Menganalisis Aspek Aspek Dalam Keterampi

Menganalisis Aspek-Aspek Dalam Keterampilan Berbicara
Andi Sriwahyuni Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Unisofia31@gmail.com
Abstrak
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Keterampilan
berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan
menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil dalam berbahasa.
Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya
menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa
sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi. Salah satu aspek
berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara
menunjang keterampilan lainnya. Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan
yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah
setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal
memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Tulisan yang digunakan dalam karya
tulis ilmiah ini adalah library research yang bersifat deskriptif dengan menjelaskan aspekaspek dalam keterampilan berbicara. Dalam rangka pembinaan keterampilan berbicara,
hal yang perlu mendapat perhatian guru dalam keefektifan berbicara menurut Arsyad ada
dua aspek yaitu aspek kebahasaan mencakup (lafal, intonasi, tekanan, ritme, dan
penggunaan kata dan kalimat dan aspek non-kebahasaan yang mencakup (kenyaringan
suara, kelancaran,sikap berbicara, gerak dan mimik, penalaran, santun berbicara. Jalongo

menyatakan pendapatnya bahwa dalam praktek berbahsa baik dalam bentuk reseptif
maupun produktif/ekspresif komponen kebahasaan akan selalu muncul. Komponen
kebahasaan tersebut adalah: fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.
Keyword: Keterampilan berbicara, aspek-aspek berbicara

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa
merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi
ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu
berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling
sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang
bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak (Effendi, 1985:5). Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai
kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa
yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara
lisan maupun tulisan.
Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil

dalam berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah
tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu
menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi.
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab
keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86).
Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun
temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara.
Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang
intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang
kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk
mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai
keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh
penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan
berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat
menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat
dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan.
Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa
mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan
berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau
bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila

seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan
sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial
antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan
bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan
pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut

memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang
lain. Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga
dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan
berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir,
membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika
mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan
pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan. Sehubungan dengan uraian
diatas, tulisan ini fokus pada aspek-aspek keterampilan dalam berbicara.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek-aspek yang dianalisa dalam berbicara?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui aspek-aspek dalam berbicara.
D. Manfaat Penulisan
Agar kita mengetahui aspek-aspek dalam keterampilan berbicara.


BAB II
TELAAH PUSTAKA
A.

Pengertian Berbicara
Menurut Nurgiyantoro, berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang
dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas
mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudian manusia
belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara. Berbicara diartikan
sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan,serta perasaan.
Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang
dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah
otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan atau ideide yang
dikombinasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang
memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis,semantik, dan
linguistik.Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara
diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau

penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak
hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik
bahan pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta
dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya
apakah dia waspada serta antusias ataukah tidak.

B.

Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud
dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya
sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia
harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus
mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik
secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan
pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2)
menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.
Berdasarkan uraian di `atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan

kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh
orang lain dengana maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan
bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan
bebricara antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan
berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

C.

Manfaat Berbicara
Keterampilan berbicara merupakan kemampuan yang sangat diperlukan untuk
berkomunikasi. Dengan kemampuan berbicara yang baik, maka komunikasi akan
berlangsung dengan baik, tidak terjadi diskomunikasi, dan yang lebih menyenangkan,
kita akan merasa nyaman terhadap lawan bicara karena dengan kemampuan yang
dimiliki untuk berbicara. Bisa dibayangkan jika kita tidak mempuyai kemampuan
yang baik dalam berbicara. komunikasi akan sulit untuk dilakukan dengan baik,
pemahaman dari pihak lawan akan sulit, bahkan akan menyebabkan diskomunikasi
dalam berbicara antara satu sama lain. Jadi ada banyak manfaat yang bisa dirasakan
langsung jika seseorang terampil berbicara.

Musaba (2012: 13)menjelaskan beberapa manfaat berbicara yaitu sebagai berikut:


a.

Memperlancar Komunikasi Antar Sesama
Komunikasi antar manusia terbanyak dilakukan dengan lisan atau melalui

berbicara. Oleh karena itu, secara mendasar bahwa kemampuan berbicara menduduki
peranan penting dalam komunikasi antar sesama.
b.

Mempermudah Pemberian Berbagai Informasi

Ketepatan dan kecepatan informasi yang diberikan melalui lisan dari seseorang
kepada yang lain amat bergantung pada mutu dan kejelasan pembicaraan pemberi
informasi. Oleh karena itu, orang yang mampu berbicara dengan baik kemungkinan
besar dapat menyampaikan informasi secara tepat dan cepat kepada lawan bicaranya.
c.

Meningkatkan Kepercayaan Diri
Biasanya pembicara yang baik memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Karena


dengan mantap mengungkapkan gagasan atau buah pikirannya kepada orang lain,
tanpa disertai keraguan. Dengan kata lain pembicara yang baik adalah seseorang yang
mampu mengungkapkan sesuatu kepada orang lain dengan jelas dan bisa memahami
keadaan lawan bicara atau mitra tuturnya.
d.

Meningkatkan Kewibawaan Diri
Pembicara yang baik memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Oleh karena itu,

secara langsung akan dapat meningkatkan kewibawaan dirinya pada saat dia tampil

sebagai pembicara, sekaligus dimungkinkan kewibawaan itu akan akan menyatu atau
berpengaruh terhadap keberadaan dirinya secara utuh.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat dari keterampilan
berbicara adalah alat untuk memperlancar komunikasi antar sesama, mempermudah
pemberian berbagai informasi, meningkatkan kepercayaan diri, dan meningkatkan
kewibawaan diri.
D.


Faktor-faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam
usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga
audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada
audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang
keefektifan berbicara. Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di luar
kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan a)
penguasaan bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan
menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.
Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan,
meliputi
a) ketepatan ucapan,
b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
c) pilihan kata,
d) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya,
e) ketepatan sasaran pembicaraan.
Sedangkan faktor non kebahasaan, meliputi
a) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,
b) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,
c) kesediaan menghargai orang lain,

d) gerak-gerik dan mimik yang tepat,
e) kenyaringan suara,
f) kelancaran,

g) relevansi, penalaran,
h) penguasaan topik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan kebahasaan (linguitik) dan
non kebahasaan (nonlinguistik).

BAB III
METODE PENULISAN
A. Jenis Tulisan
Jenis tulisan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah library research yang
bersifat deskriptif dengan menjelaskan aspek-aspek dalam keterampilan berbicara.
B. Objek Tulisan
Objek tulisan ini adalah terkait dengan aspek-aspek yang dibutuhkan dalam
keterampilan berbicara.
C. Tekhnik Pengumpulan Data
Tulisan ini berupa data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku,

laporan jurnal dll.
1) Studi Kepustakaan
Dalam hal ini penulis mengkaji hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya
dengan penelitian yang akan dilakukan. Artinya hasil penelitian terdahulu
mengenai hal yang akan diteliti dan atau mengenai hal lain yang berkaitan dengan
hal yang akan diteliti.
2) Internet Searching
Dalam hal in penulis mendapatkan informasi atau referensi terkait dengan masalah
yang sedang diteliti dengan bantuan media internet.
D. Tekhnik Analisis Data
Tehknis analisis data yang digunakan penulis dalam tulisan ini yaitu analisis data
kualitatif yang mana analisis tersebut dilakukan dalam tahap-tahap berikut.
1. Mengolah data
Adalah proses proses persiapan sebelum dilakukan analisis data, yaitu pencocokan
(checking), pembenahan (editing), pemberian label (labeling) dan memberikan
kode (coding).
2. Menganalisis data
Kegiatan selanjutnya adalah menganalisis data yang meliputi mengklasifikasi data,
menyajikan data dan melakukan analisis statistik atau presentase.
3. Menemukan hasil atau kesimpulan
Kesimpulan dilakukan dengan tujuan untuk merangkum hasil analisis data yang
telah diperoleh selama melakukan penelitian.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Aspek-Aspek Dalam Berbicara
Dalam rangka pembinaan keterampilan berbicara, hal yang perlu mendapat
perhatian guru dalam keefektifan berbicara menurut Arsyad ada dua aspek, yakni :
a) aspek kebahasaan mencakup
 lafal,
 intonasi, tekanan, dan ritme, dan
 penggunaan kata dan kalimat, dan
b) aspek non-kebahasaan yang mencakup :
 kenyaringan suara,
 kelancaran,
 sikap berbicara,
 gerak dan mimik,
 penalaran, \
 santun berbicara.
Jalongo menyatakan pendapatnya bahwa dalam praktek berbahsa baik dalam bentuk
reseptif maupun produktif/ekspresif komponen kebahasaan akan selalu muncul.
Komponen kebahasaan tersebut adalah:
a) fonologi,
b) sintaksis,
c) semantik, dan
d) pragmatik.
Berkaitan dengan kemampuan fonologis anak di tuntut untuk menguasai sistem
bunyi. Tingkah laku yang tampak pada anak adalah pemahaman serta pemproduksian
bunyi-bunyi lingual, seperti Tekamah, nada, kesenyapan, atau ciri-ciri prosodi yang lain.
Komponen sintaksis menurut penguasaan gramatikal. Tingkah laku sintatik pada diri anak
adalah pengenalan struktur ucapan, serta pemproduksian kecepatan struktur ujaran.
Komponen semantik berkaitan dengan penguasaan sisteem makna. Tingkah laku semantik
pada diri anak adalah pemahaman akan makna, sedangkan produksinyaa berupa ujaran
yang bermakna. Sedangkan komponen pragmatik menurut anak akan sistem interaksi
sosial makna. Tingkah laku pragmatik yang tampak pada diri anak adalah pemahaman
terhadap implikasi sosial dari suatu ujaran. Produksinya berupa ujaran-ujaran yang sesuai
dengan situasi sosial, situasi sosial itu berhubungan dengan : (a) siapa yang berbicara, (b)
dengan siapa berbiccara, (c) apa yang dibicarakan, (d) bagaimana membicarakan, (e)
kapan dan dimana dibicarakan, (f) menggunakan media apa dalam membicarakan. Dari
aspek kebahasaan dan non-kebahasaan yang telah disebutkan diatas, guru dapat
mengefektifkan penggunaaan serta mengontrol kesalahan yang terjadi pada
siswa.sehingga siswa dalam melaksanakan tindakan berbicara dapat menghindari
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
B. Kegiatan Yang Memberikan
Menggunakan Bahasa Lisan

Kesempatan

Kepada

Anak

Untuk

Tompkins dan Hoskisson membagi kegiatan berbahasa lisan sebagai berikut :

Latihan

a) Kegiatan berbicara informal, meliputi percakaapan, menunjuk dan menceritakan, serta
diskusi.
b) Kegiatan berbicara interpretative meliputi, pengisahan cerita dan pembacaan drama.
c) Kegiatan yang lebih formal meliputi laporan lisan, wawancara dan debat.
d) Kegiatan dramatic, meliputi bermain drama, bermain peran, bermain boneka tangan,
penulisan naskah dan produksi teater, dan sebagainya.
Menurut Ellis, Standal, pennau dan Rummel (1989) kegiatan yang dapat
memberiakan kesempatan kepada anak untuk berlatih menggunakan bahasa lisan antara
lain diskusi,pelaporan, pengisahan cerita, paduan suara, drama, improvusasi, dan kegiatan
komunikasi lisan yang lainnya.
Adapun cara mengembangkan kemampuan berbicara siswa dapat dilakukan dengan :
a)

Menggali minat siswa

b)

Melatih kefasihan dan kejelasan berbicara

c)

Kecakapan menyimak

d)

Mendiagnosa keadaan siawa

e)

Masalah suara

Pailine Gibbons menyarankan bahwa untuk mengembangkan bahasa lisan siswa,
guru harus mengusahakan kelas yang interaktif. Dalam kelas interaktif tersebut terdapat
aktiviatas yang menuntut anak untuk berpartisipasi serta menggunakan kemampuan,
pengalaman serta pengetahuannya.
a) Pelaporan
Laporan lisan merupakan suatu cara untuk mendorong anak supaya mampu
mengungkapkan apa yang ingin disampaikan kepada orang lain. Wujud laporan itu dapat
berupa informasi, deskripsi, keyakinan, dan penjelasan, winiasih (1996).
Gibbons (1993) menyarankan kegiatan yang dapat mendukung aktivitas berbicara
dalam pelaporan berupa informasi, yaitu dengan menceritakan kembali pengalaman
pribadi. Wujud laporan yang berupa deskripsi ia sarankan dengan mendeskripsikan orang
atau barang serta posisinya, misalnya denga permainan haling rintang. Wujud pelaporan
yang berupa “meyakinkan orang lain” disarankan menggunakan aktivitas menyampaikan
dan mendukung argumentasi. Hal itu dapat dilakukan dengan mengadakan aktivitas
permainan pulau terpencil atau permainan hadiah. Sedangkan yang berupa penjelasan ia
menyarankan adanya aktivitas permainan kelompok.
b) Diskusi
Diskusi kelas atau kelompok kecil dapat dilakukan setiap hari. Diskusi dapat
digunakan untuk merencanakan, menyampaikan dan menggali masalah serta

mengenbangkan ekpresi verbal. Dalam diskusi yang anggotanya kecil sangat efektif
untuk mendorong kemampuan berbicara siswa. Siswa secara bebas dapat
mengungkapkan gagsan serta mereka berani mengambil resiko kesalahan untuk
mengemukakan pendapat walaupun tidak lengkap. Mereka dapat memainkan peran yang
beragam dalam diskusi yang anggotanya kecil. Hal tersebut disebabkan bahasa yang
digunakan informal, dan anggotanya hanya 3-5 orang.
Diskusi kelompok kecil dapat diorganisasikan untuk membicarakan berbagai topik.
Moffect (1968) mengajukan tiga jenis topic diskusi, yakni : topic bilangan, kronologi,
dan topic perbandingan.
1) Topik bilangan, baik untuk memperkenalkan anak pada butir-butir dan katagori
tertentu, misalnya jenis binatang, tumbuhan, transportasi, mata pencaharian dan
sebagainya.
2) Topik kronologi, memperkenalkan anak pada urutan kejadian atau peristiwa.
Misalnya menyusun rencana karya wisata, mendiskusikan peristiwa kecelakaan,
melakukan dan mengorganisasikan eksperimen karya ilmiah dan sebagainya.
3) Topik perbandingan, memperkenalkan anak pada perbandingan berbagai hal,
misalnya membandingkan keindahan bunga, binaatang dan alat-alat rumah tangga.
Perbandingan tersebut menyangkut persamaan dan perbedaan benda, barang atau hal .
Dalam melaksanakan diskusi, anak-anak memerlukan panduan dari guru. Untuk pertama
kalinya anaka dapat melakukan diskusi, guru memandu. Mereka perlu mengenal struktur
percakapan dan memerlukan berbagai kesempatan untuk memperoleh keterampilan
diskusi. Coody mengemukakan garis besar panduan diskusi untuk anak-anak.
1)

Siswa perlu memiliki pengetahuan tentang topic.

2)

Guru atau siswa membuka topic dengan membuat pertanyaan pembukaan.

3) Tanggung jawab guru untuk mengelola diskusi dengan cara mengatur pertanyaan
dan mendorong partisipasi.
4) Pada waktu tertentu guru dapat menyuruh siswa menjelaskan dan memperluas
gagasan.
5) Guru perlu menggambarkan pemikiran dan informasi semua segi persoalan melalui
pertanyaan. Guru harus netral.
6)

Guru tetap mempunyai peranan dalam mendiskusikan topic.

7) Guru harus memberikan cukup waktu kepada siswanya untuk menjawab. Siswa
perlu waktu untuk berpikir, menganalisis, dan merangkai informasi sebelum mereka
berbicara. Penelitian menunjukan bahwa semakin lama waktu tunggu untuk menjawab,
menunjukan tingkat berpikir anak.

8)

Guru perlu mendorong partisipasi anak yang kurang berbicara.

9) Pada awal simpulan butir-butir utama dilakukan oleh guru, tetapi selanjutnya
dilakukan siswa.
Menceritakan Kembali atau Reproduksi Cerita dengan Bahasa Sendiri
Reproduksi cerita dapat dimulai dari guru atau menunjuk salah satu siswa untuk
membacakan suatu cerita di depan kelas. Siswa yang ada di dalam kelas disuruh
menyimak, dan setelah selesai dibacakan siswa yang lain disuruh menceritakan kembali
dengan menggunakan bahasanya sendiri. Tujuan aktivitas ini untuk melatih siswa
menggunakan bahasa dan kata-kata sendiri dalam berbicara.
Apabila cara tersebut masih mengalami hambatan, maka guru dapat
memberikan bimbingan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada cerita tersebut. Dengan pertanyaan-pertanyaan iti kemungkinan siswa kan teringat
kembali sesuatu yang trasa hilang. Hal ini akan membuat senang siswa karena
mendapat bibmbingan dari guru untuk mendapatkan kembali sesuatu yang hilang
tersebut.
c) Paduan Suara (Choral Speaking)
Paduan suara mengacu pada sekelompok anak yang menyuarakan suatu bagian
dari karya sastra secara bersama-sama. Keuntungan dari paduan suara ini adalah
meningkatkan efektivitas ungkapan lisan, menambah minat anak pada sastra, dan
meningkatkan kesenangan anak. Selain itu paduan suara juga merupakan teknik yang
baik untuk membangun rasa percaya diri. Saat mereka menyarakan bersama-sama
dengan teman, anak-anak tidak merasa takut atau rendah diri, bahkan mereka
mungkin akan merasa senang.
d) Improvisasi
Improvisasi ini digunakan untuk melatih berbicara, mengembangkan imajinasi
dan menentukan makna. Karena improvisasi adalah permainan tanpa naskah, dari hal
yang sederhana, diberi konflik, perwatakan, suasan dan emosi. Misalnya improvisasi
orang yang senang.
e) Kegiatan Komunikasi Lisan yang Lain
Kegiatan komunikasi yang lain dapat mendorong aktivitas berbicara siswa,
yaitu membawakan acara, memberi petunjuk, menggunakan telepon, mengadakan
wawancara, bermain drama, bermain peran, seminar, memperkenalkan diri,
menyampaikan komentar, menyanggah atau mempertahankan pendapat, menolak
permintaan dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman latihan itu akan mengarahkan
siswa pada kemahiran berbicara. Keterampilan berbicara perlu dimiliki seorang siswa,
agar dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Karena bila tidak, ia akan merasa
terkucil dari lingkungannya. Begitu pentingnya peranan berbicara secara efektif maka

siswa perlu mendapat pembinaan. Pembinaan keteramoilan berbicara di sekolah perlu
memperhatikan beberapa aspek, yakni aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan.
Suasana interaktif dibutuhkan dalam membina keterampilan berbicara. Suasana
tersebut memungkinkan adanya interaksi yang terjadi antara guru-siswa, siswa-guru,
dan siswa-siswa. Respon guru dibutuhkan dalam interaksi ini, sehingga timbul
dorongan percaya diri pada anak untuk berbicara. Selain kegiatan pelaporan, diskusi,
reproduksi cerita, paduan suara, improvisasi, dan komunikasi lisan yang lain, interaksi
yang dapat mendukung kemahiran berbicara antara lain kegiatan berikut.
Adapun strategi lain yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan
kemampuan berbicara siswa antara lain sebagai berikut :
1)

Ulang – Ucap

Model ucapan adalah suara guru atau rekaman suara guru. Model ucapan yang
diperdengarkan kepada siswa harus dipersiapkan dengan teliti. Suara guru harus jelas,
intonasinya tepat, dan kecepatan berbicara normal.
2)

Lihat – Ucap

Guru memperlihatkan kepada siswa benda tertentu kemudian siswa menyebutkan
nama benda tersebut. Benda-benda yang diperlihatkan dipilih dengan cermat oleh
guru disesuaikan dengan lingkungan siswa. Bila bendanya tidak ada atau tidak
memungkinkan dibawa ke dalam kelas, benda tersebut digantikan oleh tiruannya atau
gambarnya.
3)

Memberikan

Memberikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau mendeskripsikan
sesuatu. Sisiwa disuruh memperhatikan sesuatu benda atau gambar benda, kesibukan
lalu lintas, melihat pemandangan atau gambarnya dengan teliti. Kemudian siswa
diminta menjelaskan atau memeriksa apa yang telah dilihatnya secara lisan.
4)

Menjawab Pertanyaan

Siswa yang susah atau malu berbicara, dapat dipancing untuk berbicara dengan
menjawab sejumlah pertanyaan mengenai dirinya misalnya mengenai nama, usia,
tempat tinggal, pekerjaan orang tua.
5)

Bertanya

Melalui pertanyaan, siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap sesuatu hal.
Tingkat atau jenjang pertanyaan yang diutarakan melambangkan tingkat kedewasaan
siswa. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan yang
diinginkannya. Anak kecil yang belajar mengenali lingkungannya sering bertanya, ini
apa ? itu apa ? salah satu permainan bahasa dapat digunakan untuk latihan bertanya
ialah Twenty Questions.

6)

Pertanyaan Menggali

Salah satu cara membuat banyak berbicara ialah pertanyaan menggali. Jenis
pertanyaan merangsang siswa banyak berfikir. Di samping memancing siswa
berbicara, pertanyaan menggali juga dapat digunakan untuk menilai kedalaman
dankeluasan pemahaman sisewa terhadap suatu masalah.
7)

Melanjutkan Cerita

Dua, tiga, empat orang siswa bersama-sama menyusun cerita secara spontan.
Kadang-kadang guru boleh juga terlibat dalam kegiatan ini, misalnya guru
mengawali cerita, dan cerita itu dilanjutkan siswa kedua, ketiga dan diakhiri oleh
siswa berikutnya.
8)

Menceritakan Kembali

Guru mempersiapkan bahan bacaan, siswa membaca bahan itu dengan seksama.
Kemudian guru meminta siswa menceritakan kembali isi cerita dengan kata-katanya
sendiri.
9)

Percakapan

Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topic antara dua
atau lebih pembicara. Dalam percakapan ada dua kegiatan, yakni menyimak dan
berbicara silih berganti. Suasana dalam percakapan biasanya akrab, spontan dan
wajar.
10) Para frase
Prafase berarti alih bentuk, misalnya memprosakan puisi atau sebaliknya
mempuisikan prosa. Di sekolah kegiatan memprosakan puisi sering dilakukan
daripada mempuisikan prosa.
11) Reka Cerita Gambar
Sebuah gambar atau rangkaian beberapa gambar merupakan sarana ampuh untuk
memancing, mendorong atau memotivasi seorang siswa berbicara. Penghayatan atau
pemahaman terhadap suatu gambar atau seri gambar akan berbeda antara satu siswa
dengan siswa yang lainnya.
12) Bercerita
Kegiatan bercerita menuntun siswa kearah pembicaraan siswa yang lebih baik.
Lancar bercerita berarti lancer berbicara. Dalam bercerita siswa dilatih berbicara
jelas, intonasi yang tepat, urutan kata sistematis, menguasai masa mendengarkan dan
berperilaku menarik.
13) Memberi Petunjuk

Memberi petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak sesuatu
tempat menuntut sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat dan tepat.
Siswa yang sering berlatih member petunjuk secara lisan, akan mendapat
keuntungan keterampilan berbicara.
14) Melaporkan
Melaporkan berarti menyampaikan gambaran, lukisan atau peristiwa terjadinya
sesuatu hal. Hal yang dilaporkan daapt berwujud bermacam-macam, misalnya
pertandingan olahraga.
15) Bermain Peran
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku dan berbahasa seperti orang yang
diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenal dan dapat
menggunakan ragam-ragam bahasa.
16) Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk Tanya jawab, pewawancara biasanya
wartawan atau penyiar radio atau televise. Orang yang diwawancara adalah orang
yang berprestasi, ahli atau istimewa. Melalui kegiatan latihan wawancara siswa
dapat mengembangkan keterampilan berbicaranya.
17) Diskusi
Diskusi adalah proses perlibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara
verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah dicapai melalui tukar pendapat.
Diskusi merupakan sarana yang ampuh bagi pengembanagan keterampilan
berbicara. Berlatih didkusi berarti berlatih berbicara.
18) Bertelepon
Bertelepon adalah percakapan anatara pribadi dalam jarak jauh. Komunikasi ini
sejenis komunikasi lisan jarak jauh. Ciri khas bertelepon ialah berbicara jelas,
singkat dan lugas.
19) Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah mementaskan lakon atau cerita. Biasanya
cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Melalui dramatisasi siswa dilatih
mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan.

BAB V
KESIMPULAN
Keterampilan berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan
gagasan-gagasan yang disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhankebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang
mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya,
apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia
bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia
mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah
tidak. Dalam rangka pembinaan keterampilan berbicara, hal yang perlu mendapat
perhatian guru dalam keefektifan berbicara menurut Arsyad ada dua aspek, yakni aspek
kebahasaan mencakup (lafal, intonasi, tekanan, dan ritme, dan penggunaan kata dan
kalimat, dan aspek non-kebahasaan yang mencakup (kenyaringan suara, kelancaran,sikap
berbicara, gerak dan mimik, penalaran, santun berbicara. Jalongo menyatakan
pendapatnya bahwa dalam praktek berbahsa baik dalam bentuk reseptif maupun
produktif/ekspresif komponen kebahasaan akan selalu muncul. Komponen kebahasaan
tersebut adalah: fonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Lasantha. (2012). Strategi meningkatkan kemampuan berbicara. Diperoleh dari:
http://bintangkecildelapan.blogspot.co.id/2012/03/strategi-meningkatkankemampuan.html
Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.