PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH ULTISOLS DI PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH

ULTISOLS DI PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot esculentaCrantz)

Oleh

RUSDIYAN INANTHA

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan makanan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Secara umum budidaya ubikayu di Indonesia menggunakan sistem pengolahan tanah intensif yang bertujuan untuk memicu kecepatan dekomposisi bahan organik. Akan tetapi pengolahan tanah yang terus menerus secara sempurna (intensif) mengakibatkan tingkat pencuciaan dan erosi akan sangat tinggi dan berdampak pada pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu sistem olah tanah minimum juga dapat digunakan sebagai alternatif lain pengganti olah tanah intensif dan pemberantasan gulma menjadi bagian penting dalam sistem olah tanah minimum. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dan pengendalian gulma dapat pula dilakukan menggunakan herbisida.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh (1) sistem olah tanah terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu,


(2)

(2) aplikasi herbisida terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu. Serta interaksi (3) sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium terpadu Fakultas Pertanian dan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini disusun dari faktorial 2 x 2 dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama terdiri dari 2 perlakuan yaitu sistem olah tanah intensif (OTI) dengan simbol T1dan olah tanah minimum (OTM) dengan simbol T0. Faktor kedua terdiri dari 2 perlakuan yaitu disemprot dengan herbisida dengan simbol H1dan tanpa disemprot dengan herbisida dengan simbol H0. Data yang diperoleh diuji dengan uji Bartlett, aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) sistem olah tanah tidak berpengaruh terhadap C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah pada 2 waktu pengambilan sampel tanah yaitu 5 BST–10 BST, kecuali pada waktu awal pengambilan sampel tanah 2 BST berpengaruh terhadap K-dd tanah (2) aplikasi herbisida tidak berpengaruh terhadap C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah pada 3 waktu pengambilan sampel tanah (2 BST - 5 BST–10 BST) dan (3) Sistem olah tanah dan aplikasi herbisida tidak memberikan interaksi yang nyata terhadap sifat kimia tanah yaitu C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah.


(3)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH

ULTISOLS DI PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot esculentaCrantz)

(Skripsi)

Oleh

RUSDIYAN INANTHA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

ABSTRAK

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH

ULTISOLS DI PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot esculentaCrantz)

Oleh

RUSDIYAN INANTHA

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan makanan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Secara umum budidaya ubikayu di Indonesia menggunakan sistem pengolahan tanah intensif yang bertujuan untuk memicu kecepatan dekomposisi bahan organik. Akan tetapi pengolahan tanah yang terus menerus secara sempurna (intensif) mengakibatkan tingkat pencuciaan dan erosi akan sangat tinggi dan berdampak pada pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu sistem olah tanah minimum juga dapat digunakan sebagai alternatif lain pengganti olah tanah intensif dan pemberantasan gulma menjadi bagian penting dalam sistem olah tanah minimum. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dan pengendalian gulma dapat pula dilakukan menggunakan herbisida.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh (1) sistem olah tanah terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu,


(5)

(2) aplikasi herbisida terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu. Serta interaksi (3) sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium terpadu Fakultas Pertanian dan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini disusun dari faktorial 2 x 2 dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama terdiri dari 2 perlakuan yaitu sistem olah tanah intensif (OTI) dengan simbol T1dan olah tanah minimum (OTM) dengan simbol T0. Faktor kedua terdiri dari 2 perlakuan yaitu disemprot dengan herbisida dengan simbol H1dan tanpa disemprot dengan herbisida dengan simbol H0. Data yang diperoleh diuji dengan uji Bartlett, aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) sistem olah tanah tidak berpengaruh terhadap C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah pada 2 waktu pengambilan sampel tanah yaitu 5 BST–10 BST, kecuali pada waktu awal pengambilan sampel tanah 2 BST berpengaruh terhadap K-dd tanah (2) aplikasi herbisida tidak berpengaruh terhadap C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah pada 3 waktu pengambilan sampel tanah (2 BST - 5 BST–10 BST) dan (3) Sistem olah tanah dan aplikasi herbisida tidak memberikan interaksi yang nyata terhadap sifat kimia tanah yaitu C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah.


(6)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH

ULTISOLS DI PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot esculentaCrantz)

(Skripsi)

Oleh

RUSDIYAN INANTHA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(7)

(8)

(9)

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Bandar Jaya, Kec. Terbanggi Besar, Kab. Lampung Tengah pada tanggal 4 Januari 1992. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Thamrin Idrusi (alm) dan Ibu Rohaina.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Pewa Natar, Lampung Selatan pada tahun 1998. Pada tahun 2004, penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Yukum Jaya Terbanggi Besar, pada tahun 2004, kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Terbanggi Besar dan diselesaikan pada tahun 2007. Penulis

menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA K 3 Terbanggi Besar pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional

Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama diperkuliahan, penulis dipercaya sebagai Asisten Praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah (2013/2014) dan (2014/2015). Penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Penelitian Taman Bogo Purbolinggo, Kab. Lampung Timur pada bulan Juni-Juli 2013. Penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Labuhan Batin Kec. Way Serdang, Kab. Mesuji pada bulan Januari-Maret 2014.


(11)

Tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah Swt

Aku persembahkan karyaku kepada

Orang Tuaku

Ibu ku tercinta Rohaina, terimakasih selama ini telah menjadi Ibu sekaligus Ayah dalam keluarga

Terimakasih atas kasih sayang yang tak henti-hentinya kau berikan kepadaku Dan kepada almarhum ayah tercinta Thamrin Idrusi, semoga engkau bangga

melihatku dari kejauhan

Saudara kandungku

Andi Pratama terimakasih atas dukungan, perhatian dan motivasi selama ini

Serta

Almamater Tercinta Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(12)

Menciptakan Rasa Cemas Untuk Hari Esok Saja Kau Tak Diperbolehkan Apalagi Kau Mengkhawatirkan Masa Depan

(Rusdiyan Inantha)

Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh

Itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka permasalahan akan rusak


(13)

SANWACANA

Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kepada Allah SWT sebagai sumber segala pengetahuan dan berkah atas semua kebenaran, yang telah

memberikan nikmat Iman dan Islam-Nya kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Sarno, M.S., selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak

meluangkan waktu, membimbing, memberikan saran serta motivasi selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S.,M.Agr.Sc., selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam, M.Sc., selaku penguji yang telah

memberikan saran dan kritiknya yang membangun dalam penyusunan skripsi. 4. Ir. Efri, M.S., selaku pembimbing akademik untuk semua bimbingan dan

nasehat serta motivasi yang telah diberikan.

5. Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(14)

7. Seluruh dosen dan staf bidang Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung atas seluruh ilmu pengetahuan dan bantuan yang diberikan selama perkuliahan.

8. Keluarga tersayang : Ibuku tercinta Rohaina S.pd, Ayahku (Alm) Thamrin Idrusi, dan Kakakku tercinta Andi Pratama S.pd atas curahan doa, kasih sayang dan semangat yang selalu diberikan kepadaku.

9. Derta Risti Ilyin atas perhatian, motivasi, semangat serta kasih sayang yang tiada henti kepadaku.

10. Teman-teman seperjuangan delapan + sekawan : Pri Angga Tri Atmaja, Restu Yasin Adi Putra, Reza Prasetya, Roby Setiawan S.P, Roki Sugama S.P, Ruby P.H, Rudianto Butar Butar, Ricky Ardiansyah S.P, Sandi Aji S.P, Tabroni dan Topik Mahfut S.P atas kebersamaan, bantuan, dukungan dan kerjasamanya kepada penulis.

11. Teman-teman angkatan 2010, dan kakak serta adik tingkat angkatan yang tidak dapat disebut satu persatu terima kasih atas persahabatan yang telah terjalin.

Penulis menyadari dalam penulisan ini terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis. Oleh sebab itu penulis senantiasa mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari semua pihak.

Bandar Lampung, 22 Februari 2016


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Kerangka Pemikiran ... 3

1.4 Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Sistem Olah Tanah ... 7

2.2 Herbisida ... 8

2.3 Peran Mulsa terhadap Kimia Tanah ... 10

2.4 Unsur-Unsur Hara dalam Tanah ... 12

2.5 Tanah Ultisols ... 15

2.6 Budidaya Tanaman Ubikayu ... 17

2.7 Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Herbisida terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah ... 18

III. BAHAN DAN METODE ... 20

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.2 Bahan dan Alat ... 20

3.3 Metode Penelitian ... 20

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 21

3.4.1 Petak Percobaan ... 21

3.4.2 Pelaksanaan Percobaan di Lapang ... 22

3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah ... 23

3.4.4 Analisis Tanah ... 23


(16)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil Penelitian ... 24

4.1.1 Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Herbisida terhadap C-organik Tanah ... 24

4.1.2 Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Herbisida terhadap N-total Tanah ... 25

4.1.3 Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Herbisida terhadap P-tersedia Tanah ... 25

4.1.4 Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Herbisida terhadap K-dd Tanah ... 26

4.1.5 Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Herbisida terhadap pH Tanah ... 28

4.1.6 Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Herbisida terhadap KTK Tanah ... 28

4.2 Pembahasan ... 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1 Kesimpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

PUSTAKA ACUAN ... 34

LAMPIRAN ... 40

Tabel 3-63 ... 41


(17)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

K-dd tanah pada tanah ultisols. ... 27 2. Uji BNT pengaruh sistem olah tanah terhadap kandungan

K-dd tanah. ... 27 3. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

C-organik tanah pada tanah ultisols. ... 41 4. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

N-total tanah pada tanah ultisols. ... 41 5. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

P-tersedia tanah pada tanah ultisols. ... 41 6. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

pH tanah pada tanah ultisols. ... 42 7. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

KTK tanah pada tanah ultisols. ... 42 8. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

C-organik tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 43 9. Uji Homogenitas C-organik tanah pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 43 10. Analisis Ragam C-organik tanah pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 44 11. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

C-organik tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 44 12. Uji Homogenitas C-organik tanah pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 45 13. Analisis Ragam C-organik tanah pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 45 14. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

C-organik tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel


(18)

iv 15. Uji Homogenitas C-organik tanah pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 46 16. Analisis Ragam C-organik tanah pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 47 17. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

N-total tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 48 18. Uji Homogenitas N-total tanah pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 48 19. Analisis Ragam N-total tanah pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 49 20. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

N-total tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 49 21. Uji Homogenitas N-total tanah pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 50 22. Analisis Ragam N-total tanah pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 50 23. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

N-total tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 51 24. Uji Homogenitas N-total tanah pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 51 25. Analisis Ragam N-total tanah pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 52 26. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

P-tersedia tanah pada tanah ultisols pada pengambilan

sampel 2 BST (Agustus 2014). ... 53 27. Uji Homogenitas P-tersedia tanah pada pengambilan

sampel 2 BST (Agustus 2014). ... 53 28. Analisis Ragam P-tersedia tanah pada pengambilan

sampel 2 BST (Agustus 2014). ... 54 29. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

P-tersedia tanah pada tanah ultisols pada pengambilan

sampel 5 BST (November 2014). ... 54 30. Uji Homogenitas P-tersedia tanah pada pengambilan

sampel 5 BST (November 2014). ... 55 31. Analisis Ragam P-tersedia tanah pada pengambilan

sampel 5 BST (November 2014). ... 55 32. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

P-tersedia tanah pada tanah ultisols pada pengambilan


(19)

v 33. Uji Homogenitas P-tersedia tanah pada pengambilan

sampel 10 BST (April 2015). ... 56 34. Analisis Ragam P-tersedia tanah pada pengambilan

sampel 10 BST (April 2015). ... 57 35. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

K-dd tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 58 36. Uji Homogenitas K-dd tanah pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 58 37. Analisis Ragam K-dd tanah pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 59 38. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

K-dd tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 59 39. Uji Homogenitas K-dd tanah pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 60 40. Analisis Ragam K-dd tanah pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 60 41. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

K-dd tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 61 42. Uji Homogenitas K-dd tanah pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 61 43. Analisis Ragam K-dd tanah pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 62 44. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

pH tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 63 45. Uji Homogenitas pH tanah pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 63 46. Analisis Ragam pH tanah pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 64 47. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

pH tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 64 48. Uji Homogenitas pH tanah pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 65 49. Analisis Ragam pH tanah pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 65 50. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

N-total tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel


(20)

vi 51. Uji Homogenitas pH tanah pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 66 52. Analisis Ragam pH tanah pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 67 53. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

KTK tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 68 54. Uji Homogenitas KTK tanah pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 68 55. Analisis Ragam KTK tanah pada pengambilan sampel

2 BST (Agustus 2014). ... 69 56. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

KTK tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 69 57. Uji Homogenitas KTK tanah pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 70 58. Analisis Ragam KTK tanah pada pengambilan sampel

5 BST (November 2014). ... 70 59. Pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap

KTK tanah pada tanah ultisols pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 71 60. Uji Homogenitas KTK tanah pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 71 61. Analisis Ragam KTK tanah pada pengambilan sampel

10 BST (April 2015). ... 72 62. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah. ... 72 63. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah (Konversi SI). ... 73


(21)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Sistem Olah Tanah dan

Aplikasi Herbisida terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah ... 6 2. Tata Letak Percobaan ... 74


(22)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan makanan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung (Barret dan Damardjati, 1984). Pada sistem budidaya ubikayu, sebagian besar sentra produksi ubikayu berada di lahan kering dengan jenis tanah Alfisol, Ultisols, dan Inceptisol yang umumnya mempunyai tingkat kesuburan rendah (Suryana, 2007). Berdasarkan keadaan yang ada, maka salah satu alternatif untuk mengantisipasi masalah tersebut yaitu dengan

pengelolaan yang tepat untuk meningkatkan kualitas tanah sehingga kerusakan tanah dapat dicegah (Pramudita, 2014).

Secara umum budidaya ubikayu di Indonesia menggunakan sistem pengolahan tanah intensif yang bertujuan untuk memicu kecepatan dekomposisi bahan organik, sehingga akan mempengaruhi tingkat kesuburan dan produktivitas tanah dan menyebabkan aerasi dan drainase menjadi lebih baik dan temperatur tanah juga meningkat (Fuady, 2010). Selain itu akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal karena struktur tanah menjadi remah akibat

pengolahan tanah sehingga proses penyerapan unsur hara lebih sempurna (Akbar dkk., 2012). Akan tetapi Musa dkk. (2007) menyatakan bahwa pengolahan tanah yang terus menerus secara sempurna (intensif) mengakibatkan tingkat pencuciaan


(23)

2

dan erosi akan sangat tinggi dan berdampak pada pertumbuhan tanaman (Fuady, 2010). Oleh sebab itu sistem olah tanah minimum juga dapat digunakan sebagai alternatif lain pengganti olah tanah intensif.

Pemberantasan gulma menjadi bagian penting dalam sistem olah tanah minimum. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dan pengendalian gulma dapat pula dilakukan menggunakan herbisida. Gulma yang mati akibat perlakuan herbisida secara tidak langsung dapat menambah kandungan unsur hara dan bahan organik tanah (Faqihhudin dkk., 2013) dan gulma yang mati berfungsi sebagai mulsa (Burhannudin, 2015). Penggunaan mulsa organik selain mensuplai kebutuhan P bagi tanaman juga dapat mensuplai hara lainnya dan menekan fluktuasi suhu tanah serta menjaga kelembaban tanah (Damaiyanti dkk., 2013). Selain itu menurut Harsono (2011), mulsa organik dapat meningkatkan kapasitas tukas kation tanah, kadar C-organik tanah, kadar bahan organik tanah, kadar P tersedia, kadar N total tanah, kadar K tersedia, nisbah C/N tanah dan suhu tanah.

Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan di dalam tanah. Disamping itu bahan organik tanah memiliki fungsi–fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik (Sutanto, 2005) dan dalam penelitian Adnan (2012) menjelaskan bahwa gulma yang mati akibat penyemprotan herbisida dan

pengolahan tanah akan mengalami pelapukan dan mineralisasi menjadi unsur hara yang tersedia untuk diserap oleh tanaman dan penelitian ini dilakukan pada pertanaman ubikayu yang dianggap sebagai tanaman yang rakus hara yang dapat


(24)

3

memiskinkan tanah. Hal ini didasarkan pada salah satu sifat ubikayu yang sangat efisien menyerap hara pada berbagai kondisi tanah (Radjit dkk., 2014).

Penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah sistem olah tanah mempengaruhi beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu?

2. Apakah aplikasi herbisida mempengaruhi beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu?

3. Apakah terdapat interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu?

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh sistem olah tanah terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu.

2. Mengetahui pengaruh aplikasi herbisida terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu.

3. Mengetahui interaksi sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu.

1.3 Kerangka Pemikiran

Budidaya ubikayu mayoritas menerapkan pengolahan tanah yang merupakan manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman (Hakim dkk., 1986) dan menurut Prasetyo (2014),


(25)

4

pengolahan tanah dapat menciptakan sistem perakaran tanaman menjadi lebih baik sehingga absorbsi unsur hara lebih sempurna dan tanaman dapat tumbuh dan memberikan hasil yang lebih tinggi.

Supriyadi (2008) menjelaskan dalam penelitiannya dengan pengolahan tanah akan mempercepat dekomposisi bahan organik dan gulma yang mati akibat perlakuan herbisida pada sistem olah tanah minimum secara tidak langsung dapat menambah kandungan unsur hara dan bahan organik tanah (Faqihhudin dkk., 2013).

Penambahan mulsa organik dari gulma yang mati dapat meningkatkan C-organik tanah, N-total tanah, P-tersedia serta meningkatkan kapasitas tukar kation yang menambah kemampuan tanah dalam menahan unsur-unsur hara, termasuk K (Harsono, 2011) serta menurunkan kemasaman tanah (pH H2O) (Adrinal dkk., 2012) dan tanpa bahan organik, mikroba dalam tanah akan menghadapi keadaan defisiensi karbon sebagai nutrisi sehingga perkembangan populasi dan akivitasnya terhambat sehingga proses mineralisasi hara menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman juga terhambat (Pirngadi, 2009)

Leiwakabessy dkk. (2003) menjelaskan bahwa bahan organik berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, menambah ketersediaan unsur N, P, dan S, meningkatkan kemampuan tanah mengikat air, memperbesar kapasitas tukar kation (KTK) serta mengaktifkan mikroorganisme. Dalam hal kaitannya dengan unsur hara pada dasarnya bahan organik mengandung unsur hara yang lengkap, hanya saja kadarnya tergantung pada kandungan hara dari sumber bahan organik itu sendiri (Supriyadi, 2008). Selain itu salah satu faktor penting parameter lingkungan yaitu reaksi tanah (pH), pH tanah sangat berpengaruh pada berbagai


(26)

5

sifat dan reaksi kimia yang terjadi dalam tanah dan diantara sifat tanah yang dipengaruhi oleh pH tanah adalah KTK, ketersediaan unsur hara, populasi dan aktivitas mikroorganisme, dan aktivitas enzim tanah (Salam, 2012). Oleh sebab itu, penelitian tentang pengolahan tanah dan aplikasi herbisida perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari sistem olah tanah dan pengaplikasian herbisida terhadap beberapa sifat kimia tanah pada pertanaman ubikayu.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sistem olah tanah dapat mempengaruhi beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu.

2. Aplikasi herbisida dapat mempengaruhi beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu.

3. Terdapat interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi herbisida terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols di pertanaman ubikayu.


(27)

6

UUU

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Herbisida terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah

Ubikayu

Rendahnya Kandungan Hara

Sistem Olah Tanah Tanah Ultisols

Pengaruh terhadap Sifat Kimia Tanah Bahan Organik Aplikasi Herbisida

Tanpa Olah Tanah Olah Tanah Intensif


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Olah Tanah

Pengolahan tanah merupakan manipulasi mekanis tanah yang bertujuan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman (Azwir, 2013). Selain itu pengolahan tanah bertujuan memperbaiki kondisi tanah untuk pentrasi akar, infiltrasi air dan peredaran udara, menyiapkan tanah untuk irigasi permukaan dan pengendalian hama serta menghilangkan sisa-sisa tanaman yang mengganggu pertumbuhan tanaman (Prasetyo dkk., 2014).

Pengolahan tanah terbagi menjadi 3 yaitu sistem tanpa olah tanah, sistem olah tanah intensif dan sistem olah tanah minimum. Sistem tanpa olah tanah bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimum, dengan tetap memperhatikan konservasi tanah dan air (Utomo, 2012). Sistem tanpa olah tanah dapat menekan kehilangan bahan organik dari dalam tanah karena dalam sistem tanpa olah tanah tidak dilakukan manipulasi secara fisik, biologi dan memelihara bahan organik dalam tanah tersebut (Fuady, 2010).

Pada sistem olah tanah intensif , dekomposisi bahan organik lebih cepat sehingga mempengaruhi tingkat kesuburan tanah dan produktifitas tanah (Fuady, 2010) dan kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara, air dan oksigen lebih besar (Akbar dkk., 2012). Menurut Utomo (2012), pada prinsipnya pelaksanaan olah


(29)

8

tanah intensif yaitu menjadikan lahan bersih dan gembur yang dilakukan dengan cara membakar atau membuang sisa tanaman di lahan, kemudian lahan dibajak beberapa kali dengan menggunakan bajak tradisional seperti cangkul maupun bajak singkal. Sistem olah tanah minimum merupakan teknik konservasi tanah yang mengupayakan gangguan mekanis terhadap tanah seminimum mungkin (Wahyuningtyas, 2010). Dalam pelaksanaanya kegiatan OTM lebih sederhana, karena selama masa pertanaman apabila kondisi tanah dalam keadaan baik maka pengolahan lebih lanjut tidak perlu dilakukan (Foth, 1984). Menurut Musa (2007), kelemahan perlakuan olah tanah minimum mempercepat pertumbuhan gulma dan mengakibatkan persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma dalam memanfaatkan unsur hara dan air.

2.2 Herbisida

Herbisida merupakan bahan kimia yang dipergunakan untuk mengendalikan gulma. Herbisida telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. Herbisida dapat diaplikasikan sebelum tanam, sebelum tumbuh, dan sesudah tumbuh (Sudarmo, 1991). Pemilihan herbisida yang sesuai untuk mengendalikan gulma dipertanaman budidaya merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan ini dilakukan dengan memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap gulma dan ada tidaknya fitotoksitas pada tanaman. Pengendalian gulma dengan pemakaian herbisida juga dapat menyebabkan perubahan komposisi spesies dan kepadatan gulma di suatu lahan dalam jangka waktu yang lama (Supawan dkk., 2014).


(30)

9

Berdasarkan tipe translokasi dalam tubuh gulma, herbisida dibedakan menjadi herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang dapat mengendalikan gulma dengan cara mematikan bagian gulma yang terkena atau terkontak langsung dengan herbisida. Herbisida kontak tidak

ditranslokasikan atau tidak diserap dan dialirkan dalam tubuh gulma. Semakin banyak bagian gulma yang berkontak langsung dengan herbisida, akan semakin baik dan efektif penggunaan herbisida kontak. Oleh sebab itulah, maka herbisida ini sering diaplikasikan dengan jumlah larutan semprot yang banyak dengan tujuan agar seluruh permukaan gulma tertutupi oleh larutan herbisida. Herbisida kontak kurang efektif jika diaplikasikan untuk mengendalikan gulma yang mempunyai organ perbanyakan di dalam tanah, seperti teki dan alang-alang. Hal tersebut dikarenakan bagian tanaman di dalam tanah tidak akan mati. Herbisida kontak memiliki kelebihan berupa daya kerjanya yang lebih cepat terlihat.

Herbisida kontak umumnya diaplikasikan sebagai herbisida pasca tumbuh melalui tajuk gulma (Yuono, 2013).

Herbisida sistemik adalah herbisida yang dialirkan atau ditranslokasikan dari bagian tubuh gulma yang terkontak pertama kali ke seluruh bagian gulma tersebut. Translokasi biasanya akan menuju titik tumbuh karena pada bagian tersebut metabolisme tumbuhan paling aktif berlangsung. Herbisida ini dapat diaplikasikan melalui tajuk atau melalui tanah. Herbisida sistemik diaplikasikan melalui tajuk seperti herbisida glifosat, sulfosat, dan 2,4-D sedangkan herbisisda sistemik yang diaplikasikan melalui tanah seperti ametrin, atrazin, metribuzin, 2,4-D amin, dan diuron, ditranslokasikan secara apoplastik atau melalui jaringan


(31)

10

mati dengan pembuluh utama xilem bersama aliran masa gerakan air dan hara dari tanah ke daun dengan bantuan proses transpirasi (Yuono, 2013).

Pengendalian gulma merupakan faktor penting dalam pemeliharaan tanaman. jika keberadaan gulma di sekitar pertanaman diabaikan, maka dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan hasil produksi (Soerjandono, 2004). Penggunaan herbisida sebagai bahan pembunuh gulma telah menjadi suatu kegiatan rutin yang selalu diaplikasikan dalam bidang pertanian. Herbisida pada prinsipnya hanya ditujukan pada objek sasaran yakni gulma yang bersangkutan. Namun dalam aplikasinya sebagian besar bersinggungan dengan tanah yang menyebabkan herbisida tersebut teradsorpsi di dalam tanah (Muktamar dkk., 2005).

2.3 Peran Mulsa terhadap Sifat Kimia Tanah

Mulsa diartikan sebagai bahan atau material yang sengaja dihamparkan di

permukaan tanah atau lahan pertanian (Umboh, 2002). Dalam hal ini penggunan mulsa organik akan membantu mengurangi erosi, mempertahankan kelembaban tanah, mengendalikan pH, memperbaiki drainase, mengurangi pemadatan tanah, meningkatkan kapasitas pertukaran ion, dan meningkatkan aktivitas biologi tanah (Subowo dkk., 1990).

Mulsa organik dari material tanaman yang telah mengalami pelapukan

memberikan tambahan unsur hara ke dalam tanah melalui proses dekomposisi bahan organik (William,1997). Bahan organik tanah merupakan hasil

dekomposisi atau pelapukan sisa-sisa yang terdapat di dalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa


(32)

11

tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu. Bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjipto, 1992).

Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan (Foth,1994).

Peningkatan C-organik disebabkan oleh kandungan bahan organik yang semakin tinggi dan mengalami dekomposisi sehingga menghasilkan senyawa-senyawa organik (Antari dkk., 2012).

Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas tukar kation, kapasitas tukar anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK). Bahan

organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KTK tanah. Sekitar 20–70 % kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KTK tanah (Stevenson,1982).

Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik yang kita

tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses


(33)

12

dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa (Suntoro, 2001).

2.4 Unsur-Unsur Hara dalam Tanah

Kesuburan tanah merupakan suatu mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman (Notohadiprawiro dkk., 2006). Kesuburan tanah sangat berkaitan dengan unsur hara yang dibutuhkan bagi

tanaman untuk dapat tumbuh dan berkembang. Dalam tanah terdapat 16 unsur hara yang tergolong esensial bagi semua tanaman dan terbagi menjadi 2 yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar, yang termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, S dan Mg sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah relatif sedikit, yang termasuk unsur hara mikro yaitu Fe, Cu, Zn, Mn, Mo, B, Cl dan diantara ke 16 unsur hara tersebut C, H dan O berasal dari udara dan air (Pulung, 2005).

Nitrogen merupakan unsur hara yang terbesar distribusinya di alam dan bersumber dari atmosfir dan dari dalam tanah (Pulung, 2005). Ditinjua dari berbagai hara, Nitrogen merupakan yang paling banyak mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat dalam tanah sedikti sedangkan


(34)

13

yang diangkut tanaman berupa panen setiap musim cukup banyak (Hakim dkk., 1986). Menurunnya nilai N-total tanah seiring dengan bertambahnya usia tanaman karena terjadi degradasi bahan organik dan perubahan pH tanah yang tidak signifikan dan masih tergolong sangat masam dan mengakibatkan mikroorganisme perombak bahan organik tanah dan penambat N belum dapat bekerja secara optimal (Nugroho dkk., 2013).

Fosfor di dalam tanah berasal dari bahan organik dan anorganik. Selain itu ketersediaan P dipengaruhi oleh pH tanah, ion dan senyawa logam (Al, Fe, Mn), kandungan Ca dalam tanah, kandungan bahan organik tanah dan aktivitas mikroba tanah (Pulungan 2005). Pertambahan fosfor ke dalam tanah tidak terjadi dengan pengikatan biokimia seperti halnya nitrogen, tetapi hanya bersumber dari deposit atau batuan dan mineral yang mengandung fosfor di dalam tanah. Oleh karena itu kadar fosfor tanah juga ditentukan oleh banyak atau sedikitnya cadangan mineral yang mengandung fosfor dan tingkat pelapukannya (Hakim dkk., 1986).

Sedangkan Kalium di dalam tanah berada sebagai mineral primer dan mineral liat sekunder dan sumber ion K berasal dari pelapukan primer dan mineral sekunder. Pengurangan K dari dalam larutan tanah terjadi melalui fiksasi yang dipengaruhi oleh kerapatan muatan, pengembangan zona terjepit, tingkat kelembaban tanah, konsentrasi ion kalium dan ion pesaing dalam medium (Pulung, 2005). Selain itu kehilangan kalium yang terbesar dalam tanah disebabkan oleh pencucian pada tanah-tanah ringan dan banyak mengandung pasir akibat dari drainase (Hakim dkk., 1986).


(35)

14

Kalsium berasal dari bahan anorganik, yakni dari mineral primer dan sekunder di dalam tanah dan senyawa karbonat merupakan mineral penting di dalam tanah yang mengandung kalsium. Magnesium banyak terdapat dalam bentuk mineral liat sekunder dan magnesium berperan dengan tanaman dalam hal fotosintesis, karena tingginya Mg dalam klorofil dan selain itu dibutuhkan dalam kegiatan enzim serta sebagai katalisator dan kofaktor reaksi di dalam tanaman. Sedangkan belerang terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik, dan

sumber utamanya adalah bahan organik. Besi, mangan, seng dan tembaga berasal dari mineral primer dan mineral liat sekunder. Kelarutan logam tersebut sangat dipengaruhi oleh pH tanah dan tingkat kelarutannya tinggi pada reaksi tanah asam dan rendah pada tanah alkalis (Pulung, 2005).

Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai daya jerap kation yang lebih besar daripada koloid liat sehingga tingginya kandungan bahan organik suatu tanah akan semakin tinggi pula kapasitas tukar kation (Hakim dkk., 1986) dan bahan organik tanah berperan secara fisik, kimia, maupun biologis,sehingga menentukan kesuburan suatu tanah (Hanafiah, 2007). Bahan organik memainkan banyak peranan penting dalam tanah. Karena bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan sehingga bahan organik tanah mengandung semua hara yang diperlukan oleh tanaman (Foth, 1994).

Salam (2012) menjelaskan bahwa secara kimia bahan organik sangat berperan karena juga memiliki muatan negatif. Muatan negatif dan humus tanah berasal dari gugus fungsional yang terdehidrogenasi. Secara umum muatan negatif yang


(36)

15

ditimbulakan dari berbagai gugus fungsional ini berjumlah sangat besar dan merupakan penyumbang KTK tanah yang cukup besar. Oleh karena itu rendahnya KTK tanah mineral dapat ditingkatkan dengan perlakuan bahan organik dan bahan organik mengandung unsur nitrogen, fosfat, dan kalium serta unsur-unsur mikro, akan menambah kelarutan fosfat, karena humus akan menjadi asam humat atau asam-asam lain yang dapat melarutkan Fe dan Al sehingga fosfat dalam keadaan bebas. Selain itu humus berupa penyangga kation, sehingga dapat mempertahankan unsur hara (Sarief, 1989).

2.5 Tanah Ultisols

Tanah ultisols merupakan tanah yang telah mengalami proses pelapukan lanjut melalui proses Luxiviasi dan Podsolisasi. Ditandai oleh kejenuhan basa rendah (kurang dari 35% pada kedalaman 1,8 m), Kapasitas Tukar Kation kurang dari 24 me per 100 gram liat, bahan organik rendah sampai sedang, nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5) (Munir, 1996).

Tanah ultisols mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara, terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah dan peka terhadap erosi (Adiningsih dkk., 1993). Selain rendahnya kandungan hara, tanah ultisols memiliki lapisan padat (penumpukan liat) di bawah lapisan olah


(37)

16

sehinngga menyebabkan perakaran tanaman sulit menembus tanah, dan akhirnya menggangu pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, agar tercapai sistem pertanian berkelanjutan, maka peningkatan kesuburan dan tindakan konservasi tanah merupakan upaya yang perlu dilakukan dalam memanfaatkan lahan kering untuk usaha pertanian (Arsyad, 2001).

Pada umumnya tanah ultisols memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah untuk tanaman pangan, tetapi tanah ultisolss memiliki tanggapan yang baik terhadap pemupukan karena sifat-sifat fisik ultisolss yang peka terhadap

pemupukan dingin (Foth, 1994). Namun demikian, faktor iklim dan relief perlu diperhatikan dan kendala pemanfaatan tanah ultisols untuk pengembangan pertanian adalah kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi, kandungan hara dan bahan organik rendah dan tanah peka terhadap erosi. Berbagai kendala tersebut dapat diatasi dengan penerapan teknologi seperti pengapuran, pemupukan, dan pengelolaan bahan organik (Prasetyo dkk., 2006) dan tanah ultisols yang berada di lahan kering dapat dikembangkan untuk pertanian tanaman pangan, seperti : jagung, kedelai, kacang-kacangan, umbi-umbian, padi gogo dan lain-lain (Subagyo dkk., 2000).

Tanah ultisols merupakan jenis tanah yang cukup luas tersebar di Indonesia terutama di pulau-pulau besar seperti Sumatera dan beberapa pulau besar lainnya. Namun perlu penanganan yang sangat teliti dalam pengembangan pertanian di tanah ini, selain tanahnya yang kurang subur secara kimia, tanah ini juga sangat peka terhadap erosi (Lumbanraja, 2009).


(38)

17

2.6 Budidaya Tanaman Ubikayu

Ubikayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubikayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubikayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubikayu berkembang di negara–negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono, 2009).

Adapun sistematika tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: Kelas : Dycotyledoneae

Sub kelas : Archichlamydeae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Sub famili : Manihotae

Genus : Manihot

Spesies :Manihot esculentaCrantz

Manihot esculentaCrantz mempunyai nama lainM. utilissimadanM. alpi. Semua genus Manihot berasal dari Amerika Selatan. Brasil merupakan pusat asal dan sekaligus sebagai pusat keragaman ubikayu. Manihot mempunyai 100 spesies yang telah diklasifikasikan dan mayoritas ditemukan di daerah yang relatif kering. Tanaman ubikayu tumbuh di daerah antara 30° lintang selatan dan 30° lintang utara, yakni daerah dengan suhu rata-rata lebih dari 18° C dengan curah hujan di atas 500 mm/tahun (Prihandana dkk., 2007).


(39)

18

Kondisi lingkungan yang sesuai untuk ditanami tanaman ubikayu adalah daerah yang kering. Tanaman ubikayu dapat tumbuh di antara 30° Lintang Utara dan antara 30° Lintang Selatan. Sinar matahari untuk pertumbuhan tanaman ubikayu adalah 10 jam/ hari dengan temperatur 10 - 18°C dan curah hujan diatas 500 mm/ tahun. Ubikayu tumbuh pada ketinggian 100 - 700 m dpl dengan kelembaban udara berkisar 60 - 65 %, dan tumbuh pada tanah berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat, tidak terlalu poros, dan kaya akan bahan organik. Jenis tanah yang cocok untuk ditanami ubikayu adalah jenis tanah Aluvial, Latosol, Podsolik Merah Kuning, Mediteran, Grumosol dan Andosol (Rukmana, 1997).

2.7 Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Herbisida terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah.

Teknik persiapan lahan dalam praktiknya dikelompokkan dalam olah tanah sempurna, olah tanah minimum, tanpa olah tanah, dan olah tanah bermulsa. Olah tanah sempurna yang umumnya menggunakan alat-alat sederhana hingga alat-alat berat pada dasarnya bertujuan mengendalikan gulma dan untuk menggemburkan tanah sehingga aerasi dan kapasitas infiltrasi tanah meningkat. Namun sistem olah tanah sempurna dalam jangka panjang akan berdampak buruk yaitu

terjadinya degradasi tanah yang dapat memacu erosi, dan menurunnya kesuburan tanah (Utomo, 2012).

Sistem olah tanah secara umum memberikan pengaruh yang positif pada

pertumbuhan tanaman budidaya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan sifat fisik tanah dari masing–masing perlakuan. Olah tanah membuat struktur tanah


(40)

19

menjadi remah, aerase tanah yang baik dan menghambat pertumbuhan tanaman penganggu (Akbar dkk., 2012).

Sistem olah tanah dapat mempengaruhi laju mineralisasi N tanah dan potensial organik N termineralilasasi tergantung oleh bahan organik karena bahan organik merupakan aset daripada N yang dibebaskan melalui proses mineralisasi (Fuady, 2010) dan perombakan bahan organik yang cepat mempengaruhi kandungan N total meningkat yang menyebabkan residu N cenderung lebih tinggi pada sistem pengolahan tanah. Selain itu mulsa dari sisa-sisa tanaman meningkatkan C organik. Bahan organik yang tinggi dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan memudahkan pelepasan unsur-unsur hara lainnya seperti P (Rosliani dkk., 2010). Namun menurut Supriyadi (2008), pengolahan tanah yang berulang-ulang dapat menurunkan input bahan organik kedalam tanah yang menyebabkan disintegrasi agregat sehingga menjadi tanah peka pada erosi dan pemadatan.

Pengaplikasian herbisida diperlukan dalam sistem pengolahan tanah minimum. Penggunaan herbisida dalam pengendalian gulma dapat meningkatan sumbangan unsur hara dalam tanah khususnya Kalium yang dihasilkan dari gulma yang mati akibat penyemprotan herbisida (Adnan, 2012).


(41)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada pertanaman Ubikayu di Laboratorium terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan analisis tanah dilakukan di

Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2014 hingga April 2015.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan yaitu sampel tanah ultisols di pertanaman ubikayu serta bahan-bahan untuk analisis tanah. Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu sekop, plastik, ayakan 2mm, label dan alat-alat laboratorium untuk analisis C-organik tanah, N, P, K tanah, pH tanah, Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini disusun dari faktorial 2 x 2 dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama terdiri dari 2 perlakuan yaitu sistem olah tanah intensif (OTI) dengan simbol T1dan olah tanah minimum (OTM) dengan simbol T0. Faktor kedua terdiri dari 2 perlakuan yaitu disemprot


(42)

21

dengan herbisida dengan simbol H1dan tanpa disemprot dengan herbisida dengan simbol H0.

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :

T1H1= OTI + Herbisida T1H0= OTI + Tanpa Herbisida T0H1= OTM+ Herbisida

T0H0= OTM + Tanpa Herbisida

Semua perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Tata letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 2 (Lampiran). Data yang diperoleh diuji dengan uji Bartlett, aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Petak percobaan

Tanah percobaan pernah ditanami jagung dengan perlakuan yang sama pada bulan Maret–Juni 2014. Setelah itu, pada bulan juni 2014 ditanami dengan ubikayu (penelitian ini). Petak percobaan dibuat secara berkelompok yaitu empat perlakuan pengolahan tanah dan pemberian herbisida. Lahan penelitian dibagi menjadi 16 petak dengan ukuran setiap petaknya 3m x 4m yang ditanami oleh tanamam ubikayu dengan jarak tanam 90 x 50 cm. Tanaman ubikayu ini dipupuk dengan pupuk Urea 200kg ha-1, SP-36 300kg ha-1, KCL 300kg ha-1dan


(43)

22

Organonitrofos 10.000kg ha-1. Pupuk urea diberikan dua kali yaitu setengah dosis pada saat tanaman ubikayu berumur satu minggu dan selanjutnya diberikan pada saat tanaman berumur 6 bulan.

3.4.2 Pelaksanaan Percobaan di Lapang

Pada perlakuan sistem olah tanah yaitu OTI (T1) tanah dicangkul dan tanah dibalik secara merata dan OTM (T0) tanah dicangkul seperlunya saja. Pada perlakuan pengendalian gulma yaitu (H1) gulma disemprot dengan herbisida yang berbahan aktif Isopropilamina glifosat 240g/l dengan dosis 160ml/16 liter air (tanki) dan tanpa herbisida (H0) gulma tidak disemprot. Perlakuan dapat dilihat yaitu sebagai berikut :

1. T1H1= OTI dan gulma disemprot lalu gulma yang mati dibuang keluar petak percobaan.

2. T1H0= OTI dan gulma dikoret lalu gulma dibuang keluar petak percobaan. 3. T0H1= OTM dan gulma disemprot lalu gulma dibiarkan di dalam petak

percobaan.

4. T0H0= OTM dan gulma dikoret lalu gulma dibiarkan di dalam petak percobaan.

Setelah 4 bulan penyiangan gulma dengan herbisida diulang dengan perlakuan yang sama.


(44)

23

3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan 2 bulan setelah tanaman (BST) (Agustus 2014), 5 BST (November 2014) dan 10 BST (April 2015). Sampel tanah diambil dari lima titik dan diambil secara diagonal kemudian diaduk menjadi satu

(komposit). Tanah pada penelitian ini diambil dari lahan yang merupakan tanah ultisols yang sedang ditanami tanaman ubikayu dengan kedalaman 0-20 cm. Pengambilan sampel tanah dilakukan sebelum diaplikasi herbisida.

3.4.4 Analisis Tanah

Sampel tanah yang telah diambil dikering anginkan kemudian tanah diayak hingga lolos ayakan 2 mm dan dimasukan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label. Tanah yang telah diberi label dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung.

3.4.5 Pengamatan

Variabel yang diamati adalah C-organik tanah (Walkey & Black), Nitrogen tanah (Kjeldhal), Fosfor tanah (Bray I), Kalium tanah, pH tanah (pH meter) dan


(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Sistem olah tanah tidak berpengaruh terhadap C-organik, N-total, P-tersedia,

K-dd, pH, dan KTK tanah pada 2 waktu pengambilan sampel tanah yaitu 5 BST–10 BST, kecuali pada waktu awal pengambilan sampel tanah 2 BST berpengaruh terhadap K-dd tanah.

2. Aplikasi herbisida tidak berpengaruh terhadap C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah pada 3 waktu pengambilan sampel tanah

(2 BST–5 BST–10 BST)

3. Sistem olah tanah dan aplikasi herbisida tidak memberikan interaksi yang nyata terhadap sifat kimia tanah yaitu C-organik, N-total, P-tersedia, K-dd, pH, dan KTK tanah.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan aplikasi herbisida dalam jangka panjang terhadap beberapa sifat kimia tanah pada tanah ultisols yang ditanami ubikayu.


(46)

PUSTAKA ACUAN

Adiningsih, S.J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif Teknik Rehabilitasi dan Pemanfaatan Lahan Alang-Alang.Dalam: S. Sukmana, Sawardjo, J. Sri Adiningsih, H. Subagyo, H. Suhardjo, dan Y. Prawirasumantri (Eds). Pemanfaatan Lahan Alang-alang untuk Usaha Tani Berkelanjutan.

Prosiding Seminar Lahan Alang-alang. Bogor 1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat : 29-50.

Adnan. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida Glifosat dan Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) Serta Pengaruhnya terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulma dan Hasil Kedelai.J. Agrista16 (3) : 135-145. Adrinal., A. Saidi dan Gusmini. 2012. Perbaikan Sifat Fisika-Kimia Tanah

Psamment dengan Pemulsaan Organik dan Olah Tanah Konservasi pada Budidaya Jagung.J. Solum9 (1) : 25-35.

Antari, R., Wawan dan G.ME. Manurung. 2012.Pengaruh Mulsa Organik Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah serta Pertumbuhan Akar Kelapa Sawit. Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian. Universitas Riau. 13 hlm. Akbar, A., A. Nugroho dan J. Moenandir. 2012. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Waktu Penyiangan pada Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine MaxL.) Var. Grobogan.J. Budidaya Pertanian. 1-12 hlm.

Arsyad, A.R. 2001. Pengaruh Olah Tanah Konservasi dan Pola Tanam terhadap Sifat Fisika Tanah Ultisol dan Hasil Jagung.J. Agronomi8 (2) : 111-116. Bareet, M.D. dan S.D. Damardjati. 1984.Peningkatan Mutu Hasil Ubi Kayu di

Indonesia. Jakarta.

Burhhanudin. 2015. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Herbisida terhadap Kehilangan Unsur Hara dan Bahan Organik Akibat Erosi di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung.J. Teknik Pertanian. 3 (3) : 275-282.


(47)

Damaiyanti, D.R R., N. Aini dan Koesriharti. 2013. Kajian Penggunaan Macam Mulsa Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar.J. Produksi Tanaman1 (2) : 25-32.

Faqihhudin, M.D. 2013. Penggunaan Herbisida Ipa-Glifosat terhadap

Pertumbuhan, Hasil dan Residu Jagung.J. Ilmu Pertanian17 (1) : 1-12. Foth, H.D. 1994.DasarDasar Ilmu Tanah. Terjemahan Adisoemarto, S. Edisi

keenam. Erlangga. Jakarta. 374 hlm.

Fuady, Z. 2010. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Residu Tanaman terhadap Laju Mineralisasi Nitrogen Tanah.J. Ilmiah Sains Dan Teknologi10 (1) : 94-101.

Hakim, N., Y.M. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G. Nugroho., M.A. Diha., G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1989.DasarDasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 490 hlm.

Hanafiah, K.A. 2007.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 358 hlm.

Harsono, P. 2011. Mulsa Organik: Pengaruhnya terhadap Lingkungan Mikro, Sifat Kimia Tanah dan Keragaman Cabai Merah di Vertisol pada Musim Kemarau.Prosiding Seminar Nasional PERHORTI. Lembang : 122-129 hlm.

Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin dan Suwarno. 2003.Kesuburan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Leomo, S., L. Mudi dan S. Alam. 2013. Aplikasi Rizobakteri padaCover Crop dalam Mempengaruhi Sifat Kimia Tanah Tanah Bekas Tambang Nikel.J. Agroteknologi3 (1) : 26-33.

Lumbanraja, P. 2009. Pengaruh Pemberian Abu Janjang Sawit dan Pupuk Kandang terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Ukuran Biji Tanaman Kedelai (Glycine MaxL) Var. Willis pada Tanah Ultisol Simalingkar.J. Darma Agung14 (Edisi Khusus) : 62-69.

Muktamar, Z., N. Setyowati dan Hamidati. 2005. Adsorpsi Paraquat oleh Tanah Dystrandept, Dystrudept, Paleudult dan Psamment pada Berbagai


(48)

Munir, M. 1996.Tanah-Tanah Utama Indonesia:Karakteristik , Klasifikasi dan Pemanfaatannya.Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.

Musa, Y. 2007. Evaluasi Produktivitas Jagung Melalui Pengelolaan Populasi Tanaman, Pengolahan Tanah dan Dosis Pemupukan.J. Agrisistem3 (1) : 21-33.

Notohadiprawira, T., S. Soekodarmodjo dan E. Sukana. 2006.Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Jawa Tengah : 1-19 hlm.

Nugroho, T.C. 2013. Analisis Sifat Kimia Tanah Gambut yang Dikonversi Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Kampar.J. Agroteknologi 4 (1) : 25-30.

Nyakpa., M.Y., A.M. Lubis., M.A. Pulung., A.G. Amrah., A. Munawar., G.B. Hong dan N. Hakim. 1988.Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Petunjuk Teknis. 2005.Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Pirngadi, K. 2009. Peran Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.Pengembangan Inovasi Pertanian2(1) : 48-64. Pramudita, M.H. 2014. Implementasi Pemeliharaan Lahan pada Tanaman

Ubikayu : Pengaruh Pengelolaan Lahan terhadap Hasil Tanaman dan Erosi. J. Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1 (2) : 88-92.

Prasetyo, B.H. dan D.A Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia.J. Litbang Pertanian25 (2) : 39-46.

Prasetyo, R.A., A. Nugroho dan J. Moenandir. 2014. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Berbagai Mulsa Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Pertanaman Kedelai (Glycine Max(L.) Merr.) Var. Grobogan.J. BDP. Fak. Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang 1 (6) : 486-495.


(49)

Prihandana, R., K. Noerwijan, P.G. Adinurani, D. Setyaningsih, S. Setiadi dan R. Hendroko. 2007.Bioetanol Ubikayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: Agromedia. 224 hlm.

Pulung. M.A. 2005.Kesuburan Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas pertanian. Universitas Lampung. 287 hlm.

Purwono. 2009.Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya. Radjit, B.S., Y. Widodo., N. Saleh dan N. Prasetiaswati. 2014.Teknologi untuk

Meningkatkan Produktivitas dan Keuntungan Usahatani Ubikayu di Lahan Kering Ultisol. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Ubi. Malang. IPTEK Tanaman Pangan. 9 (1) : 51-62.

Rosliani, R., N. Sumarni dan I. Sulastrini. 2010. Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Tanaman Kacang-kacangan sebagai Tanaman Penutup terhadap

Kesuburan Tanah dan Hasil Kubis di Dataran Tinggi.J. Hort20 (1) : 36-44. Rukmana, R. 1997.Ubi Jalar Budidaya dan Pasca panen. Kanisius. Yogyakarta.

68 hlm.

Rusdiana, O. dan R.S. Lubis. 2012. Pendugaan Korelasi antara Karakteristik Tanah terhadap Cadangan Karbon (Carbon Stock) Pada Hutan Sekunder.J. Silvikultur Tropika3 (1) : 14-21.

Salam, A.K. 2012.Ilmu Tanah Fundamental. Global Madani Pers. Bandar Lampung. 362 hlm.

Sarief, E.S. 1989.Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 174 hlm.

Soerjandono, N. B. 2004. Pengaruh Aplikasi Herbisida Persistensi Rendah pada Dua Olah Tanah terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Padi.Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. Loka Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian. Jakenan : 192-197 hlm.

Soetjipto. 1992.Dasar-Dasar Irigasi. Jakarta : Erlangga .

Stevenson, F.J. 1982.Humus Chemistery: Genesis, Composition, Reactions. A Willey Interscience Publication. New York.


(50)

Subagyo, H., N. Suharta dan A.B. Siswanto. 2000.Tanah-tanah Pertanian di Indonesia dalam Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hlm. 21-66.

Subowo, J. Subaga, dan M. Sudjadi. 1990.Pengaruh Bahan Organik terhadap Pencucian Hara Tanah Ultisol Rangkasbitung, Jawa Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 9 : 26-31.

Sudarmo, S. 1991.Pestisida. Kanisius. Yogyakarta. 130 hlm.

Suntoro, 2001. Pengaruh Residu Penggunaan Bahan Organik, Dolomit dan KCl pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae. L.) pada Oxic Dystrudept di Jumapolo. Karanganyar.J. Habitat12 (3) : 170-177.

Supawan, G.I. dan Hariyadi. 2014. Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SL untuk Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) Belum Menghasilkan.Bul. Agrohorti2 (1) : 95-103.

Supriyadi, S. 2008. Kandungan Bahan Organik sebagai Dasar Pengelolaan Tanah di Lahan Kering Madura.J. Embryo5 (2) : 176-183.

Suryana, A. 2007. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Ubikayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan. 1-19 halaman.Prosiding: Prospek, Strategi, dan Teknologi, Pengembangan Ubikayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan. Badan Litbang Deptan. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 98 hlm.

Sutanto, R. 2002.Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Umboh, A.H. 2002.Petunjuk Penggunaan Mulsa.Jakarta: Penebar Swadaya. Utami, S.R. dan S. Handayani. 2003. Sifat Kimia Tanah pada Sistem Pertanian

Organik.J. Ilmu Pertanian10 (2) : 63-69.

Utomo, M. 2012.Tanpa Olah Tanah. Teknologi Pengelolaan Pertanian Lahan Kering.Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 110 hlm.

Wahyuningtyas, R.S. 2010. Melestarikan Lahan dengan Olah Tanah Konservasi. J. Galam4 (2) : 81-96.

William, D.J. 1997.Organic Mulch. Dep. of Natural Resourches and Environtmental Sci. NRES.


(51)

Yuono, T. 2013.Herbisida Sistemik dan Herbisida Kontak.

Detiktani.blogspot.co.id. [Akses berkala]. 10 September 2015.

Zulkarnain. 2014. Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah akibat Pemberian Limbah Cair Industri Kelapa Sawit dengan Metode Land Aplication. J. Agrifor8 (1) : 125-130.


(1)

PUSTAKA ACUAN

Adiningsih, S.J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif Teknik Rehabilitasi dan Pemanfaatan Lahan Alang-Alang.Dalam: S. Sukmana, Sawardjo, J. Sri Adiningsih, H. Subagyo, H. Suhardjo, dan Y. Prawirasumantri (Eds). Pemanfaatan Lahan Alang-alang untuk Usaha Tani Berkelanjutan.

Prosiding Seminar Lahan Alang-alang. Bogor 1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat : 29-50.

Adnan. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida Glifosat dan Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) Serta Pengaruhnya terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulma dan Hasil Kedelai.J. Agrista16 (3) : 135-145. Adrinal., A. Saidi dan Gusmini. 2012. Perbaikan Sifat Fisika-Kimia Tanah

Psamment dengan Pemulsaan Organik dan Olah Tanah Konservasi pada Budidaya Jagung.J. Solum9 (1) : 25-35.

Antari, R., Wawan dan G.ME. Manurung. 2012.Pengaruh Mulsa Organik Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah serta Pertumbuhan Akar Kelapa Sawit. Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian. Universitas Riau. 13 hlm. Akbar, A., A. Nugroho dan J. Moenandir. 2012. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Waktu Penyiangan pada Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine MaxL.) Var. Grobogan.J. Budidaya Pertanian. 1-12 hlm.

Arsyad, A.R. 2001. Pengaruh Olah Tanah Konservasi dan Pola Tanam terhadap Sifat Fisika Tanah Ultisol dan Hasil Jagung.J. Agronomi8 (2) : 111-116. Bareet, M.D. dan S.D. Damardjati. 1984.Peningkatan Mutu Hasil Ubi Kayu di

Indonesia. Jakarta.

Burhhanudin. 2015. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Herbisida terhadap Kehilangan Unsur Hara dan Bahan Organik Akibat Erosi di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung.J. Teknik Pertanian. 3 (3) : 275-282.


(2)

Damaiyanti, D.R R., N. Aini dan Koesriharti. 2013. Kajian Penggunaan Macam Mulsa Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar.J. Produksi Tanaman1 (2) : 25-32.

Faqihhudin, M.D. 2013. Penggunaan Herbisida Ipa-Glifosat terhadap

Pertumbuhan, Hasil dan Residu Jagung.J. Ilmu Pertanian17 (1) : 1-12. Foth, H.D. 1994.DasarDasar Ilmu Tanah. Terjemahan Adisoemarto, S. Edisi

keenam. Erlangga. Jakarta. 374 hlm.

Fuady, Z. 2010. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Residu Tanaman terhadap Laju Mineralisasi Nitrogen Tanah.J. Ilmiah Sains Dan Teknologi10 (1) : 94-101.

Hakim, N., Y.M. Nyakpa., A.M. Lubis., S.G. Nugroho., M.A. Diha., G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1989.DasarDasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. 490 hlm.

Hanafiah, K.A. 2007.Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 358 hlm.

Harsono, P. 2011. Mulsa Organik: Pengaruhnya terhadap Lingkungan Mikro, Sifat Kimia Tanah dan Keragaman Cabai Merah di Vertisol pada Musim Kemarau.Prosiding Seminar Nasional PERHORTI. Lembang : 122-129 hlm.

Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin dan Suwarno. 2003.Kesuburan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Leomo, S., L. Mudi dan S. Alam. 2013. Aplikasi Rizobakteri padaCover Crop dalam Mempengaruhi Sifat Kimia Tanah Tanah Bekas Tambang Nikel.J. Agroteknologi3 (1) : 26-33.

Lumbanraja, P. 2009. Pengaruh Pemberian Abu Janjang Sawit dan Pupuk Kandang terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah, Pertumbuhan dan Ukuran Biji Tanaman Kedelai (Glycine MaxL) Var. Willis pada Tanah Ultisol Simalingkar.J. Darma Agung14 (Edisi Khusus) : 62-69.

Muktamar, Z., N. Setyowati dan Hamidati. 2005. Adsorpsi Paraquat oleh Tanah Dystrandept, Dystrudept, Paleudult dan Psamment pada Berbagai


(3)

Munir, M. 1996.Tanah-Tanah Utama Indonesia:Karakteristik , Klasifikasi dan Pemanfaatannya.Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.

Musa, Y. 2007. Evaluasi Produktivitas Jagung Melalui Pengelolaan Populasi Tanaman, Pengolahan Tanah dan Dosis Pemupukan.J. Agrisistem3 (1) : 21-33.

Notohadiprawira, T., S. Soekodarmodjo dan E. Sukana. 2006.Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Jawa Tengah : 1-19 hlm.

Nugroho, T.C. 2013. Analisis Sifat Kimia Tanah Gambut yang Dikonversi Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Kampar.J. Agroteknologi 4 (1) : 25-30.

Nyakpa., M.Y., A.M. Lubis., M.A. Pulung., A.G. Amrah., A. Munawar., G.B. Hong dan N. Hakim. 1988.Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Petunjuk Teknis. 2005.Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Pirngadi, K. 2009. Peran Bahan Organik dalam Peningkatan Produksi Padi Berkelanjutan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.Pengembangan Inovasi Pertanian2(1) : 48-64. Pramudita, M.H. 2014. Implementasi Pemeliharaan Lahan pada Tanaman

Ubikayu : Pengaruh Pengelolaan Lahan terhadap Hasil Tanaman dan Erosi. J. Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1 (2) : 88-92.

Prasetyo, B.H. dan D.A Suriadikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia.J. Litbang Pertanian25 (2) : 39-46.

Prasetyo, R.A., A. Nugroho dan J. Moenandir. 2014. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Berbagai Mulsa Organik pada Pertumbuhan dan Hasil Pertanaman Kedelai (Glycine Max(L.) Merr.) Var. Grobogan.J. BDP. Fak. Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang 1 (6) : 486-495.


(4)

Prihandana, R., K. Noerwijan, P.G. Adinurani, D. Setyaningsih, S. Setiadi dan R. Hendroko. 2007.Bioetanol Ubikayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: Agromedia. 224 hlm.

Pulung. M.A. 2005.Kesuburan Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas pertanian. Universitas Lampung. 287 hlm.

Purwono. 2009.Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya. Radjit, B.S., Y. Widodo., N. Saleh dan N. Prasetiaswati. 2014.Teknologi untuk

Meningkatkan Produktivitas dan Keuntungan Usahatani Ubikayu di Lahan Kering Ultisol. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Ubi. Malang. IPTEK Tanaman Pangan. 9 (1) : 51-62.

Rosliani, R., N. Sumarni dan I. Sulastrini. 2010. Pengaruh Cara Pengolahan Tanah dan Tanaman Kacang-kacangan sebagai Tanaman Penutup terhadap

Kesuburan Tanah dan Hasil Kubis di Dataran Tinggi.J. Hort20 (1) : 36-44. Rukmana, R. 1997.Ubi Jalar Budidaya dan Pasca panen. Kanisius. Yogyakarta.

68 hlm.

Rusdiana, O. dan R.S. Lubis. 2012. Pendugaan Korelasi antara Karakteristik Tanah terhadap Cadangan Karbon (Carbon Stock) Pada Hutan Sekunder.J. Silvikultur Tropika3 (1) : 14-21.

Salam, A.K. 2012.Ilmu Tanah Fundamental. Global Madani Pers. Bandar Lampung. 362 hlm.

Sarief, E.S. 1989.Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 174 hlm.

Soerjandono, N. B. 2004. Pengaruh Aplikasi Herbisida Persistensi Rendah pada Dua Olah Tanah terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Padi.Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian. Loka Penelitian Pencemaran Lingkungan Pertanian. Jakenan : 192-197 hlm.

Soetjipto. 1992.Dasar-Dasar Irigasi. Jakarta : Erlangga .

Stevenson, F.J. 1982.Humus Chemistery: Genesis, Composition, Reactions. A Willey Interscience Publication. New York.


(5)

Subagyo, H., N. Suharta dan A.B. Siswanto. 2000.Tanah-tanah Pertanian di Indonesia dalam Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hlm. 21-66.

Subowo, J. Subaga, dan M. Sudjadi. 1990.Pengaruh Bahan Organik terhadap Pencucian Hara Tanah Ultisol Rangkasbitung, Jawa Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 9 : 26-31.

Sudarmo, S. 1991.Pestisida. Kanisius. Yogyakarta. 130 hlm.

Suntoro, 2001. Pengaruh Residu Penggunaan Bahan Organik, Dolomit dan KCl pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae. L.) pada Oxic Dystrudept di Jumapolo. Karanganyar.J. Habitat12 (3) : 170-177.

Supawan, G.I. dan Hariyadi. 2014. Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SL untuk Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensisMuell. Arg) Belum Menghasilkan.Bul. Agrohorti2 (1) : 95-103.

Supriyadi, S. 2008. Kandungan Bahan Organik sebagai Dasar Pengelolaan Tanah di Lahan Kering Madura.J. Embryo5 (2) : 176-183.

Suryana, A. 2007. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Ubikayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan. 1-19 halaman.Prosiding: Prospek, Strategi, dan Teknologi, Pengembangan Ubikayu untuk Agroindustri dan Ketahanan Pangan. Badan Litbang Deptan. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 98 hlm.

Sutanto, R. 2002.Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Umboh, A.H. 2002.Petunjuk Penggunaan Mulsa.Jakarta: Penebar Swadaya. Utami, S.R. dan S. Handayani. 2003. Sifat Kimia Tanah pada Sistem Pertanian

Organik.J. Ilmu Pertanian10 (2) : 63-69.

Utomo, M. 2012.Tanpa Olah Tanah. Teknologi Pengelolaan Pertanian Lahan Kering.Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 110 hlm.

Wahyuningtyas, R.S. 2010. Melestarikan Lahan dengan Olah Tanah Konservasi. J. Galam4 (2) : 81-96.

William, D.J. 1997.Organic Mulch. Dep. of Natural Resourches and Environtmental Sci. NRES.


(6)

Yuono, T. 2013.Herbisida Sistemik dan Herbisida Kontak.

Detiktani.blogspot.co.id. [Akses berkala]. 10 September 2015.

Zulkarnain. 2014. Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah akibat Pemberian Limbah Cair Industri Kelapa Sawit dengan Metode Land Aplication. J. Agrifor8 (1) : 125-130.