Metode Thurstone The law of comparative judgement

Skala interval dapat membedakan, mengurutkan, sekaligus dapat mengukur jarak antara dua objek. Skala interval tidak dapat dibandingkan secara rasio karena tidak memiliki nilai nol yang bersifat mutlak. Contoh data berskala interval adalah ketika mengukur suhu dan nilai IQ. Skala rasio adalah skala yang mampu membedakan, mengurutkan, membedakan jarak antara 2 objek, dan mengukur secara rasio perbedaan objek tersebut karena memiliki nilai nol yang bersifat mutlak. Contoh data berskala rasio adalah ketika mengukur tinggi dan berat badan. Metode Thurstonian Louis L. Thurstone mengembangkan metode yang digunakan untuk data hasil penskalaan. Beberapa metode tersebut adalah metode Thurstone the law of comparative judgement , metode equal appearing intervals , dan metode successive intervals.

A. Metode Thurstone The law of comparative judgement

The law of comparative judgement merupakan salah satu hukum psikofisik yang pertama kali dikembangkan oleh Louis L. Thurstone pada tahun 1927. Psikofisik adalah ilmu yang mempelajari hubungan kuantitatif antara benda-benda atau kejadian fisik dengan respon dari pengamat. Benda-benda atau kejadian fisik disebut sebagai stimuli atau atribut yang berfungsi sebagai perangsang respon dari pengamat. Prinsip dasar metode Thurstone the law of comparative judgement ini adalah metode perbandingan berpasangan pair comparisons pada seluruh kemungkinan pasangan atribut. Seorang pengamat dapat memberikan penilaian terhadap seluruh pasangan atribut secara berulang-ulang pada kesempatan yang berbeda atau beberapa pengamat yang hanya sekali memberikan penilaian terhadap seluruh pasangan atribut. Penilaian tersebut akan diletakkan pada garis skala yang memuat semua nilai pengukuran. Garis skala ini disebut rangkaian psikologi psychological continuum. Ketika pengamat melakukan penilaian, secara psikologis terdapat proses dalam diri pengamat untuk memberikan reaksi terhadap sebuah atribut. Proses ini disebut sebagai proses diskriminal. Thurstone menyatakan proses diskriminal adalah suatu proses identifikasi, pencirian, atau reaksi seseorang terhadap atribut. Setiap proses diskriminal memiliki satu nilai rangkaian psikologi. Pada kenyataannya, pengamat seringkali memberikan penilaian pembandingan yang berbeda terhadap pasangan atribut yang sama pada kesempatan yang berbeda. Dengan kata lain, seorang pengamat memiliki proses diskriminal yang berbeda pada penilaian sebuah atribut dan akan membentuk sebaran frekuensi pada rangkaian psikologi proses diskriminalnya. Sebaran frekuensi proses diskriminal pada suatu atribut membentuk sebuah sebaran normal dengan nilai tengah sama dengan nilai modus dari atribut tersebut. Interpretasi nilai modus dari sebuah atribut adalah sebagai proses diskriminal yang paling sering berasosiasi dengan atribut tersebut atau sering disebut modal proses diskriminal. Simpangan diskriminal discriminal deviation adalah selisih proses diskriminal untuk suatu atribut pada suatu kesempatan dengan proses modus untuk atribut tersebut. Simpangan baku dari sebaran proses diskriminal disebut dispersi diskriminal discriminal dispersion . Selisih penilaian dua stimulus pada suatu kesempatan penilaian disebut beda diskriminal atau discriminal difference. The law of comparative judgement merupakan sebuah persamaan yang menghubungkan proporsi dari frekuensi atribut i lebih tinggi daripada atribut j sesuai dengan kategori yang diberikan. Persamaan the law of comparative judgement dapat didefinisikan sebagai berikut : j i ij j i ij j i r Z S S σ σ σ σ 2 2 2 − + = − dengan : S i , S j = Nilai skala dari atribut i dan j Z ij = Nilai dari tabel normal baku yang berhubungan dengan proporsi penilaian p ij . Bila p ij lebih dari 0.5, maka Z ij bernilai positif. Sedangkan Bila p ij kurang dari 0.5, maka Z ij bernilai negatif σ i = Dispersi diskriminal dari atribut i σ j = Dispersi diskriminal dari atribut j r = Korelasi antara simpangan diskriminal dari atribut i dan j Asumsi-asumsi yang mendasari persamaan di atas yaitu : 1. Setiap persamaan dalam deret atribut berasosiasi dengan suatu proses modus yang digunakan pengamat untuk mengidentifikasi atribut. 2. Proses modus untuk semua atribut setidaknya mempertahankan beberapa identitas walaupun atribut tersebut dikombinasikan dengan atribut lain dan menjadi suatu penilaian tunggal. 3. Proses modus dapat disusun dalam suatu skala linear dengan peringkat yang sama terhadap atribut yang bersangkutan. 4. Sebagai tambahan untuk menyusun proses diskriminal dalam peringkat, jarak pemisah linear di antara proses tersebut didasari asumsi bahwa sebaran dispersi diskriminal untuk sembarang atribut menyebar normal. 5. Simpangan-simpangan diskriminal untuk atribut yang berbeda diasumsikan berkorelasi. Bila tidak berkorelasi, maka persamaannya menjadi : 2 2 j i ij j i Z S S σ σ + = − 6. Semua selisih S i -S j bernilai positif karena penilaian yang diberikan ij dan sebaliknya Berdasarkan perbedaan asumsi, pendekatan penilaian oleh pengamat dan perbedaan derajat penyederhanaan, maka aplikasi Thurstone ini diuraikan dalam lima kasus yang berbeda, yaitu : 1. Kasus I Dalam kasus ini, the law of comparative judgement diterapkan dalam bentuk lengkap dengan asumsi tiap-tiap atribut saling berkorelasi. Persamaan yang digunakan yaitu : j i ij j i ij j i r Z S S σ σ σ σ 2 2 2 − + = − Kasus ini dapat diaplikasikan pada pengukuran kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan dilakukan oleh pengamat tunggal dengan penilaian berulang pada seluruh pasangan atribut. 2. Kasus II Pengamatan dilakukan oleh sekelompok pengamat, masing-masing memberikan satu penilaian untuk tiap pasang atribut sebagai pengganti pengamatan berulang yang dilakukan oleh seorang pengamat. Persamaan yang digunakan sama dengan persamaan pada kasus I. 3. Kasus III Asumsi yang digunakan yaitu asumsi pada kasus I dan kasus II ditambah dengan asumsi tidak ada korelasi antar simpangan diskriminal r=0, sehingga persamaannya menjadi : 2 2 j i ij j i Z S S σ σ + = − 4. Kasus IV Asumsi tambahan yang digunakan adalah dispersi diskriminal antar atribut tidak jauh berbeda, sehingga σ j = σ i + d. Dengan mensubstitusikan persamaan tersebut dengan persamaan pada kasus III dan diasumsikan nilai d 2 sangat kecil sehingga dapat diabaikan, maka persamaan yang digunakan menjadi : j i ij j i Z S S σ σ + = − 2 j i ij Z σ σ + = 707 . 5. Kasus V Kasus ini adalah kasus paling sederhana yaitu mengasumsikan bahwa dispersi diskriminal antar atribut adalah homogen, sehingga persamaan yang digunakan adalah : 2 2 2 σ σ ij ij j i Z Z S S = = − Dengan asumsi semua dispersi diskriminal bernilai sama dengan satu, maka persamaan yang digunakan menjadi: 2 ij j i Z S S = − Konstanta 2 dapat dihilangkan karena yang ingin dicari adalah jarak skala relatif antar atribut. Persamaan akhir yang digunakan untuk kasus V adalah : ij j i Z S S = − Mosteller 1951 dalam Green 1954a memberikan uji chi square untuk melihat kesesuaian model dari hasil yang diperoleh. Nilai Z ij harapan dan Z ij amatan dikonversikan menjadi proporsi harapan P’ ij dan proporsi amatan P ij menggunakan transformasi normal baku. Proporsi ini kembali ditransformasi dengan transformasi arcsin, yaitu : ij ij p arcsin = θ Nilai Chi-Square dihitung dengan formula : N j i ij ij 821 2 2 ∑ − = θ θ χ N adalah banyaknya penilaian yang diberikan untuk setiap pasangan atribut. Derajat bebas dari nilai chi square ini adalah { k-1k-22 , dengan k adalah banyaknya atribut. Bila χ 2 hitung kurang dari χ 2 α; db=k-1k-22 , berarti nilai amatan tidak berbeda nyata dengan nilai harapan, sehingga dapat dinyatakan bahwa model telah cukup baik menggambarkan kondisi data sebenarnya. Metode Thurstone memiliki kelebihan dibandingkan metode lainnya, yaitu mampu menghitung tingkat keakuratan dengan menggunakan nilai average discrepancy AD. Semakin kecil nilai AD, maka semakin tepat peringkat yang diperoleh. Formula untuk menghitung nilai AD adalah : 2 1 | | − − = ∑∑ k k P P AD ij ij Prosedur penilaian dengan metode the law of comparative judgement ini adalah : 1. Melakukan perbandingan berganda pada seluruh pasangan atribut dan seluruh pengamatan. Aturannya adalah : 1 , bila atribut i atribut j F ij = 0 , bila atribut i atribut j 0.5, bila atribut i = atribut j 2. Menjumlahkan skor seluruh pengamatan dan menempatkan skor tersebut pada kolom dan baris yang mewakili tiap atribut. Tahap ini menghasilkan matriks frekuensi F ij . 3. Menghitung matriks proporsi P ij dengan cara mambagi unsur-unsur pada matriks frekuensi dengan jumlah responden. 4. Mentransformasikan unsur-unsur dalam matriks proporsi menjadi nilai kurva normal baku Z ij . Menurut Green 1954, nilai Z ij yang lebih dari +2.00 atau kurang dari -2.00 harus ditolak karena hal ini mencerminkan peluang keunggulan yang hampir sempurna lebih dari 0.975 dan dianggap tidak mungkin terjadi. 5. Menghitung rataan tiap kolom tanpa menyertakan unsur dari diagonal matriks, kemudian kolom diurutkan mulai dari kolom dengan rataan terkecil hingga terbesar. 6. Menghitung selisih antar kolom terdekat. Atribut dengan rataan tertinggi dikurangi dengan atribut dengan rataan yang lebih rendah. Hasilnya merupakan jarak antara dua atribut yang saling berdekatan. 7. Menghitung nilai skala tiap atribut dengan menetapkan nilai skala pertama bernilai nol. Nilai skala selanjutnya dihitung dengan mencari nilai kumulatif dari nilai skala sebelumnya.

B. Metode Equal Appearing Intervals