Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu Putih di Areal Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk

PENDUGAAN POTENSI SIMPANAN KARBON TEGAKAN
CAMPURAN AKASIA DAN KAYU PUTIH DI AREAL
REKLAMASI PT. BUKIT ASAM (Persero) Tbk

CIKAL UTAMI WILLUJENG

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Potensi
Simpanan Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu putih di Areal Reklamasi
PT. Bukit Asam (Persero) Tbk adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Cikal Utami Willujeng
NIM E4408045

ABSTRAK
CIKAL UTAMI WILLUJENG. Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan
Campuran Akasia dan Kayu Putih di Areal Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk. Dibimbing oleh OMO RUSDIANA dan DADAN MULYANA.
Reklamasi adalah upaya untuk mengembalikan kondisi pasca tambang
sesuai peuntukkan lahan. Revegetasi yang dapat dilakukan adalah dengan cara
menanam jenis akasia dan kayu putih. Salah satu hasil dari reklamasi adalah
adanya kandungan karbon yang diserap dan disimpan dalam bentuk biomassa,
sehingga simpanan karbon dapat diduga dari potensi biomassanya. Faktor yang
mempengaruhi besarnya biomassa adalah kesuburan tanah, umur tegakan, tingkat
perkembangan vegetasi, iklim, komposisi dan struktur tegakan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa potensi biomassa di areal bekas jalan penambangan (blok B)
sebesar 16,70 ton/ha lebih besar dari areal bekas galian penambangan (blok A)
sebesar 14,24 ton/ha. Hasil pendugaan potensi simpanan karbon berbanding lurus

dengan potensi biomassa. Simpanan karbon pada blok A yaitu 4,14 ton/ha dan
pada blok B 5,56 ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan tegakan
campuran akasia dan kayu putih dalam menyimpan karbon belum optimal.
Kata kunci: akasia, biomassa, kayu putih, simpanan karbon, reklamasi

ABSTRACT
CIKAL UTAMI WILLUJENG. Estimation of Carbon Storage Potency of Acacia
and Eucalyptus Mixed Stand in Mine Reclamation at PT. Bukit Asam (Persero)
Tbk. Supervised by OMO RUSDIANA and DADAN MULYANA.
Reclamation is an attempt to restore the appropriate post-mining land uses.
Revegetation of land can be done by planting acacia and eucalyptus. One of the
results of reclamation is the carbon content that absorbed and stored in biomass,
so carbon storage can be expected from their biomass. The influence factors of
biomass value are soil fertility, age of stands, vegetation developing stage, climate,
composition and structure of stands. The result show that the biomass potency in
exhauling area (block B) is 16,70 tons/ha is bigger than post mining area (block
A) is 14,24 tons/ha. Estimation of potency of carbon storage is proportional to the
biomass potency. Carbon storage in block A is 4,14 tons/ha and in block B is 5,56
tons/ha. The result show the ability of acacia and eucalyptus in storing carbon is
not optimal yet.

Keywords: acacia, biomass, carbon storage, eucalyptus, reclamation

PENDUGAAN POTENSI SIMPANAN KARBON TEGAKAN
CAMPURAN AKASIA DAN KAYU PUTIH DI AREAL
REKLAMASI PT. BUKIT ASAM (Persero) Tbk

CIKAL UTAMI WILLUJENG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


Judul Skripsi : Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan Campuran Akasia
dan Kayu Putih di Areal Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk
Nama
: Cikal Utami Willujeng
NIM
: E44080045

Disetujui oleh

Dr Ir Omo Rusdiana, MSc, FTrop
Pembimbing I

Dadan Mulyana, SHut, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
Rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 ini berjudul Pendugaan Potensi Simpanan
Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu Putih di Areal Reklamasi PT. Bukit
Asam (Persero) Tbk.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Omo Rusdiana dan Bapak
Dadan Mulyana selaku pembimbing, serta Bapak Erianto Indra Putra dan tim
yang telah membantu penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. dan seluruh dosen beserta staf
Departemen Silvikultur. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah
Ayi Saefullahak, Ibu Ida Jubaidatul Asna, Bapak Mas Ali, Abang Faisal Amin
Nasution serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terimakasih atas bantuannya kepada Silvikultur 45 dan keluarga besar
LAWALATA IPB terutama angkatan Bantimurung Bulusaraung.
Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.


Bogor, September 2013
Cikal Utami Willujeng

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

vi
vi
vi
1

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE

1

1
1
2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan
Metode Kerja
Analisis
HASIL DAN PEMBAHASAN

2
2
2
4
5

KESIMPULAN DAN SARAN

13


Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

13
13
14

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL
1
2
3

4
5
6

Sifat kimia tanah pada lokasi penelitian
Kadar hara tanah di lokasi penelitian
Tekstur tanah pada lokasi penelitian
Potensi biomassa tegakan campuran akasia dan kayu putih
Presentase kandungan karbon dalam biomassa tegakan campuran
akasia dan tegakan kayu putih di areal reklamasi PTBA
Potensi biomassa dan karbon total di atas permukaan lahan reklamasi

7
8
9
10
11
13

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6

Desain plot penelitian satu kluster plot FHM
Kondisi tegakan campuran akasia dan kayu putih
Potensi biomassa dan karbon tegakan campuran
Potensi biomassa dan karbon tumbuhan bawah
Potensi biomassa dan karbon serasah
Potensi biomassa dan karbon nekromassa

3
6
10
11
12
12


DAFTAR LAMPIRAN
1

Peta reklamasi PTBA

15

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perubahan iklim global yang terjadi dipengaruhi oleh peningkatan
konsentrasi gas rumah kaca (GRK). Penyebab naiknya GRK adalah
karbondioksida (CO2) yang dilepaskan oleh pembakaran bahan bakar fosil,
kerusakan ekosistem gambut, degradasi dan deforestasi. Salah satu penyebab
degradasi dan deforestasi adalah adanya kegiatan pertambangan. Kegiatan
pertambangan yang menggunakan teknik penambangan terbuka berakibat
perubahan bentuk bentang alam sehingga upaya-upaya guna menjamin
pemanfaatan lahan di areal bekas tambang perlu dilakukan. Reklamasi adalah
upaya untuk mengembalikan kondisi pasca tambang sesuai peruntukkan lahan.
Salah satu produsen batubara di Indonesia yang mempunyai komitmen menjaga
kelestarian lingkungan dengan melakukan kegiatan reklamasi adalah PT. Bukit
Asam (Persero) Tbk. (PTBA). Berdasarkan status kawasan, kegiatan
pertambangan di PTBA yang berada di dalam kawasan hutan memiliki izin
pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) seluas 3.453 ha. Setelah selesai melakukan
kegiatan pertambangan didalam kawasan hutan, PTBA mempunyai kewajiban
untuk mengembalikan kawasan tersebut menjadi hutan kembali.
Keberadaan hutan dan keseimbangan ekosistemnya mampu mengurangi
kandungan CO2 di atmosfer. Tegakan hutan yang terdiri dari pohon memegang
peran penting dalam penyerapan CO2. Gas CO2 diserap oleh tumbuhan melalui
proses fotosintesis dan hasilnya disimpan dalam bentuk biomassa yang
menjadikan vegetasi semakin tinggi dan besar
Revegetasi yang telah dilakukan PTBA adalah dengan cara menanam jenis
akasia dan kayu putih. Pendugaan potensi karbon tersimpan pada tegakan
campuran akasia (Acacia auriculiformis) dan kayu putih (Melaleuca cajuputi)
dilakukan untuk menduga berapa besar karbon tersimpan dari hasil kegiatan
reklamasi yang sudah dilakukan. Salah satu hasil dari reklamasi adalah kandungan
karbon yang diserap dan disimpan oleh kedua tegakan tersebut.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga potensi karbon tersimpan pada
tegakan campuran akasia dan kayu putih di areal reklamasi PTBA.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi PTBA
tentang potensi simpanan karbon pada areal reklamasi tegakan campuran akasia
dan kayu putih.

2

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di areal reklamasi PTBA, Kabupaten Muara Enim,
Sumatera Selatan. Lokasi penelitian dilakukan pada 2 areal dengan kondisi yang
berbeda. Areal pertama adalah bekas penambangan batubara secara terbuka (Blok
A), pada blok ini tanaman hasil reklamasi yaitu akasia dan kayu putih berumur 3
tahun. Areal kedua adalah bekas jalan (Blok B), pada blok ini tanaman hasil
reklamasi yaitu akasia dan kayu putih berumur 4 tahun. Penelitian pendugaan
simpanan karbon ini dilaksanakan pada bulan Maret−April 2012.

Alat dan Bahan
Peralatan pengukuran dan pengambilan sampel meliputi meteran 40 meter,
kompas, tali rafia, pita ukur 150 cm, hagameter, GPS, golok, chain saw, terpal,
timbangan 200 kg, timbangan 2 kg, plastik sampel, label, kamera digital, tally
sheet, dan alat tulis. Peralatan di laboratorium meliputi golok, oven, neraca
analitik, cawan abu, desikator, alat saring (mesh screen), alat penggiling (willey
mill), dan tanur listrik.
Bahan yang diteliti adalah tegakan campuran akasia dan kayu putih di blok
A dan blok B.

Metode Kerja
Pembuatan Petak Penelitian dan Pengambilan Sampel Tanah
Plot yang digunakan dalam penelitian adalah plot Forest Health Monitoring
(FHM). Plot FHM merupakan plot permanen sehingga data perkembangan
tanaman berupa biomassa, biodiversitas, produktivitas, vitalitas dan kualitas lahan
dapat terpantau secara kontinyu. Plot FHM dalam penelitian ini hanya digunakan
untuk menentukan kerapatan tegakan dan pengambilan sampel tanah.
Penghitungan biomassa dan simpanan karbon didasarkan pada tegakan yang
terdapat pada annular plot, sedangkan pengambilan sampel tanah dilakukan pada
tiga buah titik sampel tanah yang mewakili kondisi areal. Desain plot FHM dapat
dilihat pada Gambar 1.
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan metode tanah terusik (disturb)
dimulai dengan membersihkan permukaan tanah, kemudian tanah diambil secara
komposit pada 3 titik menggunakan golok pada kedalaman 0–10 cm dan 10−20
cm. Sampel tanah berjumlah 6 di setiap areal, sampel dicampur menjadi satu
tanah komposit pada setiap kedalaman. Sampel dimasukan kedalam plastik
berlabel dan dianalisis di laboratorium.

3

Gambar 1 Desain plot penelitian satu kluster plot FHM (USDA-FS,
1997). Ukuran jari-jari setiap plot yaitu: 2,07 m untuk
microplot, 7,32 m untuk subplot dan 17,95 m untuk
annular plot.

Pengukuran Potensi Tegakan dan Biomassa
Pengukuran potensi tegakan dilakukan dengan inventarisasi tegakan
meliputi identifikasi nama jenis, pengukuran tinggi bebas cabang (m) dan tinggi
total (m), serta pengukuran diameter (cm) pada ketinggian 1,3 m di atas
permukaan tanah.
Biomassa adalah jumlah total bahan organik hidup yang dinyatakan dalam
berat kering oven dalam ton per unit area. Menurut Pamudji (2011) secara umum
ada 4 metode pendugaan biomassa yaitu:
1 Metode sampling dengan pemanenan (destruktif)
2 Metode sampling tanpa pemanenan
3 Metode pendugaan pengindraan jauh
4 Metode pembuatan model
Pengukuran biomassa dalam penelitian ini menggunakan metode destruktif.
Metode ini dilakukan dengan cara menebang pohon contoh diluar klaster yang
dipilih melalui pengamatan langsung. Pengumpulan data pohon contoh melalui
tahapan pengukuran diameter dan tinggi pohon. Pemangkasan cabang yang masih
teraih dan penebangan batang utama, dilanjutkan pemisahan bagian-bagian pohon
menjadi kelompok batang, kelompok cabang, kelompok ranting dan kelompok
daun dan bunga. Selanjutnya penimbangan bagian-bagian pohon dan pengambilan
sampel sebesar 200 gram untuk uji di laboratorium.

4
Perhitungan Biomassa Tumbuhan Bawah, Serasah dan Nekromassa
Pada setiap petak penelitian berukuran 1 m x 1 m di dalam plot annular
dilakukan perhitungan biomassa tumbuhan bawah meliputi tumbuhan menjalar,
semak-semak, dan rumput. Seluruh tumbuhan bawah yang terdapat di dalam plot
ditebang, dikumpulkan dan ditimbang. Selain perhitungan biomassa tumbuhan
bawah, dilakukan juga perhitungan biomassa serasah dan nekromassa pada petak
yang sama. Nekromassa merupakan massa bagian pohon yang telah mati baik
yang masih dalam kondisi tegak di suatu lahan (batang, tunggak atau tunggul
pohon), atau telah tumbang/tergeletak pada permukaan tanah yang belum terurai
secara sempurna (Hairiah dan Rahayu 2007). Seluruh serasah dan nekromassa
dikumpulkan dan ditimbang untuk mendapatkan total berat basahnya. Selanjutnya
contoh masing-masing dari tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa diambil
untuk sampel sebanyak 200 gram dan disimpan dalam kantong berlabel.

Analisis
Pengovenan
Seluruh sampel di oven pada suhu 105oC selama ± 48 jam. Selanjutnya
ditimbang untuk mendapat data berat kering sehingga kadar air sampel dapat
dihitung. Data berat kering sampel ini juga diperlukan untuk mengkonversi
kandungan karbon sampel menjadi kandungan karbon pohon dalam klaster.

Perhitungan Kadar Air
Sampel yang telah dikumpulkan dilakukan perhitungan kadar airnya.
Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), kadar air dihitung dengan menggunakan
rumus:
BBc-BKc
%KA =
x100%
BKc
Dimana: %KA = persen kadar air (%)
BBc = berat basah contoh (gr)
BKc = berat kering contoh (gr)

Perhitungan biomassa
Perhitungan biomassa tegakan ( batang, cabang, ranting, dan daun serta
bunga), tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa dilakukan menggunakan rumus
Haygreen dan Bowyer (1989) yaitu:
BB
BKT =

1+ % KA
100
Dimana: BKT = berat kering tanur (kg)
BB
= berat basah(kg)
%KA = persen kadar air (%)

5
Potensi Karbon
Kadar karbon terikat diukur dengan metode SNI 06-3730-1995 dengan
rumus:
Kadar Karbon = 100% - kadar zat terbang - kadar abu.
Perhitungan kadar karbon melalui tahapan:
1 Perhitungan kadar air sampel karbon.
Sampel bagian-bagian pohon dicincang, dioven, dan digiling untuk selanjutnya
disaring. Serbuk sampel sebanyak ±2 gram dari saringan 40−60 mess
dimasukan kedalam cawan abu untuk di oven pada suhu 105 oC sampai
beratnya konstan dan didapatkan persen kadar air.
2 Perhitungan zat terbang
Cawan abu yang berisi serbuk dimasukan kedalam tanur listrik selama 2−10
menit pada suhu 950 ± 20oC sampai tidak berasap. Setelah didinginkan dalam
desikator, sampel segera ditimbang dan dicatat nilai zat terbangnya.
3 Perhitungan persen abu
Sampel kembali dimasukan kedalam tanur selama ± 6 jam. Selanjutnya
dipindahkan kedalam oven selama 24 jam pada suhu 105oC dan ditimbang
untuk mendapat data persen abu.
Selanjutnya untuk mengetahui berat karbon dilapangan, dilakukan
pendugaan karbon dari biomassa berdasarkan SNI 7724 (2011), dengan
menggunakan rumus:
Cb
= B x %C organik
Dimana:
Cb
= kandungan karbon dari biomassa (kg)
B
= total biomassa (kg)
%C organik
= nilai presentase kandungan karbon, sebesar 0,47 atau
menggunakan nilai persen karbon yang diperoleh dari
hasil pengukuran di laboratorium.
Dalam penelitian ini, nilai persentase kandungan karbon yang digunakan
berasal dari nilai persentase karbon hasil pengukuran di laboratorium. Potensi
simpanan karbon diketahui melalui konversi simpanan karbon total yang
tersimpan pada tiap bagian pohon dengan jumlah pohon per hektarnya (Hardjana
2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Badan Usaha Milik Negara PT. Bukit Asam (Persero) Tbk memiliki kantor
pusat di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Luas PTBA
Unit Tanjung Enim adalah ±15.500 ha yang terdiri dari 3 lokasi penambangan
yaitu Tambang Air Laya ±7.621 ha, Muara Tiga Besar ±3.300 ha dan Bangko
Barat ±4500 ha.
Wilayah Tanjung Enim khususnya PTBA terletak pada ketinggian 400 m
dpl. Klasifikasi iklim PTBA menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe A dan
banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 2500−3500 mm. Jenis tanah yang
terdapat di PTBA adalah Podsolik dan Latosol.

6
Kegiatan pertambangan di PTBA menggunakan metode penambangan
terbuka yang merubah bentuk bentang alam. Permasalahan dan tantangan yang
timbul selanjutnya dalam mereklamasi diantaranya pengelolaan air asam tambang,
perbaikan kesuburan tanah, pengendalian erosi, ketersediaan dana dan kualiatas
sumberdaya manusia (Mansur 2010). Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan
maka sesuai PP RI No: 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang,
kegiatan reklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan tidak harus menunggu
proses pertambangan secara keseluruhan selesai dilakukan.
Tegakan hutan hasil revegetasi di PTBA didominasi oleh tanaman akasia
(Acacia mangium dan Acacia auriculiformis), kayu putih (Melaleuca cajuputi),
sengon (Paraserianthes falcataria), angsana (Pterocarpus indicus), saga
(Adenanthera parvifolia), dan trembesi (Albizia saman). Sedangkan pada hutan
yang masih asli terdapat jenis-jenis lokal seperti plangas (Aporosa aurita), waru
(Hibiscus spp ) dan keliat (Microcos tomentosa). Saat ini, jenis akasia sudah tidak
lagi digunakan seiring dikeluarkannya Permenhut RI tentang Pedoman Reklamasi
Hutan, bahwa jenis tanaman diarahkan pada penanaman jenis tumbuhan asli yang
sesuai dengan iklim dan kondisi tanah setempat. Sementara itu, jenis kayu putih
merupakan jenis yang dominan ditanam di PTBA. Selain karena kemampuannya
tumbuh di lahan terbuka, jenis ini juga tidak disukai oleh sapi yang mudah
dijumpai di areal reklamasi PTBA. Daun kayu putih di PTBA juga dimanfaatkan
untuk produksi minyak atsiri melalui kegiatan kemitraan dengan masyarakat.
Data penelitian diambil di areal reklamasi yang merupakan bekas
penambangan batubara secara terbuka (Blok A) dan di areal reklamasi bekas jalan
(Blok B) (Gambar 2).

Gambar 2

Kondisi tegakan campuran akasia dan kayu putih di
areal reklamasi: a) bekas penambangan (blok A) dan
b) bekas jalan (blok B)

Karakteristik Lahan pada Lokasi Penelitian
Karakteristik lahan pada lokasi penelitian dapat diketahui melalui informasi
tata ruang, status kawasan, sejarah pengelolaan lahan, dan kesuburan tanah.
Penggunaan lahan (land use) wilayah Tanjung Enim berupa pemukiman, pertanian,
perkebunan dan industri. Berdasarkan penutupan lahan (land cover) wilayah Tanjung
Enim tutupan lahannya berupa sawah, semak, lahan terbangun, lahan terbuka, dan

7
pertambangan karena telah diketahui adanya mineral dibawah permukaan tanah pada
kedalaman tertentu.
Berdasarkan status kawasan, kegiatan pertambangan di PTBA yang berada
di dalam kawasan hutan memiliki izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH)
seluas 3.453 ha. Setelah selesai melakukan kegiatan pertambangan didalam
kawasan hutan, PTBA mempunyai kewajiban untuk mengembalikan kawasan
tersebut menjadi hutan kembali. Kedua lokasi penelitian yaitu blok A dan blok B
termasuk kedalam kawasan hutan yang telah selesai dilakukan rangkaian kegiatan
pertambangan, reklamasi yang dilakukan yaitu dengan cara menanam jenis akasia
dan kayu putih. Blok A merupakan bekas penambangan secara terbuka, pada
lokasi ini dilakukan reklamasi berupa penataan timbunan batuan penutup dan
penyebaran tanah. Penyebaran tanah dilakukan dengan menempatkan lapisan
subsoil setebal 2 meter dan tanah pucuk (topsoil) setebal 0,3−0,5 meter, namun
seringkali penyebaran tanah penutup tidak sesuai tergantung stok tanah yang
tersedia. Blok B yang merupakan bekas jalan melalui tahapan reklamasi berupa
penggemburan tanah dan penebaran topsoil. Selanjutnya sebelum proses
penanaman di kedua blok penelitian, dilakukan penyebaran kapur pertanian
(kaptan) pada tanah yang dimaksudkan untuk menetralkan pH tanah,
meningkatkan unsur hara, serta memperbaiki stuktur dan tekstur tanah.
Penyebaran kaptan ini dilakukan satu hari sebelum penanaman, sedangkan masa
inkubasi kaptan dalam tanah yang sesuai adalah selama 2 minggu sampai 1 bulan.
Hal ini akan menjadi faktor kematian bibit saat awal penanaman karena pH tanah
masih asam. Revegetasi dimulai dengan penebaran Legume Cover Crop (LCC)
yang berfungsi untuk mengurangi laju erosi, menstabilkan struktur tanah dan
membentuk lanscape baru. Selanjutnya dilakukan pemasangan ajir dan pembuatan
lubang tanam dengan jarak 4x4 m. Pemberian pupuk bokashi dan urea dilakukan
pada saat penanaman serta saat tanaman berumur 2 bulan dan 1 tahun. Kegiatan
penyulaman tanaman yang mati di areal reklamasi PTBA dilakukan selama 2
tahun dan pengayaan dilakukan 3 tahun setelah penanaman pionir. Selain itu,
bentuk pemeliharaan tanaman yang dilakukan berupa pemupukan dan penyiraman.
Kesuburan tanah dikedua blok penelitian diketahui dari hasil analisis sampel
tanah di laboratorium. Kesuburan tanah merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi besarnya biomassa tegakan hutan disamping faktor lainnya seperti
umur tegakan hutan, tingkat perkembangan vegetasi, iklim, komposisi dan
struktur tegakan (Kusmana 1993). Hasil analisis tanah pada Tabel 1 menunjukan
bahwa tanah pada kedua lokasi penelitian memiliki derajat keasaman (pH) yang
rendah yaitu 3,60−4,40 sehingga mempengaruhi Kapasitas Tukar Kation (KTK).

Tabel 1 Sifat kimia tanah pada lokasi penelitian
Lokasi penelitian
Blok A
Blok B

Kedalaman (cm)

pH

KTK (me/100 g)

0−10
10−20
0−10
10−20

4,40 (rendah)
4,40 (rendah)
3,90 (rendah)
3,60 (rendah)

9,52 (rendah)
6,80 (rendah)
21,52 (sedang)
14,27 (rendah)

Kemampuan tanah dalam mempertukarkan kation (KTK) dapat memberikan
gambaran tentang ketersediaan hara tanah yang dapat dimanfaatkan oleh akar
tanaman. Nilai KTK tanah di blok B adalah 14,27−21,52 (sedang), dan KTK

8
tanah blok A yaitu 6,80−9,52 (rendah). Hal ini menunjukan tanah blok B lebih
subur dibandingkan blok A. Lokasi penelitian blok B yang merupakan bekas jalan
tidak mengalami perubahan bentang alam yang besar, sehingga unsur haranya
masih banyak tersedia (Tabel 2).
Tabel 2 Kadar hara tanah di lokasi penelitian
No.

Sifat Kimia Tanah

1.

Nitrogen (%)

2.

Fosfor Bray (ppm)

3.

Kalsium (me/100g)

4.
5.
6.
7.
8.

Magnesium (me/100g)
Kalium (me/100g)
Natrium (me/100g)
C-organik (%)
Aluminium (me/100g)

Kedalaman
(cm)
0−10
10−20
0−10
10−20
0−10
10−20
0−10
10−20
0−10
10−20
0−10
10−20
0−10
10−20
0−10
10−20

Lokasi penelitian
Blok A
Blok B
0,08 (sangat rendah) 0,24 (sedang)
0,04 (sangat rendah) 0,13 (sedang)
2,30 (sangat rendah) 4,30 (sangat rendah)
2,00 (sangat rendah) 2,40 (sangat rendah)
1,16 (rendah)
4,94 (rendah)
1,06 (rendah)
3,67 (rendah)
2,42 (tinggi)
10,36 (sangat tinggi)
1,34 (sedang)
4,94 (tinggi)
0,25 (rendah)
0,62 (tinggi)
0,36 (sedang)
0,47(sedang)
0,60 (sedang)
0,71 (sedang)
0,55 (sedang)
1,30 (sangat tinggi)
0,80 (sangat rendah) 3,25 (tinggi)
0,32 (sangat rendah) 1,44 (rendah)
3,48 (sangat tinggi)
0,72 (rendah)
3,70 (sangat tinggi)
0,80 (rendah)

Tabel 2 menunjukan kadar hara pada tanah. Nitrogen (N) diperlukan dalam
jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman, unsur N
(dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman Jika nilai pH tanah >5,50.
Nilai pH yang rendah berpengaruh pada ketersediaan N pada tanah. Pada blok A
ketersediaan N dalam tanah sangat rendah, dan di blok B sedang (Hardjowigeno
1995). Unsur lainnya seperti pospor (P) akan tersedia bagi tanaman pada kondisi
pH 6,0−6,5 (Munawar 2011). Unsur P yang ditemukan pada kedua lokasi nilainya
>10 ppm (sangat rendah). Posfor berperan untuk menangkap dan mengubah
energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang berguna bagi tanaman, sehingga
unsur P mempunyai peran vital didalam nutrisi tanaman agar tanaman dapat
tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan normal. Unsur K dalam tanah
biasanya banyak tersedia didalam tanah, namun di kedua lokasi penelitian jumlah
unsur K yang ditemukan 0,25−0,62 me/100 g (sangat rendah-rendah). Kalium
memiliki fungsi penting untuk pertahanan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit. Kondisi pH tanah yang rendah akan menyebabkan penurunan jumlah
unsur-unsur seperti posfor, kalsium, kalium, dan magnesium secara cepat (Lubis
2012). Tanaman mempunyai kemungkinan besar teracuni oleh logam berat yang
pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut jika pH tanah terlalu rendah.
Menurut Setiadi (2013) aluminium (Al) dalam tanah dengan rentang 0−3 me/100
g tidak berpotensi meracuni tanaman, sedangkan kadar Al >3 me/100 g akan
menjadi racun pada tanaman. Pada areal reklamasi blok A kadar Al lebih dari 3
me/100 g yaitu sebesar 3,48−3,70 me/100 g sehingga tanaman di areal tersebut
dapat dipastikan teracuni oleh Al. Keracunan Al akan menghambat pertumbuhan
akar primer dan menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar, ujung akar
menjadi tebal sehingga menghasilkan sistem perakaran tanaman yang kerdil. Unsur
hara dalam tanah akan tersedia dengan optimal pada pH netral yaitu 6,5−7,5.

9
Ketersediaan hara yang rendah pada blok A dibandingkan dengan blok B
juga dipengaruhi tekstur tanahnya. Data analisis menunjukkan persentase tekstur
pasir di blok A yaitu 62−68,3%, dimana kemampuan pasir untuk mengikat air dan
hara sangat rendah serta mudah tercuci. Tekstur tanah pada areal reklamasi blok
B termasuk kelas liat berdebu dan lebih baik dari blok A yang termasuk kelas
lempung berpasir (Tabel 3).
Tabel 3 Tekstur tanah pada lokasi penelitian
Lokasi penelitian
Blok A
Blok B

Tekstur

Kedalaman
(cm)
0−10
10−20
0−10
10−20

Pasir (%)
21,4
48,6
62,0
68,3

Debu (%)
24,9
36,5
30,6
24,2

Kelas
Liat (%)
53,7
14,9
7,4
7,6

Lempung berpasir
Liat berdebu

Kondisi kesuburan tanah pasca kegiatan pertambangan yang menurun perlu
dilakukan perbaikan sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Adapun upaya yang dapat
dilakukan adalah pengembalian top soil dengan ketebalan yang sesuai, pemberian
bahan pembenah tanah (humic acid, kapur pertanian dll), serta penambahan bahan
dan pupuk organik.
Potensi Biomassa dan Karbon Tegakan
Pada lokasi penelitian telah ditanami oleh campuran jenis akasia dan kayu
putih pada tahun 2008 dan 2009 dengan jarak tanam awal 4 x 4 m yang berarti
jumlah tanaman pada awal penanaman berjumlah 625 N/ha. Berdasarkan nilai
kerapatan pada kedua areal reklamasi terlihat persen tumbuh tanaman di kedua
areal belum maksimal. Pada areal reklamasi blok A persen tumbuh tanaman hanya
41% dengan jumlah tanaman yang hidup 256 N/ha. Nilai persentase lebih kecil
ditunjukan pada areal reklamasi blok B yaitu 25% dengan jumlah tanaman yang
hidup 156 N/ha.
Persen tumbuh tanaman yang rendah dikarenakan kesuburan tanah yang
rendah. Selain itu, jenis tanah pada areal reklamasi PTBA adalah tanah latosol dan
podsolik. Kedua jenis tanah ini merupakan tanah yang sangat tercuci, rendah
kadar hara dan bahan organiknya, serta memiliki pH rendah. Persen tumbuh
tanaman yang rendah dan pertumbuhan yang tidak maksimal ini berdampak pada
besarnya biomassa tegakan. Potensi biomassa tegakan campuran akasia dan kayu
putih pada kedua areal reklamasi dapat dilihat pada Tabel 4.

10
Tabel 4 Potensi biomassa tegakan campuran akasia dan kayu putih
Lokasi
penelitian

Blok A
Blok B

Jenis
tegakan

Jumlah
pohon
(N)

Diameter
rata-rata
(cm)

Tinggi
rata-rata
(m)

Akasia
Kayu putih
Akasia
Kayu putih

28
5
12
8

10,19
9,23
15,99
13,92

5,2
4,7
8,6
6,9

Kerapatan
(N/ha)

Volume
per hektar
(m3)

Biomassa
per hektar
(ton)

256

7,36

5,25

156

16,75

8,26

Berdasarkan Tabel 4 dapat terlihat bahwa potensi volume dan biomassa
tegakan di blok B lebih besar daripada blok A. Volume tegakan di blok B adalah
16,75 m3/ha dan di blok A adalah 7,36 m3/ha. Hasil penghitungan biomassa
tegakan blok B adalah 8,26 ton/ha sedangkan di blok A yaitu 5,25 ton/ha.
Besarnya nilai potensi volume dan biomassa pohon di blok B dikarenakan
pertambahan umur tegakan dan sejarah arealnya. Seiring bertambahnya umur,
pohon akan mengalami pertumbuhan melalui pembelahan sel yang akan
menambah diameter batang sehingga mempengaruhi nilai volume pohon. Selain
itu, blok B mempunyai kualitas lahan yang lebih baik dibandingkan dengan blok
A. Hasil potensi volume dan biomassa yang lebih besar ditunjukan pada penelitian
Arista (2012) untuk jenis Acacia mangium umur 4 tahun di areal reklamasi
batubara PT. Arutmin. Dengan jarak tanam 2 x 3 m dan kerapatan 1240 N/ha
dihasilkan potensi volume tegakan sebesar 68,16 m3/ha dan potensi biomassa
41,58 ton/ha. Hasil penelitian Arista (2012) lebih besar dikarenakan persen
tumbuh tanamannya mencapai 74% yang sangat mempengaruhi nilai potensi
volume dan biomassanya.
Perbedaan potensi biomasa berbanding lurus dengan potensi karbon
tegakannya. Potensi karbon tegakan di blok A adalah 1,69ton/ha, sedangkan di
blok B sebesar 3,03 ton/ha (Gambar 3). Hasil penelitian Hardjana (2011) pada
tegakan Acacia mangium di areal Hutan Tanaman Industri PT. Surya Hutani Jaya,
Kalimantan Timur dengan jarak tanam 2 x 3 m menunjukan nilai potensi karbon
yang jauh lebih besar yaitu 42,37 ton/ha pada umur 3 tahun dan 74,20 ton/ha pada
umur 4 tahun.

Gambar 3 Potensi biomassa dan karbon tegakan campuran akasia dan kayu putih

11
Karbon umumnya menyusun 46% dari total biomassa (Hairiah dan Rahayu
2007). Namun hasil analisis di laboratorium menunjukan persentase simpanan
karbon dalam biomassa tegakan pada kedua areal reklamasi tidak mencapai 46%.
Pada tegakan campuran akasia dan kayu putih di blok A simpanan karbonnya
32,19% dari biomassa, akan tetapi nilai lebih besar ditunjukkan oleh blok B yaitu
36,68% (Tabel 5). Nilai persentase simpanan karbon umur 4 tahun yang lebih
besar daripada umur 3 tahun juga ditunjukan dari hasil penelitian Hardjana (2011)
pada tegakan Acacia mangium di areal Hutan Tanaman Industri PT. Surya Hutani
Jaya, Kalimantan Timur. Hasil penelitian Hardjana menunjukan nilai persentase
simpanan karbon dalam biomassa umur 3 tahun sebesar 33,66% dan pada umur 4
taun 35,87%. Hal ini menunjukan potensi simpanan karbon sangat dipengaruhi
potensi biomassanya.

Tabel 5 Presentase kandungan karbon dalam biomassa tegakan campuran akasia
dan tegakan kayu putih di areal reklamasi PTBA
Lokasi
penelitian
Blok A
Blok B

Jenis tegakan
Akasia dan Kayu putih
Akasia dan Kayu putih

Potensi karbon dalam potensi biomassa
Biomassa(ton/ha)
Karbon(ton/ha)
%
5,25
8,26

1,69
3,03

32,19
36,68

Potensi Biomassa dan Karbon Tumbuhan Bawah
Potensi biomassa dan karbon tumbuhan bawah di blok B berbanding
terbalik dengan nilai biomassa dan karbon tegakannya. Tumbuhan bawah di blok
B memilki potensi biomassa dan karbon yang lebih kecil daripada blok A. Potensi
biomassa tumbuhan bawah blok B adalah 0,72 ton/ha dengan potensi karbonnya
0,21 ton/ha. Sedangkan di blok A, potensi biomassa tumbuhan bawahnya yaitu
4,61 ton/ha dengan potensi karbonnya 1,14 ton/ha (Gambar 4). Hal ini dapat
terjadi karena tingginya jumlah serasah pada blok B (Gambar 5). Serasah akasia
mengandung aleopati yaitu senyawa yang menghambat pertumbuhan jenis lain
dan termasuk serasah yang membutuhkan waktu lama untuk terdekomposisi
sehingga pertumbuhan tumbuhan bawah di lokasi penanaman tidak tumbuh
dengan baik (Wardani 2012). Selain itu, kayu putih juga mempunyai senyawa
metabolit sekunder yang bersifat racun bagi tumbuhan lain dan mikroba pengurai
sehingga dapat menjadi faktor rendahnya pertumbuhan tumbuhan bawah.

Gambar 4 Potensi biomassa dan karbon tumbuhan bawah

12
Potensi Biomassa dan Karbon Serasah
Pendugaan potensi biomassa dan karbon serasah pada blok A diperoleh
hasil potensi biomassa sebesar 3,02 ton/ha dengan potensi karbonnya 0,86 ton/ha.
Sedangkan di blok B potensi biomassanya sebesar 4,79 ton/ha dengan potensi
karbon sebesar 1,52 ton/ha (Gambar 5). Nilai potensi biomassa serasah blok B
lebih tinggi karena akumulasi serasah yang terjadi selama 4 tahun lebih besar
daripada blok A yang berumur 3 tahun.

Gambar 5 Potensi biomassa dan karbon serasah

Potensi Biomassa dan Karbon Nekromassa
Potensi biomassa dan karbon nekromasa di areal reklamasi blok B lebih
besar daripada blok A. Potensi biomassa nekromassa di blok B adalah 2,93 ton/ha
dengan potensi karbon 0,81 ton/ha. Untuk blok A memiliki potensi biomassa
nekromassa 1,36 ton/ha dengan potensi karbon 0,44 ton/ha (Gambar 6). Nilai
potensi biomassa nekromassa blok B lebih tinggi karena akumulasi nekromassa
yang terjadi selama 4 tahun lebih besar daripada blok A. Selain itu, menurut
Rindyastuti dan Darmayanti (2010) kandungan polifenol, lignin dan selulosa pada
Acacia auriculiformis cukup tinggi sehingga proses dekomposisinya akan lambat
(rata-rata 1-3 bulan). Hal yang sama juga terdapat pada jenis Melaleuca sp.
dimana kandungan lignin dan selulosanya cukup tinggi.

Gambar 6 Potensi biomassa dan karbon nekromassa

13
Potensi Biomassa dan Karbon Total di Atas Permukaan
Potensi biomassa total terdiri dari penjumlahan potensi biomassa di atas
permukaan (tegakan, tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa). Potensi
biomassa total menunjukan di blok A adalah 14,24 ton/ha dan di blok B adalah
16,57 ton/ha. Begitu juga untuk potensi karbon total di atas permukaan adalah
penjumlahan dari potensi karbon tegakan, tumbuhan bawah, serasah dan
nekromassa. Potensi karbon total berbanding lurus dengan biomassa totalnya.
Potensi karbon total di atas permukaan di blok A adalah 4,14 ton/ha dan di blok B
sebesar 5,56 ton/ha (Tabel 6). Dari Tabel 6 terlihat bahwa potensi simpanan
karbon untuk tegakan campuran akasia dan kayu putih di areal reklamasi PTBA
belum maksimal namun masih dapat ditingkatkan.
Tabel 6 Potensi biomassa dan karbon total di atas permukaan lahan reklamasi
Lokasi penelitian
Blok A
Blok B

Potensi total di atas permukaan (ton/ha)
Potensi biomassa
Potensi karbon
14,24
16,70

4,14
5,56

Upaya-upaya yang dapat dilakukan di areal reklamasi diantaranya adalah
menerapkan praktek silvikultur yang tepat pada hutan yang masih ada,
meningkatkan cadangan karbon melalui penanaman, dan mengembangkan hutan
dengan jenis-jenis yang cepat tumbuh (Selviana 2012).

KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat perbedaan antara karakteristik lahan di areal reklamasi blok A dan
blok B. Karakteristik dan kualitas lahan di blok B yang merupakan bekas jalan
(non-tambang) lebih baik dari Blok A yang merupakan bekas penambangan
terbuka (eks-tambang).
Karakteristik lahan sangat mempengaruhi potensi biomassa dan karbon
tegakan. Hasil yang didapatkan menunjukan potensi simpanan karbon pada
tegakan campuran akasia dan kayu putih di blok A adalah 1,69 ton/ha, sedangkan
di blok B adalah 3,03 ton/ha. Potensi simpanan karbon total di atas permukaan
pada tegakan campuran akasia dan kayu putih di blok A adalah 4,14 ton/ha,
sedangkan di blok B adalah 5,56 ton/ha. Potensi simpanan karbon pada tegakan
campuran akasia dan kayu putih di kedua areal reklamasi sangat rendah.

Saran
Karakteristik lahan antara eks-tambang dan non-tambang sangat berbeda,
sehingga perlakuan untuk perbaikan kualitas lahan sebelum penanaman juga harus

14
dibedakan. Langkah awal untuk membedakan perlakuan yang akan dirikan yaitu
dengan membuat zonasi areal reklamasi eks-tambang dan non tambang dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang sesuai. Areal eks tambang memerlukan
perlakuan yang lebih intensif dalam setiap tahapan reklamasinya dibandingkan
dengan non-tambang. Teknik penyiapan lahan di eks-tambang membutuhkan
perbaikan tanah (soil amandement) berupa perbaikan tekstur tanah, menaikkan pH
tanah untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Selajutnya perlu penanaman
jenis-jenis lokal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat serta untuk
mengembalikan keanekaragaman vegetasi setempat. Kegiatan penanaman dan
pemeliharaan dengan teknik silvikultur yang tepat akan memaksimalkan potensi
simpanan karbon. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pendugaan
simpanan karbon pada bagian pohon yaitu akar.

DAFTAR PUSTAKA
Arista B. 2012. Pendugaan kandungan karbon pada tegakan akasia (Acacia
mangium) dan tegakan sengon (Paraserianthes falcataria) di lahan reklamasi
pasca tambang batubara PT. Arutmin Batulicin Kalimantan Selatan [skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Hairiyah K, Rahayu S. 2007. Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon Tersimpan di
Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor (ID): World Agroforestry
Center-ICRAF, SEA Region Office.
Hardjana AK. 2011. Potensi biomassa dan karbon pada hutan tanaman Acacia
mangium di HTI. PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Penelitian Sosial
dan Ekonomi Kehutanan 7 (4):237-249.
Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Keempat. Jakarta (ID): Akademi
Pressindo.
Haygreen JG, JL Bowyer. 1989. Hasil hutan dan ilmu kayu. Suatu pengantar.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kusmana C. 1993. A Study on mangrove forest management base on ecological
data in East Sumatera, Indonesia [disertation]. Japan (JP): Kyoto University,
Faculty of Agricultural.
Lubis RS. 2012. Pendugaan korelasi antara karakteristik tanah terhadap
cadangan karbon (carbon stock) pada hutan sekunder [skripsi]. Bogor: Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Mansyur I. 2010 .Teknik Silvikultur Untuk Reklamasi LahanBekas Tambang.
Bogor (ID): Seameo Biotrop.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB
Press.
Pamudji WH. 2011. Potensi serapan karbon pada tegakan akasia [skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Presiden Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No 78 tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang. Jakarta (ID): RI.
Rindyastuti R dan Darmayanti AS. 2010. Komposisi kimia dan estimasi proses
dekomposisi serasah 3 spesies familia Fabaceae di kebun raya Purwodadi.

15
Seminar Nasional Biologi 24-25 September 2010.Yogyakarta : Fakultas
Biologi. Universitas Gajah Mada.
Selviana V. 2012. Pendugaan potensi volume, biomassa, dan cadangan karbon
tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa barat [skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Setiadi Y. 2013. Post Mining Restoration Notes: Pembenahan Lahan Pasca
Tambang. (tidak dipublikasikan).
Wardani A. 2012. Pendugaan Kandungan Karbon Pohon pada Tegakan Hutan
Tanaman Industri Akasia ( Acacia crassicarpa A. Cunn Ex. Benth) di Areal PT.
Wana Subur Lestari, Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta reklamasi PTBA

16

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Maret 1991 sebagai anak tunggal
dari pasangan Ayi Saefullahak dan Ida Jubaidatul Asna. Penulis lulus dari SMA
Negeri 3 Pandeglang (2008) dan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor
(IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan masuk Mayor
Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan. Selama menjalani studi di IPB,
penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan yaitu Perkumpulan Mahasiswa
Pecinta Alam–LAWALATA IPB sebagai sekretaris umum (2009-2010) dan
anggota aktif divisi Gunung Hutan.
Penulis mengikuti kegiatan praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Cagar
Alam Leuweung Sancang Timur–Gunung Papandayan (2010), Praktik
Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan KPH Cianjur (2011)
dan Praktik Kerja Profesi di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Tanjung Enim,
Sumatra Selatan (2012).
Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan Campuran
Akasia dan Kayu putih di Areal Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk.”
dibimbing Dr. Ir. Omo Rusdiana, MSc, FTrop dan Dadan Mulyana, SHut, MSi.