PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN BALEENDAH.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA
KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN
BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Geografi
Disusun oleh: JULIMAWATI, S.Pd.
NIM: 1103840
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI (S2)
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(2)
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN BALEENDAH
KABUPATEN BANDUNG
Oleh Julimawati S.Pd UNIBBA, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Geografi
© Julimawati 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN BALEENDAH
KABUPATEN BANDUNG DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Nursid Sumaatmadja, M.Pd Prof. Dr. Awan Mutakin, M.Pd.
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si. Dr. H. Mamat Ruhimat, M.Pd. NIP. 19610323 198603 1 002 NIP. 19610510 198601 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Geografi SPs UPI Bandung
Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T. NIP. 19640603 198903 1 001
(4)
PERNYATAAN
“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan terhadap keaslian karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini”.
Bandung, 27 Desember 2013
Julimawati NIM. 1103840
(5)
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENJAGA KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN BALEENDAH
Julimawati, Gurniwan Kamil Pasya, Mamat Ruhimat Program Studi Pendidikan Geografi, SPs UPI Bandung, 2013
Email: [email protected]
Masyarakat sebagai salah satu aktor pembangunan, berperan penting dalam menentukan kualitas lingkungan permukiman, sikap dan perilaku masyarakat akan membawa dampak terhadap kualitas lingkungan.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengukur kualitas lingkungan permukiman di kawasan Baleendah; 2) mengidentifikasi bentuk partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman; 3) mengidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman; 4) menjabarkan kualitas lingkungan permukiman untuk pembelajaran geografi.
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan blok komplek permukiman yang ada di Baleendah dengan jumlah blok sebanyak 22, dengan jumlah KK 4.023. Sampel penelitian diambil secara random sampling dengan menggunakan rumus Taro Yamane. Blok sampel terdiri atas: 1) Komplek Balesarakan Baleendah; 2) Komplek KTSM; dan 3) Komplek Puri Cikarees. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrumen yang dilakukan dalam bentuk observasi dan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan prosedur deskriptif dan analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukkan kecenderungan bahwa kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Baleendah dapat dikatakan baik. Bentuk partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan terdiri atas buah pikiran/ide, harta/uang, tenaga, keterampilan dan kegiatan sosial. Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah pendapatan, ketersediaan sarana prasarana, persepsi tentang kualitas lingkungan permukiman, peran tokoh masyarakat, motivasi dan jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh dalam menjaga kualitas lingkungan di komplek permukiman.
Kata kunci : Partisipasi Masyarakat, Kualitas Lingkungan Permuk Abstract
The Community Participation in Improving the Environment Quality of
Settlements in Baleendah Sub-district
Julimawati, Gurniwan Kamil Pasya,Mamat Ruhimat Geography Study Program, School of Post Graduate Studies
University of Indonesian Education, 2013 Email: [email protected]
A community, as one of the development actors, plays a key role in determining the quality of settlement, the attitude and behavior of a community will implicate to the quality of an environment.
(6)
environment quality of settlements, 3) to identify some factors influencing the community participation in preserving the environment quality of settlements, and 4) to elucidate the environment quality of settlements for the learning of Geography.
The population of this study is the whole blocks of settlements in Baleendah sub-district amounted to 22 blocks in total, with the numbers of family 4,023. The samples of this study are random sampling applying the formula of Taro Yamane which are resulted in block samples as follow: 1) Housing complex of Balesarakan Baleendah, 2) Housing complex of KTSM, and 3) Housing complex of Cikarees. The technique of data collection uses two instruments in form of observation and questionnaires. Meanwhile the technique of data analysis applies the descriptive and analytical procedure.
The result of this study shows the tendency of good environment quality of settlements. The forms of community participation in improving the environment quality are the ideas, wealth/properties, services, social skills and activities. In the meantime, factors influencing the community participation are the income, the availability of public facilities, perception of the environment quality of settlements, the role of public figures, motivation, and the number of family members which plays significant role in maintaining the environment quality at the settlement complex.
.
(7)
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFARA GAMBAR... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Struktur Organisasi Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Partisipasi Masyarakat ... 12
1. Pengertian Partisipasi Masyarakat ... 12
2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat ... 14
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ... 16
4. Tingkatan Partisipasi Masyarakat ... 18
5. Ciri-ciri Partisipasi Masyarakat... 24
6. Pentingnya Partisipasi Masyarakat ... 25
B. Konsep Dasar Lingkungan Permukiman ... 26
1. Konsep Lingkungan ... 26
2. Lingkungan Permukiman ... 28
3. Permukiman ... 33
C. Kajian Geografi Terhadap Permukiman ... 35
(8)
E. Kualitas Lingkungan di Implikasikan Pada Pembelajaran Geografi ... 59
1. Hakekat Pengajaran Geografi ... 59
2. Pembelajaran Georafi ... 61
3. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar ... 62
F. Penelitian Yang Relevan ... 65
G. Hipotesis Penelitain ... 68
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 69
A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 69
1. Lokasi Penelitian ... 69
2. Populasi ... 69
3. Sampel ... 71
B. Desain Penelitian ... 76
C. Metode Penelitian ... 78
D. Defenisi Operasional ... 79
1. Partisipasi Masyarakat ... 80
2. Kualitas Lingkungan Permukiman ... 81
E. Instrumen Penelitian ... 91
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 93
1. Validitas Instrumen ... 93
2. Reliabilitas Instrumen ... 95
3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabiltas Kuesioner Penelitian... 96
4. Transformasi Data ... 98
G. Teknik Pengumpulan Data ... 101
1. Observasi ... 102
2. Kuesioner ... 102
3. Wawancara ... 100
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 103
A. Letak dan luas daerah Penelitian ... 103
(9)
3. Bentuk Partisipasi Masyrakat Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan
Permukiman ... 118
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman... 122
5. Hipotesis Hasil Penelitian ... 129
C. Implikasinya Dalam Pembelajaran Geografi di Sekolah ... 135
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 141
Kesimpulan ... 141
Saran ... 142
(10)
1. Tabel 1.1 Komplek Permukiman ... 2
2. Tabel 2.1 Jenis Partisipasi ... 23
3. Tabel 2.2 Standar Minimal Komponen Fisik Prasarana Lingkungan permukiman 32 4. Tabel 2.3 Kebutuhan Prasarana Sampah ... 49
5. Tabel 2.4 Kebutuhan Sarana Pendidikan... 58
6. Tabel 3.1 Populasi Permukiman di Kecamatan Baleendah ... 70
7. Tabel 3.2 Variabel dan Indikator Bentuk Partisipasi... 80
8. Tabel 3.3 Variabel dan Indikator Faktor Partisipasi ... 80
9. Tabel 3.4 Parameter Banjir ... 82
10. Tabel 3.5 Parameter Air Bersih ... 82
11. Tabel 3.6 Parameter Sanitasi ... 83
12. Tabel 3.7 Parameter Pembuangan Sampah ... 84
13. Tabel 3.8 Parameter Saluran Air Limbah ... 85
14. Tabel 3.9 Parameter Lokasi Permukiman ... 85
15. Tabel 3.10 Parameter Jalan Masuk ... 86
16. Tabel 3.11 Parameter Keadaan Umum Bangunan ... 87
17. Tabel 3.12 “Lay Out” Umum Bangunan ... 87
18. Tabel 3.13 Parameter Kepadatan Bangunan ... 88
19. Tabel 3.14 Parameter Umum Kampung ... 88
20. Tabel 3.15 Kepadatan Penduduk ... 89
21. Tabel 3.16 Sekolah ... 90
22. Tabel 3.17 Parameter Partisipasi Masyarakat ... 90
23. Tabel 3.18 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 91
24. Tabel 3.19 Lembar Observasi ... 92
25. Tabel 3.20 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabiltas Kualitas Lingkungan Permukiman ... 95
26. Tabel 3.21 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Bentuk Partisipasi Masyarakat ... 96
27. Tabel 3.22 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ... 97
(11)
30. Tabel 4.2 Karakteristik Responden ... 105
31. Tabel 4.3 Kejadian Banjir ... 108
32. Tabel 4.4 Air Bersih/Air Minum ... 109
33. Tabel 4.5 Sanitasi ... 110
34. Tabel 4.6 Saluran Air Limbah ... 111
35. Tabel 4.7 Persampahan ... 112
36. Tabel 4.8 Jarak Sekolah ... 115
37. Tabel 4.9 Umur Kampung Permukiman ... 116
38. Tabel 4.10 Partisipasi Masyarakat ... 117
39. Tabel 4.11 Tingkat Kualitas Lingkungan Permukiman ... 117
40. Tabel 4.12 Partisipasi Dalam Bentuk Buah Pikiran ... 118
41. Tabel 4.13 Partisipasi Dalam Bentuk Harta dan Uang ... 119
42. Tabel 4.14 Partisipasi Dalam Bentuk Tenaga ... 120
43. Tabel 4.15 Partisipasi Dalam Bentuk Keahlian dan Keterampilan ... 121
44. Tabel 4.16 Partisipasi Dalam Bentuk Kegiatan Sosial ... 122
45. Tabel 4.17 Pendapatan Responden ... 123
46. Tabel 4.18 Ketersediaan Sarana dan Prasarana ... 124
47. Tabel 4.19 Peran Tokoh Masyarakat ... 126
48. Tabel 4.20 Jumlah Anggota Keluarga ... 127
49. Tabel 4.21Persepsi Kualitas Lingkungan Permukiman ... 128
50. Tabel 4.22 Motivasi Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman 128 51. Tabel 4.23 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Pendapatan, Ketersediaan Sarana Prasarana, Persepsi Tentang Kualitas Lingkungan Permukiman, Peran Tokoh Masyarakat, Motivasi dan Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Bentuk Partisipasi Masyarakat ... 132
(12)
Gambar 2.1 Komponen Proses Pembelajaran ... 61
Gambar 3.1 Peta Populasi ... 73
Gamabr 3.2 Peta Sampel Penelitian ... 74
Gambar 3.3 Diagram Jalur Variabel Eksogen dan Endogen ... 77
Gambar 4.1 Peta Batas Wilayah ... 106
(13)
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 149
Lampiran 2. Lembar Observasi... 150
Lampiran 3. Angket ... 151
Lampiran 4. Rencana Proses Pembelajaran ... 159
Lampiran 5. Lampiran Manual Perhitungan Analisis Jalur ... 164
Lampiran 6. Lampiran Output SPSS Regresi Linier Berganda ... 167
Lampiran 7. Lampiran Validitas dan Reliabilitas ... 170
Lampiran 8. Rekapitulasi Data Responden ... 173
Lampiran 9. Perhitungan Succesive ... 193
Lampiran 10. Foto Lapangan ... 217
Lampiran 11. Surat Keterangan Bimbingan ... 221
Lampiran 12. Surat Observasi ... 223
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Tingginya laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah diikuti pula dengan laju pertumbuhan permukiman. Jumlah pertumbuhan permukiman yang baru terus meningkat sehingga menyebabkan tingginya tekanan terhadap daya dukung lingkungan. Pada umumnya penduduk yang memiliki status ekonomi tinggi akan memilih kawasan permukiman yang memiliki fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan penduduk yang mempunyai status ekonomi rendah. Hal tersebut dapat memacu pertumbuhan permukiman baru yang tanpa memperhatikan kemampuan lingkungan.
Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan terjadinya perkembangan permukiman yang diikuti dengan pengelolaan yang tidak terkontrol. Permukiman dibangun dengan kualitas yang sangat rendah serta cenderung kurang terarah, terpadu, dan terencana dengan baik. Selain itu kurang memperhatikan kelengkapan sarana dan prasana dasar dalam lingkungan permukiman, seperti lokasi, air bersih, sistem pembuangan sampah, sanitasi, saluran pembuangan air atau drainase. Lingkungan permukiman yang sehat merupakan salah satu indikator dalam menilai atau mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat dibidang ekonomi dan sosial.
Jumlah kepadatan penduduk yang tinggi di suatu daerah perkotaan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertumbuhan alami, urbanisasi dan migrasi. Kondisi seperti ini akan berdampak pada beberapa masalah seperti: akan bermunculan permukiman kumuh, akan terjadi juga kemerosotan lingkungan yang menjadi masalah utama, karena pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak sesuai dengan fasilitas permukiman dan fasilitas lainnya.
Baleendah saat ini terus mengalami perkembangan sejalan dengan ditetapkannya sebagai penataan sarana dan prasarana perkotaan, pengembangan permukiman dan pengembangan pendidikan. Perubahan ini ditandai dengan
(15)
banyaknya pertambahan penduduk dan kawasan terbangun yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. Jumlah penduduk Kecamatan Baleendah berdasarkan data dari Badan Pusat Statisitik Kabupaten Bandung tahun 2000-2012 yaitu tahun 2000 sebanyak 172.033 jiwa, tahun 2005 sebanyak 178.000 jiwa sedangkan tahun 2010 sebanyak 223.610 jiwa dan tahun 2012 sebanyak 233.336 jiwa atau 59.515 KK. Peningkatan jumlah penduduk tersebut tidak sebanding dengan jumlah lahan untuk tempat tinggal, sehingga terjadinya alih fungsi lahan yang tadinya lahan pertanian menjadi lahan terbangun serta dibeberapa tempat terjadi kondisi lingkungan yang padat penduduk dan kurang memperhatikan kondisi kesehatan lingkungan permukiman. Adapun data jumlah blok permukiman yang ada di Kecamatan Baleendah dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1. Komplek Permukiman
No Nama Permukiman Lokasi Luas Jumlah
KK
Tahun dibangun
1 Balesararakan
Baleendah
Kelurahan Baleendah 35.000 m2 79 1980
2 Komplek KTSM Kelurahan Baleendah 10.500 m2 109 1985
3 Baleendah Naranata Kelurahan Baleendah 3.343 m2 18 2009
4 Matahari Asri Kelurahan Baleendah 253.941,6 m2 170 2010
5 Puri Cikarees Kelurahan Baleenda 6.650 m2 51 2012
6 Griya Matahari Kelurahan Baleendah 2.995 m2 19 2012
7 Griya Matahari II Kelurahan Baleendah 1.508 m2 15 2012
8 Green Paros Kelurahan Baleendah 4.877 m2 30 2012
9 Maranata Baleendah Kelurahan Baleendah 4.331 m2 217 2012
10 Golden Pinus Kelurahan Baleendah 10.620 m2 76 2012
11 Matahari Residence Kelurahan Baleendah 27.279 m2 168 2012
12 Puri Matahari Kelurahan Baleendah 4.530 m2 30 2012
13 Graha Pelangi Cigado Kelurahan Baleendah 4.015 m2 27 2012
14 Manggahang
Regency
Kelurahan Manggahang 214.434,76 m2 725 2012
15 Rancamanyar Asri Desa Rancamanyar 40.220 m2 217 2010
16 Rancamanyar permai Desa Rancamanyar 4.746 m2 27 2005
17 Rancamanyar Indah Desa Rancamanyar 33.010 m2 166 2011
18 Rancamanyar Lestari Desa Rancamanyar 3.116 m2 20 2012
19 Pohon Mangga
Regency
Desa Rancamanyar 10.782 m2 72 2012
20 Bumi Sari Endah 2 Desa Manggahang 23.519 m2 214 2012
21 Griya Prima Asri 2 Desa Malakasari 280.737 m2 1.223 2009
22 Mountain Breeze Kelurahan Andir 45.232 m2 180 2012
(16)
Meningkatnya jumlah penduduk di suatu daerah akan selalu juga diikuti oleh meningkatnya kebutuhan dan tuntutan akan lahan yang digunakan untuk membangun suatu permukiman. Kadang persediaan lahan pada suatu daerah sangat terbatas dan tidak mampu mendukung kebutuhan penduduk untuk permukiman. Munculnya permukiman baru diikuti juga kebututuhan bangunan-bangunan yang baru sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan penduduk setempat. Keterbatasan lahan pada akhirnya semakin mendapat tekanan yang kuat dan penduduk yang ekonominya rendah makin terpinggirkan, munculnya perumahan kumuh yang berlokasi di lahan bekas rel kereta api, bantaran sungai, di pinggir jalan raya, merupakan contoh masyarakat yang terpinggirkan. Hal ini dapat menyebabkan permasalahan kualitas lingkungan permukiman semakin kompleks.
Akibat dari pembangunan yang tidak memperhatikan kualitas lingkungan, saat ini kondisi lingkungan Permukiman Baleendah mengalami degradasi akibat pembangunan yang tidak terencana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pembangunan perumahan yang tidak teratur, tumbuhnya kegiatan perdagangan liar disepanjang jalan raya, tumbuhnya bangunan-bangunan liar di atas tempat pengaliran air (drainase), penumpukan sampah yang sampai saat ini belum ada penyelesaiannya. Lingkungan permukiman di Baleendah mengalami banjir di musim hujan karena tertutupnya saluran air serta pemandangan yang tidak nyaman dan bau akibat dari penumpukan sampah.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan permukiman saat ini adalah luas lahan yang semakin sempit, harga tanah dan material bangunan semakin mahal, serta kebutuhan masyarakat semakin meningkat. Pembangunan permukiman yang terjadi pada saat ini banyak mengabaikan faktor-faktor lingkungan yang seharusnya dijaga dan dilindungi. Pembangunan permukiman juga hanya memperhatikan dan mengutamakan produksi rumah tanpa memperhatikan dan mengabaikan proses pembangunan permukiman yang serasi, karena pembangunan permukiman tersebut hanya bertumpu pada mekanisme dan kondisi pasar. Kondisi semacam ini akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas lingkungan permukiman. Demikian juga kondisi permukiman di Baleendah
(17)
banyak dijumpai permukiman yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan ideal dari suatu lingkungan permukiman. Dirjen Perumahan dan Pemukiman (2002: 30) mengatakan bahwa:
Kualitas perumahan yang layak huni dan terjangkau secara ideal perlu di dukung dengan kualitas lingkungan permukiman yang lebih luas sebagai satu kesatuan hunian yang tidak terpisahkan guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, baik perkotaan maupun perdesaan. Kualitas lingkungan permukiman di perkotaan dan di perdesaan diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat membantu mengatasi urbanisasi, mendorong pertumbuhan wilayah, mendukung saling keterkaitan kawasan perkotaan dan perdesaan secara baik, yang sekaligus dapat mewujudkan permukiman di perdesaan yang mendukung perwujudan kawasan perdesaan secara keseluruhan dan berkelanjutan. Pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan secara menyeluruh akan dapat berlangsung lebih efektif apabila terwadahi di dalam permukiman yang sehat secara fisik, emosional dan spiritual; yang aman dari segi keselamatan dan kepentingan publik; yang harmonis sebagai satuan permukiman yang utuh dan kualitas hubungannya dengan fungsi-fungsi kawasan lainnya; serta yang berkelanjutan dari segi sosial, ekonomi, dan lingkungan secara keseluruhan.
Penilaian kualitas lingkungan permukiman terdiri atas faktor abiotik, biotik dan budaya. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat tidak dapat dijadikan sebagai penyebab kemerosotan kualitas lingkungan permukiman, tetapi harus dilihat juga secara komprehensif terhadap faktor-faktor lingkungan lain yang ada disekitarnya. Seperti contoh suatu lingkungan yang mempunyai kepadatan bangunan dan kepadatan penduduk rendah bisa juga memiliki kualitas lingkungan permukiman yang jelek dan rendah disebabkan faktor abiotik yang ada dilingkungan itu tidak mendukung, misalnya permukiman yang berada di daerah rawan longsor, rawan banjir, dipinggir jalan raya dan lain sebagainya.
Mempelajari kualitas lingkungan permukiman sama halnya dengan mempelajari faktor-faktor ekologi yang ada dalam lingkungan permukiman itu sendiri. Menurut Hardjasoemantri (Yusuf, 2005:5) studi ekologi meliputi beberapa bidang yaitu studi ekologi sosial, studi ekologi fisik dan studi ekologi biologis. Manusia merupakan bagian dari suatu ekosistem dan pengelola ekosistem itu sendiri. Kerusakan lingkungan adalah pengaruh dari tindakan dan
(18)
kegiatan manusia untuk mencapai satu tujuan yang ingin dicapai dan mempunyai konsekuensi terhadap lingkungan.
Pada umumnya kualitas lingkungan dari suatu permukiman dipengaruhi juga oleh tingkat keswadayaan dan kemampuan ekonomi masyarakat. Bagi masyarakat miskin, upaya kebutuhan akan suatu permukiman yang layak merupakan suatu hal yang sangat kompleks, karena suatu hunian permukiman dengan kualitas lingkungan yang baik bagi masyarakat miskin belum dapat sepenuhnya menjadi kebutuhan dasar dan mendesak dibandingkan dengan kebutuhan dasar lainnya yaitu kebutuhan akan pangan, sandang, dan pendidikan.
Masyarakat sebagai salah satu dalam aktor pembangunan, sangat jelas berperan didalam mekanisme terjadinya perubahan pada kualitas lingkungan permukiman, baik dalam aktivitas ataupun kegiatan sehari-hari, mereka secara sadar atau tidak sadar akan terus menerus melakukan langkah-langkah terhadap lingkungan, baik dalam memutuskan untuk menentukan tempat tinggal, bekerja, belajar, melakukan perjalanan dan kegiatan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh masyarakat terhadap lingkungan, baik yang direncanakan ataupun tidak, akan membawa dampak pada perubahan kualitas lingkungan. Dampak dari perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada karakteristik lingkungan itu saja, melainkan juga berperan terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang ada di lingkungan permukiman tersebut.
Masyarakat juga diharapkan dapat menyadari akan kebutuhan mendasar mengenai lingkungan permukiman yang sehat, mereka harus diberikan pelajaran, pengetahuan dan pemahaman betapa pentingnya lingkungan permukiman yang sehat, bersih dengan melakukannya berbagai cara, baik melalui media sosial maupun pelaksanaan program yang dilakukan oleh Pemerintah yang dapat memberikan kesadaran dalam peningkatan partisipasi masyarakat setempat terhadap lingkungan permukiman, sehingga mereka mempunyai tanggung jawab untuk menjaga, memperbaiki, memperhatikan dan meningkatkan kualitas lingkungan mereka lebih baik.
(19)
Nasrullah (2012:8) mengatakan bahwa: Suatu lingkungan permukiman yang baik, harus memenuhi beberapa aspek, yaitu:
1. Lokasi sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain seperti pabrik, yang umumnya dapat memberikan dampak pada pecemaran udara atau pencemaran linkungan lainnya
2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain.
3. Mempunyai fasilitas drainase yang dapat mengalirkan air hujan dengan cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan lebat sekalipun
4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah
5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/tinja yang dapat dibuang dengan sistem individual yaitu tangki septik dan lapangan rembesan, ataupun tangki septik komunal
6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur agar lingkungan permukiman tetap nyaman
7. Dilengkapi dengan fasiltas umum seperti taman bermain bagi anak-anak, lapangan atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai dengan skala besarnya permukiman itu
8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon
Pada saat ini, kondisi lingkungan permukiman di Baleendah secara umum telah mengalami degradasi karena banyaknya bangunan-bangunan baru yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan seperti banyaknya rumah liar yang dibangun di pinggir jalan raya, di bekas rel kereta dan banyaknya bangunan komplek permukiman yang ada saat ini tidak memperhatikan bagaimana ketentuan atau standar lingkungan permukiman yang baik seperti jumlah bangunan terlalu padat dengan tipe rumah yang sangat kecil dan tidak ada ruang terbuka hijau, tidak ada tempat penyaluran air/drainase, tidak ada tempat bermain anak, dan fasilitas lainnya. Masyarakat juga masih banyak yang tidak peduli dengan kondisi lingkungan permukiman sekitar mereka, seperti masih membuang sampah disembarang tempat, ditutupnya saluran/drainase karena bangunan.
Pemenuhan kebutuhan permukiman tentu bukan hanya sekedar mengejar target jumlah, akan tetapi harus memperhatikan kualitas serta keterlibatan masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan. Oleh karena itu, penulis memandang perlu dilakukan studi tentang kualitas lingkungan permukiman dan partisipasi masyarakatnya dalam menjaga lingkungannya. Tesis ini akan mencoba
(20)
mencari sejumlah info langsung tentang “Partisipasi Masyarakat Dalam Menjaga Kualitas Lingkungan Permukiman di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.” Dalam penulisan tesis ini juga mencoba mengkaji bagaimana lingkungan yang dapat dijadikan model pembelajaran Geografi di Sekolah. Karakteristik Geografi merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam baik fisis maupun sosial, yang pada kenyataannya harus terus digali dan dikembangkan, sehingga kaya akan keilmuan dan dapat bernilai guna.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah
Komplek permukiman yang terus berkembang di Baleendah Kabupaten Bandung, menimbulkan permasalahan bagi penataan ruang secara keseluruhan dan implikasinya terhadap kualitas lingkungan yang ada di kawasan tersebut. Beberapa kondisi aktual yang teridentifikasi mengenai kondisi lingkungan permukiman di Baleendah secara umum adalah:
1. Tidak berfungsinya saluran drainase yang ada dikawasan permukiman tersebut secara optimal akibat tertutupnya saluran drainase akibat pembangunan.
2. Munculnya bangunan-bangunan liar semi permanen di bahu jalan, di lahan bekas rel kereta api dan di atas saluran air sehingga menimbulkan kekumuhan dan terganggunya kenyamanan pengguna jalan.
3. Terjadinya penumpukan sampah akibat aktivitas pembuangan sampah tidak dikelola dengan dengan baik sehingga menyebabkan pemandangan kotor dan bau.
4. Terjadinya banjir dikala musim hujan walaupun hujanya kecil.
5. Terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan perumahan atau permukiman serta minimarket.
Permasalahan tersebut di atas tidak bisa dituduhkan hanya pada satu kelompok saja, baik kelompok masyarakat atau lembaga pemerintahan. Jika ditelusuri dan diamati lebih jauh, maka banyak faktor yang menyebabkan dan saling berkaitan dalam masalah tersebut. Mulai dari aturan dan kebijakan pemerintah setempat, urbanisasi, ketidakadilan, ketidakdisiplinan masyarakat, dan
(21)
berbagai masalah lainnya. Oleh sebab itu, sudah saatnya lingkungan permukiman yang mengalami penurunan kualitas memperoleh sentuhan dengan memberdayakan masyarakat penghuninya agar dapat berpartisipasi aktif dalam menjaga kualitas lingkungan permukimannnya. Adapun bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: pendidikan, pengetahuan, kemampuan dan kemauan.
Memperhatikan kondisi permasalahan di atas, untuk kepentingan penelitian dioperasionalkan kedalam bentuk pertanyaan berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Baleendah?
2. Bagaimanakah bentuk partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman?
3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman?
a. Adakah hubungan antara pendapatan dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman?
b. Adakah hubungan antara ketersediaan sarana dan prasarana dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan?
c. Adakah hubungan antara peran tokoh masyarakat dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman? d. Adakah hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan
partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman? e. Adakah hubungan antara persepsi tentang kualitas lingkungan
dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman?
f. Adakah hubungan antara motivasi dengan partisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman?
(22)
C.Tujuan Penelitan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisa kualitas lingkungan yang ada di kawasan permukiman Baleendah
2. Ingin mengetahui partispasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan yang ada di kawasan permukiman Baleendah
3. Mengidentfikasi karakteristik fisik lingkungan permukiman
4. Mengidentifikasi bentuk-bentuk pasrtisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman dan menganalisa faktor apa saja yang mempengaruhinya.
5. Menjabarkan kualitas lingkungan di kawasan permukiman yang diimplikasikan dalam pembelajaran Geografi.
D.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan juga sebagai bahan kajian bagi para pembuat kebijakan dalam membuat dan mengambil keputusan yang berhubungan dengan permukiman di masa yang akan datang. Secara rinci penelitian ini dapat bermanfaat:
Bagi Pengembangan ilmu Pengetahuan:
1. Pengidentifikasian karaktersitik fisik lingkungan permukiman.
2. Penelitian ini berusaha merumuskan bagaimana strategi agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman.
Manfaat Praktis:
1. Bagi masyarakat, dapat mengetahui dan menentukan potensi yang ada sehingga dapat membantu dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman menjadi lebih baik.
(23)
2. Bagi pemerintah dan pengambil kebijakan, sebagai bahan panduan untuk tetap konsisten dalam mengambil kebijakan mengenai pembangunan permukiman.
3. Bagi pihak swasta agar dapat berpartisipasi juga dalam menjaga lingkungan permukiman untuk masa-masa yang akan datang.
E.Struktur Organisasi Penelitian
Struktur atau sistematis dalam Tesis ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini membahas tentang latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada Bab ini membahas tentang konsep-konsep/teori-teori/dalil-dalil/hukum-hukum/model-model yang berkaitan dengan permasalahan penelitian berdasarkan literatur yang digunakan. Berisi juga tentang penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur, subjek dan temuannya serta membahas juga hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar variabel penelitian.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
Pada Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang meliputi: lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan sampel serta justifikasi pemilihan lokasi serta penggunaan sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrument dan tekhnik pengumpulan data serta analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian,
(24)
pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian yang ingin dicapai dan pembahasan atau analisis temuan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan peneliti.
(25)
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Menurut Maryani & Kartawidjaja (1996:12) lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, peristiwa atau gejala dipermukaan bumi dalam hubungannya dengan tempat, benda, gejala, peristiwa lain. Sedangkan lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah permukiman yang terdapat di wilayah Kecamatan Baleendah. Kecamatan Baleendah merupakan salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung Daerah Tingkat II yang terletak dibagian selatan kota Bandung. Secara administrasi Kecamatan Baleendah berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bojongsoang b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ciparay c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Arjasari d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pameungpeuk
Jarak yang ditempuh dari Ibu Kota Kabupaten adalah ± 16 km dengan lama tempuh ±1 jam, sedangkan jarak dari Ibu Kota Propinsi adalah ± 32 km dengan lama tempuh kira-kira 2 jam. Luas wilayah keseluruhan adalah 3.666.811 ha yang terdiri dari 3 Desa dan 5 Kelurahan.
2. Populasi
Tika (2005:24) mengatakan bahwa: “populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.” Himpunan individu atau objek dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlah maupun batasnya. Himpunan individu atau objek yang tidak terbatas merupakan himpunan individu atau objek yang sulit diketahui jumlahnya walaupun batas atau wilayahnya kita ketahui. Sedangkan, menurut Sugiyono (2011:117) populasi adalah wilayah
(26)
generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah keseluruhan blok komplek permukiman yang ada di Baleendah dengan jumlah blok permukiman sebanyak 22 yang tersebar dibeberapa tempat dan jumlah KK dari keseluruhannya sebanyak 4.023 KK. Adapun jumlah populasinya dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Populasi Permukiman di Kecamatan Baleendah
No Nama Permukiman Lokasi Luas Jumlah
KK
Tahun dibangun 1 Balesararakan
Baleendah
Kelurahan Baleendah 35.000 m2 79 1980 2 Komplek KTSM Kelurahan Baleendah 10.500 m2 109 1985 3 Baleendah Naranata Kelurahan Baleendah 3.343 m2 18 2009 4 Matahari Asri Kelurahan Baleendah 253.941,6 m2 170 2010 5 Puri Cikarees Kelurahan Baleendah 6.650 m2 51 2012 6 Griya Matahari Kelurahan Baleendah 2.995 m2 19 2012 7 Griya Matahari II Kelurahan Baleendah 1.508 m2 15 2012 8 Green Paros Kelurahan Baleendah 4.877 m2 30 2012 9 Maranata Baleendah Kelurahan Baleendah 4.331 m2 217 2012 10 Golden Pinus Kelurahan Baleendah 10.620 m2 76 2012 11 Matahari Residence Kelurahan Baleendah 27.279 m2 168 2012 12 Puri Matahari Kelurahan Baleendah 4.530 m2 30 2012 13 Graha Pelangi
Cigado
Kelurahan Baleendah 4.015 m2 27 2012 14 Manggahang
Regency
Kelurahan Manggahang 214.434,76 m2 725 2012 15 Bumi Sari Endah 2 Desa Manggahang 23.519 m2 214 2012 16 Rancamanyar permai Desa Rancamanyar 4.746 m2 27 2005 17 Rancamanyar Indah Desa Rancamanyar 33.010 m2 166 2011 18 Rancamanyar Lestari Desa Rancamanyar 3.116 m2 20 2012 19 Pohon Mangga
Regency
Desa Rancamanyar 10.782 m2 72 2012 20 Rancamanyar Asri Desa Rancamanyar 40.220 m2 217 2010 21 Griya Prima Asri 2 Desa Malakasari 280.737 m2 1.223 2009 22 Mountain Breeze Kelurahan Andir 45.232 m2 180 2012
(27)
3. Sampel
Tika (2005:24) mengatakan bahwa: “sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi.” Sementara Sumaatmadja (1981:112) mengungkapkan bahwa: “sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sugiyono (2011:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Dalam penelitian termasuk bagian dari Area Sampling (sampel daerah) karena populasinya tersebar pada suatu wilayah yaitu wilayah Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.
Teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple random sampling (sampel acak sederhana). Sugiyono (2011:120), mengatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pertama sampel yang diambil adalah beberapa komplek permukiman dan responden (KK) yang merupakan bagian dari populasi. Jumlah sampel permukiman dihitung dengan menggunakan rumus :
N
n = --- Taro Yamene ( Riduwan, 2008:65)
N. d2 + 1
Ket : n = Sampel N = Populasi (22) d = presisi (0,5)
Berdasarkan rumus di atas jumlah sampel Permukiman dapat dihitung sebagai berikut:
22
n = --- 22. (0,52) + 1 22
n = --- 22 (0,25) + 1
(28)
22 n = --- 5,5 + 1 22 n = --- 6,5
n = 3, 38 (dibulatkan menjadi 3)
Dari rumus dan perhitungan di atas, maka sampel blok permukiman hasilnya adalah 3. Setelah diketahui jumlah sampelnya maka untuk menentukan blok permukiman yang mana harus diambil, maka pengambilan dilakukan sacara acak (simple random sampling) dengan cara pengundian. Tika (2005:40) mengatakan cara pengundian adalah dengan mengacak semua nomor-nomor sampel dalam populasi. Nomor yang keluar dianggap sebagai nomor sampel yang dikehendaki. Pengocokan selesai setelah jumlah sampel yang dikehendaki sudah cukup sesuai dengan yang ditentukan.
Dari hasil pengundian diperoleh blok permukiman yang dijadikan sampel yaitu Komplek Balesarakan dengan jumlah KK sebanyak 79, Komplek KTSM sebanyak 109 KK dan Puri Cikarees sebanyak 51 KK. Dari hasil tersebut diperoleh jumlah populasi KK sebanyak 239. Kemudian dilakukan penghitungan untuk menentukan sampel KK dengan menggunakan rumus:
NZ2 p (1-p) n = --- N. d2 + Z2 p (1-p)
Frank Lynch (Yulianti, 2006: 40)
Keterangan: n = jumlah sampel
N = jumlah populasi (239)
Z = nilai normal variabel (1,96) untuk penilaian masyarakat tentang kepercayaan (0,95)
P = harga patokan terbatas (0,50) d = sampel error (0,10)
(29)
(30)
(31)
Berdasarakan rumus di atas, maka sampel dapat dihitung sebagai berikut: 239 (1,96)2. 0,5. (1- 0,50)
n = --- 239 (0,10)2 + (0,95)2. (0,50) (1-0,50)
239 (3,84) . 0,5 (0,50)
n = --- 239 (0,01) + (0,9). 0,5 (0,5)
239 (3,84) . 0,25 n = --- 2,39 + 0, 2
229,44
n = --- 2,59
n = 88, 58 (dibulatkan menjadi 89)
Dari rumus dan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 89 KK. Setelah mengetahui jumlah sampel keseluruhan kemudian ditentukan proporsi sampel tiap permukiman dengan menggunakan rumus dari Tika (2005 : 33), yaitu:
Populasi tiap kelurahan
Sampel = --- X jumlah sampel keseluruhan Jumlah populasi keseluruhan
51
Puri Cikarees --- x 89 = 18,9 (dibulatkan menjadi 19) 239
79
Balesarakan --- x 89 = 29,4 (dibulatkan menjadi 29) 239
109
KTSM --- x 89 = 40,56 (dibulatkan menjadi 41) 239
(32)
Setelah mengetahui jumlah proporsi sampel kemudian dilakukan pengambilan sampel (responden) dengan cara sampel aksidental (accidental
sampling) yaitu penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas atau yang
kebetulan sedang ada di rumahnya pada saat dilakukan penelitian yang artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti, hal ini dilakukan karena pengambilan responden tersebut dilakukan pada jam kerja.
B.Desain Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dari data kuantitif yang berupa skor atau nilai sebagai data primer kemudian di analisa dan disajikan dalam bentuk frekuensi dan pengujian hipotesis dengan analisis jalur untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan varibel terikat. Sugiyono (2011:60) mengatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Adapun variabel penentu kualitas lingkungan permukiman adalah 1) Banjir; 2) air minum/air bersih; 3) sanitasi; 4) tempat pembuangan sampah; 5) saliran air limbah; 6) lokasi permukiman; 7) jalan masuk; 8) keadaan umum bangunan; 9) Lay-out umum bangunan; 10) kepadatan umum bangunan; 11) umur kampung; 12) kepadatan penduduk; 13) sekolah; 14) partisipasi masyarakat;. Variabel bentuk partisipasi masyarakat adalah 1) Buah pikiran/ide; 2) Tenaga; 3) Harta dan uang; 4) keterampilan dan keahlian; 5) sosial. Variabel Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah 1) pendapatan; 2) ketersediaan sarana dan prasarana; 3) persepsi tentang kualitas lingkungan permukiman; 4) peran tokoh masyarakat; 5) Motivasi; 6) jumlah keluarga.
Mengenai kualitas lingkungan permukiman dan bentuk partisipasi masyarakat akan digambarkan secara deskriptif. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dihitung menggunakan analisis jalur, dengan desain sebagai berikut:
(33)
Gambar 3.3 Diagram Jalur Variabel Eksogen dan Endogen
Keterangan : X1 : pendapatan
X2 : ketersediaan sarana dan prasarana X3 : peran tokoh masyarakat
X4 : jumlah keluarga
X5 : persepsi tentang kualitas lingkungan permukiman X6 : motivasi
Y : partisipasi masyarakat
: Variabel lain yang tidak diteliti yang berpengaruh terhadap Y Hubungan sebab akibat (causality)
Pada diagram tersebut terdapat 4 variabel eksogen yaitu X1, X2, X3, dan X4. Sedangkan variabel endogen dalam penelitian ini adalah X5, X6 dan Y. Masing-masing variabel eksogen mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan variabel Y dan hubungan langsung dengan variabel X5 dan X6.
Dari diagram di atas dapat dijelaskan pengaruh langsung dan tidak langsung X terhadap Y:
Pengaruh Langsung :
1. X1 terhadap Y (X1y) 2. X2 terhadap Y (X2y) 3. X3 terhadap Y (X3y) 4. X4 terhadap Y (X4y)
X
1X
2X
3X
5X
6Y
(34)
5. X5 terhadap Y (X5y) 6. X6 terhadap Y (X6y)
Pengaruh tidak langsung:
1. X1 terhadap Y melalui X5 (X1X5y) 2. X1 terhadap Y melalui X6 (X1Xy) 3. X2 terhadap Y melalui X5 (X2X5y) 4. X2 terhadap Y melalui X6 (X3X6y) 5. X3 terhadap Y melalui X5 (X3X5y) 6. X3 terhadap Y melalui X6 (X3X6y) 7. X4 terhadap Y melalui X5 (X4X5y) 8. X4 terhadap Y melalui X6 (X4X6y)
C.Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:3) metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Selanjutnya, Surakhmad (1998:131) mengatakan bahwa metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Kategori yang dipakai dalam penelitian tentang kualitas lingkungan permukiman ini adalah bersifat deskriptif. Menurut Surakhmad (1998:139) penelitian deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti dan data itu. Arifin (2011:54) mengatakan bahwa:
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi dan atau perbandingan berbagai variabel. Artinya, variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dari satu variabel. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan suatu peristiwa atau kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.
Penelitian deskriptif ditujukan kepada pemecahan masalah yang ada sekarang yaitu untuk menjelaskan secara sistematis, faktual, jelas dan akurat mengenai data, fakta-fakta dan populasi dan peristiwa atau daerah tersebut. Penelitian
(35)
deskriptif dalam pemecahan masalahnya dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengklasifikasikan atau menyusun, menganalisa dan menginterpretasikan.
Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif analitik yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian melalui pengujian hipotesis dengan uji statistik.
Metode lapangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Kerlinger (1998:660) mengatakan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang mengkaji populasi yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu, untuk menemukan insiden, distribusi, dan interalasi relatif dari variabel-variabel sosiologis dan psikologis. Riduwan (2009:49) menyebutkan bahwa penelitian survey biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel representatif.
Metode Survey dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yaitu menyebar angket, observasi langsung untuk melihat kondisi wilayah penelitian dan wawancara langsung kepada masyarakat.
D.Defenisi Operasional
Untuk bisa mengukur variabel yang sudah ditentukan dalam penelitian ini, masing-masing variabel dioperasionalkan atau diberi batasan sehingga jelas, dan kemudian dapat diukur. Variabel yang dioperasionalkan adalah partisipasi masyarakat dan kualitas lingkungan permukiman.
1. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat merupakan suatu konsep atau suatu proses yang dapat memberikan sumbangan atau rujukan dalam keikutsertaan seseorang dalam berbagai kegiatan aktivitas dalam pembangunan. Keikutsertaan tersebut sudah barang tentu didasari oleh kegiatan-kegiatan atau nilai-nilai serta keyakinan pada diri seseorang. Adapun jenis atau variabel dari bentuk partisipasi masyarakat adalah buah pikiran/ide; tenaga; harta dan uang; keterampilan; dan keahlian.
(36)
Tabel 3.2. variabel dan indikator bentuk partisipasi
Indikator Parameter
Buah pikiran/ide ungkapan yang berupa ide atau gagasan yang
dikemukakan pada suatu program yang akan dikembangkan
Tenaga tindakan yang dilakukan seseorang dalam
menunjang suatu kegiatan
Harta dan Uang pemberian yang dilakukan seseorang untuk
menunjang kegiatan suatu program yang akan dilakukan
Keterampilan/keahlian
dorongan atau pelatihan yang dilakukan
seseorang dengan berbagai macam
keterampilan untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
sosial
keikutsertaan dalam kegiatan sosial, karena merasa terikat dalam suatu ikatan terutama
dalam meningkatkan kualitas lingkungan
permukiman
Sedangkan variabel faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah pendapatan; ketersediaan sarana prasarana; persepsi tentang kualitas lingkungan permukiman; peran tokoh masyarakat; motivasi; dan jumlah keluarga.
Tabel 3.3. Variabel dan Indikator Faktor Partisipasi
Indikator Parameter
Pendapatan
Total pendapatan Kepala Keluarga
- Pendapatan perbulan yang dipergunakan untuk sehari-hari
- Pendapatan tambahan untuk menutupi kekurangan
- Dari pendapatan tersebut dapat memberi sumbangan dalam
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
Ketersediaan sarana prasarana
Sarana lingkungan permukiman
- Tempat bermain anak
- Posyandu
- Poskamling
- Sarana olahraga
- Sarana ibadah
Kegiatan perbaikan dan pemeliharaan sarana dan prasana yang ada dilingkungan permukiman
Persepsi tentang kualitas
lingkungan
Persepsi tentang kualitas lingkungan dan ikut menjaga atau perlakuan dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
Peran tokoh masyarakat Keberadaan organisasi masyarakat dan tokoh masyarakat ikut
berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
Motivasi Alasan yang dapat mempengaruhi keinginan dalam meningkatkan
kualitas lingkungan permukiman
Jumla keluarga Jumlah anggota keluarga yang ada dalam satu rumah dan
(37)
2. Kualitas lingkungan permukiman
Kualitas lingkungan secara sederhana dapat diartikan sebagai keadaan lingkungan yang dapat memberikan daya dukung yang optimal dan selaras bagi kelangsungan hidup suatu wilayah. Adapun kualitas lingkungan permukiman dapat dilihat adanya kondisi baik atau buruknya suatu wilayah atau kawasan yang dijadikan tempat tinggal maupun tempat usaha serta kegiatan lainnya yang dapat mendukung perikehidupan dan penghidupan, yang didalamnya terdiri dari kondisi rumah, sarana dan prasarana lingkungan serta bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat yang ada di kawasan tersebut. Adapun jenis atau variabel daripada kualitas lingkungan permukiman adalah banjir; air minum/air bersih; sanitasi; pembuangan sampah; saluran air limbah; lokasi permukiman; jalan masuk; keadaan umum bangunan; lay-out bangunan; kepadatan umum bangunan; umur kampung atau permukiman; kepadatan penduduk; sekolah; sikap penduduk atau partisipasi masyarakat; dan pelayanan kesehatan.
Cara pengukuran atau penilaian yang digunakan untuk evaluasi kualitas lingkungan permukiman dilakukan dengan cara pengklasifikasian yaitu baik, sedang dan jelek yang mengacu pada standar Ditjen Cipta Karya. Adapun Pengklasifikasian masing-masing parameter kualitas lingkungan permukiman adalah sebagai berikut:
a. Banjir
Banjir diartikan sebagai genangan air yang ada atau terjadi pada suatu wilayah lingkungan permukiman yang berasal dari air hujan yang menggenang, limpasan air selokan dan limpasan air sungai. Penggenangan air yang cukup lama terjadi pada tempat lingkungan permukiman secara langsung akan berpengaruh kepada penghuninya yaitu rasa resah dan mengurangi rasa nyaman, disamping itu juga dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti gatal-gatal pada kulit, disentri, kholera. Adapun klasifikasi dalam penilaian penggenangan air/banjir dapat dilihat di tabel 3.4
(38)
Tabel 3.4 Parameter Banjir
Variabel Klasifikasi Kriteria
Banjir
Tidak Pernah Sedikit atau tidak pernah mengalami banjir Kadang-kadang 1% - 50% dari seluruh wilayah permukiman
menderita banjir secara reguler
selalu >50% dari seluruh wilayah permukiman mengalami banjir secara reguler
Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasian diberikan berdasarkan pernah dan tidak pernahnya banjir, apabila lingkungan permukiman tersebut tidak pernah banjir maka klasifikasi tersebut pun baik terhadap kualitas lingkungan permukiman, namun sebaliknya apabila sering mengalami banjir maka klasifikasinya tidak baik terhadap kualitas lingkungan permukiman.
b. Air Minum/Air Bersih
Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. kebutuhan air perharinya untuk setiap orang ± 30 liter. Untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih tersebut bagi penduduk bukan saja dilihat dari kuantitas tapi perlu juga dilihat dari kualitas air tersebut. Hanya saja saat ini dengan padatnya penduduk dan kondisi lingkungan permukiman, akan berdampak pada kualitas air bersih yang ada di Baleendah, baik yang berasal dari sumur gali maupun air yang berasal dari sungai. Penilaian yang dilakukan pada air bersih/air berstandar pada penggunaan air PAM karena PAM sudah memenuhi syarat baik fisik, kimia maupun bakteriologis. Adapun klasifikasi penggunaan air bersih/air minum dapat dilihat pada tabel 3.5
Tabel 3.5 Parameter Air Bersih
Variabel Klasifikasi Kriteria
Air Bersih / Air Minum
Baik >50% jumlah keluarga yang ada pada suatu unit
permukiman menggunakan air minum dari PAM, dan selebihnya mempunyai sumur sendiri
Sedang 25% - 50% dari jumlah keluarga yang ada pada suatu
unit permukiman menggunakan air bersih/air minum dari PAM dan sebagian mempunyai sumur sendiri Air Bersih / Air
Minum
Jelek
< 25% dari jumlah keluarga yang pada suatu unit permukiman menggunakan air dari PAM dan selebihnya menggunakan air sumur atau sumber air lainnya
(39)
Pengklasifikasi yang diberikan berdasarkan jumlah keluarga yang menggunakan air PAM, semakin banyak keluarga menggunakan air PAM maka klasifikasi tersebut baik terhadap kualitas lingkungan permukiman dan semakin sedikit keluarga menggunakan air PAM maka makin jelek terhadap kualitas lingkungan permukiman.
c. Sanitasi
Sanitasi atau air limbah adalah air bekas atau air kotor yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi untuk keperluan hidup dikarenakan telah yang mengandung kotoran, baik kotoran manusia (tinja) atau kotoran dari aktivitas dapur, kamar mandi dan cuci. Sedangkan Sanitasi menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No 965, sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sanitasi juga merupakan suatu usaha pembuangan air kotor agar terhindar dari pencemaran. Cara pambuangannya ada dua cara yaitu melalui spetik tank dan riool. Klasifikasi sanitasi disini adalah kepemilikan sarana MCK, septik tank. Adapun klasifikasi nya dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Parameter Sanitasi
Variabel Klasifikasi Kriteria
Sanitasi
Baik >50% penghuni pada suatu unit permukiman mempunyai
kakus/WC dan dilengkapi dengan septik tank
Sedang 25% - 50% penghuni suatu unit permukiman mempunyai
kakus/WC dilengkapi dengan septic tank dan sebaliknya memiliki WC/Kakus tanpa septik tank
Buruk >50% penghuni pada suatu unit permukiman membuang hajat di
sungai atau selokan walaupun selebihnya mempunyai WC/kakus
Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasi diberikan berdasarkan kepemilikan WC/kakus dan dilengkapi dengan septik tank. Semakin banyak keluarga memiliki WC/Kakus maka makin baik untuk kualitas lingkungan permukiman dan semakin sedikit keluarga memiliki WC/Kakus maka semakin jelek terhadap kualitas lingkungan permukiman.
(40)
d. Pembuangan Sampah
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan sumber utamanya adalah manusia serta harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah yang tertimbun dan tidak terbuang akan menyebabkan sumber penyakit dan sumber pencemaran lainnya. Ada beberapa cara dalam pengolahan sampah yaitu pembakaran yang dilakukan oleh pabrik, dijadikan pupuk, ditimbun dalam tanah, dibuang disaluran sungai dan diletakkan begitu saja di tanah. Pengharkatan yang diberikan dalam penelitian adalah bagaimana penghuni permukiman membuang sampah. Adapun klasifikasi tentang pembuangan sampah dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3.7 Parameter Pembuangan Sampah
Variabel Klasifikasi Kriteria
Pembuangan sampah
Baik
>50% penghuni pada suatu unit permukiman membuang sampah pada tempat pembuangan kepunyaan sendiri, baik berupa kotak sampah maupun lubang-lubang yang digali
Sedang 25% - 50% penghuni pada suatu unit permukiman membuang
sampah pada tempat pembuangan kepunyaan sendiri, baik berupa kotak sampah maupun lubang-lubang yang digali
Jelek < 25% penghuni suatu unit permukiman mempunyai tempat
pembuangan sampah sendiri atau >25% membuang sampah di selokan, sungai, pekarangan tanpa penampungan
Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasi yang diberikan berdasarkan bagaimana dan dimana penghuni suatu permukiman membuang sampah. Semakin banyak penghuni membuang sampah pada tempatnya maka semakin baik terhadap kualitas lingkungan permukiman dan semakin sedikit penghuni membuang sampah pada tempatnya maka semakin jelek terhadap kualitas lingkungan permukiman.
e. Saluran Air Limbah
Saluran air limbah merupakan tempat mengalirkan air bekas atau air kotor yang digunakan oleh Rumah Tangga atau Industri. Adapun klasifikasi saluran limbah dapat dilihat pada tabel 3.8
(41)
Tabel 3.8 Parameter Saluran Air Limbah
Variabel Klasifikasi Kriteria
Saluran Air Limbah
Baik
>50% penghuni pada suatu unit permukiman mempunyai saluran air limbah dan kondisi saluran tersebut berfungsi dengan baik; terbuat dari tanah liat yang dibakar, beton atau pasangan batu/semen
Sedang
25% - 50% penghuni pada suatu unit permukiman mempunyai saluran air limbah dan kondisi saluran tersebut berfungsi dengan baik; terbuat dari tanah liat yang dibakar, beton atau pasangan batu/semen
Jelek <25% penghuni suatu unit permukiman mempunyai saluran
pembuangan air limbah dan >25% saluran air limbahnya tidak berfungsi dengan baik
Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasian diberikan berdasarkan pada penghuni suatu unit permukiman mempunyai saluran air limbah atau tidak, semakin banyak penghuni unit permukiman mempunyai saluran air limbah maka klasifikasi penilaian semakin baik terhadap kualitas lingkungan permukiman dan sebaliknya makin sedikit penghuni unit permukiman mempunyai saluran air limbah maka semakin jelek terhadap klasifikasi kualitas lingkungan permukiman.
f. Lokasi Permukiman
Lokasi permukiman merupakan lokasi relatif dari suatu permukiman dan lokasi tersebut harus bebas dari sumber polusi dan juga bebas dari sumber bencana seperti banjir, longsor, dan lain sebagainya, dan juga harus dekat dengan segala fasilitas. Adapun klasifikasi tentang lokasi permukiman berdasarkan kriteria diatas dapat dilihat pada tabel 3.9
Tabel 3.9 Parameter Lokasi Permukiman
Variabel Klasifikasi Kriteria
Lokasi Permukiman
Baik Jauh dari sumber polusi dan sumber bencana, tetapi masih dekat dengan segala fasilitas
Sedang
Kemungkinan besar ada pengaruh polusi dan bencana, baik secara langsung maupun tidak, serta agak jauh dari segala fasilitas
Jelek Dekat dengan sumber bencana dan polusi Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
(42)
Pengklasifikasian diberikan berdasarkan jauh dekatnya lokasi permukiman terhadap polusi dan bencana, apabila suatu unit permukiman jauh dari sumber polusi dan bencana maka klasifikasinya baik terhadap kualitas lingkungan permukiman dan semakin dekat dengan sumber polusi dan bencana maka klasifikasinya makin jelek terhadap kualitas lingkungan permukiman.
g. Jalan Masuk
Jalan masuk merupakan sebuah akses untuk menuju ke daerah permukiman, apakah jalan tersebut bisa dilalui oleh kendaraan, di aspal atau masih berupa jalan tanah. Adapun klasifikasi jalan masuk tersebut dapat dilihat pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Parameter Jalan Masuk
Variabel Klasifikasi Kriteria
Jalan Masuk
Baik >50% panjang jalan yang ada disuatu unit permukiman diperkeras dengan aspal atau semen Sedang
Jumlah jalan masuk yang diperkeras dengan aspal antara 25%-50% dari panjang jalan yang ada pada suatu unit permukiman atau >50% jalan masuk yang ada sudah diperkeras tapi tidak diaspal.
Jelek >50% jalan masuk yang ada pada suatu unit permukiman tidak diperkeras atau masih berupa jalan tanah
Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasian berdasarkan kriteria jalan masuk yang sudah di aspal atau masih berupa jalan tanah, apabila jalan yang ada dikomplek permukiman sudah diperkeras dengan aspal maka klasifikasinya baik terhadap kualitas lingkungan permukiman dan apabila jalannya masih berupa jalan tanah maka klasifikasinya jelek terhadap kualitas lingkungan permukiman.
h. Keadaan umum bangunan
Keadaan umum bangunan secara keseluruhan dapat dibedakan atas bangunan permanen, semi permanen dan bangunan non permanen. Adapun klasifikasi keadaan umum bangunan dapat dilihat pada tabel 3.11
(43)
Tabel 3.11 Parameter Keadaan Umum Bangunan
Variabel Klasifikasi Kriteria
Keadaan Umum Bangunan
Baik >50% jumlah bangunan pada suatu unit permukiman merupakan bangunan permanen, artinya bangunan tersebut terbuat dari tembok
Sedang
25% - 50% bangunan yang ada pada suatu unit permukiman terdiri dari bangunan permanen, atau 50% atau lebih bangunan yang ada pada suatu unit permukiman terdiri dari bangunan semi permanen Jelek <50% bangunan yang ada pada suatu unit permukiman
terdiri dari anyaman bambu (bangunan non permanen) Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasian diberikan berdasarkan jenis penggunaan bahan bangunan, apabila suatu komplek permukiman bangunan maka makin baik terhadap kualitas lingkungan permukiman dan sebaliknya makin sedikit komplek permukiman bangunannya permanen maka semakin jelek terhadap kualitas lingkungan permukiman.
i. “Lay-out” Umum Bangunan
“Lay-out” umum bangunan merupakan keteraturan tata letak pola bangunan dengan kondisi atau keadaan alam. Adapun klasifikasi keadaan tata letak pola bangunan ditunjukkan dengan adanya bangunan perumahan pada lingkungan permukiman yang teratur, sedang dan tidak teratur. Klasifikasi keteraturan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.12
Tabel 3.12 “Lay-out” Umum Bangunan
Variabel Klasifikasi Kriteria
“Lay-out” Umum Bangunan
Teratur >50% bangunan yang ada pada suatu permukiman ditata dengan teratur
Sedang 25%-50% bangunan yang ada pada suatu unit permukiman ditata dengan teratur
Tidak teratur
<25% bangunan yang ada pada suatu unit permukiman bangunannya ditata dengan teratur
Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasian diberikan berdasarkan dengan keteraturan tata letak pola bangunan, semakin teratur tata letak pola bangunan maka makin baik terhadap
(44)
kualitas lingkungan permukiman dan semakin tidak teratur pola permukimannya maka klasifikasi untuk parameter terhadap kualitas lingkungannya jelek.
j. Kepadatan Umum Bangunan
Kepadatan umum bangunan adalah perbandingan antara jumlah rumah dengan luas permukiman. Kepadatan bangunan pada setiap luas permukiman dihitung dengan cara jumlah bangunan dibagi dengan luas blok permukiman dan di kali 100%, dari hasil tersebut maka diperoleh klasifikasi kepadatan bangunan. Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.13
Tabel 3.13 Parameter Kepadatan Bangunan
Variabel Klasifikasi Kriteria
Kepadatan Bangunan
Jarang Luas bangunan rata-rata dalam suatu unit permukiman < 40% dari seluruh luas persil
Sedang
Luas bangunan rata-rata dalam suatu unit permukiman antara 40% - 60% dari seluruh luas persil
Padat Luas bangunan rata-rata dalam suatu unit permukiman > 60% dari seluruh luas persil
Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasian berdasarkan pada kepadatan bangunan pada satuan luas persil, semakin jarang bangunan maka baik terhadap kualitas lingkungan permukiman dan apabila bangunannya padat maka tidak baik terhadap kualitas lingkungan permukiman.
k. Umur Kampung
Umur kampung adalah berapa lama permukiman tersebut dibangun. Dari hasil klasifikasi tersebut dapat diperoleh klasifikasi lamanya permukiman tersebut dibangun. Klasfikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.14
Tabel 3.14 Parameter Umur Kampung
Variabel Klasifikasi Kriteria
Umur Kampung
Baru Umur permukiman termasuk baru (sesudah 1960) Sedang Umur permukiman antara tahun 1945-1960
Tua Umur permukiman termasuk tua (sebelum tahun 1945)
(45)
Pengklasifikasian berdasarkan lamanya perkampungan tersebut dibangun. Dengan mengetahui umur permukiman dapat dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan permukiman, apakah dengan umur permukiman lebih lama akan baik terhadap kualitas lingkungan permukiman dan apakah permukiman yang baru akan lebih jelek terhadap kualitas lingkungan permukiman atau sebaliknya.
l. Kepadatan penduduk
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang tinggal di daerah permukiman tersebut. kepadatan penduduk dihitung dengan cara jumlah penduduk (jiwa) dibagi dengan luas tipe lingkungan permukiman (km atau ha). Tiap km/ha ditempati 100 jiwa/ha.
Tabel 3.15 Kepadatan penduduk
Variabel Klasifikasi Kriteria
Kepadatan Penduduk
Baik Jumlah penduduk kurang dari 100 jiwa/ha Sedang Jumlah penduduk antara 101 – 200 jiwa/ha Jelek Jumlah penduduk diatas 200 jiwa/ha Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasian berdasarkan pada kepadatan penduduk pada satuan luas hektar atau kilometer, semakin jarang penduduk di lingkungan permukiman besar nilainya maka baik terhadap kualitas lingkungan permukiman dan semakin padat penduduka pada lingkungan permukiman maka tidak baik terhadap kualitas lingkungan permukiman.
m.Sekolah
Sekolah merupakan fasilitas pendidikan yang digunakan oleh masyarakat untuk menuntut ilmu dalam pendidikan formal. Dilihat dari jumlah penduduk maka jumlah penduduk antara 750-42.000 jiwa harus mempunyai Taman Kanak-kanak, SD, SMP dan SMA. Maka penilaian dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan ada atau tidaknya sekolah di wilayah permukiman tersebut. klasifikasinya dapat dilihat pada tabel 3.16.
(46)
Tabel 3.16 Parameter Sekolah
Variabel Klasifikasi Kriteria
Sekolah
Baik Ada TK, SD, SMP dan SMA Sedang Ada TK, SD dan SMP Jelek Ada TK dan SD Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasian berdasarkan ada tidaknya sekolah di lingkungan permukiman tersebut, apabila lingkungan permukiman tersebut mempunyai sekolah maka baik untuk lingkungan permukiman.
n. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah kuatnya interaksi sosial masyarakat untuk membina satu dan kesatuan dalam meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, interaksi tersebut dapat dilakukan dengan adanya kegiatan sosial, seperti kerja bakti, arisan, siskamling, dan lain-lain. Dari hasil tersebut dapat diperoleh klasifikasi keterlibatan atau partisipasi masyarakat. Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.17.
Tabel 3.17 Parameter Partisipasi Masyarakat
Variabel Klasifikasi Kriteria
Partisipasi masyarakat
Baik Ada arisan, kerja bakti setiap bulan sekali Sedang Ada arisan, kerja bakti 3 bulan sekali Jelek Ada arisan, kerja bakti 6 bulan sekali Sumber: Cipta Karya ( Yusuf, 2005)
Pengklasifikasian berdasarkan keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan sosial yang ada di lingkungan permukiman, semakin besar masyarakat ikut berpartisipasi maka baik terhadap kualitas lingkungan permukiman dan semakin sedikit masyarakat yang ikut berpartisipasi maka tidak baik terhadap kualitas lingkungan permukiman.
E.Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
(47)
1. Pertanyaan/kuesioner
Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan yang diberikan kepada responden yang sesuai dengan variabel yang akan diukur untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman.
Adapun penjabaran indikator tentang partisipasi masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan permukiman disajikan dalam bentuk kisi-kisi pertanyaan, kisi-kisi instrumen tersebut dapat dilihat pada tabel 3.18
Tabel 3.18 Kisi-kisi instrumen penelitian
No Topik Indikator No Soal
1
Kualitas Lingkungan Permukiman
- Banjir
- Air Minum/Air bersih - Sanitasi
- Saluran air limbah
- Umur kampung permukiman - Partisipasi masyarakat - sekolah
7 8, 9. 10 11, 12, 13 14. 15, 16 17, 18 19, 20, 21 22
2
Bentuk partisipasi masyarakat
- Buah pikiran - Tenaga
- Harta dan uang
- Keterampilan dan keahlian - sosial
25, 26, 27 28 29, 30 31 32 3 Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat - Pendapatan
- Ketersediaan sarana prasarana - Persepsi tentang kualitas
lingkungan permukiman - Peran tokoh masyarakat - Motivasi
- Jumlah keluarga
33, 34, 35, 36 37, 38, 39, 40 41, 42
43 44 45,46
2. Observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi yang diisi oleh obsevator. Lembar observasi tersebut berisi tentang indikator dari kualitas lingkungan permukiman yaitu pembuangan sampah, lokasi permukiman, jalan masuk, lay out bangunan, kepadatan umum bangunan, kepadatan penduduk, sekolah dan puskesmas/kesehatan masyarakat. Adapun lembar observasi dapat dilihat pada tabel 3.19.
(48)
Tabel 3.19 Lembar Observasi
No Indikator Indikator Pertanyaan Jawaban Kode jawaban
1 Sampah
Tempat pembuangan sampah
Ada Tidak Pemilahan jenis sampah Ada
Tidak Jarak TPS dengan
lingkungan hunian
10 meter 20 meter 30 meter
Lebih dari 30 meter
2 Lokasi
permukiman Lokasi peermukiman
Bantaran sungai Bekas rel kereta api Dibawah bukit-bukit Dekat dengan pabrik Komplek Perumahan
3 Jalan
Jalan Masuk
Aspal
Sudah diperkeras tapi belum di aspal
Tanah Bisa dilalui kendaraan
roda empat Bisa Tidak 4 Keadaan umum bangunan Bentuk bangunan Sementara Semi permanen permanen 5 “lay Out”
bangunan Susunan bangunan perumahan Teratur Tidak teratur 6 Kepadatan umum bangunan Kepadatan umum bangunan dilihat dari jumlah bangunan
Padat Tidak 7 Penduduk Kepadatan Penduduk Padat tidak 8 Sekolah Mempunyai TK, SD,
SMP dan SMA
Ya Tidak
F. Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner dan observasi, kemudian diolah dengan beberapa pengujian sehingga diperoleh informasi yang diharapkan sehingga didapat kesimpulan. Untuk mengetahui layak atau tidaknya sebuah instrumen maka dilakukan pengujian instrumen dan untuk hal tersebut dapat dilakukan dengan analisis validitas dan realibilitas. Dengan menggunakan
(49)
instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka dapat diharapkan hasil penelitiannya akan menjadi valid dan reliabel.
1. Validitas Instrumen
Riduwan, (2009:109) mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Sugiyono, (2009: 348), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Dalam penelitian ini uji validitas instrumen dilakukan dengan menguji validitas kontruksi (construct validity), untuk mengetahui sejauh mana instrumen tersebut dapat digunakan dalam penelitian. Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat para ahli. Setelah instrumen dikontruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur berdasarkan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Setelah dikonsulkan kepada dosen kemudian diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun dan mungkin para ahli (dosen) akan memberi pendapat bahwa instrumen tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan atau dirombak total.
Setelah selesai melakukan uji konstruk dari dosen, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui oleh para ahli (dosen) tersebut kemudian diujicobakan pada sampel yang sudah diambil dari populasi. Jumlah anggota (sampel) yang diambil adalah 30 orang (KK). Setelah data ditabulasi (koding), maka pengujian validasi konstruk dilakukan dengan cara mengkorelasi antar skor item instrumen. Untuk melakukan uji tersebut diperlukan bantuan komputer. Adapun rumus yang digunakan dalam pengujian tersebut adalah rumus Pearson Product Moment, (Riduwan, 2008: 110) yaitu:
n (∑XY) –(∑X). (∑Y)
r hitung =
(50)
Keterangan
r hitung = koefisien korelasi
∑X1 = jumlah skor item
∑Y1 = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden
Setelah dilakukan dengan perhitungan dengan koefisien korelasi (rhitung) kemudian dilanjutkan dengan penghitungan menggunakan uji- t, dengan rumus :
r √ n – 2 thitung =
√ 1 – r 2
Keterangan : t = Nilai t hitung
r = koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden
Dari hasil coba instrumen penelitian diperoleh kesimpulan bahwa jika nilai koefisien korelasinya yang lebih besar dari 0,3 maka intem-item tersebut dinyatakan valid
2. Reliabiltas Instrumen
Singaribun (1995:140), menyebutkan bahwa Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Apabila suatu alat ukur yang digunakan lebih dari satu kali untuk mengukur gejala atau masalah yang sama dan hasil pengukurannya relatif konsisten, maka alat ukur tersebut reliabel. Dalam penelitian ini uji coba reliabilitas menggunakan Uji Cronbach Alpha, dengan rumus:
k ∑ SI 2 (Azwar, 2001 : 78) Cα = 1 -
k – 1 Sx 2 Keterangan
k = Jumlah item
(51)
Sx2 = Variansi skor total
Setelah didapatkan nilai reliabilitas alpha-cronbach, lalu nilai tersebut dibandingkan dengan r kritis yang diambil besarnya 0,7. Jika nilai reliabilitas lebih dari 0,70 atau mendekati 1,00, maka tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran semakin tinggi.
3. Hasil Pengujian Validas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian
Berdasarkan penelitian pendahuluan 30 orang untuk menguji kelayakan kuesioner penelitian diperoleh hasil validasi dan reliabilitas dapat sebagai berikut: Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas kualitas lingkungan permukiman dapat dilihat pada tabel 3.20.
Tabel. 3.20.
Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kualitas Lingkungan Permukiman
No Koefisien Validtas (r)
Keterangan 11 0,793 Valid
12 0,661 Valid
13 0,673 Valid
14 0,150 Tidak
19 0,793 Valid
20 0,661 Valid
R-Alpha
Cronbach 0.711 Reliabel
Untuk item pernyataan Kualitas Lingkungan Permukiman dengan 6 item pernyataan dapat dilihat nilai koefisien validitas antara 0,150 dan 0,793. Terdapat 1 item pernyataan yang memiliki nilai koefisien validitas lebih kecil dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 1 item tersebut tidak valid. Terdapat 5 item pernyataan yang memiliki nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 5 item tersebut sudah valid. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,711) di atas standar yang ditetapkan yaitu 0,700. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,711) menunjukkan kuesioner tersebut mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur Kualitas Lingkungan
(1)
dalam pengelolaan Lingkungan Hidup. Untuk lebih bagusnya Pembelajaran tentang lingkungan hidup dan pola hidup sehat dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan formal dimulai dari tingkat Sekolah Dasar sehingga semenjak kecil sudah terbiasa hidup bersih, hidup sehat dan menyadari betapa pentingnya kesehatan diri dan juga kesehatan lingkungannya.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Arifin, Zaenal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Azwar, Azrul.(1990). Pengantar Ilmu Lingkungan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke-3. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Budihardjo, Eko. 2006. Sejumlah Masalah Permukiman Kota. PT. Alumni. Bandung.
Hadisumarno, S & Bintarto, R. 1979. Metode Analisis Geografi. LP3ES. Jakarta. Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Bandung
Hays, W.L. 1969. Statistik. New York. CBS College Publishing.
Kerlinger, Fred N. 1998. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Kuswartojo, Tjuk, dkk. 2005. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. ITB. Bandung.
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan. Rajawali Press. Jakarta. Maryani, Enok & Kartawidjaja, Omi. 1996. Pengantar Geografi Regional.
Jurusan Pendidikan Geografi FIPS. IKIP. Bandung.
Maryani, Enok. 2009. Pendidikan Geografi Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Pedagogiana Press. Bandung.
Mutakin, Awan. 2008. Geografi Perilaku Keragaman Perilaku Kelingkungan. FPIPS UPI. Bandung.
Ningrum, Epon. 2009. Kompetensi Profesional Guru Dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung. Buana Nusantara.
Rasyid, Al Harun. 1994. Dasar-Dasar Statistika Terapan. Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung.
(3)
Sanjaya, Wima. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Semiawan, Conny dkk. 1989. Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Pembangunan. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Singaribun, Masri & Effendi Sofian. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta. LP3ES
Soemirat, Juli. 2011. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara Jakarta.
Sumaatmadja, Nursid. 2010. Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya Dan Lingkungan Hidup. CV Alfabeta. Bandung.
Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.
Surakhmad, Winarno. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Tarsito. Bandung.
Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta. Walgito, Bimo. 1999. Psikologi Sosial. Andi. Yogyakarta
TESIS
Ardi. 2012. Evaluasi Kualitas Lingkungan Permukiman Dengan Analisis Citra Quicbird Dan Sistem Informasi Geografis Di Wilayah Cibeunying Kota Bandung. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi. FIPS. UPI Bandung. Hadi, S Bambang. 2000. Penggunaan Foto Udara untuk Evaluasi Perubahan
Kualitas Lingkungan Permukiman Kota (Kasus Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta). Tesis. Fakultas Geografi. Universitas Gajah Mada
(4)
Fijie, Ahmad. 2012. Kualitas kesehatan lingkungan Permukiman di Kelurahan Binong Kecamatan Batununggal Bandung. Skiripsi. Jurusan Pendidikan Geografi. FPIPS. UPI Bandung.
Handayani, Sri. 2008. Partisipasi Masyarakat Kampung Kota Dalam Meningkatkan Kualitas Lingkungan Permukiman (Kasus: Permukiman Kampung Kota di Bandung). Tesis. Prodi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN). Institut Pertanian Bogor.
Nurvita, Awanda. 2012. Kualitas Kesehatan Lingkungan Permukiman Di Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi. FIPS. UPI Bandung
Rahardjo, Nurhadi. 1989. Penggunaan Foto Udara Untuk Mengetahui Kualitas Lingkungan Permukiman di Kotamadya Magelang Dalam Hubungannya dengan Kondisi Sosial ekonomi Penghuni. Tesis. Fakultas Geografi. Univesitas Gajah Mada.
Rosnenty, RN. 2010. Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan sebagai sumber belajar IPS terhadap penguasaan Konsep dan Kepedulian Lingkungan Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Tesis. Prodi IPS. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Sutami. 2009. Partisipasi Masyarakat Pada Pembangunan Prasaran Lingkungan Melalui Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) Di Kelurahan Marunda Jakarta Utara. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.
Yulianti. 2006. Partisipasi Masyarakat Dalam Perbaikan Dan Pemeliharaan Linkgungan Permukiman Di Kelurahan Batu Sembilan Kecamatan Tanjung Pinang Timur. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.
Yusuf, Alfan A. 2005. Kajian Kualitas Lingkungan Permukiman Kota Di Kelurahan Kidul Dalem dan Bandulan Kota Malang. Tesis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
INTERNET
Endang, E. Surtiani. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Kumuh Di Kawasan Pusat Kota. Tesis. Univesitas Diponegoro. Eprints.undip.ac.id/15530/ (diakses tanggal 10 November 2012)
Nasrullah, Andi D.W. 2012. Perencanaan Prasarana Dasar Permukiman. Tesis. Universitas Hasanudin Makasar. ml.scribd.com/doc/109377352/Kriteria Sarana Permukiman. (di akses tanggal 15 Februari 2013).
(5)
Pranoto, A. Bharayat. 2007. Hubungan Kepadatan Permukiman Dengan Ketersediaan Infrastruktur. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang. eprints undip.ac.id/.../ALFAYANA_BHARAYAT_... (diakses 22 Februaru 2013.
Sano, M. Anderson. 2010. Kesehatan Linkgungan.
ml.scribd.com/doc/38227254/kualitas-lingkungan. (diakses tanggal 12 Januari 2013).
Santosa, AD. 1993. MAN Kualitas Lingkungan Permukiman dan Perubahan... respository.ipb.ac.id/.../Bab%2011%201993ads.pdf? (diakses tanggal 15 Mei 2013).
Wikipedia. Tentang Pengetian Lingkungan. id.wikipedia.org./wiki/Lingkungan. (diakses tanggal 15 Mei 2013).
JURNAL
Pasya, Gurniwan K. 2011. Sumber Belajar Pada Pengajaran Geografi. Jurnal. FPIPS. UPI
Pasya, Gurniwan K. 2011. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar. Artikel. FPIPS. UPI.
SURAT KEPUTUSAN DAN UNDANG-UNDANG
Badan Standar Nasional. 2003. Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan. SNI 03-1733-2004. BSN.
Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaa Pembangunan Daerah. 2011. Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung Tahun 2011 (Publikasi Hasil SUSEDA). BPS. Kabupaten Bandung.
Dirjen Perumahan dan Permukiman. 2002. Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah selaku Ketua BKP4N, No.217/KPTS/2002 tanggal 13 Mei 2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP). Jakarta
Direktorat Jenderal Cipta Karya. 1980. Pedoman Pelaksanaan Perintisan Perbaikan Lingkungan Permukiman Kota. Jakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya.
(6)
__________.1982. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
__________.1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman.
__________. SNI 19-2454-2002 Tata cara teknik operasional pengolahan sampah perkotaan. BSN
__________, 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah.
__________. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan,
__________. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan No.829/Menkes/SK/VII/1999. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
__________. 2012. Monografi Kecamatan Baleendah.
__________.1992. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor:965/MENKES/SK/XI/1992 tentang Cara Produksi Kosemetik Yang Baik. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.