Pola Penelenggaraan Penyuluhan Permukiman dengan asas Tridaya 1.
Pemberdayaan warga untuk solusi individual dan sosial a.
Pemberdayaan untuk merubah perilaku individu warga dengan inovasi sosial
Bina manusiawarga untuk solusi individual dan sosial dilakukan dengan inovasi sosial melalui kegiatan pendidikan dan penyuluhan yang bertujuan untuk
mengubah perilaku masyarakat melalui perubahan perilaku individu-individu anggota masyarakat. Aspek yang diharapkan berubah meliputi: 1 perilaku pengetahuan
knowing behavior, 2 perilaku sikap feeling behavior dan 3 perilaku keterampilan doing behavior. Unsur perilaku ini merujuk pada: 1 apa yang telah
diketahuidipahami knowledge, 2 apa yang dapat mereka lalukan skills, 3 apa yang mereka rasakan pikirkan attitudes dan 4 apa yang mereka kerjakan action.
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka pendidikan masyarakat
dilakukan untuk: 1 meningkatkan pengetahuan tentang hidup sehat di dalam rumah dan lingkungan permukiman yang sehat dan layak huni; 2 memperbaiki persepsi
yang salah tentang standar kualitas rumah sehat dan lingkungan permukiman yang
layak huni; 4 meningkatkan motivasi untuk memperbaiki rumah dan lingkungan permukiman kampung kotan dan 3 meningkatkan sikap proaktif untuk ikut serta
meningkatkan kualitas rumah dan lingkungan permukiman kampung kota. Pendidikan masyarakat yang dilakukan melalui pernyuluhan permukiman,
disampaikan kepada seluruh warga komunitas kampung kota: anak-anak, remaja, pemuda, ibu-ibu dan bapak-bapak, bahkan orang tua. Dengan cara ini diharapkan
terjadi perubahan perilaku masyarakat dari kondisi “tidak tahu” karena persepsi yang salah, “tidak mau” dan tidak termotivasi karena tidak merasa membutuhkan dan “tidak
mampu” karena tidak memiliki pengetahuan, keterampilan dan finansial untuk meningkatkan kualitas rumah dan lingkungan kampungnya.
b. Pemberdayaan warga melalui kegiatan kemasyarakatan
Kegiatan kemasyarakatan meliputi pembentukan organisasi atau kelompok- kelompok kerja di kalangan masyarakat kampung kota. Dengan adanya kegiatan
kemasyarakatan ini diharapkan dapat mengakomodasi segala kepentingan, hak dan kewajiban masyarakat, membangun rasa persaudaraan dan persatuan masyarakat
kampung kota melalui pertemuan, kerja bakti dan kegiatan lain secara terorganisir.
Mengacu pada hasil penelitian ini yang menemukan bahwa faktor-faktor didalam potensi masyarakat yaitu persepsi tentang kualitas lingkungan dan motivasi
meningkatkan kualitas lingkungan berpengaruh secara langsung terhadap partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan maka perlu dilakukan inventarisasi semua potensi
sumberdaya yang dimiliki masyarakat. Penelitian juga menunjukkan bahwa peran tokoh masyarakat berpengaruh
langsung terhadap partisipasi meningkatkan kualitas lingkungan sehingga Pengurus RT, RW dan para tokoh masyarakat perlu diikutsertakan dalam kegiatan meningkatkan
kualitas lingkungan ini agar mereka memahami dan menghayati potensi warga masyarakatnya sehingga dapat dibuat kegiatan-kegiatan yang memungkinkan warga
permukiman kampung kota memiliki akses untuk berpartisipasi sehingga dapat memperbaiki persepsi tentang kualitas lingkungan yang baik dan menumbuhkan
motivasi meningkatkan kualitas lingkungan sehingga akhirnya mereka dapat berpartisipasi meningkatkan kualitas lingkungan.
Untuk dapat mengakomodasi potensi yang dimiliki masyarakat dan mengorganisasikan kegiatan-kegiatan perbaikan kampung perlu dibentuk suatu
organisasi atau institusi yang mampu menjembatani aspirasi masyarakat dan kebijakan-kebijakan pemerintah kota sehingga jika ada subsidi atau bantuan dari pihak
pemerintah atau pihak luar lainnya dapat dikelola dengan lebih berdaya guna. Organisasi ini dapat berupa koperasi atau lembaga lain yang dibentuk bersama
oleh masyarakat kampung yang keberadaannya dapat dijadikan sebagai sumber pinjaman dana bagi perbaikan rumah dan fasilitas mandi, cuci, dan kakus MCK, dan
perbaikan sarana-prasarana permukiman lainnya. Bantuan pihak luar untuk meningkatkan kualitas kampung hendaknya disalurkan lawat koperasi ini sehingga
pengembaliannya dapat lebih terjamin pengembalian ini perlu selain untuk mencegah mental pengemis, juga aga dana tersebut dapat digunakan oleh warga kampung
lainnya. Dengan cara ini marginalisasi warga kampung sebagai akibat ketidakmampuan memperbaiki rumah dan kampungnya sendiri dapat dicegah.
Manajemen koperasi harus terletak pada warga masyarakat sendiri. Artinya koperasi itu dikelola sesuai dengan asas koperasi yaitu dari, oleh dan untuk anggota koperasi
tersebut yang dalam hal ini adalah anggota masyarakat kampung kota. Para pengurus
dan pengawas dipilih dari dan oleh para anggota dan bertanggung jawab kepada rapat umum anggota yang diadakan secara periodik atau manakala diperlukan.
Kegiatan-kegiatan peningkatan kualitas lingkungan permukiman kampung kota, baik itu dalam hal perencanaan dan penganggaran dana maupun pelaksanaan dan
pengawasannya diserahkan kepada masyarakat kampung setempat sesuai dengan karakteristik dan potensi sumber daya manusia dan materil masyarakat tersebut.
Konsep ini dilandasi oleh asumsi-asumsi berikut: 1 warga kampung tersebut lebih mengetahui permasalahan yang mereka hadapi dan kepentingan yang mereka
punyai daripada pihak lain. 2 setiap masyarakat lokal memiliki karakteristik lingkungan sosio-ekonomi, budaya dan fisik yang berbeda dengan masyarakat lokal
lainnya. 3 akan lebih efisien dalam hal waktu dan biaya untuk membuat dan melaksanakan kegiatan pembangunan. 4 rasa memiliki atas apa yang dibangun akan
lebih tercipta sehingga pemeliharaan lebih terjamin. Berkenaan dengan partisipasi masyarakat yang dapat diberikan dalam kegiatan
peningkatan kualitas lingkungan maka seluruh warga dilibatkan dalam kegiatan- kegiatan yang disepakati untuk dilaksanakan. Partisipasi seluruh warga masyarakat
kampung kota ini menjadi perlu dengan asumsi bahwa setiap orang lebih mengenal dunianya sendiri daripada orang lain, dan setiap orang berhak ikut serta menentukan
hal-hal yang akan mempengaruhi hidupnya dalam masyarakat. Ini berarti warga masyarakat sendirilah yang harus merumuskan program-program perbaikan kampung
yang mereka pandang baik untuk masyarakat mereka. Hal ini juga berarti bahwa warga masyarakat akan merupakan subyek pembangunan.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai berpartisipasi adalah: 1 ikut serta mengajukan usul-usul mengenai perbaikan kampung, 2 ikut serta
bermusyawarah dalam mengambil keputusan tentang alternatif program manakah yang dianggap paling baik untuk memperbaiki kampungnya, 3 ikut serta melaksanakan
apa yang telah diputuskan termasuk di sini memberi iuran atau sumbangan materi dan 4 ikut serta mengawasi pelaksanaan keputusan tersebut, termasuk di dalamnya
mengajukan saran dan kritik untuk meluruskan pelaksanaan yang tidak sesuai dengan apa yang telah diputuskan bersama. Ikut sertanya masyarakat dalam penentuan dan
pelaksanaan keputusan mengenai perbaikan kampung, dapatlah diharapkan warga masyarakat tersebut akan ikut serta menikmati hasil dari perbaikan kampung itu.
2. Pemberdayaan Lingkungan environmental sebagai solusi arsitektural