Herbisida PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH ULTISOLS DI PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz)

tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu. Bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah Soetjipto, 1992. Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian. Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan Foth,1994. Peningkatan C-organik disebabkan oleh kandungan bahan organik yang semakin tinggi dan mengalami dekomposisi sehingga menghasilkan senyawa-senyawa organik Antari dkk., 2012. Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas tukar kation, kapasitas tukar anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas tukar kation KTK. Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KTK tanah. Sekitar 20 – 70 kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus contoh: Molisol, sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KTK tanah Stevenson,1982. Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak misal pupuk hijau atau bahan organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut matang, karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation- kation basa Suntoro, 2001.

2.4 Unsur-Unsur Hara dalam Tanah

Kesuburan tanah merupakan suatu mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman Notohadiprawiro dkk., 2006. Kesuburan tanah sangat berkaitan dengan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang. Dalam tanah terdapat 16 unsur hara yang tergolong esensial bagi semua tanaman dan terbagi menjadi 2 yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar, yang termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, S dan Mg sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah relatif sedikit, yang termasuk unsur hara mikro yaitu Fe, Cu, Zn, Mn, Mo, B, Cl dan diantara ke 16 unsur hara tersebut C, H dan O berasal dari udara dan air Pulung, 2005. Nitrogen merupakan unsur hara yang terbesar distribusinya di alam dan bersumber dari atmosfir dan dari dalam tanah Pulung, 2005. Ditinjua dari berbagai hara, Nitrogen merupakan yang paling banyak mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat dalam tanah sedikti sedangkan yang diangkut tanaman berupa panen setiap musim cukup banyak Hakim dkk., 1986. Menurunnya nilai N-total tanah seiring dengan bertambahnya usia tanaman karena terjadi degradasi bahan organik dan perubahan pH tanah yang tidak signifikan dan masih tergolong sangat masam dan mengakibatkan mikroorganisme perombak bahan organik tanah dan penambat N belum dapat bekerja secara optimal Nugroho dkk., 2013. Fosfor di dalam tanah berasal dari bahan organik dan anorganik. Selain itu ketersediaan P dipengaruhi oleh pH tanah, ion dan senyawa logam Al, Fe, Mn, kandungan Ca dalam tanah, kandungan bahan organik tanah dan aktivitas mikroba tanah Pulungan 2005. Pertambahan fosfor ke dalam tanah tidak terjadi dengan pengikatan biokimia seperti halnya nitrogen, tetapi hanya bersumber dari deposit atau batuan dan mineral yang mengandung fosfor di dalam tanah. Oleh karena itu kadar fosfor tanah juga ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang mengandung fosfor dan tingkat pelapukannya Hakim dkk., 1986. Sedangkan Kalium di dalam tanah berada sebagai mineral primer dan mineral liat sekunder dan sumber ion K berasal dari pelapukan primer dan mineral sekunder. Pengurangan K dari dalam larutan tanah terjadi melalui fiksasi yang dipengaruhi oleh kerapatan muatan, pengembangan zona terjepit, tingkat kelembaban tanah, konsentrasi ion kalium dan ion pesaing dalam medium Pulung, 2005. Selain itu kehilangan kalium yang terbesar dalam tanah disebabkan oleh pencucian pada tanah-tanah ringan dan banyak mengandung pasir akibat dari drainase Hakim dkk., 1986.