usaha,

Analisis ROI, Analisis Rasio

R/C dan

Analisis SWOT

Kekuatan yang dimiliki yaitu tenagakerja, harga yang terjangkau dan jarak yang dekat. Kelemahan yang dimiliki ialah kurangnya manajerial, pesaing, kekuatan tawar grosir dan faktor-faktor eksternal diluar kendali perusahaan.

2 Dhina Ermayani

2009 UMKM Alas Kaki di Kabupaten Bogor studi kasus di Kecamatan Ciomas.

Analisis Deskriptif, Analisis Matriks IFE, EFE, SWOT, QSP.

Kekuatan yang dimiliki yaitu tenagakerja, harga yang terjangkau dan hubungan dengan industri terkait. Kelemahan yang dimiliki ialah sulitnya modal, kurangnya manajerial, kurangnya hubungan dengan badan terkait produksi

3 Widyastutik, Heti Mulyati dan Eka Intan K. Putri

2010 UMKM Alas Kaki di Kota Bogor studi kasus tiga kecamatan. Analisis Deskriptif, Analisis Peubah Ganda, Analisis Komponen Utama

faktor input (Input

Condition), faktor

permintaan (Demand Condition), industri pendukung yang terkait (Related and Supporting Industries), serta startegi perusahan dan pesaing

(Content Firm and

Stategy), dan sumber daya sosial (Sosial Capital). Dari hasil penelitian yang berpengaruh signifikan terhadap klaster industri alas kaki adalah sumber daya sosial dan kondisi permintaan.


(35)

27 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Dari data sekunder penelitian, industri UMKM memiliki potensi memberikan kontribusi PDB Indonesia kemudian UMKM yang memberikan kontribusi ke tiga dalam PDB indonesia adalah adalah industri pengolahan. Kabupaten bogor memiliki banyak industri pengolahan salah satu industri pengolahan yang potensial di Kabupaten Bogor adalah industri alas kaki. industri alas kaki tersebar di lima kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor dengan salah satu Kecamatan Ciomas dengan Desa Mekarjaya sebagai sentra alas kaki.

Berdasarkan studi terdahulu, upaya pengembangan UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan faktor internal seperti modal dan sumberdaya manusia, dan faktor eksternal seperti iklim usaha yang belum kondusif. Masalah ini mengakibatkan belum optimalnya daya saing industri alas kaki didesa Mekarjaya tersebut.

Kesulitan dalam pencarian modal baik dalam bentuk kredit maupun bentuk modal usaha lainnya diperlukan strategi untuk menyelesaikannya. Menurut studi sebelumnya, biasanya modal ini didapatkan dari para pengecer/grosir yang memesan alas kaki maupun dari keluarga dan lembaga non keuangan lainnya.

Kemudian strategi selanjutnya adalah perusahaan alas kaki menciptakan aglomerasi pada suatu tempat kasus di Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas yang telah dulu eksis di Kota Bogor, aglomerasi disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Marshall, ada tiga sebab terbentuknya aglomerasi yaitu kemudahan mendapatkan informasi, input lokal tidak diperdagangkan dan tenagakerja terampil. Dalam penelitian ini kelimpahan informasi sebagai faktor yang diteliti dimana dengan informasi dapat memengaruhi kebijakan perusahaan.

Analisis yang mengkaji keragaan unit usaha alas kaki di Desa Mekarjaya menggunakan analisis deskriptif kualitatif dalam melihat keragaan dan karakteristik masing-masing perusahaan alas kaki yang beraglomerasi. Karakteristik digambarkan dari lama usaha, pindidikan terakhir responden, tenaga kerja yang digunakan, input dan omset yang diperoleh.

Analisis selanjutnya untuk mengklarifikasi faktor yang memengaruhi kelimpahan informasi dalam perusahaan yang aglomerasi di Desa Mekarjaya menggunakan anlisis kuantitatif, Analisis kuantitatif menggunakan regresi logit


(36)

28 untuk menguji signifikansi antar variabel dimana variabel dependennya adalah kelimpahan informasi dalam aglomerasi perusahaan yang ada di Desa Mekarjaya. Setelah mengetahui variabel yang signifikan dalam mempengaruhi, direkomendasikan peningkatkan aglomerasi tersebut untuk memecahkan perolehan modal dengan cara meningkatkan penghematan industri alas kaki baik skala maupun cakupan.

Analisis yang memenentukan tingkat daya saing menggunakan metode

diamond porter dengan memperhitungkan kekuatan daya saing dari industri alas kaki. Metode diamond porter menunjukan bahwa ada beberapa faktor kekuatan daya saing di Desa Mekarjaya Kecamatan Ciomas. yaitu faktor input, faktor permintaan, faktor industri terkait, faktor strategi perusahaan struktur dan persaingan, Analisis tingkat daya saing menggunakan analisis deskriptif dalam melihat masing-masing faktor daya saing tersebut. Untuk jelasnya kerangka pemikiran diilustrasikan ke dalam Gambar 2.4

Gambar 2.4 Kerangka Penelitian

Banyak UMKM industri di Kabupaten Bogor berkumpul dan berpotensi dikembangkan salahsatunya alas kaki

Aglomerasi Industri Alas Kaki

Daya Saing Industri Alas Kaki

Analisis Deskriptif Daya Saing Diamond Porter

Rekomendasi Memaksimalkan Faktor Aglomerasi yang berdayasaing

Pembahasan dan Kesimpulan Terjadi masalah internal dan

eksternal dan permasalahan

Aglomerasi Perusahaan Alas

Analisis Regresi Logit Kelimpahan Informasi Karakteristik Usaha

Alas Kaki

Analisis Deskriptif Kualitatif


(37)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk digunakan sebagai tempat penarikan sampel hanya satu desa yaitu Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Pemilihan desa ini dikarenakan Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari tiga besar desa yang memiliki industri alas kaki di Kecamatan Ciomas. Kecamatan Ciomas dipilih karena kecamatan selain Kecamatan Ciomas tidak memiliki data industri alas kaki selengkap Kecamatan Ciomas. Untuk periode waktu penelitian sekitar bulan Juli sampai September 2012 dengan melakukan metode wawancara terstruktur dan observasi. Dengan melihat perilaku dan perkembangan perusahaan alas kaki di Desa Mekarjaya yang dipengaruhi oleh faktor musiman.

3.2 Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang utama digunakan dalam penelitian, Metode pengumpulan data primer yang digunakan peneliti ialah metode wawancara kepada responden yang dipandu dengan kuisioner penelitian dan observasi lapang. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen milik lembaga-lembaga publikasi pemerintah, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Bogor, Kecamatan Ciomas, hasil studi literatur dan referensi lainnya berupa berbagai buku, artikel, hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian. Data yang diambil dilihat pada Tabel 3.1

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Menurut Juanda (2010) metode wawancara ini merupakan alat yang baik untuk digunakan karena :

1. Metode terbaik untuk menilai keadaan pribadi 2. Tidak dibatasi umur dan tingkat pendidikan

3. Cocok sebagai kriterium terhadap data hasil observasi, kuesioner dan lain-lain 4. Dapat dilaksanakan sambil observasi.


(38)

30 Tabel 3.1 Jenis-Jenis Data yang Diambil dalam Penelitian

Jenis data Data Sub-Data

Sekunder

- Jumlah industri nasional - Produktivitas industri nasional

- Perkreditan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) secara nasional - Jumlah dan proporis (UMKM) sepatu menurut desa di Kecamatan Ciomas - Klasifikasi industri alas kaki di Desa Mekarjaya menurut tenagakerja

Faktor input - Ketersediaan input dasar

- Alat dan mesin produksi - Tenagakerja

- Modal

Faktor permintaan - Jumlah permintaan

- Luas pangsa pasar - Perolehan informasi - Promosi

Faktor industri pendukung dan terkait - Keterlibatan instalasi pemerintah - Keterlibatan lembaga penelitian - Keterlibatan lembaga keuangan - Keterlibatan asosiasi dan panguyuban Faktor strategi perusahaan dan pesaing - Kontinuitas ketersediaan produk

- Kualitas internal perusahaan - Kualitas eksternal perusahaan - Hubungan antar pengusaha

Faktor modal sosial - Permodalan usaha dari keluarga

- Dampak terhadap lingkungan - Moral yang dijunjung

- Kekeluargaan antar pekerja Persentase tenagakerja terampil Perbandingan antara jumlah

tenagakerja yang digunakan dengan jumlah tenagakerja terampil yang diperoleh dari kecamatan ciomas.

Kelimpahan informasi Kecepatan dan ketepatan sebuah

perusahaan memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam menentukan suatu kebijakan.

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ialah quota sampling. Teknik ini peneliti mengklasifikasikan populasi berdasarkan kriteria-kriteria tertentu seperti jumlah tenagakerja, jumlah aset dan omset yang digunakan oleh perusahaan alas kaki. Teknik ini dipilih untuk memastikan bahwa beberapa karakteristik populasi terwakili dalam contoh yang akan dipilih. Teknik quota sampling digunakan karena peneliti tidak memiliki sampling frame atau kerangka penarikan contoh yang berisi daftar lengkap anggota polulasi industri alas kaki di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

Jumlah Sampel yang diambil dalam penelitian adalah sebanyak 35 responden. Penelitian ini dilakukan berdasarkan jumlah minimal 30 responden


(39)

31 yang secara empiris jumlah responden yang dapat memberikan ragam untuk sampel stabil sebagai pendugaan ragam populasi (Walpole 1997). Penetapan ukuran contoh seperti ini agar mudah menggunakan analisis statistika yang standar karena menurut teori limit pusat, dugaan rata-rata akan mendekati sebaran normal. Penambahan responden dilakukan dengan asumsi bahwa semakun banyak jumlah responden maka data yang diperoleh semakin baik dan menggambarkan ragam populasi, penambahan ini mempertimbangkan kemampuan penulis.

Menurut Kantor Kecamatan Ciomas, 2009, klasifikasi unit usaha alas kaki yang berdasarkan tenagakerja (BPS, 1997) ada 3 golongan. Unit usaha mikro sebanyak 53 usaha atau 43 persen, unit usaha kecil Sebanyak 58 usaha atau 47 persen, dan unit usaha menengah sebanyak 10 usaha atau 10 persen. Dasar inilah klasifikasi dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dimana usaha mikro 43 persen atau 15 unit usaha, usaha kecil 48 persen atau 17 unit usaha dan usaha menengah 9 persen atau 3 unit usaha. Klasifikasi reponden tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Klasifikasi Responden Penelitian Alas Kaki di Desa Mekarjaya Klasifikasi Responden (Unit Usaha) Persentase

Mikro 15 43

Kecil 17 48

Menengah 3 9

Total 35 100

3.3 Metode Analisis

Metode analisis yamg digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif dan analisis regresi logit. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan karakteristik responden unit usaha alas kaki dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya. Analisis regresi logistik digunakan dalam menganalis faktor-faktor yang memengaruhi kelimpahan informasi suatu perusahaan dalam aglomerasi.

3.3.1 Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang menjelaskan atau memaparkan data hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis


(40)

32 ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah sampel atau populasi yang teramati dan dapat digambarkan lewat Tabel dan gambar. Sebagaimana diketahui bahwa analisis deskriptif tidak dilakukan perhitungan dan uji statistik. Sehingga tidak bisa dilakukan inferensia terhadap hasil analisis ini. Namun hasil analisis ini dapat memberikan informasi yang baik jika akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

A. Analisis Deskriptif Kualitatif Karakteristik Unit Alas Kaki

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskriptifkan karakteristik unit usaha alas kaki dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya. Karakteristik yang akan dianalisis diantaranya adalah lama usaha, pendidikan terakhir responden, tenagakerja yang digunakan, upah tenaga kerja, modal yang digunakan, omset perusahaan dan output yang dihasilkan dalam bentuk harga.

B. Analisis Deskriptif Tingkat Daya Saing Diamond Porter

Analisis daya saing akan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan menganalisis setiap komponen dalam teori berlian porter. (Porter’s Diamond Theory). Komponen yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan tingkat daya saing dengan menggunakan model diamond porter yaitu:

1. Faktor kondisi sumberdaya, yaitu keadaan faktor-faktor produksi dalam suatu industri seperti tenagakerja dan infrastruktur.

2. Faktor permintaan, yaitu keadaan permintaan atas produk alas kaki yang dihasilkan oleh unit usaha alas kaki.

3. Faktor industri pendukung dan terkait, yaitu keadaan industri yang mendukung usaha alas kaki seperti industri keuangan, industri hulu dan hilir serta distributor.

4. Faktor strategi perusahaan dan pesaing, yaitu strategi yang dijalankan perusahaan pada umumnya, struktur industri dan keadaan kompetisi dalam industri alas kaki.

Selain itu ada komponen lain yang terkait dengan keempat komponen utama tersebut, yaitu faktor kesempatan dan faktor pemerintah. Keempat faktor utama dan dua faktor pendukung tersebut saling berinteraksi dan hasil interaksi


(41)

33 sangat menentukan perkembangan dari industri yang dapat menjadi competitif adventage dari industri alas kaki. Interaksi antar faktor tersebut dapat digambarkan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Bagan Interaksi dari Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Daya Saing dalam Model Diamond Porter

3.3.2 Model Regresi Logistik

Analisis regresi logistik merupakan bagian dari analisis regresi, regresi logistik adalah persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara variabel tak bebas dengan sejumlah variabel bebas. Pada model regresi logistik variabel tak bebasnya bersifat biner, yakni memiliki nilai diskontinu 1 dan 0. Menurut Juanda (2009), regresi logistik merupakan suatu model dimana respon variabel terikat (Y) bersifat memihak kepada 1 dari 2 atau lebih pilihan yang ada. Model logit juga menggambarkan bagaimana peluang atau kemungkinan terpilihnya salah satu dari sejumlah pilihan yang tersedia, variabel terikat (Y) dibuat dalam bentuk dummy (0,1,2,3,...)

Nilai variabel tak bebas dari model logistik antara 0 dan 1, bentuk fungsi dari model logistik adalah

1− = + �+� ………. (3.1)

P adalah nilai peluang dari variabel tak bebas yang nilainya biner, yaitu 0 dan 1. Nilai P diperoleh dari : =�� = 1 = 1


(1)

80

Lampiran 4 Data Faktor Input

BIAYA BAHAN BAKU Perolehan

Modal

Besaran Modal (Rp. Juta)

Jumlah (Orang)

Upah (Rp. Ribu)

Dari Sekitar Usaha (Orang)

Biaya Input Per Kodi (Rp. Ribu)

jumlah (Buah Mesin Jahit)

Total Biaya (Rp. Ribu)

sendiri 60 45 300 23 350 45 25500

toko 4 5 200 4 120 8 1120

toko 15 7 300 5 230 40 2200

sendiri 50 8 400 4 390 2 9000

toko 15 9 250 5 355 26 7600

toko 10 6 270 6 410 50 3000

sendiri 5 10 160 5 180 4 1800

sendiri 6 6 180 6 270 5 2650

toko 28 6 200 6 255 2 1250

toko 4 8 175 8 145 4 2000

toko 4 3 320 1 145 4 2600

toko 10 4 330 4 250 2 2500

toko 10 10 200 8 200 8 5000

toko 3 3 300 3 150 2 1500

sendiri 2 4 250 4 180 3 1700

toko 5 6 270 6 120 1 700

toko 6 3 170 1 260 1 700

sendiri 5 4 190 4 110 2 1800

toko 15 5 350 3 200 3 1900

toko 4 5 180 5 155 3 1500

Toko 8 7 260 3 130 10 5000

sendiri 2 2 150 2 150 2 1300

toko 5 5 280 3 140 4 1900

toko 40 20 250 20 550 7 5000

toko 10 8 450 8 726 8 3700

toko 6 6 350 6 247 2 1200

toko 10 6 250 2 405 9 5500

toko 10 28 250 17 414 7 2600

toko 5 3 400 2 285 5 1800

toko 3 3 180 3 240 3 1500

toko 3 4 200 4 200 2 800

toko 3 5 200 5 300 4 1600

toko 10 7 360 2 500 10 5600

toko 3 8 200 8 500 5 2800

toko 3 6 300 4 205 4 1600

MODAL PRODUKSI

input

TEKNOLOGI TENAGA KERJA


(2)

81

Lampiran 5 Data Faktor Permintaan

PANGSA PASAR

Jumlah Permintaan

(Kodi Per Bulan)

Harga (Rp. Ribu

/ Kodi)

Luas Pangsa

Pasar

Ya atau

Tidak

Media Promosi

1

300

500

3

ya

contoh ke toko

ya

2

30

300

1

tidak

Tidak ada

tidak

3

40

300

2

ya

contoh ke toko

tidak

4

30

450

3

ya

contoh ke toko

tidak

5

30

430

2

tidak

Tidak ada

tidak

6

20

550

3

ya

Tidak ada

ya

7

60

160

2

ya

contoh ke toko

tidak

8

25

440

3

ya

contoh ke toko

ya

9

40

280

1

ya

Tidak ada

ya

10

25

210

1

ya

contoh ke toko

tidak

11

20

300

2

ya

contoh ke toko

tidak

12

30

300

1

ya

contoh ke toko

tidak

13

40

300

1

ya

contoh ke toko

tidak

14

20

200

1

ya

contoh ke toko

ya

15

30

250

2

ya

contoh ke toko

tidak

16

40

165

1

tidak

Tidak ada

tidak

17

30

290

1

tidak

Tidak ada

tidak

18

30

150

1

tidak

Tidak ada

tidak

19

50

300

3

ya

contoh ke toko

ya

20

20

260

1

ya

contoh ke toko

ya

21

60

170

2

ya

contoh ke toko

tidak

22

15

200

2

tidak

Tidak ada

tidak

23

40

260

1

ya

contoh ke toko

tidak

24

70

720

1

ya

contoh ke toko

tidak

25

30

1500

4

ya

contoh ke toko

ya

26

7

420

3

tidak

Tidak ada

tidak

27

25

550

3

ya

contoh ke toko

tidak

28

50

750

4

ya

contoh ke toko

ya

29

10

700

3

tidak

Tidak ada

tidak

30

10

300

3

ya

contoh ke toko

tidak

31

6

300

3

ya

contoh ke toko

tidak

32

10

400

3

ya

contoh ke toko

ya

33

20

600

3

ya

Tidak ada

tidak

34

30

400

3

ya

contoh ke toko

ya

35

18

480

3

ya

contoh ke toko

tidak

1. Bogor dan

sekitarnya

2. Pulau Jawa

3. Seluruh

Indonesia

4. Indonesia

dan Ekspor

No

Keterangan

Faktor Permintaan

PERMINTAAN

PROMOSI PRODUK

KELIMPAHAN

INFORMASI


(3)

82

Lampiran 6. Data Faktor Industri Pendukung dan Terkait

Keterlibatan Frekuensi Keterlibatan Frekuensi Keterlibatan Frekuensi Keterlibatan Frekuensi

1 2 1 1 0 2 1 2 1

2 1 0 1 0 1 0 1 0

3 3 1 3 1 1 0 1 0

4 3 2 1 0 3 0 3 1

5 1 0 1 0 1 0 1 0

6 3 1 1 0 1 0 2 1

7 1 0 1 0 3 1 3 1

8 1 0 1 0 1 0 1 0

9 1 0 2 1 2 1 1 0

10 1 0 1 0 3 1 1 0

11 1 0 1 0 1 0 1 0

12 1 0 1 0 1 0 2 1

13 3 1 1 0 1 0 1 0

14 2 1 1 0 1 0 1 0

15 1 0 1 0 1 0 1 0

16 1 0 1 0 1 0 1 0

17 1 0 1 0 1 0 1 0

18 1 0 1 0 1 0 1 0

19 1 0 1 0 1 0 1 0

20 1 0 1 0 1 0 1 0

21 1 0 1 0 1 0 1 0

22 1 0 1 0 1 0 1 0

23 1 0 1 0 1 0 1 0

24 1 0 1 0 1 0 1 0

25 1 0 1 0 1 0 1 0

26 1 0 1 0 2 1 1 0

27 1 0 1 0 1 0 2 1

28 1 0 1 0 1 0 1 0

29 1 0 1 0 1 0 1 0

30 1 0 2 1 1 0 1 0

31 1 0 1 0 1 0 1 0

32 1 0 1 0 1 0 1 0

33 1 0 1 0 1 0 1 0

34 1 0 1 0 2 1 1 0

35 1 0 1 0 1 0 1 0

1. Belum Ada 1. Belum Ada 1. Belum Ada 1. Belum Ada

2. Hanya

sekali 2. Hanya sekali

2. Hanya sekali

2. Hanya sekali

3. Periodik 3. Periodik 3. Periodik 3. Periodik

E R A N G A N No

Faktor Industri Pendukung


(4)

83

Lampiran 7. Data Faktor Strategi Perusahaan dan Pesaing

Kekontinuitas Manajemen

Input Kualitas

Tunjangan

Hari Raya Fasilitas

Pembukuan

Keuangan Dengan Hulu

Dengan hilir (Tahun)

1 ya 4 5 ya konsumsi 2 murah 15 1

2 ya 3 4 ya konsumsi 1 order 5 2

3 ya 3 5 ya konsumsi 3 bonus 10 1

4 ya 3 5 ya konsumsi 2 dekat 3 3

5 ya 4 4 ya konsumsi 3 ngutang 7 1

6 ya 3 5 ya konsumsi 3 murah 6 4

7 ya 3 4 ya konsumsi 2 murah 20 3

8 ya 4 5 ya konsumsi 2 grosir 1 4

9 ya 4 3 ya konsumsi 1 tidak 5 2

10 ya 3 4 ya konsumsi 2 murah 3 4

11 tidak 2 3 ya konsumsi 2 murah 2 3

12 tidak 3 4 ya konsumsi 1 tidak 20 3

13 tidak 3 5 ya konsumsi 1 tidak 7 1

14 ya 3 4 ya konsumsi 1 murah 4 4

15 ya 4 5 ya konsumsi 2 bonus 4 3

16 ya 3 3 ya konsumsi 1 murah 4 3

17 ya 3 3 ya konsumsi 1 grosir 4 1

18 ya 4 5 ya konsumsi 1 dekat 5 4

19 tidak 3 4 ya konsumsi 2 ngutang 4 3

20 tidak 3 3 ya konsumsi 2 grosir 15 3

21 ya 3 4 ya konsumsi 1 dekat 5 3

22 tidak 2 4 ya konsumsi 1 murah 1 2

23 ya 3 5 ya konsumsi 2 tidak 7 3

24 ya 4 4 ya konsumsi 2 murah 2 2

25 ya 3 3 ya konsumsi 1 murah 20 2

26 ya 4 4 ya konsumsi 2 grosir 1 4

27 ya 3 3 ya konsumsi 2 tidak 5 3

28 ya 3 4 ya konsumsi 1 murah 3 3

29 tidak 4 5 ya konsumsi 1 murah 2 1

30 ya 3 4 ya konsumsi 1 tidak 3 4

31 ya 3 5 ya konsumsi 2 grosir 3 3

32 ya 3 3 ya konsumsi 1 murah 4 3

33 ya 2 3 ya konsumsi 1 bonus 4 1

34 tidak 3 5 ya konsumsi 1 murah 4 4

35 ya 4 4 ya konsumsi 2 grosir 4 3

1.Sangat Buruk 1.Sangat Buruk 1.Sangat Buruk 1.Sangat Buruk

2. Buruk 2. Buruk 2. Buruk 2. Buruk

3. Biasa 3. Biasa 3. Biasa 3. Baik

4. Baik 4. Baik 4. Baik 4. Sangat Baik 5. Sangat Baik 5. Sangat Baik 5. Sangat Baik

No

Keterangan

KUALITAS INTERNAL PEGAWAI

Faktor Strategi Perusahaan

KONTINU INPUT KUALITAS EKSTERNAL INDUSTRI

KONDISI PERSAINGAN


(5)

84

Lampiran 8. Data Faktor Modal Sosial

Modal Total

(Rp. Juta) Asal Modal

Tindatakan Atas Sampah

Kata Tetangga

Untuk Alam

Moral Yang Dijunjung

Hukuman

Pegawai Loyalitas Tindakan Frekuensi

1 100 2 bakar sangat baik 5 1 5 pecat 5.15 ya 4

2 10 4 truk baik 4 1 4 pecat 6.7 ya 3

3 40 3 bakar baik 4 1 5 pecat 5,10 ya 1

4 90 1 Olah, truk baik 4 1 5 pecat 2.24 ya 4

5 30 1.2 bakar, jual, olah biasa 3 1 5 pecat 4.12 ya 1

6 17 1.2 truk baik 4 1 5 pecat 8.32 ya 2

7 10 1 dijual, truk biasa 3 1 5 pecat 3.22 ya 1

8 11 1.2 truk baik 4 1 4 pecat 8.8 ya 5

9 30 2 dijual, truk baik 4 1 4 pecat 4.42 ya 1

10 8 1.2 bakar, truk biasa 3 1 4 pecat 5.15 ya 2

11 7 1.2 dijual, truk baik 4 1 5 pecat 1.5 ya 2

12 15 2 dibakar baik 4 1 5 pecat 10,20 ya 3

13 18 1.2 truk buruk 2 1 4 pecat 5,20 ya 3

14 9 1.2 dibakar, truk baik 4 1 5 pecat 10.12 ya 4

15 6 1 daur, jual baik 4 1 5 pecat 12.12 ya 4

16 7 2 dibakar, dijual biasa 3 1 4 pecat 17.27 ya 3

17 8 2 dibakar biasa 3 1 4 pecat 3,10 ya 2

18 8 1 dibakar biasa 3 1 5 pecat 12.15 ya 4

19 19 1.2 dijual, truk baik 4 1 5 pecat 5,20 ya 5

20 7 2 dijual, truk biasa 3 1 5 pecat 5.16 ya 4

21 5 1.2 dijual baik 4 1 4 pecat 6.13 ya 4

22 4 1 truk baik 4 1 4 pecat 6,10 ya 3

23 9 1.2 dijual, truk baik 4 1 5 pecat 10.15 ya 4

24 55 2 truk baik 4 1 5 pecat 2.2 ya 3

25 18 2 dijual, truk baik 4 1 5 pecat 10.28 ya 5

26 9 2 dijual, truk biasa 3 1 5 pecat 5.7 ya 4

27 17 2 dijual baik 4 1 4 pecat 15.21 ya 3

28 20 1.2 truk baik 4 1 4 pecat 7.13 ya 3

29 8 2 dijual, truk baik 4 1 5 pecat 10,30 ya 4

30 5 2 truk baik 4 1 4 pecat 2.3 ya 4

31 5 1 dibakar baik 4 1 4 pecat 1.3 ya 3

32 6 2 truk buruk 2 1 5 pecat 14,20 ya 4

33 18 1.2 dibakar, truk baik 4 1 5 pecat 5.8 ya 3

34 8 2 daur, jual baik 4 1 4 pecat 4.8 ya 5

35 6 2 dibakar, dijual biasa 3 1 4 pecat 5.5 ya 4

1. Sendiri 1.Sangat Buruk 1.Sangat

Buruk

1.Sangat Buruk

2. Order 2. Buruk 2. Buruk 2. Buruk

3. Lembaga

keuangan 3. Biasa 3. Biasa 3. Biasa

4. Keterlibatan

Keluarga 4. Baik 4. Baik 4. Baik

5. Sangat Baik 5. Sangat Baik

5. Sangat Baik No

K E T E R A N G A N

Tahun Kerja pegawai Terlama Per

Tahun Berdiri Perusahaan

Faktor Modal Sosial


(6)

85

Lampiran 9. Data Faktor Kelimpahan Informasi

No

(Y) Kelimpahan

Informasi

(X1) Persaingan Harga dan Model

Loyalitas Konsumen

(Tahun)

(X2) Loyalitas Konsumen per Lama

Usaha

(X3) Lama Usaha (Tahun)

(X4) Tenagakerja

(Orang)

(X5) Promosi

1 1 1 15 1.00 15 45 1

2 0 2 5 0.71 7 5 0

3 0 1 10 1.00 10 7 1

4 0 3 3 0.13 24 8 1

5 0 1 7 0.58 12 9 0

6 1 4 6 0.19 32 6 1

7 0 3 20 0.91 22 10 1

8 1 4 1 0.13 8 6 1

9 1 2 5 0.12 42 6 1

10 0 4 3 0.20 15 8 1

11 0 3 2 0.40 5 3 1

12 0 3 20 1.00 20 4 1

13 0 1 7 0.35 20 10 1

14 1 4 4 0.33 12 3 1

15 0 3 4 0.33 12 4 1

16 0 3 4 0.15 27 6 0

17 0 1 4 0.40 10 3 0

18 0 4 5 0.33 15 4 0

19 1 3 4 0.20 20 5 1

20 1 3 15 0.94 16 5 1

21 0 3 5 0.38 13 7 1

22 0 2 1 1.00 1 2 0

23 0 3 7 0.47 15 5 1

24 0 2 2 1.00 2 20 1

25 1 2 20 0.71 28 8 1

26 0 4 1 0.14 7 6 0

27 0 3 5 0.24 21 6 1

28 1 3 3 0.23 13 28 1

29 0 1 2 0.07 30 3 0

30 0 4 3 1.00 3 3 1

31 0 3 3 1.00 3 4 1

32 1 3 4 0.20 20 5 1

33 0 1 4 0.50 8 7 1

34 1 4 4 0.50 8 8 1

35 0 3 4 0.80 5 6 0

1 - Terjadi 1.Sangat Buruk 1 - Promosi

0 - Tidak

Terjadi 2. Buruk

0 - Tidak Promosi 3. Baik

4. Sangat Baik

Ke

ter

anga