Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Kampung Nelayan Belawan 1 Medan

(1)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

KAMPUNG NELAYAN BELAWAN I MEDAN

TESIS

OLEH

DASRIZAL

127020007/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN

KAMPUNG NELAYAN BELAWAN I MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Magister Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

DASRIZAL

127020007/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

JUDUL TESIS : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN KAMPUNG NELAYAN BELAWAN I MEDAN

NAMA MAHASISWA : DASRIZAL

NOMOR POKOK : 127020007

PROGRAM STUDI : TEKNIK ARSITEKTUR

BIDANG KEKHUSUSAN : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui Komisi Pembimbing

( Dr. Ir. Bauni Hamid, M.DesS ) ( Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi Dekan

Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M. Sc Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME Tanggal Lulus :20 Agustus 2014


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 20 Agustus 2014

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : Dr. Ir. Bauni Hamid, M.DesS, Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD

2. Benny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD 3. Agus Suriadi, S. Sos, M.Si


(5)

(6)

PERNYATAAN

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN KAMPUNG NELAYAN BELAWAN 1 MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 20 Agustus 2014


(7)

ABSTRAK

Pembanguan bersifat partisipasi masyarakat selama ini sebernarnya telah dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan berbagai bidang kegiatan demi tercapainya suatu tujuan dalam pengembangan pembangunan suatu daerah perkotaan, akan tetapi program partisipasi itu sendiri masih belum bisa menjawab pembangunan yang benar-benar berpihak pada masyarakat dan berguna tepat sasaran. Hal inilah perlunya suatu penelitian dilakukan apa yang menjadikan kegiatan pembangunan yang seharusnya menguntungkan kedua belah pihak baik dari pemerintah yang dengan program pembangunannya bisa tercapai sedangkan dari pihak masyarakat dapat langsung merasakan gunanya pembangunan tersebut.

Penelitian ini bertujuan bagaimana sebenarnya keterlibatan masyarakat dan stakeholder yang ada dalam kegiatan pembangunan baik dari survey awal lokasi, penentuan lokasi pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan hingga pencairan dana serta pemasokan bahan kelokasi pekerjaan yang kondisinya cukup terisolir akibat kondisi alam yang dipisahkan oleh sungai Belawan dengan kota Medan, apakah memang pembangunan tersebut memang di inginkan oleh masyarakat, ataukah pembangunan itu justru keinginan pemerintah itu sendiri demi terlaksananya program agar pemerintah terkesan tidak berpangku tangan dan apakah kegiatan tersebut benar-benar melibatkan masyarakat secara transparan baik dari progam yang akan dilaksanakan serta penyaluran dananya.

Dalam penelitian ini nantinya dilakukan secara kualitatif dengan langsung terjun pada lokasi dan bertatap muka dengan masyarakat serta stakeholder yang bersangkutan dan melakukan pengumpulan data hingga wawancara secara terbuka dan jujur demi mendapatkan data yang akurat, sehingga penelitian dapat menjawab fenomena apa yang terjadi pada masyarakat dimana banyak penelitian yang dilakukan mahasiswa sebelumnya dari Sabang sampai Merauke yang menyatakan partisipasi masyarakat selalu rendah.


(8)

ABSTRACT

Community participation-based development has actually been implemented by the government and the community members in the development of various activities to achieve a goal of urban development, but the program of participation itself has still not able to answer the truly useful development in favor of the community and well targeted. This issue encouraged that a study needed to be conducted to find out what should be done to make the development activities were beneficial for both sides either for the government that its development program could be achieved or for the community members that they can directly enjoy the benefits of the development program.

The purpose of this study was to find out how the commnunity members and existing stockholders got involved in the development activities commencing from the initial survey for location, determining the job location, job implementation until disbursement of funds and the supply of materials to the work site whose conditions were isolated enough as a result of natural conditions which are separated by Belawan River and the City of Medan, whether the development is desired by the community members, or it is the desire of the government itself for the implementation of the program that the government gave an impression that it did not ignore their own program, and whether or not such activities really involved the community in a transparent way both in terms of the program which will be implemented as well as the distribution of its funds.

This qualitative study was conducted by directly visited the location and met the local community and stakeholders concerned and collected data through the open and honest interviews in order to obtain accurate data, so the resultof the research could answer the phenomenon of what happened to the society where a lot of the researchespreviously conducted by the students from Sabang to Merauke stating that community participation was always low.


(9)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan maupun petunjuk serta bimbinganya sehingga dengan ridho Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini dalam rangka penyusunan tesis.

Tesis ini untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Magister Teknik Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Kampung Nelayan Belawan 1 Medan.

Dalam penulisan ini diharapkan bisa menjawab kegiatan yang akan dilakukan kedepan dalam permasalahan pembangunan secara partisipasi sehingga pembangunan menjadi tepat guna dan tepat sasaran terutama pada kampung Nelayan Belawan 1 Medan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Ir. Bauni Hamid, M.DesS selaku Pembimbing I dan Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD selaku Pembimbing II, atas masukan dan pengarahannya sehingga penelitian dan penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal. Selanjutnya kepada Ketua Program Studi Magister Teknik Arsitektur USU, Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia M.Sc dan para dosen Magister Teknik Arsitektur beserta staf, penulis menyampaikan terima kasih atas bimbingan dan pendidikan kepada penulis.

Pada akhir kata penulis mempersembahkan tesis ini kepada orang tua, mertua, istri dan putra-putri kami yang telah memberikan dukungan dan partisipasinya dalam penyelesain tesis ini.

Medan, 20 Agustus 2014

Penulis, DASRIZAL


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KETERANGAN PRIBADI

Nama Lengkap : DASRIZAL

Unit Kerja : Konsultant Status Perkawinan : Sudah Menikah Jumlah Anak : 2 (dua)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat / Tanggal lahir : Padang, 26 Desember 1974

Alamat Rumah : Jalan Tambak Rejo Psr 1 No. 143 Ds Amplas Kec. Percut Sei Tuan Deli Serdang

Agama : Islam

KETERANGAN PENDIDIKAN

Sekolah Dasar Negeri : Malaka 16 Petang Jakarta Timur (tamat 1988) SMP Swasta : Corpatarin Utama Jakarta Timur (tamat 1991) STM Bangunan Swasta : Malaka Jakarta Timur (tamat 1994)


(11)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Perumusan Masalah ……… 2

1.3 Tujuan Penelitian ………... 2

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 2

1.5 Kerangka Berfikir ……… 4

1.6 Sistematika Penulisan ………. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA……….. 6

2.1 Pengertian Partisipasi ………. … 6

2.2 Fungsi Partisipasi Dalam Pembangunan ………. 10

2.3 Konsep Partisipasi Masyarakat ………...………... 12

2.4 Pendekatan Partisipasi Masyarakat ………. 13

2.5 Dukungan Masyarakat ……… 15


(12)

2.7 Hambatan Dalam Partisipasi ……..………. 23

2.8 Peran Masyarakat Dalam Pembangunan ……..…………... 24

2.9 Peran Stakeholder Dalam PNPM Gambaran Keperdulian Masyarakat Dalam Pembangunan…..……….. 25

2.10 Keperdulian Masyarakat Merujuk Pada Sikap Dan Prilaku ………,………. 27

2.11 Perubahan Prilaku Masyarakat Guna mewujudkan Keperdulian Masyarakat ………..…………... 30

2.12 Kesimpulan Teori ……...………. .. 32

BAB III METODE PENELITIAN………. 34

3.1 Variabel Penelitian .……….. . 34

3.2 Metodologi Pelaksanaan Penelitian ………... 35

3.3 Data Penelitian…… ……… 36

3.4 Tahapan Pengumpulan Data ………...… 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………. 38

3.6 Informasi Kunci (Key Informan)………..……….. 40

3.7 Penyajian Data…… ………... 43

3.8 Teknik Analisa Data ……….……….. 45

BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN……… 48

4.1 Kawasan Penelitian ………. .. 48

4.1.1 Geografis dan administrasi kelurahan ……… 49

4.1.2 Kependudukan………..……….. 57

4.1.3 Program jalan setapak PNPM tahun 2014……….. 57

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………. 63

5.1 Kronologis Kegiatan… ……….. 63

5.2 Latar Belakang Masyarakat yang Terlibat………..….….. 64

5.3 Analisa Peran Masyarakat……….……... 66


(13)

5.4.1 Keterlibatan tahap survey………. 74

5.4.2 Keterlibatan dalam pelaksanaan ….……… 75

5.4.3 Keterlibatan tahap pemeliharaan………...……... 77

5.5 Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ….… 80 5.5.1 Sebelum ada program pembangunan ………. 81

5.5.2 Sesudah ada program pembangunan ……..……… 84

5.6 Bentuk Partisipasi Masyarakat ………... 90

5.7 Indikator Partisipasi Masyarakat ……… 92

5.8 Tingkat Partisipasi Masyarakat ……….. 93

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………. 95

6.1 Kesimpulan ……… 95

6.2 Saran ……….………. 97


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

2.1 Pendekatan Partisipasi ……….. 14

2.2 Tingkatan Partisipasi ……….…..………. 23

2.3 Kesimpulan Teori ………. 32

3.1 Variabel Penelitian ……… 34

3.2 Data Penelitian ………… ………. 37

3.3 Informan Kunci ………. 42

4.1.2 Kependudukan………… …….………. 57

5.1 Jenis KSM…… ……….……… 64

5.2 Kode Singkatan Informan……….. 68

5.3 Peran Masyarakat Dalam Pembangunan Jalan Lingkungan……. 71

5.4 Indikator Pengaruh Peran Stakeholder Dalam Pembangunan….. 88

5.5 Hubungan Antara Peran Pelaku, Aktivitas Dan Motivasi Dalam Pembangunan Jalan Lingkungan di Kampung Nelayan ………. 89

5.6 Indikator keperdulian Masyarakat Dalam Pembangunan .…….... 92


(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1.1 Kerangka Berfikir …. ……… 4

2.1 Alur Rencana………. ………. 7

2.2 Peluang Partisipasi ………….…..………. . 8

3.1 Diagram Kerangka Analisis ……… 47

4.1 Peta Adminsitrasi Kota Medan ……….. 48

4.2 Pencapaian Ke Kampung Nelayan …...………. 49

4.3 Perbatasan Medan Dengan Deli Serdang ……….. 50

4.4 Kampung Nelayan Terdiri Dari 5 Blok ………. 51

4.5 Peta Blok Kampung Depan ...……… 52

4.6 Peta Blok Kampung Tengah ……..……… 53

4.7 Peta Blok Kampung Kerang …..……… 54

4.8 Peta Blok Kampung Banjar ……..……….. 55

4.9 Peta Blok Kampung Taruna ………..……….. 56

4.10 Peta Pembuatan Jalan Rabat Beton di Kampung Tengah …….…... 58

4.11 Pengecoran Jalan Setapak ……… 58

4.12 Jalan Setapak Terendam Air Pasang ……… 59


(16)

4.14 Pengecoran Jalan Setapak ………. 61

4.15 Kepala Lingkungan dan Ketua Blok Kampung ……… 62

4.16 Warga Kampung Nelayan ……….... 62

5.2 Struktur Organisasi KSM ……… 65

5.3 Skema Penyaluran Dana ……….. 65

5.4 Skema Penetuan lokasi ……… 66

5.5 Diagram Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan ……… 73

5.6 Diagram Penentuan Lokasi ……… 75

5.7 Diagram Pelaksanaan Pekerjaan ……….. 77

5.8 Diagram Perawatan Pekerjaan ………. 79

5.9 Diagram Faktor Masyarakat Sebelum Pembanguan ……… 83

5.10 Diagram Faktor Pendorong Masyarakat Dalam Pembangunan …… 87


(17)

ABSTRAK

Pembanguan bersifat partisipasi masyarakat selama ini sebernarnya telah dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan berbagai bidang kegiatan demi tercapainya suatu tujuan dalam pengembangan pembangunan suatu daerah perkotaan, akan tetapi program partisipasi itu sendiri masih belum bisa menjawab pembangunan yang benar-benar berpihak pada masyarakat dan berguna tepat sasaran. Hal inilah perlunya suatu penelitian dilakukan apa yang menjadikan kegiatan pembangunan yang seharusnya menguntungkan kedua belah pihak baik dari pemerintah yang dengan program pembangunannya bisa tercapai sedangkan dari pihak masyarakat dapat langsung merasakan gunanya pembangunan tersebut.

Penelitian ini bertujuan bagaimana sebenarnya keterlibatan masyarakat dan stakeholder yang ada dalam kegiatan pembangunan baik dari survey awal lokasi, penentuan lokasi pekerjaan dan pelaksanaan pekerjaan hingga pencairan dana serta pemasokan bahan kelokasi pekerjaan yang kondisinya cukup terisolir akibat kondisi alam yang dipisahkan oleh sungai Belawan dengan kota Medan, apakah memang pembangunan tersebut memang di inginkan oleh masyarakat, ataukah pembangunan itu justru keinginan pemerintah itu sendiri demi terlaksananya program agar pemerintah terkesan tidak berpangku tangan dan apakah kegiatan tersebut benar-benar melibatkan masyarakat secara transparan baik dari progam yang akan dilaksanakan serta penyaluran dananya.

Dalam penelitian ini nantinya dilakukan secara kualitatif dengan langsung terjun pada lokasi dan bertatap muka dengan masyarakat serta stakeholder yang bersangkutan dan melakukan pengumpulan data hingga wawancara secara terbuka dan jujur demi mendapatkan data yang akurat, sehingga penelitian dapat menjawab fenomena apa yang terjadi pada masyarakat dimana banyak penelitian yang dilakukan mahasiswa sebelumnya dari Sabang sampai Merauke yang menyatakan partisipasi masyarakat selalu rendah.


(18)

ABSTRACT

Community participation-based development has actually been implemented by the government and the community members in the development of various activities to achieve a goal of urban development, but the program of participation itself has still not able to answer the truly useful development in favor of the community and well targeted. This issue encouraged that a study needed to be conducted to find out what should be done to make the development activities were beneficial for both sides either for the government that its development program could be achieved or for the community members that they can directly enjoy the benefits of the development program.

The purpose of this study was to find out how the commnunity members and existing stockholders got involved in the development activities commencing from the initial survey for location, determining the job location, job implementation until disbursement of funds and the supply of materials to the work site whose conditions were isolated enough as a result of natural conditions which are separated by Belawan River and the City of Medan, whether the development is desired by the community members, or it is the desire of the government itself for the implementation of the program that the government gave an impression that it did not ignore their own program, and whether or not such activities really involved the community in a transparent way both in terms of the program which will be implemented as well as the distribution of its funds.

This qualitative study was conducted by directly visited the location and met the local community and stakeholders concerned and collected data through the open and honest interviews in order to obtain accurate data, so the resultof the research could answer the phenomenon of what happened to the society where a lot of the researchespreviously conducted by the students from Sabang to Merauke stating that community participation was always low.


(19)

1.1 Latar Belakang

Dampak globalisasi yang dihadapi bangsa saat ini menjadikan pembangunan yang ditanggung negara ini cukup berat, dengan kata lain rakyat dan pemerintah dituntut untuk dapat memberikan banyak pengorbanan dalam pembangunan. Dari segi pemerintah harus dapat memberikan bimbingan kepada masyarakat bahwa perlu memahami perlunya pengorbanan dan sukarela dalam pembangunan ini.

Paradigma pembangunan pada masa lalu masih menggunakan pendekatan pembangunan dari atas (top down) dimana program yang dikembangkan dimasyarakat direncanakan dan diturunkan oleh pihak lain atau orang luar, baik itu oleh pemerintah atau lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pembangunan kepada pelaksana dan masyarakat (Dedeh Fardiah, 2005). Pada tahun 2008, pemerintah melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan, keberlanjutan pelaksanaan P2KP tahun 1999. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial masyarakat dimasa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat (Arif Wahyu Kristianto, 2003).


(20)

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dalam hal ini pekerjaan rabat beton dikampung nelayan mulai menjadi keharusan, sejak dicanangkannya kegiatan program PNPM Mandiri Perkotaan, namun pada kenyataannya partisipasi masyakat dalam program dari PNPM perkotaan sejauh ini tidak begitu menggembirakan pelaksanaanya. Beberapa masalah yang dapat ditelusuri adalah kemungkinan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan jalan rabat beton tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat pada pelaksanaan Pembangunan jalan lingkungan rabat beton program PNPM Mandiri Perkotaan di Kampung Nelayan Belawan I Medan.

1.3 Tujuan Peneltian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu mengkaji keperdulian masyarakat dalam ikut berpartisipasi pada pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan rabat beton Program PNPM Mandiri Perkotaan di kampung Nelayan Belawan I Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut:

1. Secara praktis, yakni memberikan data dan informasi yang berguna bagi semua kalangan terutama bagi mereka yang serius mengamati jalannya


(21)

partisipasi masyarakat, serta memberikan masukan bagi masyarakat khususnya ditempat penelitian ini dilaksanakan agar dapat terus meningkatkan peran aktifnya dalam membangun daerahnya.

2. Secara akademis, yakni penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung atau tidak bagi kepustakaan dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian tentang model partisipasi publik dalam proses perencanaan pembangunan didaerahnya.

3. Secara umum, yakni penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi warga Kampung Nelayan yang bersangkutan untuk dapat menjadi barometer dalam kegiatan kemajuan perkembangan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini maupun pembangunan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh warga Kampung Nelayan itu sendiri, apakah pembangunan yang dilaksanakan secara berpartisipasi sudah dapat menjawab tantangan perkembangan pembangunan di Kampung Nelayan, sehingga dapat diambil berbagai kebijakan dalam perbaikan dalam berbagai program Pemerintah ke depan dengan mengikut sertakan masyarakat dalam pelaksanaanya yang dilakukan secara terbuka dengan azas keswadayaan masyarakat secara berkesinambungan dan terus menerus dan merupakan bahan intropeksi sendiri bagi warga Kampung


(22)

Nelayan dalam meningkatkan semangat kebersamaan dalam pembangunan bersama Pemerintah.

1.5 Kerangka Berfikir

Kerangka dalam peneltian ini menjadi acuan dalam penulisan nantinya dengan alur pada Gambar 1.1.

.

Gambar 1.1 Kerangka Berfikir

Hasil Analisa

Latar Belakang

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan jalan lingkungan pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

perkotaan dalam pembangunan Kampung Nelayan.

Rumusan Masalah

Bagaimana partisipasi masyarakat pada pembangunan jalan lingkungan

rabat beton Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perkotaan di Kampung Nelayan

Tujuan

Mengkaji partisipasi masyarakat pada pembangunan jalan lingkungan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kampung Nelayan

Analisis

-Diagram : - input - output

Kajian Teori

- Partisipasi masayarakat - Bentuk partisipasi - Tingkat partisipasi

Metode penelitian

- Deskriptif kualitatif - Analisa kualitatif


(23)

1.6 Sistimatika Penulisan

Sitimatika penelitian tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab, masing-masing terdiri dari sub-sub bab sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini membahas latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka berfikir, dan sistimatika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab kajian pustaka ini membahas pengertian partisipasi, fungsi partisipasi dalam pembangunan, filosofi partisipasi masyarakat, pendekatan partisipasi masyarakat, dukungan masyarakat, tingkatan partisipasi masyarakat, hambatan dalam partisipasi, pola partisipasi, strategi partisipasi.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab metode penelitian ini membahas jenis penelitian, variabel penelitian, populasi/sampel, metode pengumpulan data, metoda analisa data.

BAB IV : KAWASAN PENELITIAN

Pada bab ini mengambarkan situasi dan kondisi kawasan kajian.

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN


(24)

2.1 Pengertian Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris participation yang berarti mengambil bagian/keikutsertaan John M Echols & Hasan Shadily (1976). Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan partisipasi berarti hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Secara umum pengertian partisipasi masyarakat dalam pengembangan pembangunan merupakan keperansertaan semua anggota atau wakil-wakil masyarakat untuk ikut dalam proses pembangunan termasuk didalamnya memutuskan tentang rencana yang akan dilaksanakan, manfaat yang akan diperoleh serta bagaimana pelaksanaan dan mengevaluasi hasil pelaksanaannya.

Canter (1981) mendefinisikan partisipasi sebagai feed-forward information and feedback information. Dengan definisi ini partisipasi masyarakat sebagai proses komunikasi dua arah yang terus menerus dapat diartikan bahwa partisipasi masyarakat merupakan komunikasi antara pihak pemerintah sebagai pemegang kebijakan dan masyarakat di pihak lain sebagai pihak yang merasakan langsung dampak dari kebijakan tersebut. Dari pendapat Canter juga tersirat bahwa masyarakat dapat memberikan respon positif dalam arti mendukung atau memberikan masukan terhadap program atau kebijakan yang diambil oleh pemerintah namun dapat juga menolak kebijakan.


(25)

Begitu pentingnya peran partisipasi dalam masyarakat diharapkan dapat menimbulkan rasa kepemilikan yang kuat didalam masyarakat terhadap hasil-hasil pembangunan yang ada. Soemarmo (2005) mengemukakan bahwa pada dasarnya masyarakat dapat dilibatkan secara aktif sejak tahap awal penyusunan rencana. Keterlibatan masyarakat dapat berupa: pertama pendidikan melalui pelatihan, kedua partisipasi aktif dalam pengumpulan informasi dan partisipasi dalam memberikan alternatif rencana usulan kepada pemerintah, secara skematis dapat digambarkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Alur Rencana Sumber Soemarno (2005)

Bentuk lain dari partisipasi masyarakat adalah seperti yang kemukakan oleh Robert (2001). Robert pada dasarnya sependapat dengan Geddesian, ia mengemukan pada dasarnya partisipasi diperlukan sejak awal dalam perencanaan pembangunan, sehingga masyarakat seharusnya sudah diajak sejak awal perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan agar pembangunan menjadi tepat sasaran setelah pembangunan selesai dilaksanakan baik secara fungsi maupun secara kebutuhan bagi masyarakat.

Peluang partisipasi masyarakat dalam penentuan alternatif kebijakan dan program dimana perencana dengan masyarakat harus sejalan, sehingga program pembangunan dapat sejalan antara pemerintah dan kebutuhan mayarakat sebagai pengguna yang dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(26)

Masyarakat Perencana

Gambar 2.2 Peluang Partisipasi Sumber: Robert (2001)

Pada Gambar 2.2 partisipasi masyarakat berada pada tahap pemilihan alternatif kebijakan dan program sementara penetapan tujuan, sasaran dan kebijakan dilakukan secara bersama dengan perencana. Adanya partisipasi masyarakat dalam penetapan tujuan, sasaran dan kebijakan secara bersama antara masyarakat dan perencana menurut Soemarmo (2005) merupakan input sekaligus sebagai ekspresi dan aspirasi masyarakat.

Pertimbangan : - Kerangka kerja - Sasaran & tujuan

Penentuan Sasaran dan

tujuan

Evaluasi

Pemilihan alternatif

Penyempurnaan Tujuan dan

Sasaran

Pengumpulan data analisis

Penetapan standar

Penyiapan alternatif

Pemantauan pelaksanaan


(27)

Menurut Juliantara (2002) subtansi dari partisipasi adalah bekerjanya suatu sistim pemerintahan dimana tidak ada kebijakan yang diambil tanpa ada persetujuan dari rakyat, sedangkan arah dasar yang akan dikembangkan adalah proses pemberdayaan lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan pengembangan partisipasi adalah:

a. Partisipasi akan memungkinkan rakyat secara mandiri otonom, mengorganisasikan diri dan demikian akan memudahkan masyarakat situasi yang sulit serta mampu menolak kecendrungan yang merugikan. b. Suatu partisipasi tidak hanya menjadi cermin konkrit peluang ekpresi

aspirasi dan jalan memperjuangkanya, tetapi yang lebih penting lagi bahwa partisipasi menjadi sebagai garansi menjadi tidak diabaikannya kepentingan masyarakat.

c. Bahwa persoalan dalam dinamika pembangunan bahwa akan dapat diatasi dengan adanya partisipasi masyarakat Juliantara (2002).

Literatur klasik selalu menunjukkan bahwa Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi program dalam pembangunan, tetapi makna substantif yang terkandung dalam sekuen-sekuen partisipasi adalah voice, akses dan control Juliantara (2002) pengertian dari masing-masing sekuen tersebut adalah:

1. Voice: maksudnya hak dan tindakan masyarakat dalam menyanpaikan aspirasi, gagasan, kepentingan dan tuntutan terhadap komunitas terdekatnya maupun pemerintah.


(28)

2. Akses: Maksudnya mempengaruhi dan menentukan kebijakan serta terlibat aktif dalam mengelola barang-barang publik termasuk didalamnya akses warga dalam pelayanan publik.

3. Control: Maksudnya adalah bagaimana warga masyarakat mau dan mampu terlibat dalam mengawasi tugas-tugas pemerintah, sehingga nantinya akan terbentuk pemerintahan yang transparan, akuntabel dan responsif terhadap kebutuhan berbagai masyarakatnya.

Sastropoetro (1988) mendefenisikan partisipasi sebagai keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Hal ini menegaskan bahwa seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya lebih dari pada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja. Selain itu, Sastropoetro (1988) juga mengemukakan pendapat bahwa partisipasi adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

2.2 Fungsi Partisipasi dalam Pembangunan

Conyers (1991) menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat,


(29)

tanpa melibatkan masyarakat program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisipasi umum dibanyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep manceter development yaitu pembangunan yang diarahkan demi perbaikan nasib manusia Sementara Mardikanto (1994) menyatakan bahwa pembangunan yang partisipatoris tidak sekedar dimaksudkan untuk mencapai perbaikan kesejahteraan masyarakat (secara material), akan tetapi harus mampu menjadikan warga masyarakatnya menjadi lebih kreatif. Karena itu setiap hubungan atau interaksi antara orang luar dengan masyarakat sasaran yang sifatnya asimetris (seperti: menggurui, hak yang tidak sama dalam berbicara, serta mekanisme yang menindas) tidak boleh terjadi, di dalam partisipasi masyarakat, maka masyarakat menjadi ujung tombak dalam pembangunan sedangkan pemerintah berfungsi dibidang pengaturan dan pembinaan, fungsi pengaturan pada dasarnya dimaksudkan untuk menjamin agar hak-hak masyarakat dan aparat dapat diaktualisasikan sesuai dengan tata nilai, norma dan ketentuan legal yang berlaku dengan adil dan sebaik-baiknya. Sedangkan fungsi binaan yang dilaksanakan oleh pemerintah menjadi menfasilitasi yang memungkinkan masyarakat dan aparat untuk mengembangkan dan memberdayakan diri sebaik-baiknya.


(30)

Sejak tahun 1999 dikeluarkan berbagai instrument hukum berupa undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah (PP) yang membuka lebar ruang bagi partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik dan monitoring pembangunan. Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, secara substansif menempatkan partisipasi masyarakat sebagai instrument yang sangat penting dalam system pemerintahan daerah dan berguna untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan sosial, menciptakan rasa memiliki pemerintahan, menjamin keterbukaan, akuntabilitas dan kepentingan umum, mendapatkan aspirasi masyarakat, dan sebagai wahana untuk agregasi kepentingan dan mobilisasi dana.

2.3 Konsep Partisipasi Masyarakat

Dari berbagai kajian dan tafsiran mengenai partisipasi oleh Koentjaningrat (1994) membuat suatu rangkuman mengenai konsep partisipasi tersebut yaitu:

a. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa mengikut sertakan dalam pengambilan keputusan.

b. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkat kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan.

c. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

d. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, monitoring proyek supaya


(31)

memperoleh informasi mengenai kontek sosial dan dampak - dampak sosial.

e. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri.

f. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Sehingga dengan demikian berbagai pandangan dan tafsiran mengenai konsep partisipasi secara umum kita dapat melihat bahwa partisipasi (masyarakat) diartikan adalah sebagai keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriahnya saja, padahal partisipasi masyarakat hendaknya melibatkan emosional dan perasaan jiwa yang dapat melahirkan ketulusan dan kejujuran dalam pelaksanaanya secara terbuka dan musyawarah.

2.4 Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Dalam partisipasi masyarakat perlu diadakan pendekatan-pendekatan seperti yang disebutkan Mikkelsen (2006) menyebutkan secara garis besar ada 2 hal dalam pendekatan partisipasi yaitu:

1. Partisipasi datang dari masyarakat sendiri, merupakan tujuan dari proses demokrasi, namun demikian sedikit saja masyarakat yang mau melakukan pendekatan sukarela dalam kegiatan pembangunan.

2. Partisipasi dengan motivasi yang positif yang bersifat memaksa. Dengan pendekatan ini masyarakat dipaksa untuk berpartisipasi dalam


(32)

pembangunan dengan motivasi agar dapat melaksanakan dan menikmati hasil pembangunan secara lebih baik. Selanjutnya disebutkan bahwa partisipasi dapat dilaksanakan dengan tingkat paksaan dan sukarela yang berbeda-beda serta tingkat keaktivan masyarakat yang berbeda-beda pula, namun demikian guna mencapai keberhasilan pembangunan partisipasi aktif dan sukarela hal yang harus diupayakan.

Club Du Sahel (1988) mendeskripsikan pendekatan-pendekatan dalam pelaksanaan partisipasi sebagaimana dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pendekatan Partisipasi No Jenis pola Pendekatan Keterangan

Partisipasi

1. Partisipasi Pendekatan Komunikasi satu arah seperti pasif, tanpa guru dan murid yang diterap- pendekatan pelatihan kan antara staf proyek dan

dan informasi masyarakat

2. Partisipasi Pendekatan Dialog dan komunikasi dua aktif, pelatihan dan arah memberikan kepada

kunjungan masyarakat kesempatan untuk berinteraksi dengan petugas penyuluh dan pelatih luar 3. Partisipasi Pendekatan Masyarakat setempat baik

dengan, kontrak tugas secara pribadi maupun keterikatan yang dibayar bila sekelompok kecil diberikan

anda melakukan ini pilihan untuk terikat pada maka proyek akan sesuatu dengan tanggung jawab melakukan itu atas setiap kegiatan pada


(33)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Jenis pola Pendekatan Keterangan Partisipasi

masyarakat atau proyek model ini memungkinkan untuk beralih dari model klasik kepada model yang diberi subsidi dimana panitia setempat bertanggung jawab atas pengorganisasian pelaksa- naan tugas. Manfaatnya dapat dibuat modifikasi seiring tujuan yang di inginkan.

4. Partisipasi Kegiatan yang Kegiatan yang berfokus untuk atas didorong oleh menjawab kebutuhan masya- permintaan permintaan kat setempat bukan kebutuhan

yang dirancang dan disuarakan pihak luar kegiatan bukanlah proyek yang tipikal.

Tidak ada sasaran untuk suatu periode tertentu.

Sumber: Club Du Sahel (1988)

2.5 Dukungan Masyarakat

Dukungan yang diberikan masyarakat haruslah bersifat sukarela dan tidak membebankan masyarakat seperti pendapat Panudju (1999) peran masyarakat bukanlah:

1. Menyuruh masyarakat untuk melakukan pekerjaan pada proyek- proyek pemerintah yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat.


(34)

2. Menanyakan pendapat masyarakat tentang program yang telah dipersiapkan untuk selanjutnya membuat perubahan-perubahan kecil.

3. Meminta masyarakat untuk membayar sebagian biaya proyek atau kegiatan yang dilakukan.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan keterlibatkan masyarakat amatlah diperlukan dimana masyarakat perlu diberikan empowerment (kuasa dan wewenang) dan partisipasi dalam pengelolaan pembangunan. Dalam hal kebijakan atau policy, Negara-negara Asia sangatlah menghendaki terjaminnya partisipasi masyarakat di dalam usaha untuk pembanguan wilayah pedesaan. Dalam pelaksanaan dan perencanaan pembangunan warga masyarakat tidak hanya menjadi objek pembangunan itu sendiri. Partisipasi masyarakat bukanlah suatu akhir pekerjaan, akan tetapi merupakan sesuatu sarana untuk mencapai tujuan dari pembangunan. Dengan demikian partisipasi masyarakat harus dibina untuk menuju ke arah yang baik dan sehat, agar pelaksanaannya dapat memelihara proyek infrastruktur yang sudah selesai dibangun sehingga keterlibatan pemerintah dalam bidang itu menjadi berkurang.

Partisipasi masyarakat akan membangkitkan rasa bangga terhadap keterlibatan dan menimbulkan pula rasa sayang terhadap proyek sehingga akan menimbulkan pula kepercayaan diri sendiri dan tanggung jawab. Demikian juga bahwa partisipasi masyarakat akan membangkitkan semangat kemandirian dan kerjasama di antara masyarakat serta partsipasi masyarakat akan meningkatkan


(35)

swadaya masyarakat yang pada gilirannya akan mengurangi kebutuhan sumber daya pemerintah.

Korten (1986) mengatakan bahwa pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia ini, dalam pelaksanaan sangat mensyaratkan keterlibatan langsung masyarakat penerima program pembangunan (partisipasi pembangunan) karena hanya dengan partisipasi masyarakat menerima program, maka hasil pembangunan ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kesesuaian ini maka hasil pembangunan akan memberikan manfaat yang optimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Oleh karenaya salah satu indikator keberhasilan pembangunan adanya partisipasi masyarakat penerima program.

2.6 Tingkatan Partisipasi Masyarakat

Dalam hal partisipasi masyarakat dapat dirumuskan bentuk tingkatan seperti yang dirumuskan partisipasi Santropoetro (1988) merumuskan bentuk partisipasi yang terdiri dari:

1. Konsultasi (jasa).

2. Sumbangan uang/barang.

3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari sumbangan individu/intansi yang berada diluar lingkungan tertentu.

4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari yang dan dibiayai seluruhnya oleh komuniti (biasanya diputuskan oleh rapat komuniti a.l rapat desa yang menentukan anggaranya).


(36)

5. Sumbangan dalam bentuk kerja, yang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat.

6. Aksi masa.

7. Mengadakan pembangunan di kalangan keluarga desa sendiri. 8. Membangun proyek komuniti yang bersifat otonom.

Berdasarkan pengamatannya di Amerika Serikat, menurut Arnstein (1969) diperkirakan ada 150 tingkat peran serta masyarakat yang seringkali sulit dibedakan secara tajam dan murni. Untuk mengurangi kerancuan dalam menganalisis persoalan ini, dari 150 macam peran serta oleh Arnstein disederhanakan menjadi delapan tipologi dibawah ini:

Pertama: Manipulasi/Manipulation, tingkat peran serta ini adalah yang paling rendah, karena masyarakat hanya dipakai namanya sebagai anggota dalam berbagai badan penasehat advising board. Dalam hal ini tidak ada peran serta masyarakat yang sebenarnya dan tulus, tetapi diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi dari pihak pengguna.

Kedua: Penyembuhan/therapy, istilah ini diambil dari group atau kelompok penyembuhan. Dengan berkedok melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, para perancang memerlukan anggota masayarakat seperti proses penyembuhan pasien penyakit jiwa dalam group therapy. Meskipun masyarakat terlibat dalam banyak kegiatan, pada kenyataannya kegiatan tersebut lebih banyak untuk mengubah pola pikir masyarakat yang bersangkutan dari pada mendapat masukan atau usulan-usulan dari mereka.


(37)

Ketiga: Pemberian informasi/informing, memberi informasi kepada masyarakat tentang hak-hak mereka, tanggung jawab dan berbagai pilihan, dapat menjadi langkah pertama yang sangat penting dalam pelaksanaan peran serta masyarakat. Meskipun demikian yang sering terjadi penekanannya lebih dari pada pemberian informasi satu arah dari pihak pemegang kuasa kepada masyarakat. Tanpa adanya kemungkinan untuk memberikan umpan balik atau kekuatan untuk negosiasi dari masayarakat dalam keadaan semacam ini, terutama apabila informasi diberikan pada saat-saat terakhir perencanaan, masyarakat hanya memberikan sedikit kesempatan untuk mempengaruhi rencana program tersebut agar dapat menguntungkan mereka, alat-alat yang sering digunakan komunikasi searah adalah media berita, pamphlet, poster dan tanggapan atas pernyataan-pernyataan.

Keempat: Konsultasi/consultation, mengundang opini masyarakat, setelah memberikan informasi kepada mereka, dapat merupakan langkah penting dalam menuju peran serta penuh dari masyarakat. Akan tetapi bila kita konsultasi dengan masyarakat tersebut disertai dengan cara-cara peran serta yang lain. Cara ini tingkat keberhasilannya rendah, karena tidak adanya jaminan bahwa kepedulian dan ide masyarakat akan diperhatikan. Metode yang sering dipergunakan adalah attitude atau survey tentang arah fikir masyarakat, neighbourdhood atau pertemuan lingkungan masyarakat dan public hearing atau mendengar pendapat dengan masyarakat.

Kelima: Rujuk/placation, pada tingkah ini masyarakat mulai mempunyai beberapa pengaruh meskipun beberapa hal masih tetap ditentukan oleh pihak yang mempunyai kekuasaan. Dalam pelaksanaanya beberapa anggota masyarakat yang


(38)

dianggap mampu dimasukan sebagai anggota dalam badan-badan kerjasama pengembangan kelompok masyarakat yang anggotanya lainnya wakil-wakil dari berbagai instansi pemerintah. Dengan sistim ini usul-usul atau ke inginan dari masyarakat berpenghasilan rendah dapat dikemukakan. Namun seringkali suara dari masyarakat tersebut tidak diperhitungkan karena kemampuan dan kedudukannya yang relatif rendah atau jumlah mereka terlalu sedikit bila dibanding dengan anggota-anggota instansi pemerintah yang ada.

Keenam: Kemitraan/partnership, pada tingkat ini atas kesepakatan bersama, kekuasaan dalam berbagai hal dibagi antara pihak masyarakat dengan pihak pemegang kekuasaan. Dalam hal ini disepakati bersama untuk saling membagi tanggung jawab di dalam perencanaan pengendalian keputusan, penyusunan, kebijaksanaan dan pemecahaan berbagai permasalahan yang dihadapi. Setelah adanya kesepakatan tentang peraturan dasar tersebut maka tidak dibenarkan adanya perubahan-perubahan yang dilakukan secara sepihak oleh pihak manapun.

Ketujuh: Pelimpahan kekuasaan/ delegated power pada tingkat ini masyarakat diberikan limpahan wewenang untuk membuat keputusan pada rencana atau program tertentu. Pada tahap ini masyarakat mempunyai wewenang untuk memperhitungkan bahwa program-program yang akan dilaksanakan bermanfaat bagi mereka. Untuk memecahkan perbedaan yang muncul, pemilik kekuasaan yang dalam hal ini adalah pemerintah harus mengadakan tawar-menawar dengan masyarakat dan tidak dapat memberikan tekanan-tekanan dari atas.


(39)

Kedelapan: Kontrol masyarakat/Citizen control, pada tingkat ini masyarakat memiliki kekuatan untuk mengatur program atau kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingan mereka. Mereka mempunyai kewenangan penuh dibidang kebijaksanaan, aspek-aspek pengelolaan dan dapat mengadakan negosiasi dengan pihak-pihak luar yang hendak melakukan perubahan. Dalam hal ini usaha bersama warga atau neighbourhood corporation, dapat langsung berhubungan dengan sumber-sumber dana untuk mendapatkan bantuan atau pinjaman dana, tanpa melewati pihak ketiga.

Tangga partisipasi yang disusun oleh Sherry Arnstein merupakan salah satu model yang bisa membantu kita untuk menilai tingkat partisipasi dalam proses kebijakan atau program. Secara umum dalam model ini, ada tiga derajat partsisipasi masyarakat, pertama: tidak partsipatif (non partipation) Kedua: derajat semu (degrees of tokenism) Ketiga: kekuatan masyarakat (degrees of citizen power) Masing-masing derajat ditekankan ukuran pada seberapa jauh masyarakat telah terlibat dalam proses pembentukan kebijakan atau program yang dilaksanakan oleh Negara, tapi sejauh mana masyarakat (dalam hal ini kelompok miskin dan rentan) dapat menentukan hasil akhir atau dampak dari kebijakan atau program tersebut.

Derajat bawah terdiri dari dua tingkat partisipasi yakni manipulasi (manipulation) dan terapi (therapy). Dalam tingkatan ini partisipasi hanya untuk menatar masyarakat dan mengobati luka yang timbul akibat dari kegagalan sistem dan mekanisme pemerintah. Tidak ada kaitan sedikitpun untuk melibatkan masyarakat dalam menyusun kegiatan atau program pemerintah. Derajat menengah


(40)

yang semu, terdiri dari tiga tingkatan partisipasi yaitu, pemberitahuan (informing), konsultasi (consultation) dan peredama (placation), dalam tahap ini sudah ada kadar perluasan partisipasi, masyarakat sudah bisa mendengar (tingkat pemberitahuan) dan didengar (tingkat konsultasi), namun begitu tahap ini belum menyediakan jaminan yang jelas bagi masyarakat bahwa suara mereka diperhitungakan dalam penentuan hasil dari sebuah kebijakan public. Sedangkan tahap peredaman memang sudah memungkinkan masyarakat (khusus yang rentan) untuk memberikan masukan secara lebih signifikan dalam penentuan hasil kebijakan public, namun proses pengambilan keputusan masih dipegang penuh oleh pemegang kekuasaan. Derajat tinggi terdiri dari tiga tingkatan partisipasi yakni kemitraan (partnership), delegasi kekuasaan (delegated power) dan yang teratas adalah kendali masyarakat (citizen control). Dalam tahap ini partisipasi kelompok rentan sudah masuk dalam ruang penentuan proses hasil dan dampak kebijakan. Masyarakat sudah bisa bernegosiasi dengan penguasa traditional dalam posisi politik yang sejajar (tingkat kemitraan) bahkan lebih jauh mampu mengarahkan kebijakan karena ruang pengambilan keputusan telah dikuasai (tingkat delegasi kekuasaan). Hingga pada tahap akhir, partisipasi sudah sampai pada puncaknya ketika masyarakat secara politik maupun administratif sudah mampu mengendalikan proses pembentukan, pelaksanaan dan konsumsi dari kebijakan tersebut (tingkat kendali masyarakat). Partisipasi yang diberikan masyarakat pada suatu kegiatan tidak mempunyai tingkatan yang sama hingga para ahli dapat menyimpulkan berbagai tingkatan partisipasi berdasarkan situasi dan


(41)

kondisi daerah masing-masing. Delapan tingkatan Partisipasi menurut Anrstein (1969) dapat dilihat pada Table 2.2.

Tabel 2.2 Tingkatan Partisipasi

Sumber: Anrstein (1969)

Untuk melihat sejauh mana dinamika partisipasi masyarakat dalam ruang waktu tertentu, lantas menempatkannya dalam tangga partisipasi arnstein, ada 4 faktor yang sesungguhnya berpengaruh. Tiga faktor bersifat obyektif yakni peluang (opportunity), kapasitas (capacity) dan proses (process), serta satu factor besifat subyektif yakni ideology.

2.7 Hambatan dalam Partisipasi

Partisipasi telah diyakini oleh pemerintah sebagai salah satu keberhasilan untuk mendukung pembangunan, namun masalah di lapangan masih banyak, seperti yang dikatakan Steinberg (1993) bahwa partisipasi masyarakat dalam program-program dan proyek-proyek maupun partisipasi atau prakarsa masyarakat sendiri

Kendali masyarakat(Cittzen Control) 8

Delegasi kekuasaan (Delegated power) 7 Kemitraan (Partnership) 6 Peredaman (Placation) 5 Konsultasi (Consultation) 4 Pengimpormasian (Informing) 3

Terapi ( Therapy) 2

Manipulasi (Manipulation) 1

Degrees of Citezen Power (Kekuasaan Masyarakat)

Degrees of Tokenism (semu)

Nonparticipation (tidak partisipasi)


(42)

mempunyai tantangan untuk mencapai suatu gabungan atau kombinasi antara rencana-rencana pemerintah dan rencana-rencana masyarakat.

Menurut Soetrisno (1995) hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan proses pembangunan yang partisipatif adalah belum dipahaminya makna sebenarnya dari konsep partisipasi oleh pihak perencana dan pelaksana pembangunan. Kemudian menurut Soetrisno (1995) yang menjadi permasalahan dari segi sosial politik dalam pelaksanaan pembangunannya pada Negara berkembang termasuk Indonesia, munculnya suatu gejala di mana pemerintah menempatkan pembangunan bukan lagi sebagai pekerjaan rutin suatu pemerintah, melainkan telah diangkat kedudukannya sebagai suatu ideologi baru dalam negara. Ini mempunyai segi positif dan negatif. Aspek positifnya dengan dijadikan sebagai suatu ideologi dalam suatu negara, maka pembangunan akan menjadi sesuatu yang harus dilakukan oleh pemerintah dan pelestariannya harus dijaga oleh semua warga negara, seperti kita menghayati ideologi Negara. Akan tetapi karena pembangunan telah menjadi sebuah ideologi, maka pembangunan itu telah menjadi suatu yang suci, karenanya tidaklah bebas untuk dikritik lebih-lebih untuk dikaji ulang guna mencari alternatifnya.

2.8 Peran Masyarakat dalam Pembangunan

Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan melalui pembangunan lingkungan dimulai dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Pemerintah selaku regulator dalam menyusun dan menjalankan suatu kebijakan dalam pelaksanaannya harus melibatkan peran serta masyarakat secara sadar atau


(43)

tidak. Adanya penyampaian informasi kepada masyarakat melalui sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya pembangunan lingkungan, masyarakat akan lebih memahami maksud dan tujuan program dan akhirnya diharapkan menumbuhkan kesadaran dan motivasi mereka untuk ikut terlibat. Upaya ini dilakukan pemerintah sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat, dimana pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata.

Akhirnya manusia sebagai masyarakat dan bangsa yang memiliki hak dan kewajiban juga dituntut untuk berperan dalam pembangunan bangsanya. Untuk itu setiap orang dalam suatu masyarakat dan bangsa dituntut untuk memiliki visi dan misi kedepan, melalui tindakan aktif dan kreatif, mengembangkan potensi diri, menjaga dan menjamin secara adil dan pasti untuk semua kebutuhan dasar bagi kehidupan dimasa depan.

2.9 Peran Stakeholder dalam PNPM Gambaran Kepedulian Masyarakat

dalam Pembangunan

Peran pemerintah sebagai enabler dan fasilitator diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan dan kemuan masyarakat dalam mengelola prasarana melalui pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membangun kemampuan (capacity building) masyarakat dan memberdayakan sumber daya manusia yang ada melalui kelembagaan, sarana dan prasarana serta pengembangan 3-P (pendampingan, penyuluhan dan pelayanan) seperti pada Zubaedi


(44)

(2007). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah berperan dalam pemberdayaan masyarakat melalui sosialisasi, pelatihan maupun pembinaan tentang teknik-teknik pembangunan prasarana lingkungan permukiman.

Menurut Adisasmita (2006) tahapan-tahapan dari kegiatan yang harus dilakukan pemerintah agar pemberdayaan masyarakat tadi dapat lebih partisipatif, dimulai dari sosialisasi, pendampingan, penguatan kelembagaan, dan implementasi kegiatan. Sosialisasi merupakan tahap awal proses pemberdayaan, adanya pemahaman tentang suatu informasi kebijakan pemerintah menumbuhkan kesadaran dan memotivasi masyarakat untuk bermitra dengan pemerintah. Tahap pendampingan melalui pelatihan dan pembinaan baik teknis maupun administrasi diharapkan dapat menumbuh kembangkan kemampuan masyarakat dalam pembangunan lingkungan.

Tahap selanjutnya adalah tahap penguatan melalui penguatan kelembagaan masyarakat dan penyediaan dana untuk implementasi kegiatannya. Munculnya kelembagaan masyarakat yang operasional akan dapat bekerjasama dan bermitra dengan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan lingkungan itu sendiri. Penguatan melalui penyediaan alokasi dana pembangunan sarana dan prasarana berfungsi sebagai pengendali ketepatan distribusi aset sumber daya fisik dan non-fisik di masyarakat Pemberdayaan masyarakat itu sendiri akan melibatkan peran organisasi non pemerintah (BKM) dalam hal ini Konsultan pendamping sebagai pelaku perubahan (agent of change), yang umumnya lebih memiliki kemampuan manajerial dan teknik yang lebih baik sehingga mampu menjembatani dialog antara kepentingan masyarakat dan pemerintah. konsultan pendamping ini juga sebagai pemberdayaan,


(45)

dimana konsultan dengan mengedepankan kesabaran akan mengajak warga berubah melalui proses sosialisasi dan pembelajaran secara bertahap sesuai kebijakan pemerintah yang ada. Selanjutnya peranan seorang konsultan pendamping dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai pendampingan. Menurut Zubaedi (2007) fungsi pendampingan sangat penting, terutama dalam membina dan mengarahkan proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok lembaga masyarakat sebagai fasilitator (pemandu), komunikator (penghubung), dan motivator. Tanggung jawab konsultan dalam mendampingi masyarakat yaitu:

a. Peran pendamping sebagai motivator, dalam peran ini, pendamping berusaha menggali potensi sumber daya manusia, alam, sekaligus mengembangkan kesadaran anggota masyarakat tentang kendala maupun permasalahan yang dihadapi.

b. Peran pendamping sebagai komunikator, dalam peran ini pendamping harus mau menerima dam memberi informasi dari berbagai sumber kepada masyarakat untuk dijadikan rumusan dalam penanganan dan pelaksanaan berbagai program serta alternatif pemecahan masalahnya. c. Peran pendamping sebagai fasilitator, dalam peran ini pendamping

berusaha memberi pengarahan tentang penggunaan berbagai teknik, strategi, pendekatan dalam pelaksanaan program.

2.10 Kepedulian Masyarakat Merujuk pada Sikap dan Perilaku

Menurut Riwayadi dan Anisyah (2000) kepedulian adalah keadaan perasaan, fikiran, dan tindakan yang menghiraukan sekitarnya sedangkan masyarakat adalah


(46)

sejumlah orang dalam kelompok tertentu yang membentuk peri kehidupan berbudaya. Kepedulian masyarakat dapat diartikan sebagai sikap dan tindakan sekelompok orang yang berbudaya yang saling menghiraukan atau mengindahkan sekitarnya.

Kepedulian merujuk kepada sikap dan perilaku menempatkan diri sendiri dalam konteks kepentingan yang lebih luas, berusaha untuk memperhatikan kepentingan pihak lain berdasarkan rasa memiliki dan tanggung jawab Wirutomo (2004). Kepedulian masyarakat bersifat sistemik artinya secara sadar faham bahwa tindakan seseorang/suatu kelompok akan berdampak negatif pada kelompok lain, kesadaran tersebut mampu menimbulkan rasa senasib sepenanggungan dan saling kerjasama. Dengan kata lain kepedulian masyarakat adalah suatu proses psikologis sekelompok orang berupa sikap dan perilaku yang bertanggungjawab.

Kata kunci kepedulian terletak pada kata sikap dan perilaku di mana antara sikap dan perilaku saling berhubungan satu sama lain. Defenisi sikap cukup beragam ditafsirkan oleh para ahli psikologi, salah satunya oleh Azwar (2010) berpendapat bahwa sikap sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku, dan kognitif terhadap suatu objek. Ketiga komponen ini secara bersama mengorganisasikan sikap individu. Pendapat lainnya mengatakan sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tetentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkin timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.

Perilaku atau aktivitas-aktivitas individu dalam pengertian luas mencakup perilaku yang nampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inert-


(47)

behavior) Walgito (2004). Perilaku yang ada dalam individu atau organisme tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan, baik stimulus eksternal maupun stimulus internal Walgito (2004). Namun demikian sebagian besar dari perilaku organisme itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal. Selain ditentukan oleh stimulus, dalam diri individu itu juga ada kemampuan untuk menentukan perilaku yang akan diambil.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentukterselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

.b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

Di atas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Untuk dapat lebih jelas lagi penjelasan mengenai tersebut tentang determinan pelaku dimana


(48)

determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua factor seperti yang dapat diuraikan dibawah ini yaitu:

a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang Notoatmodjo (2007).

Dari literatur yang diuraikan di atas dapat disintesiskan bahwa sikap adalah bentuk dari perilaku tertutup dan tindakan adalah bentuk dari perilaku terbuka, dari uraian ini dapat dijelaskan lagi bahwa kepedulian seseorang sangat dipengaruhi oleh perilaku terbuka dan perilaku tertutup, dimana tingkat kepedulian seseorang dipengaruhi oleh perilaku tertutup dan bentuk kepedulian dipengaruhi oleh perilaku terbuka.

2.11 Perubahan Perilaku Masyarakat Guna Mewujudkan Keperdulian Masyarakat.

Kepedulian seseorang terhadap lingkungannya tercermin dari perilakunya yang dapat diamati sehari-hari. Perilaku ramah lingkungan dapat dibentuk sesuai dengan yang diharapkan. Di mana cara pembentukan perilaku sesuai dengan yang diharapkan ditentukan oleh tiga hal Walgito (2004) yaitu:


(49)

Dengan cara membiasakan diri, sehingga perilaku berwawasan lingkungan yang dilakukan sehari-hari dan menjadi kebiasaan di dalam masyarakat tersebut, seperti membuang sampah pada tempatnya, memelihara tanaman, dan lain-lain.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight).

Dengan cara berlajar dari pengetahuan tentang berwawasan lingkungan sehingga dapat dipahami dan bagaimana seharusnya memperlakukan lingkungan tersebut, seperti membaca dan mempelajari tentang dampak global warming.

c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model atau contoh (voluntary).

Dengan cara menirukan atau mencotoh perilaku pelopor atau tokoh berwawasan lingkungan. Pembentukan perilaku dengan cara ini dianggap lebih efektif saat ini karena masyarakat suka meniru apa yang kerjakan orang yang dianggapnya menjadi panutan.

Dari uraian di atas dapat disintesakan bahwa perilaku manusia yang dipengaruhi oleh faktor internal (seperti: tingkat pendidikan, mata pencaharian, jenis kelamin, usia, dan lain-lain) dan faktor eksternal (seperti: lingkungan, ekonomi) akan memotivasi manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Melalui tiga cara pembentukan perilaku yaitu; melalui kebiasaan (conditioning), melalui pengertian (insight), dan melalui pencontohan (voluntary).


(50)

Perilaku yang terbentuk menjadi lebih berwawasan lingkungan akan mencerminkan kepedulian masyarakat tersebut, sehingga dapat diharapkan masyarakat dapt menjaga dan melestarikan lingkungaan dengan ikut berpartisipasi dalam berbagai program pemerintah, maupun program dari pihak swasta yang ikut berpartisipasi dalam meningkatkan pembangunan pada suatu kawasan yang tertinggal baik dari segi prasarana dan sarana yang disalurkan melalui pemerintah setempat baik berupa dana pembangunan maupun berbentuk pengadaan barang-barang kebutuhan masyarakat.

2.12 Kesimpulan Teori

Pada penulisan penelitian ini dapat dibuat kesimpulan dari teori-teori yang didapat dari berbagai teori yang ada namun peneliti menghimpun teori yang berhubungan dengan penelitian ini pada Table 2.3.

Tabel 2.3 Kesimpulan Teori

No Teori Variabel

1. Fungsi partisipasi dalam pembangunan Pembangunan yang akan

Conyers (1991) dilaksanakan

Pertama: Partisipasi merupakan alat

memperoleh informasi kondisi kehadiran Kondisi pembangunan pembangunan serta proyek yang gagal yang sudah dilaksanakan (merupakan alat informasi apakah pembang-

unan berhasil atau tidak)

Kedua: Masyarakat akan lebih memper- Kehadiran masyarakat cayai proyek atau program pembangunan


(51)

Tabel 2.3 (Lanjutan)

No Teori Variabel

jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan Kebutuhan masyarakat. dan perencanaanya karena mereka akan menge-

tahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

Ketiga: Mendorong adanya partisipasi umum Dukungan dalam di banyak Negara karena timbul anggapan partisipasi. bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila

masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri.

2. Pendekatan partisipasi masyarakat Sikap masyarakat Dua hal oleh Mikkelsen (2006): dalam partisipasi

terhadap pembangunan. a. Partisipasi datang dari masyarakat sendiri

merupakan dari proses demokrasi, namun demikian sedikit saja masyarakat yang mau melakukan pendekatan sukarela.

b. Partisipasi dengan motovasi yang positif yang bersifat memaksa, dengan pendekatan ini masyarakat dipaksa untuk berpartisipasi dalam pembangunan dengan motivasi agar dapat melaksanakan dan memahami hasil pembangunan secara lebih baik.

3. Hambatan dalam partisipasi Steinberg Kehendak Pemerintah (1993) Partisipasi telah diyakini oleh

Pemerintah sebagai salah satu keberhasilan Kehendak Masyarakat untuk mendukung pembangunan namun


(52)

3.1 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2009) variable penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Secara teoritis variable dapat di definisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau objek dengan objek lain. Hal senada diutarakan oleh Nazir (1999) bahwa variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.

Adapun yang menjadi variabel penelitian adalah bagaimana partisipasi masyarakat dan faktor yang menpengaruhi partisipasi dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

No Sasaran Variabel Sub Variabel Pertanyaan 1.Fakto lingkungan sering menjadi Faktor yang Pengetahuan Bagaiman

faktor dominan dalam mempenga- dan kebiasaan kebiasaan membentuk perilaku seseorang ruhi perilaku masyarakat. masyarakat Notoajmojo (2007). masyarakat. dalam parti-

sipasi. a. Perilaku yang ada dalam individu

tidak timbul dengan sendirinya, tetapi adanya stimulus yang di terima.


(53)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No Sasaran Variabel Sub Variabel b. Perilaku masyarakat dapat di bentuk Pengaruh ting- sesuai dengan harapan melalui kebi- kat pendidikan, asaan, penegertian dan pencontohan jenis kelamin dan Walgito (2004). hubungan social

2. Perilaku peduli lingkungan di Faktor Dorongan peme- Sejauh pengaruhi oleh hubungan baik mempenga- rintah mana masyarakat dan pemerintah. ruhi partisi- tingkat

pasi. partisi- Klasifikasi Partisipasi pasi Partisipasi. tinggi, sedang, warga.

dan rendah.

3.2 Metodologi Pelaksanaan Penelitian

Di dalam suatu penelitian terdapat suatu prosedur kerja yang dipandu oleh suatu metode tertentu yang disebut metode penelitian. Menurut Nazir (1999), metode penelitian merupakan satu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang akan digunakan dalam penelitian. Prosedur mengarahkan urutan-urutan yang akan dilakukan, sedangkan teknik penelitian memberikan alat atau cara apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Bungin (2009) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman). Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya (dan sedalam


(54)

mungkin) sesuai dengan variasi yang ada. Hanya dengan cara demikian, peneliti mampu mendeskripsikan fenomena yang diteliti secara utuh. Penelitian kualitatif tidak bermaksud untuk menggambarkan karakteristik populasi atau menarik generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi suatu populasi, melainkan lebih terfokus pada representasi terhadap fenomena sosial yang ada.

Penelitian ini dilakukan untuk mencari kejelasan bentuk dan seberapa besar kepedulian masyarakat terhadap pemabangunan jalan rabat beton pada kampong nelayan. Terkait dengan praktek perilaku masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepedulian masyarakat tersebut akan dianalisis dari temuan data dan fenomena yang diperoleh dari penelitian lapangan yang akan disajikan pada laporan akhir penelitian. Hasil akhir dari penelitian kualitatif ini pada akhirnya sangat tergantung pada perkembangan di lapangan, yang didasarkan kepada kemampuan peneliti untuk menggali dan mengelola berbagai masukan yang diperoleh dalam penelitian lapangan.

3.3 Data Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan masukan dari data berupa data sekunder dan data primer, sesuai variabel penelitian yang telah ditetapkan. Data sekunder yang dibutuhkan berupa dokumen resmi tentang data monografi, data demografi dan data tentang kebijakan program pembangunan jalan rabat beton. Untuk memperkuat dan memperjelas data sekunder tersebut akan ditambah dengan masukan hasil wawancara dengan aparat pemerintah dan tokoh masyarakat yang menangani permasalahan tersebut. Data primer lainnya yang dibutuhkan disesuaikan dengan sasaran penelitian


(55)

ini, data yang ingin dicari dan dibutuhkan dalam penelitian ini agar penelitian dapat terarah pada penelitian yang di inginkan dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.2 Data Penelitian

No Sasaran Data Jenis dan bentuk Sumber data 1. 2. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam pembangunan jalan lingkungan. Karekteristik masyarakat dan aktivitas masyarakat sebelum dan sesudah adanya program jalan rabat beton. Data primer (wawancara dan iforman). Data sekunder (dokumen dari kepling seperti data penduduk dan peta kegiatan). Tokoh masyarakat yang memahami betul tentang program rabat beton. Kepala lingkungan dan instansi terkait.

Faktor – factor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembuatan jalan rabat beton. Latar belakang dan peran serta masyarakat. Faktor – factor yangmempengar uhi pembuatan jalan rabat beton. Data primer (wawancara dan informan) Data primer (observasi terhadap aktivitas masyarakat sehari- hari dan wawancara dengan informan) Data sekunder (dokumen program pembuatan jalan rabat beton). Tokoh masyarakat yang memahami betul program rabat beton. Kepala lingkungan dan pemerintah setempat.


(56)

3.4 Tahapan Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data, dalam melakukan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Tahap Pra Survei

Tahap ini merupakan tahap persiapan awal sebelum survei secara langsung dilaksanakan. Persiapan yang ini terkait penyusunan daftar kebutuhan data, daftar wawancara, surat izin survei, proposal, peralatan pendukung survei seperti kamera, alat tulis dan alat perekam.

b. Tahap Survei

Tahap ini dilaksanakan survei sekunder maupun survei primer secara bersamaan, dimana survei primer dilakukan dengan cara observasi lapangan dan wawancara dengan narasumber secara mendalam terhadap subjek penelitian. Survei sekunder dilakukan dengan penjaringan informasi terhadap instansi-instansi terkait.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ditujukan mendapatkan data yang dibutuhkan sebagai bahan masukan untuk setiap tahap analisis berikutnya. Dalam pengumpulan data terdapat 2 (dua) cara pengumpulan data yaitu:

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berkaitan dengan praktek perilaku masyarakat dan pemahaman kepedulian masyarakat


(57)

terhadap pembanguan jalan rabat beton. Dalam hal ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan dari suatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Menurut Sugiyono (2008:145) teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam dengan responden yang diamati tidak terlalu besar. Teknik observasi yang digunakan adalah observasi nonpartisipan, dalam hal ini peneliti berada di luar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan yang mereka lakukan. Berdasarkan cara pengamatan maka observasi yang digunakan adalah observasi terstrukur karena penelitian diarahkan pada pengamatan praktek perilaku masyarakat terhadap penggunaan, pengelolaan dan pemeliharaan jalan rabat beton, di luar itu tidak akan diperhatikan. Disamping itu peneliti juga akan mengamati perubahan perilaku masyarakat setelah adanya pemabangunan jalan rabat beton .

b. Wawancara, merupakan cara untuk dapat menemukenali fenomena tentang latar belakang praktek perilaku masyarakat, kepedulian masyarakat serta latar belakang pembangunan jalan rabat beton. Wawancara ini dilakukan secara mendalam (in-depth interview) dan tidak terstruktur. Tokoh yang diwawancarai adalah para tokoh, warga masyarakat, dan pihak aparat pemerintah yang terkait. Wawancara ini dimaksudkan untuk mengetahui fenomena kepedulian masyarakat


(58)

terhadap pembangunan jalan rabat beton yang terjadi di wilayah studi, yang akan diperiksa lagi dengan beberapa narasumber yang menjadi informan.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini diperoleh dari hasil penelitian, artikel-artikel baik dari media cetak maupun elektronik, penelusuran pustaka dan dokumen resmi dari instansi terkait seperti Kelurahan, kepala lingkungan dan lain lain.

3.6 Informan Kunci (Key Informan)

Dalam penelitian ini, responden yang dipilih merupakan responden yang memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Hal tersebut pada akhirnya menuntun pada penerapan pola tertentu dalam pengambilan sampel. Bungin (2009) mengemukakan pendapatnya bahwa berkenaan dengan tujuan penelitian kualitatif, maka dalam prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian.

Informan kunci yaitu orang yang sangat berpengetahuan dan bisa menyampaikan gagasan, orang yang pandangannya dapat menambah atau berguna dan memahami apa yang sedang terjadi Patton (2009). Informan kunci yang dipilih adalah tokoh dari kalangan masyarakat yang telah tinggal di lokasi objek penelitian


(59)

lebih dari 25 tahun dan dianggap paling memahami tentang perubahan dan adaptasi perilaku masyarakat terhadap pembangunan jalan rabat beton. Informan kunci untuk mendukung pencarian dan penjaringan informasi ini adalah Nara Sumber yang merupakan kepala lingkungan Kampung nelayan, yang pada saat pelaksanaan pembangunan jalan rabat beton adalah ketua koordinatornya dan menjadi pembina bagi pengelola Hingga saat ini beliau tetap aktif memberikan masukan kepada pemerintah kampong nelayan. Pemilihan kepala lingkungan sebagai salah satu informan kriteria pemilihan informan utama yaitu:

a. Penduduk sekitar yang bertempat tinggal lebih dari 25 tahun di KelurahanBelawan 1 Medan.

b. Berperan sebagai pelopor dan motivator masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan jalan rabat beton.

c. Terlibat langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan jalan rabat beton.

d. Mengetahui perilaku serta nilai-nilai sosial yang ada dan berkembang di masyarakat.

Informan kunci lainnya adalah ketua blok Kampung Nelayan pemilihan ini didasari oleh pertimbangan bahwa peran ketua blok kampung mengetahui program yang akan dilaksanakan dan sekaligus yang menentukan lokasi yang akan dibangun terlebih dahulu serta menghimpun masyarakat di lapangan.

. Informan selanjutnya adalah tenaga tukang yang selalu terlibat dalam setiap pembangunan jalan rabat beton yang memberikan masukan tentang jumlah bahan


(60)

yang akan digunakan sehingga dapat dihitung berapa banyak biaya pengerjaannya. Responden lainnya adalah masyarakat kampong nelayan itu sendiri. Kriteria pemilihan responden ini antara lain:

a. Penduduk asli yang bertempat tinggal di Kampung nelayan yang sudah lebih dari 25 tahun.

b. Masyarakat yang terlibat dalam pembuatan jalan rabat beton maupun pemeliharaan dan pengawasan.

c. Pria dan wanita yang berusia antara 20-60 tahun. Informan kunci untuk wawancara instansi meliputi pemerintah kota melalui Kepala lingkungan kampong nelayan. Narasumber wawancara yang diperoleh selama survei dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Informan kunci

No Nama Usia Pekerjaan Kode

1. Safarudin 55 tahun Kepala Lingkungan KL 2. P. Lindung 50 tahun Ketua BKM BKM 3. Udin Kontak 45 tahun Tukang TK 4. Bu Hujrah 42 tahun Guru/ warga WR 5. Adnan 41 tahun Nelayan KP

(ketua blok Kampung Depan) 6. Jalaludin 43 tahun Nelayan KP

(ketua blok Kampung Tengah) 7. Rustam Efendi 46 tahun Nelayan KP


(61)

Tabel 3.3 (Lanjutan)

No Nama Usia Pekerjaan Kode

8. Jalaludin 43 tahun Nelayan KP (ketua blok Kampung Tengah) 9. Rustam Efendi 46 tahun Nelayan KP

(ketua blok Kampung Kerang) 10.Supendi 40 tahun Nelayan KP

(ketua blok Kampung Banjar) 11.Alex Iskandar 47 tahun Nelayan KP

(ketua blok Kampung Taruna)

3.7 Penyajian Data

Menurut Bungin (2009) hasil pengumpulan data kualitatif tentu saja perlu direduksi (data reduction). Istilah reduksi data dalam penelitian kualitatif dapat disejajarkan maknanya dengan istilah pengelolaan data (mulai dari editing, pengkodean hingga tabulasi data). Kegiatan ini mencakup usaha penyusunan hasil pengumpulan data selengkap mungkin, dan memilah-milahkannya dalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu, atau tema tertentu.

Teknik penyajian data pada dasarnya adalah teknik menyajikan hasil olahan data sekunder maupun data primer yang diperoleh melalui instrumen penelitian, berupa studi dokumen dan terutama hasil wawancara mendalam. Pengolahan data primer dan data sekunder yang didapat, kemudian dikategorikan berdasarkan kategori


(62)

yang telah ditentukan. Pengkategorian data tersebut adalah untuk mempermudah didalam analisis selanjutnya.

Dalam penelitian kualitatif, masukan data yang diperoleh lebih banyak berwujud kata-kata hasil wawancara dibanding suatu deretan angka numerik. Untuk mengelolanya maka penyajian data kualitatif lebih banyak dilakukan dengan pembuatan matriks-matriks yang sekaligus bertujuan untuk memudahkan analisis data. Penyajian data ke dalam bentuk matriks tersebut pada dasarnya untuk mempermudah proses reduksi data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Penyajian data dalam penelitian ini bertujuan untuk mempermudah kedua proses analisis tersebut yang boleh jadi dilakukan dalam konteks waktu bersamaan.

Seperangkat hasil reduksi data juga di organisasikan kedalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh. Itu mirip semacam pembuatan table atau diagram dalam tradisi penelitian kuantitatif. Ia bisa berbentuk sketsa, synopsis, matrik atau bentuk-bentuk lainnya. Hal itu sangat diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclution drawing and verification). Proses ini tidak terjadi sekali, melainkan secara berinteraksi, secara bolak-balik. Seberapa banyak proses bolak-balik tersebut sangat tergantung pada komplesitas masalah yang ada dan seberapa tajam pisau analisis yang dipakai saat mengumpulkan data, sehingga data-data yang didapat benar-benar sebuah data yang akurat yang terdapat dilokasi selama penelitian dilaksanakan dengan menghimpun data yang ada dari berbagai sumber yang dapat dipercaya tingkat keakurasiannya.


(63)

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun kelapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian (Nasution dalam Sugiono (2008). Pada penelitian kualitatif analisis data dilakukan mulai saat pengumpulan sampai selesai saat pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman (1992) dalam analisis kualitatif, data yang muncul berupa kata-kata dan bukan rangkaian angka. Kegiatan dalam menganalisis data terkait dengan data itu mungkin telah dimunculkan dalam beragam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan yang biasanya diproses sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas, analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Penelitian kualitatif ini pada dasarnya mengadopsi ketiga alat analisis kualitatif tersebut, namun penggunaannya disesuaikan dengan kondisi lapangan. Dalam konteks terapan, penelitian ini lebih banyak berupaya mengemukakan dan memberikan penjelasan (deskripsi) mengenai fenomena yang terkait dengan variabel penelitian. Proses pelaksanaannya lebih banyak menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis data yang dilakukan sebagai berikut:


(1)

99

Korten DC (1986) Menuju Abad 21: Tindakan Sukarela dan Agenda Global, Jakarta Yayasan Obor Indonesia dan Pustaka Sinar Harapan.

Mardikanto, Totok (1994) Penyuluhan Pembangunan Pertanian,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Mikkelsen, Britha (2006) Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan . Jakarta Yayasan Obor Indonesia.

Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael (1992) Analisis Data Kualitatif

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Miller, Delbert C (1997) Handbook of Research Design and social Measurement

New York: Longman Inc.

Moeleong, Lexy J (2000) Metodologi Penenlitian Kualitatif, Bandung P.T. Remaja Rosdakarya.

Nazir,Moh (1999) Metode Penelitian. Jakarta Ghalia.

Notoatmodjo (2007) Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Seni. Jakarta Rineka Cipta.

Panudju, Bambang ( 1999 ) Pengadaan Perumahan kota dengan peran serta masyarakat berpenghasilan rendah. Bandung: Alumni Bandung.

Patton, Michael Quinn (2009) Metode Evaluasi Kualitatif (How to Use Qualitative Methods in Evaluation) Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Riwayadi, Susilo dan Suci Nur Anisyah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,

Sinar Terang, Surabaya. .

Robert A. Dahl. (2001) Perihal Demokrasi: Menjalajahi Teori dan Praktek Demokrasi Secara Singkat/Robert A. Dahl. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia..

Riwayadi, Susilo dan Suci Nur Anisyah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,


(2)

100

Steinberg, Florian, Nana Rukmana D.W. dkk (1993) Manajemen Pembangunan Prasarana Perkotaan . Jakarta: LP3ES.

Soetrisno , Loekman (1995) Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta Kanisius.

Sumarno, J (2005). Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada Kantor Cabang Perbankan Indonesia di Jakarta),

Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Sugiyono (2008) Metode penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan R & D, Bandung Penerbit Alfabeta.

Sukandarrumidi (2004) Metode penelitian petunjuk praktis untuk penelitian Pemula, Yogyakarta: Gajah Mada Unifersity press.

Tjokroamidjojo, Bintoro (1995) Pengantar Administrasi Pembangunan.Jakarta LP3ES.

Walgito, Bimo (2004) Pengantar Psikologi Umum .Jakarta Andi.

Wirutomo (2004) Menyoal Paradigma Baru Pembangunan Keso

Universitas Indonesia.

Zubaedi (2007) Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren Yogyakarta Pustaka Pelajar.


(3)

101


(4)

NO CUPLIKAN WAWANCARA KODE 1 “dalam pelaksanaan pembangunan di Linkungan XII ini sebenarnya

masih ada dana yang belum terserap, seperti dana Tahun Anggaran 2011, Tahun Anggaran 2012 dan Tahun Anggaran 2013, ya karena warga yang kurang antusias dalam program pembangunan sehingga dana pekerjaan belum dapat terlaksana seluruhnya“/BKM.

BKM

2 “waktu itu ada pihak dari BKM yang bekunjung pada kampung nelayan dan bertanya kira – kira dilokasi mana yang akan dibangun jalan lingkunagan rabat beton agar bisa dilaksanakan program PNPM Mandiri perkotaan tahun anggaran 2013 di kampong ini”/KP.

KL

2 “Memang sebenarnya masih banyak jalan yang akan diperbaiki dan dibangun kembali karena rata – rata jalan sudah mulai rusak dimana kayu dan papanya banyak yang sudah lapuk dan bolong-bolong”/KP.

KP

3 “Untuk berapa besarnya anggaran yang didapat dan kemana penggunaan anggaran yang ada saya tidak mengetahui selaku kepala lingkungan, yang penting saya disuruh teken oleh BKM ya saya teken, yang penting pembangunan di kampung kami terlaksanadan penentuan lokasi yang akan dibangun silahkan Tanya pada ketua blok kampong masing-masing kira – kira mana prioritas pembangunan yang dibuat”/KL.

KL

4 “dalam pengerjaan jalan rabat beton melibatkan partisipasi masyarakat, dimana dananya dari PNPM tetapi untuk pengerjaanya menggunakan tenaga masyarakat tetapi tetap mennggunakan satu orang tukang sebagai pemandu dengan cara diberi upahnya”/KP.

KP

5 “Pada pembangunan jalan rabat beton, saya selalu dilibatkan sebagai kepala tukang oleh LPM dengan membantu menghitung kira – kira berapa banyak bahan yang akan digunakan sesuai volume yang akan dikerjakan, tetapi untuk membeli bahan langsung dari LPM, yang kami terima disini berupa bahan dari LPM sehingga berapa banyak dana yang masuk dan keluar kami tidak tahu”/TK.


(5)

NO CUPLIKAN WAWANCARA KODE 6 “Dalam pengerjaan jalan rabat beton, saya selaku kepala blok

kampong taruna mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, tapi umumnya masyarakat hanya membantu hari-hari pertama saja dengan alasan pergi melaut mencari ikan dan lagi pula kan sudah tukang yang dapat menlanjutkan alasan mereka”/KP.

KP

7 “Kami selaku warga merasa kurang adil diberlakukan dalam pembangunan karena dananya tak jelas juga pembangunnanya tidak merata, itulah sebabnya warga tidak begitu antusias dalam partisipasi pembanguan jalan lingkungan”/WR.

WR

8 “Dalam tahap survey pada lokasi mana yang akan dibangunan dengan beton yang tadinya dari kayu, kepala lingkunagan dan LPM menanya ke saya kira-kira mana yang paling penting dahulu untuk dibangun tanpa perlu menanyakan kepada masyarakat”/KP.

KP

9 “Kami hanya gotong royong dilingkungan kami aja, kalau ada program pembangunan, karena masing-masing blok lain sudah punya kelompok warga sendiri”/WR.

WR

10 “Pembangunan disini terlaksana sepotong-potong, mungkin karena warga ikut mengerjakannya tidak secara penuh, tapi pada hari-hari pertama saja mereka membantu”/KP.

KP

11 “Disini yang sering kami lakukan pemeliharaan pada jalan lingkungan dari kayu, banyak yang sudah patah-patah dan bolong karena banyak yang rusak dengan cara meminta sumbangan warga lima ribu rupiah tiap bulan untuk membeli papan dan kayu, untuk itu kami harapkan ditempat kami segera di buat juga jalan dari beton”/WR.

WR

12 “Disini ada namanya pasang air laut setiap bulan sekali, sampai air merendam jalan lingkungan dari rabat beton sebagaian, justru jalan dari kayu yang tidak terendam”/KP.

KP

13 “kami tidak tahu pembangunan apa saja yang akan dibuat dan berapa dana yang akan digulirkan pada pembangunan yang ada dikampung kami, katanya sih dari pemerintah sedangkan papan


(6)

NO CUPLIKAN WAWANCARA KODE 14 “ itulah ya, kadang-kadang pembangunan dirasakan memang belum

merata oleh warga”/WR.

WR

15 “Aku sering bertengkar dan adu mulut dengan kepala lingkungan bila ada musyawarah, abis dia selalu mementingkan lingkungan yang banyak ada famililinya saja, sehingga pembangunan di lingkungan kami tidak merata”/WR.

WR

16 “Makanya kami warga sini mana ada membuat rumah bagus-bagus, karena nanti bila ada penggusuran kami sudah siap, jadi bila kami ada rezeki kami kumpulkan untuk membeli tanah diseberang saja yang statusnya sudah jelas”/KL.

KL

17 “Kalau untuk jalan rabat beton itu dari PNPM, dulu namanya P2KP tapi para pejabat dan pengusaha swasta ada juga memberikan bantuan dan pembangunan disini seperti, PTP, Rotari dan Organisasi kepemudaan lainnya”/KL.

KL

18 “Yang kami tahu adalah agar pembangunan bisa terlaksana dikampung kami, makanya saya tekan saja bila ada yang minta persetujuan agar pembangunan jadi terlaksana”/KL.

KL

19 “Ditempat kami sudah lama kami inginkan pekerjaan jalan rabat beton, tetapi tidak pernah terlaksana. Makanya kami langsung minta kepada kantor lurah, barulah bisa dibangun di lingkungan kami ini”/WR.