Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi

Dari sebanyak 30 sampel penelitian, terdapat 13 tiga belas sampel yang kehilangan seluruh usahatani kopinya, dimana tanaman-tanaman kopi yang ada di ladang mereka hangus dan tertimbun lahar Gunung Sinabung. Dari hasil uji beda rata-rata t-test diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi 0,000 yaitu P – Value 0,05, dimana t hitung t tabel, maka Ho diterima atau terdapat perbedaan nyata pendapatan petani kopi sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Tabel 14. Hasil Uji Beda Rata –rata T-test Pendapatan Petani Kopi Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung Uraian Paired Differences t df Sig Mean Std Deviation Std Error Mean Pendapatan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung 5.70495E7 2.98942E7 5.45791E6 10.453 29 .000 Sumber : Data primer diolah, Lampiran 87

5.2 Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi

Terhadap Hakekat Pendidikan Sebagai Dampak Erupsi Gunung Sinabung Secara luas pendidikan memiliki arti hidup life is education artinya bahwa pendidikan adalah segala pengalaman hidup belajar dalam berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pendidikan dan perkembangan individu. Secara sempit pendidikan identik dengan persekolahan schooling, yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol. Pendidikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai objek-objek tertentu dan Universitas Sumatera Utara spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat timbulnya pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. Dalam nuansa pendidikan, manusia adalah sasaran pendidikan sekaligus subjek pendidikan. Pendidikan membantu manusia dalam menumbuh kembangkan potensi-potensi kemandirian yang ada dalam dirinya. Potensi kemandirian merupakan benih untuk mengembangkan seseorang menjadi manusia seutuhnya. Masyarakat Karo umumnya berbasis agraris memiliki corak kebudayaan dengan karakterstik agraris pula. Suku Karo sebagai bagian masyarakat agraris Sumatera Utara memiliki corak kultural yang mereferensikan karakter agraris. Pendidikan dan pembangunan pertanian adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena pendidikan berperan dalam menghasilkan tenaga -tenaga pembangunan yang terdidik, berpengetahuan dan terampil yang dibutuhkan dalam setiap pembangunan. Sebaliknya keberadaan pembangunan akan memberi kesempatan dan peningkatan pendidikan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk mensejahterakan pembangunan di segala bidang. Di Desa Guru Kinayan sampai tahun 2014 terdapat sebanyak 974 siswa yang sedang duduk di bangku pendidikan formal. Kabupaten Karo berkembang sebagai penghasil kopi, jeruk, dan sayuran. Perekonomian desa berkembang dengan pesat, dengan adanya hasil produksi tersebut. Di tengah-tengah perkembangan ekonomi yang cukup besar di Guru Kinayan, ternyata ada satu masalah yang cukup serius yaitu masalah putus sekolah. Menurut observasi di lapangan peneliti menemukan ada 21 orang anak putus sekolah yang berusia antara 6-19 tahun. Desa Guru Kinayan dominan penghasilannya dari kopi dan sayuran. Penduduk Desa Guru Universitas Sumatera Utara Kinayan kebanyakan sudah memiliki ladang sendiri kecuali masyarakat pendatang. Dengan adanya ekonomi yang lebih baik pendidikan seharusnya menjadi lebih baik. Namun bertolak belakang dengan kenyataan. Di Desa Guru Kinayan sebelum erupsi Gunung Sinabung, keinginan orang tua untuk dapat menyekolahkan anak dikatakan cukup baik. Berikut ini disajikan tabel 15 tingkat penyelesaian pendidikan setiap jenjang pendidikan di Desa Guru Kinayan. Tabel 15. Tingkat Penyelesaian Pendidikan Setiap Jenjang Pendidikan di Desa Guru Kinayan Jenjang Pendidikan Jumlah Masuk Jumlah Tamat Keterangan SD 45 40 5 PS SMP 37 36 1 PS SMA 34 29 5 PS PT 4 25 Tidak Melanjutkan Kuliah Sumber : Kantor Kepala Desa Guru Kinayan Bagi masyarakat Guru Kinayan, pendidikan adalah investasi. Nilai anak bagi mereka sangat tinggi, para orang tua berusaha maksimal untuk dapat menyekolahkan anak setinggi-tinggginya. Pemenuhan kebutuhan anak sekolah seperti baju seragam, alat tulis, dan lainnya merupakan prioritas bagi mereka. Masyarakat menganggap pendidikan adalah modal dalam penguasaan keterampilan. Berikut ini disajikan tabel 16 dan tabel 17 data hasil skoring perubahan orientasi nilai budaya dan sikap mental petani kopi terhadap hakekat pendidikan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung. Universitas Sumatera Utara Tabel 16. Data Rekapitulasi Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung Keterangan Jumlah Skoring Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi Total 604 330 Rataan 20,13 11 Sumber : Data primer diolah, Lampiran 77 Tabel 17. Data Hasil Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung Lama Pendidikan Sampel Rataan Skoring Sebelum Erupsi Sesudah Erupsi 0-6 3.25 1,8 7-12 3,4 2,3 13-20 4,4 2,2 Dari tabel 17 dapat diinterpretasikan bahwa sampel dengan tingkat pendidikan relatif paling rendah memiliki orientasi nilai budaya dan sikap mental paling rendah terhadap hakekat pendidikan. Seiring dengan tingginya pendidikan, ada kecenderungan mereka bersikap sangat positif setuju dengan pernyataan- pernyataan positif tentang pendidikan. Secara keseluruhan petani sampel memiliki skor 3,68 mendekati setuju terhadap seluruh pernyataan. Artinya mereka setuju bahwa pendidikan adalah investasi dan tidak boleh ada diskriminasi terhadap pendidikan anak. Kebutuhan terhadap pendidikan harus terpenuhi walaupun dengan melakukan penarikan tabungan dissaving dan kebutuhan pendidikan seperti alat tulis, baju seragam harus tetap dipenuhi. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa pandangan terhadap pendidikan setelah erupsi Gunung Sinabung memberikan perubahan yang sangat nyata. Nilai skoring Universitas Sumatera Utara orientasi nilai budaya dan sikap mental yang diperoleh menurun secara signifikan. Secara keseluruhan nilai skoring petani sampel setelah erupsi Gunung Sinabung adalah sebesar 2,12. Artinya posisi mereka berubah menjadi tidak setuju sampai ragu-ragu. Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dikemukakan bahwa, “ bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”. Berpijak kepada pengertian bencana dari aspek legal, maka kejadian bencana sesungguhnya sangat berdampak terhadap mental dan psikologis. Mismanagement penanganan selama terjadinya bencana erupsi Gunung Sinabung berdampak sangat besar bagi mental dan psikologis korban. Dengan mismanagement bencana seperti yang ditunjukkan pemerintahan daerah Kabupaten Karo maka pemenuhan dasar yang utama hanyalah pemenuhan material saja. Padahal penanganan bencana sesungguhnya bukan semata-mata mengandalkan kemampuan memberikan bantuan material saja, tetapi memberikan dukungan moral kepada mereka yang terkena bencana menjadi keharusan. Melalui komunikasi yang berpedoman kepada etika dan substansi komunikasi dalam penyampaian pesan dari satu sumber kepada sumber lain yang bertujuan memberikan pemahaman bersama, maka komunikasi menjadi sangat essensial dalam memberikan bantuan bencana Gunung Sinabung. Universitas Sumatera Utara Dalam situasi masing-masing elemen pemerintah dan swasta tidak terkoordinasi dengan baik, tentu saja akan berdampak munculnya informasi penanganan bencana yang bervariasi. Mismanagement informasi akan mengakibatkan pesan- pesan dari sumber yang tidak jelas akan bergerak bebas, tanpa dikelola dengan keteraturan yang terkoordinasi secara integratif. Padahal dengan kondisi yang penuh ketidakpastian masyarakat cenderung menerima informasi tanpa melakukan seleksi terhadap kebenaran seluruh pesan. Lebih dari itu, pesan-pesan dari sumber yang tidak bisa dipertanggungjawabkan bisa mendominasi media massa konvensional, media sosial yang didukung oleh teknologi komunikasi. Tekanan mental hebat yang didukung dengan aliran informasi yang tidak bertanggungjawab memberikan dampak terhadap pola pikir dan nilai harapan akan masa depan khususnya terhadap keberlanjutan pendidikan anggota keluarga. Tabel 18. Hasil Uji Statistic Skoring Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi Hakekat Pendidikan Sebelum dan Sesudah Erupsi Gunung Sinabung N Mean Rank Sum of Ranks Test Statistics Z Asymp. Sig. 2- tailed Sumber pangan sesudah erupsi - Sumber pangan sebelum erupsi Negative Ranks 28 a 14.50 406.00 -4.629 a .000 Positive Ranks b .00 .00 Ties 2 c Total 30 a. Based on positive ranks b. Wilcoxon Signed Ranks Test Sumber : Data primer diolah, Lampiran 89 Dari hasil uji Wilcoxon Wilcoxon sign rank test dengan tingkat kepercayaan 95 diperoleh hasil bahwa hasil signifikansi dari penelitian ini adalah sebesar 0,000 yakni lebih kecil dari 0,005. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Universitas Sumatera Utara H 1 diterima dan H ditolak : artinya Terdapat perbedaan yang nyata orientasi nilai budaya dan sikap mental keluarga petani kopi terhadap hakekat pendidikan sebelum dan sesudah erupsi Gunung Sinabung.

5.3 Perubahan Orientasi Nilai Budaya dan Sikap Mental Petani Kopi